PROSES MANUFAKTUR II
DISUSUN OLEH :
NRP : 2115100186
Kelas :A
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyusun Laporan Akhir Praktikum Pengelasan ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr.-Ing. Ir. Suhardjono MSc.
selaku dosen mata kuliah Proses Manufaktur 2, dan kepada Para karyawan serta kepada
teman-teman satu kelompok yang saling memberikan dukungan agar laporan ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar laporan ini mengalami kesempurnaan untuk kedepannya dan menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu
akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom-atom
tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang
terserap atau oksida-oksida. Bila permukaan yang rata dan bersih ditekan, beberapa kristal
akan tertekan dan bersinggungan. Bila tekanan diperbesar daerah singgungan ini bertambah
luas. Lapisan oksida yang luas, rapuh, pecah logam mengalami deformasi plastis.Batas antara
dua permukaan kristal dapat menjadi satu dan terjadilah sambungan yang disebut pengelasan
dingin.
Ada empat cara yang dapat ditempuh untuk memanaskan logam pada penyambungan,
yaitu :
1. Pencelupan benda yang akan disambung dalam logam pengisi atau fluks cair. Bila
dicelupkan dalam fluks cair dalam suhu yang cukup tinggi untuk mencairkan logam
pengisi, benda-benda yang akan disambung harus dijepit dengan jig dan sela sudah
terisi paduan patri.
2. Mematri dengan menggunakan dapur, disini benda dijepit dan dimasukkan dalam
dapur dengan lingkungan yang terkendali pada suhu pencairan logam patri.
Pemanasan dapur dapat dengan listrik atau gas, dapur satuan atau kontinu.
3. Mematri dengan nyala, adalah sama dengan pengelasan oksiasitelin. Panas berasal
dari nyala oksiasitelin atau oksihidrogen dan logam pengisi dalam bentuk kawat
dicairkan pada celah sambungan. Fluks ditambahkan dengan cara mencelupkan
kawatnya.
4. Pada patri listrik panas berasal dari tahanan induksi atau busur.
A. Sambungan las
Agar sambungan las cukup kuat, sambungan tersebut harus dirancang sesuai cara
penggunaannya. Sambungan-sambungan tersebut, seperti sambungan tumpul dapat dibagi
lagi sesuai dengan ketebalan bahan yang akan disambung. Sambungan untuk las tempa
berbeda dalam cara-cara persiapannya, sehingga tidak serupa dengan sambungan yang
telah digambarkan. Sambungan tumpang dan las tumpul biasanya digunakan pada
pengelasan resistensi.
B. Proses pengelasan
I. Pengelasan patri
II. Pengelasan Tempa
III. Pengelasan gas
IV. Pengelasan tahanan
V. Pengelasan induksi
VI. Pengelasan Busur
VII. Pengelasan laser
VIII. Pengelasan gesekan
X. Pengelasan alir
XI. Pengelasan dingin
XII. Pengelasan letup
ELEKTRODA
Dikenal tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks,
elektroda lapis tebal.
Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa ddan baja
lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Elektroda fluks dilapisi terak dan fluks
digunakan pada pengelasan logam dan paduan bukan besi.
C. TEKNIK PENGELASAN
Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakan
arah dari pada elektroda sewaktu mengelas. Adapun pisisi mengelas terdiri dari empat
macam yaitu :
3. Polaritas listrik
Pemilihan polaritas ini tergantung dari bahan pembungkus elektroda, kondisi thermal
dan bahan induk kapasitas. Sambungan las yang dikenal ada dua macam sambungan
yaitu :
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur
dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan
tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan
yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas
yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus
listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type
elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang
terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai
mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi
kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan
memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam
busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda
berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja
lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan
memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan
mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis
merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
Memproduksi gas Asetilen untuk keperluan pribadi dengan mencampurkan Kalsium Karbit
dengan air tidak disarankan. Gas Asetilen dapat bocor dari tabung produksi dan
menyebabkan ledakan jika tersulut api. Cara yang lebih disarankan adalah membeli gas
Asetilen dalam tabung logam.
Pada proses las karbit (las acetelyne) dibutuhkan bahan tambahan yaitu kawat besi
sebagai material yang digunakan untuk mengisi kampuh material yang akan di sambung.
Mula-mula kita menyetel nyala api yang akan di gunakan pada las karbit dengan cara
menyesuaikan setelan keran api dan oksigen pada tabung gas karbit. Lalu memanaskan pelat
yang akan di sambung atau dilas. Setelah pelat terlihat akan meleleh barulah kita panaskan
kawat besi yang berfungsi sebagai bahan penambah hingga meleleh dan menyatu dengan
pelat. Dan untuk mendapatkan ikatan metalurgi ada banyak cara dilakukan, yaitu sebagai
berikut :
1. Logam yang disambung dipanasi sampai suhu tertentu yang terletak di
bwah atau di atas titik lebur, kemudian disatukan dengan cara ditekankan atau dipukul.
2. Logam yang disambung bersama-sama dengan bahan tambah apabila
diperlukan dicairkan terlebih dahulu.
3. Bahan tambah dicairkan kemudian diletakkan pada logam yang
disambung.
Gambar di atas memperlihatkan prinsip kerja las karbit. Dalam proses pembakaran
tidak semua campuran gas Oksigen dan Acetylene terbakar secara sempurna. Gas yang
terbakar sempurna membentuk nyala inti yang digunakan mencairkan logam, sedangkan
sisanya membentuk nyala luar yang berfungsi sebagai gas pelindung deposit logam luasan.
Proses pencampuran gas bisa dimanipulasi sesuai dengan tujuan pengelasan. Campuran
yang terlalu banyak gas Acetylene yang tidak terbakar, bentuk nyala inti memanjang dengan
warna kuning kemerahan. Bentuk nyala seperti ini dinamakan nyala Karburasi.
4.1 Pembahasan
4.1.1. Las Karbit
Pada praktikum ini praktikan diberi 2 plat datar yang harus disambung menggunakan
las karbit atau OAW. Elektrode yang digunakan adalah kuningan. Pada proses ini yang
meleleh adalah elektrodenya tetapi pada saat mengelas benda kerja juga harus dipanaskan
agar elektrode dapat menempel pada benda kerja secara sempurna. Masing-masing praktikan
mengelas selama 5,2 menit, 4,3 menit, 6,4 menit, dan 4,7 menit. Ada praktikan yang
mengelas sampai menyebabkan benda kerja menempel pada meja, hal ini dikarenakan posisi
pengelasan yang kurang baik. Dan ada praktikan yang mengelas tetapi tidak merata, hal ini
dikarenakan proses pengelasan yang tidak kontinu, praktikan mengelas dengan elektrode
yang terputus-putus pada saat mengenai benda kerja.
Pada pengelasan las listrik (SMAW) dapat ditarik analisa bahwa saat melakukan
pengelasan jarak sentuh elektroda dengan benda kerja tidak boleh terlalu jauh, apabila terlalu
jauh mengakibatkan hasil dari pengelasan tidak beraturan dan tidak padat. Agar pengelasan
tidak lengket-lengket maka sudut kemiringan elektroda terhadap benda kerja harus
diperhatikan dan juga tegangan pada mesin listrik.
Gerakan pengelasan harus konstan, apabila gerakann terlalu cepat atau terlalu lambat
akan mengakibatkan hasil pengelasan tidak rata.disamping itu pada saat selesai melakukan
pengelasan usahakan terak las dibersihkan agar pada saat dilas kembali/ditimpa tidak
mengakibatkan lapisan pengelasan mengalami cacat las seperti cacat slag inclusion.
Untuk pengelasan Acetylene (OAW) dapat ditarik analisa bahwa apabila terjadi
letupan pada ujung nozzle disebabkan ujung pada nozzle kotor, disamping itu terjadi juga
lendutan-lendutan pada benda kerja sehingga pada saat meyatukan dua buah benda kerja
agak sulit, ini disebabkan karena benda kerja tersebut dipanaskan dan terjadi pemuaian. Saat
pengelasan juga pemberian oksigen Yng terlalu banyak juga mengakibatkan bekas
pengelasan menjadi berongga dan mudah berlubang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dalam praktikum las listrik hasil yang didapat lebih rapi, karena electrode yang
dipakai lebih praktis dan hanya membutuhkan ketelitian dalam mengatur jarak
electrode dan benda kerja.
2. Dalam praktikum las karbit hasil yang didapat kebanyakan kurang rapi dan benar
karena electrode kebanyakan menggumpal pada daerah tertentu. Hal ini disebabkan
karena kurang ahlinya praktikan dalam mengatur jarak antara batang tembaga, las
listrik, dan benda kerja. Selain itu juga karena arah putaran las yang kurang tepat.
5.2 Saran
1. Sebaiknya pada praktikum las karbit ini, praktikan tidak hanya menyambung plat tipis
saja tetapi juga menyambung benda kerja yang sedikit rumit, agar skill praktikan lebih
terasah.
2. Sebaiknya para praktikan mendapat modul tentang las karbit dan las listrik agar
pengetahuan praktikan tentang pengelasan las karbit dan listrik dapat bertambah.
3. Sebaiknya perlu adanya penambahan materi pada saat di kelas tentang materi
praktikum, agar praktikum dapat berdiskusi mengenai materi praktikum dengan dosen
masing-masing serta teman-teman sekelas.
LAMPIRAN PRAKTIKUM