Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES MANUFAKTUR II

PRAKTIKUM LAS KARBIT DAN LAS LISTRIK

DISUSUN OLEH :

Nama : Farhan Ula Aditya

NRP : 2115100186

Kelas :A

Dosen : Prof. Dr.-Ing. Ir. Suhardjono MSc.

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyusun Laporan Akhir Praktikum Pengelasan ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr.-Ing. Ir. Suhardjono MSc.
selaku dosen mata kuliah Proses Manufaktur 2, dan kepada Para karyawan serta kepada
teman-teman satu kelompok yang saling memberikan dukungan agar laporan ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar laporan ini mengalami kesempurnaan untuk kedepannya dan menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Surabaya, 27 Oktober 2017


 
 
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia industri dan kehidupan sehari- hari, banyak kejadian yang sering
ditemukan seperti logam yang patah dan perlu untuk disambung agar dapat bermanfaat dan
bisa digunakan. Dalam penyambungan logam ini biasanya dilakukan dengan cara Las,
dimana dalam ilmu manufaktur las ini merupakan proses non konvensional.
Las adalah menyambung logam dengan menggunakan panas. Sehingga diperlukan
praktikum untuk mengetahui bagaimana cara melakukan proses las yang baik dan benar. Ada
2 metode yang akan digunakan dalam proses Las ini, yaitu Las Listrik dan Las Karbit
(Asetiline).
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan
nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian
yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan
busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari
elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari
kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam
tersebut. Las asetilin adalah salah satu cara pengelasan dimana panas pengelasan di peroleh
dari pembayaran bahan bakar gas asetilin dengan zat asam (oksigen).Pengelasan ini
dilakukan dengan menghasilkan karbit dalam penyambungannya. Untuk memproduksi gas
asetilin yaitu dengan mencampur karbit dengan air yang didapat dari generator asetilin.
Pada praktikum kali ini, akan dibahas mengenai las tersebut. Kegiatan praktikum
mengenai Las ini dapat mendukung pengetahuan kita dari keselarasan antara materi yang
diberikan di kelas dengan aplikasi langsung di lapangan nantinya.

1.2. Tujuan Percobaan


1. Agar praktikan dapat mempraktekkan teori pengelasan.
2. Agar mahasiswa dapat menggunakan Las listrik dan las karbit

1.3 Batasan Masalah


Dalam laporan praktikum ini, penyusun membatasi laporan praktikum pada masalah
yang di dapat saat praktikum dan dari beberapa literatur serta permasalahan yang di dapat
pada saat kegitan kuliah dengan dosen di kelas selain itu penulis hanya membahas tentang
proses las listrik dan las karbit.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat serta sistematika laporan
ini.
BAB II Teori Dasar
Berisikan tentang pengertian pengelasan SMAW, oxy-acetylene, MIG dan
TIG, jenis-jenis las sampai dengan Head Input.
BAB III Alat Dan Bahan
Berisikan tentang alat dan bahan yang digunakan.
BAB IV Prosedur Kerja
Berisikan tentang prosedur yang dilakukan pada saat pengelasan.
BAB V Pembahasan
Berisikan tentang perhitungan las OAW dan SMAW serta analisanya.
BAB VI Kesimpulan Dan Saran
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari praktikum pengelasan.
BAB II
DASAR TEORI

1.1 Teori Dasar

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu
akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom-atom
tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang
terserap atau oksida-oksida. Bila permukaan yang rata dan bersih ditekan, beberapa kristal
akan tertekan dan bersinggungan. Bila tekanan diperbesar daerah singgungan ini bertambah
luas. Lapisan oksida yang luas, rapuh, pecah logam mengalami deformasi plastis.Batas antara
dua permukaan kristal dapat menjadi satu dan terjadilah sambungan yang disebut pengelasan
dingin.

Ada empat cara yang dapat ditempuh untuk memanaskan logam pada penyambungan,
yaitu :

1. Pencelupan benda yang akan disambung dalam logam pengisi atau fluks cair. Bila
dicelupkan dalam fluks cair dalam suhu yang cukup tinggi untuk mencairkan logam
pengisi, benda-benda yang akan disambung harus dijepit dengan jig dan sela sudah
terisi paduan patri.
2. Mematri dengan menggunakan dapur, disini benda dijepit dan dimasukkan dalam
dapur dengan lingkungan yang terkendali pada suhu pencairan logam patri.
Pemanasan dapur dapat dengan listrik atau gas, dapur satuan atau kontinu.
3. Mematri dengan nyala, adalah sama dengan pengelasan oksiasitelin. Panas berasal
dari nyala oksiasitelin atau oksihidrogen dan logam pengisi dalam bentuk kawat
dicairkan pada celah sambungan. Fluks ditambahkan dengan cara mencelupkan
kawatnya.
4. Pada patri listrik panas berasal dari tahanan induksi atau busur.

A. Sambungan las

Agar sambungan las cukup kuat, sambungan tersebut harus dirancang sesuai cara
penggunaannya. Sambungan-sambungan tersebut, seperti sambungan tumpul dapat dibagi
lagi sesuai dengan ketebalan bahan yang akan disambung. Sambungan untuk las tempa
berbeda dalam cara-cara persiapannya, sehingga tidak serupa dengan sambungan yang
telah digambarkan. Sambungan tumpang dan las tumpul biasanya digunakan pada
pengelasan resistensi.

B. Proses pengelasan

Berbagai proses pengelasan telah dikembangkan, tergantung pada cara pemanasan


dan peralatan yang digunakan, proses pengelasan yaitu :

I. Pengelasan patri
II. Pengelasan Tempa
III. Pengelasan gas
IV. Pengelasan tahanan
V. Pengelasan induksi
VI. Pengelasan Busur
VII. Pengelasan laser
VIII. Pengelasan gesekan

IX. Pengelasan termit

X. Pengelasan alir
XI. Pengelasan dingin
XII. Pengelasan letup

Gambar 1.1 Menyalakan Busur dengan menggoreskan Elektroda

ELEKTRODA

Dikenal tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks,
elektroda lapis tebal.
Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa ddan baja
lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Elektroda fluks dilapisi terak dan fluks
digunakan pada pengelasan logam dan paduan bukan besi.

Lapisan fluks mempunyai fungsi yaitu :

1. Membentuk lingkungan pelindung,


2. Membentuk terak dengan sifat tertentu.
3. Memungkinkan pengelasan atas kepala dan tegak lurus.
4. Menstabilkan busur.
5. Menambah unsur paduan pada logam induk.
6. Memurnikan logam secara metalurgi.
7. Mengurangi cipratan logam pengisi.
8. Meningkatkan efisiensi pengendapan.
9. Menghilangkan oksida dan ketidakmurnian.
10. Mempengaruhi kedalamam penetrasi busur.
11. Mempengaruhi bentuk manik.
12. Memperlambat kecepatan pendinginan sambungan las.
13. Menambah lapisan logam las yang berasal dari serbuk logam dalam lapisan
pelindung.
Elektroda lapis tebal adalah elektroda yang mempunyai lapisan tebal dan
kandungan serbuk logam yang tinggi cocok untuk pengelasan teknik kontak
atau belah.

C. TEKNIK PENGELASAN

Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakan
arah dari pada elektroda sewaktu mengelas. Adapun pisisi mengelas terdiri dari empat
macam yaitu :

1. Posisi di Bawah Tangan


Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada
permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan elektroda las sekitar 10º
- 20º terhada garis vertikal dan 70º - 80º terhadap benda kerja.

2. Posisi Tegak (Vertikal)


Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas
atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair
yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan
elektroda sekitar 10º - 15º terhada garis vertikal dan 70º - 85º terhadap benda kerja.

3. Posisi Datar (Horisontal)


Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan
benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas
elektroda dibuat miring sekitar 5º - 10º terhada garis vertikal dan 70º - 80º kearah benda
kerja.

4. Posisi di Atas Kepala (Over Head)


Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan
dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap
antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi
ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º - 20º
terhada garis vertikal dan 75º - 85º terhadap benda kerja.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan


1. Tegangan busur las
Tingginya tegangan busur las tergantung pada busur yang dikehendaki dan jenis dari
elektroda yang digunakan. Panjang busur yang dianggap baik kira-kira sama dengan
garis tengah elektroda.

2. Besar arus listrik


Besarnya arus listrik yang digunakan tergantung dari bahan dan ukuran las, geometri
sambungan, posisi pengelasan, jenis elektroda, dan diameter elektroda

3. Polaritas listrik
Pemilihan polaritas ini tergantung dari bahan pembungkus elektroda, kondisi thermal
dan bahan induk kapasitas. Sambungan las yang dikenal ada dua macam sambungan
yaitu :

a. Polaritas langsung (slight polarity), kutub positif dihubungkan dengan benda


benda kerja dan kutub negatifnya ke elektroda.
b. Polaritas terbalik (divers polarity), merupakan kebalikan dari polaritas
langsung.
4. Besarnya penembusan dan penetrasi
Untuk mendapatkan sambungan las yang tinggi dapat diperhatikan penetrasi dan
penembusan yang cukup pada dasarnya. Makin besar arus las makin besar pula daya
tembusnya.Adapun gerak mengelas yang baik adalah :

1. menarik busur dimana elektroda diletakkan, benda kerja kemudian ditarik.


2. Gerak mengarah, kerja pada pengelasan jika sambungan las ini lebih besar atau
lebar daripada massa, maka elektrodanya perlu digerakkan dengan sedikit
mengayun bolak-balik untuk melebarkan cairan itu.
3. Gerakan menyatu, dimana pemegang karet elektroda digerakkan menyatu dengan
kecepatan menurun.
5. Beberapa kondisi standar dalam pengelasan dengan syarat-syarat tertentu seperti tebal
plat, bentuk sambungan, jenis elektroda, diameter intielektroda dan lain sebagainya.

2.2. LAS LISTRIK


Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan
nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian
yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan
busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.

Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur
dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan
tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan
yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas
yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus
listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type
elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang
terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai
mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi
kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan
memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam
busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda
berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja
lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan
memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan
mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis
merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.

A. Pembentukan busur listrik proses penyulutan


1. Pembentukan Busur Listrik
Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan
mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).
Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui
proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk
menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai
arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan
kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah
arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali
pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan
dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik
yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja
menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan
dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera
melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan.
Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah
sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas
hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus menerus
menetes.
2. Proses penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan
disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
3. Menyalakan busur listrik
Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan menghubungkan singkat ujung
elektroda dengan logam induk (yang akan dilas) dan segera memisahkan lagi pada jarak yang
pendek, hal tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara seperti pada gambar di bawah ini :

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :


 Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk
besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi
logam induk.
 Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk
memanaskan logam induk.
 Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis
tengah penampang tadi.
4. Memadamkan busur listrik
Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan
maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan
dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian
elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.

2.3 Las Asetilin (Karbit)


Las Gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang
menggunakan gas asetilen (C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan
bakar yang telah dibakar gas dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan
suhu sekitar 3.500°C yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan
bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang
paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan
sebagai las oksi-asetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak
dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektrode terbungkus.
Gas Asetilen diproduksi melalui reaksi antara Kalsium Karbit (CaC2) dengan air
(H20).

CaC2 + 2H2O → Ca(OH)2 + C2H2

Memproduksi gas Asetilen untuk keperluan pribadi dengan mencampurkan Kalsium Karbit
dengan air tidak disarankan. Gas Asetilen dapat bocor dari tabung produksi dan
menyebabkan ledakan jika tersulut api. Cara yang lebih disarankan adalah membeli gas
Asetilen dalam tabung logam.

Pada proses las karbit (las acetelyne) dibutuhkan bahan tambahan yaitu kawat besi
sebagai material yang digunakan untuk mengisi kampuh material yang akan di sambung.
Mula-mula kita menyetel nyala api yang akan di gunakan pada las karbit dengan cara
menyesuaikan setelan keran api dan oksigen pada tabung gas karbit. Lalu memanaskan pelat
yang akan di sambung atau dilas. Setelah pelat terlihat akan meleleh barulah kita panaskan
kawat besi yang berfungsi sebagai bahan penambah hingga meleleh dan menyatu dengan
pelat. Dan untuk mendapatkan ikatan metalurgi ada banyak cara dilakukan, yaitu sebagai
berikut :
1. Logam yang disambung dipanasi sampai suhu tertentu yang terletak di
bwah atau di atas titik lebur, kemudian disatukan dengan cara ditekankan atau dipukul.
2. Logam yang disambung bersama-sama dengan bahan tambah apabila
diperlukan dicairkan terlebih dahulu.
3. Bahan tambah dicairkan kemudian diletakkan pada logam yang
disambung.

Dibutuhkan kecermatan dalam memperhatikan lelehan dari ke dua material, karena


jika pelat yang dipanaskan tidak sampai hampir meleleh kemudian di tambahkan lelehan
kawat, maka tidak akan didapatkan hasil lasan yang baik dan benar, sehingga hasil lasan akan
mudah lepas.
Dalam pengelasan karbit kita memerlukan beberapa peralatan yang harus disiapkan
agar proses pengelasan dapat kita lakukan dengan lancar dan hasil yang sempurna. Peralatan
tersebut yakni :
1. Brander Listrik
Brander las sebagai tempat bercampurnya gas karbit dengan oksigen (O2) untuk
kemudian dinyalakan menjadi busur api yang nantinya digunakan untuk mengelas.
2. Regulator
Seperti istilah pada umumnya regulator adalah alat pengukur atau pembatas ukuran.
Pada las karbit ini regulator berfungsi untuk mengukur tekanan gas pada tabung dan
membatasi tekanan gas yang keluar dari tabung, baik oksigen maupun karbit.
3. Gas Asetiline
Gas karbit banyak digunakan dalam pengelasan busur cair gas daripada bahan bakar
lainnya. Hal ini dikarenakan gas karbit memiliki banyak kelebihan diantaranya:
Gas karbit mudah dibuat dan tidak beracun. Jika dihisap untuk mengenali dari baunya tidak
berbahaya.Mempunyai sifat menyerap asam, sehingga dapat mengurangi oksidasi (memiliki
daya reduksi).Gas karbit (acetelyne) mempunyai nilai panas yang tinggi, karena suhu api
yang dicapai pada gas karbit sangat tinggi.Kecepatan pembakaran sangat tinggi. Cocok untuk
segala teknik pengelasan las gas.
4. Kacamata Las
Kacamata berfungsi untuk melindungi mata dari kilauan busur api yang dihasilkan
dari las karbid. Dengan demikian mata kita tidak cepat lelah dan pedih. Disamping itu dengan
menggunakan kacamata kita dapat melihat dengan jelas logam yang dilas sudah mencapai
titik lebur.Sehingga kita dapat dengan mudah menentukan kapan harus menyambung plat
tersebut dan kapan pula kita menambahkan bahan tambah.
5. Tang Penjepit
Tang penjepit berfungsi untuk memegang dan mengambil benda kerja. Lebih tepatnya
sebagai pengganti jari-jari kita dalam 35 memperlakukan benda kerja, karena selalu
berhubungan dengan panas yang tinggi.
6. Sumber Api
Dalam menyalakan busur api kita memerlukan sumber api.Sumber api dapat berupa bara
api, korek api dan lain-lain yang dapat menghasilkan percikan api. Perlu diketahui bahwa Gas
karbit dapat menyala hanya dengan percikan api dan tidak harus api yang menyala.
7. Kunci Tabung
Untuk membuka dan menutup tabung gas karbid dan gas oksigen kita memerlukan kunci
tabung. Bentuk kunci tabung bermacam-macam, ada yang berbentuk palang dan ada yang
berbentuk lurus. Besar penutup tabung juga bermacam-macam sehingga kita harus tepat
dalam memilih kunci yang dipakai. Pemakaian yang tidak tepat akan menyebabkan
kerusakan penutup tabung. Selama proses pengelasan hendaknya kunci tabung tetap
menempel pada penutup tabung gas karbid. Dengan demikian ketika terjadi kebocoran gas
bisa segera diatasi dengan menutup tabung secepatnya. Jika pekerjaan pengelasan
direncanakan atau dilaksanakan dengan tidak benar, bermacam-macam cacat las dapat terjadi,
menghasilkan kualitas sambungan las yang buruk dan tampilan struktur yang dilas tidak
memuaskan. Cacat-cacat las berikut dapat terjadi:

 Tampilan rigi las buruk, takikan, penumpukan, tidak lurus, terbakar


 Lubang cacing (keropos), jurang, lubang memanjang
 Penetrasi kurang, peleburan kurang, terak terperangkap
 Retak

2.4 Prinsip Kerja

Gambar 2. Kerja Las Karbit

Gambar di atas memperlihatkan prinsip kerja las karbit. Dalam proses pembakaran
tidak semua campuran gas Oksigen dan Acetylene terbakar secara sempurna. Gas yang
terbakar sempurna membentuk nyala inti yang digunakan mencairkan logam, sedangkan
sisanya membentuk nyala luar yang berfungsi sebagai gas pelindung deposit logam luasan.
Proses pencampuran gas bisa dimanipulasi sesuai dengan tujuan pengelasan. Campuran
yang terlalu banyak gas Acetylene yang tidak terbakar, bentuk nyala inti memanjang dengan
warna kuning kemerahan. Bentuk nyala seperti ini dinamakan nyala Karburasi.

Gambar 2. Nyala Karburasi


BAB III
METODOLOGI

3.1. Las Karbit


3.1.1. Alat dan Bahan
Berikut merupakan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam praktikum las
karbida :
1. Besi strip ukuran 120 mm x 22 mm x 2 mm (St 37)
2. Filler ϕ 3 mm x 100 mm
3. Safety gogles
4. Sarung tangan kulit
5. Apron pelindung badan
6. Masker hidung dan mulut
7. Palu las
8. Tang jepit
9. Sikat baja

Gambar 3.1 Benda kerja untuk las karbit

3.1.2. Langkah Praktikum


Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa kriteria pengerjaan, diantaranya adalah :
 Posisi pengelasan : Dibawah tangan
 Jenis sambungan : Kampuh I (bult joint )
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum praktikum las. Berikut ini
merupakan langkah-langkah dalam praktikum las karbit :
1. Letakkan tas/buku pada lemari yang telah disediakan
2. Gunakan safety gogles , apron , masker dan sarung tangan kulit
3. Siapkan bahan : filler, benda kerja, sikat baja, tang jepit dan palu
4. Buka nozel asitelin lalu nyalakan api, atur tekannanya agar tidak terlalu tinggi
5. Buka nozel oksigen dan atur tekanannya
6. Atur nyala api dengan nyala api yang netral.
7. Letakan benda kerja di meja kerja dan atur jarak diantara benda kerja dengan pas,
agar material filler bisa masud diantara celahnya.
8. Panaskan ujung material hingga memerah, lalu letakan filler diujung material dan
panaskan agar material terkunci. Lakukan hal yang sama di ujung lainnya
9. Setelat material dikunci lakukan pengelasan sepanjang benda kerja. Filler
dimiringkan dengan sudut 600. Biarkan filler meleleh sehingga dapat masuk ke
celah antar benda. Selain itu filler harus diratakan sepanjang celah yang di las.
10. Setelah celah benda tertutup filler dengan rata, tutup nozel asytelin kemudian
tutup nozel oksigen hingga rapat.
11. Jepit material dengan tang, lalu celupkan ke air agar segera dingin.
12. Bersihkan material dari kotoran sisa filler dengan sikat baja dan palu.

3.2. Las Listrik


3.2.1. Alat dan Bahan
Berikut merupakan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam praktikum las listrik :
1. Besi strip ukuran 120 mm x 22 mm x 4 mm (St 37)
2. Elektroda ϕ 2,3 mm – 3,25 mm
3. Shield
4. Sarung tangan kulit
5. Masker hidung dan mulut
6. Apron pelindung badan
7. Palu las
8. Tang jepit
9. Sikat baja

Gambar 3.2 Benda kerja las listrik

3.2.2. Langkah Praktikum


Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa kriteria pengerjaan, diantaranya adalah :
 Posisi pengelasan : Dibawah tangan
 Jenis sambungan : Kampuh I (bult joint )
 Jenis arus pengelasan : AC
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum praktikum las. Berikut ini
merupakan langkah-langkah dalam praktikum las listrik :
1. Letakkan peralatan yang tidak berhubungan dengan praktikum diloker
2. Gunakan apron, makser dan sarung tangan kulit
3. Siapkan bahan : shield, elektroda, benda kerja, sikat baja, tang jepit dan palu
4. Panel listrik di nyalakan dengan di switchkan ke on.
5. Trafo las di switch kan ke on dan atur tegangan.
6. Pasang elektrode ke alat las
7. Letakan benda kerja di meja kerja dan atur jarak diantara benda kerja dengan pas,
agar material elektrode bisa masuk diantara celahnya.
8. Nyalakan elektrode dengan menggoreskan di meja kerja
9. Las bagian ujung benda kerja sebagai kunci material agar tidak berpindah posisi saat
proses pengelasan
10. Setelah material dikunci lakukan pengelasan sepanjang benda kerja. Elektode
dimiringkan dengan sudut 450. Biarkan elektrode meleleh sehingga dapat masuk ke
celah antar benda. Selain itu elektrode harus diratakan sepanjang celah yang di las.
11. Jepit material dengan tang, lalu celupkan ke air agar segera dingin.
12. Bersihkan material dari kotoran sisa elektrode dengan sikat baja dan palu.

Gambar 3.2. Sudut di las listrik


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
4.1.1. Las Karbit
Pada praktikum ini praktikan diberi 2 plat datar yang harus disambung menggunakan
las karbit atau OAW. Elektrode yang digunakan adalah kuningan. Pada proses ini yang
meleleh adalah elektrodenya tetapi pada saat mengelas benda kerja juga harus dipanaskan
agar elektrode dapat menempel pada benda kerja secara sempurna. Masing-masing praktikan
mengelas selama 5,2 menit, 4,3 menit, 6,4 menit, dan 4,7 menit. Ada praktikan yang
mengelas sampai menyebabkan benda kerja menempel pada meja, hal ini dikarenakan posisi
pengelasan yang kurang baik. Dan ada praktikan yang mengelas tetapi tidak merata, hal ini
dikarenakan proses pengelasan yang tidak kontinu, praktikan mengelas dengan elektrode
yang terputus-putus pada saat mengenai benda kerja.

4.1.2. Las Listrik


Pada praktikum ini praktikan diberi 2 buah plat datar. Kemudian mengatur arus litrik
menjadi 150 A dan voltasenya sebesar 220 V. Setiap praktikan diharuskan mengelas masing -
masing benda kerja yang disediakan. Pada praktikum ini elektrode yang digunakan adalah
elektrode tembaga RB-76. Proses pengelasan dengan cara ini yang meleleh adalah elektrode
dan benda kerjanya. Elektrode didekatkan dengan benda kerja sejauh 2-3 mm dan elektrode
harus cepat di angkat dari benda kerja. Masing-masing praktikan mengelas dengan durasi
yang berbeda beda. Praktikan yang pertama mengelas selama 2,3 menit kemudian praktikan
selanjutnya 2,0 menit, 1,7 menit, dan 2,4 menit. Diantara kami ada yang hasil las nya tidak
merata. Hal ini dikarenakan pada saat mengelas elektrode dijalankan terlalu cepat, sehingga
elektrode tidak meleleh dan melumuri benda kerja secara merata. Ada juga yang sulit untuk
menempelkan ujung-ujung dari benda kerja, dikarenakan jarak pengelasan antara elektrode
dengan benda kerja terlalu dekat atau sampai menempel sehingga electrode tidak bisa
dijalankan dan menempel terus pada benda kerja.

4.2 Pembahasan Pertanyaan


4.2.1 Las Karbit
1. Apa yang terjadi apa bila saat pengelasan filler lebur dahulu sebelum meleburnya benda
kerja ? Jelaskan !
Apabila benda kerja tidak dipanaskan terlebih dahulu, maka sebanyak apapun filler yang
kita leburkan tidak akan bisa membuat benda kerja menyatu antar satu dengan yang lain
sehingga logam filler hanya menempel pada benda kerja.
2. Apa yang terjadi apabila cara mematikan welding torch, terlebih dahulu yang diamatikan
kran pengetur oksigen ? Jelaskan !
Dalam mematikan welding torch sebenarnya asetilen yang harus di matikan terlebih
dahulu, namu apabila oksigen yang dimatikan terlebih dahulu maka api tetap menyala
pada welding torch.
3. Untuk tebal benda kerja ≤ 3 mm dilakukan arah pengelasan ke arah kiri, jelaskan
alasannya!
Agar dampak pembakaran tidak terlalu besar sehingga tidak merusak benda kerja.
4. Apa fungsi regulator ?
Kegunaan regulator adalah mengatur tekanan pada asetilen dan oksigen yang keluar dari
tabung penyimpanan sehingga dalam keadaan aman dan optimal.
5. Apa yang terjadi apabila pengelasan dilakukan pada kecepatan yang tidak konstan ?
Setiap pengelasan diperlukan konsistensi kecepatan, apabila kecepatan pada pengelasan
karbit tidak konstan maka hasil las akan tidak rata dan menimbulkan tumpukan filler yang
berbeda di beberapa tempat.
6. Apa yang terjadi apabila pengelasan terlalu cepat ?
Jika terlalu cepat maka terjadi pola las yang seperti bola – bola yang menggumpal. Tidak
rata permukaannya dengan benda kerja dan ada kemungkinan terjadi kegagalan
penyambungan pada benda kerja.
7. Apa yang terjadi apabila pengelasan terlalu lambat ?
Jika terlalu lambat, maka benda kerja akan melebur total dan menghasilkan kekuatan las
yang kecil
8. Tunjukkan cacat-cacat hasil lasan dan analisa penyebabnya !
 Undercut : terjadi karena kelebihan panas, pengelasan terlalu cepat, sudut dan bahan
filler yang tidak benar
 Incomplete fusion: pengelasan terlalu cepat, tekanan api terlalu kecil
 Overlapping : pengelasan terlalu lambat, api terlalu kecil

4.2.2 Las Listrik


1. Dengan pertimbangan kwalitas pekerjaan pengelasan, langkah apa yang perlu
dilakukan ?
Dibersihkan terlebih dahulu, lalu kedua benda kerja di kunci terlebih dahulu, untuk
menghindari celah. Sehingga tidak menyebabkan hasil yang berlubang ketika proses
pengelasan.
2. Kenapa dalam pengelasan benda kerja anda, menggunakan kampuh I ? Jelaskan !
Karena benda kerja yang di las tipis (4 mm). Sehingga dengan digunakan kampuh I filler
sudah bisa masuk antara celah
3. Dengan efesiensi pemakaian electrode 90 %, berapa jumlah electrode yang digunakan
untuk latihan pengelasan? Dan berapa buah electrode untuk pengelasan benda kerja ?
Dalam pelatihan pengelasan, membutuhkan rata – rata tiga hingga empat elektroda. Dan
saat pengelasan pada benda kerja membutuhkan satu elektroda.
4. Jelaskan apa yang terjadi jika kecepatan pengelasan tidak konstan ?
Apabila kecepatan pengelasan tidak konstan, maka hasil yang ditunjukan akan berbedar-
beda, dapat tipis atau tebal sehingga kekuatan las juga tidak sama.
5. Bagaimana cara mengatasi agar busur listrik tidak mudah mati/padam ?
Agar busur listrik tidak padam, maka perlu menjaga ketinggian dari elektroda terhadap
benda kerja. Seiring proses pengelasan maka elektroda akan berkurang, maka perlu
mengatur jarak antara tangan kita dengan benda kerja saat terjadi penurunan elektroda.
6. Jelaskan efeknya bila ada kotoran atau kerak terperangkap pada kampuh las? Jelaskan !
Apabila terdapat kerak atau benda asing pada benda kerja, maka hasil pengelasan
menjadi tidak rata dan akan membuat percikan padam karena bisa jadi kotoran bukan
merupakan bahan konduktor. Jika perikan padam maka hasil mengelasan menjadi kurang
bagus.
7. Jelaskan apa yang terjadi pada hasil las jika kecepatan terlalu cepat atau terlalu lambat?
Jika terlalu cepat maka bentuk dari sambungan lasnya menggumpal dan tidak rata
permukaan pengelasannya. Sedangkan jika terlalu lambat bentuk sambungan las melebur
total dengan benda kerja sehingga hasil kekuatan pengelasan kecil.
8. Jelaskan apa yang terjadi bila arus terlalu kecil atau besar!
Bila arus terlalu kecil maka terjadi penumpukkan elektroda pada sambungan karena panas
tidak mampu meleburkan elektroda dan benda kerja dengan baik. Sedangkan bila arus
terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan permukaan las
yang lebih lebar.
Tunjukkan cacat-cacat hasil lasan dan analisa penyebabnya

Pada pengelasan las listrik (SMAW) dapat ditarik analisa bahwa saat melakukan
pengelasan jarak sentuh elektroda dengan benda kerja tidak boleh terlalu jauh, apabila terlalu
jauh mengakibatkan hasil dari pengelasan tidak beraturan dan tidak padat. Agar pengelasan
tidak lengket-lengket maka sudut kemiringan elektroda terhadap benda kerja harus
diperhatikan dan juga tegangan pada mesin listrik.
Gerakan pengelasan harus konstan, apabila gerakann terlalu cepat atau terlalu lambat
akan mengakibatkan hasil pengelasan tidak rata.disamping itu pada saat selesai melakukan
pengelasan usahakan terak las dibersihkan agar pada saat dilas kembali/ditimpa tidak
mengakibatkan lapisan pengelasan mengalami cacat las seperti cacat slag inclusion.
Untuk pengelasan Acetylene (OAW) dapat ditarik analisa bahwa apabila terjadi
letupan pada ujung nozzle disebabkan ujung pada nozzle kotor, disamping itu terjadi juga
lendutan-lendutan pada benda kerja sehingga pada saat meyatukan dua buah benda kerja
agak sulit, ini disebabkan karena benda kerja tersebut dipanaskan dan terjadi pemuaian. Saat
pengelasan juga pemberian oksigen Yng terlalu banyak juga mengakibatkan bekas
pengelasan menjadi berongga dan mudah berlubang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dalam praktikum las listrik hasil yang didapat lebih rapi, karena electrode yang
dipakai lebih praktis dan hanya membutuhkan ketelitian dalam mengatur jarak
electrode dan benda kerja.

2. Dalam praktikum las karbit hasil yang didapat kebanyakan kurang rapi dan benar
karena electrode kebanyakan menggumpal pada daerah tertentu. Hal ini disebabkan
karena kurang ahlinya praktikan dalam mengatur jarak antara batang tembaga, las
listrik, dan benda kerja. Selain itu juga karena arah putaran las yang kurang tepat.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pada praktikum las karbit ini, praktikan tidak hanya menyambung plat tipis
saja tetapi juga menyambung benda kerja yang sedikit rumit, agar skill praktikan lebih
terasah.
2. Sebaiknya para praktikan mendapat modul tentang las karbit dan las listrik agar
pengetahuan praktikan tentang pengelasan las karbit dan listrik dapat bertambah.
3. Sebaiknya perlu adanya penambahan materi pada saat di kelas tentang materi
praktikum, agar praktikum dapat berdiskusi mengenai materi praktikum dengan dosen
masing-masing serta teman-teman sekelas.
LAMPIRAN PRAKTIKUM

Gambar Benda Kerja Hasil Proses Las Listrik

Gambar Benda Kerja Hasil Proses Las Karbit

Anda mungkin juga menyukai