Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM

POLIGON GAYA

DISUSUN OLEH :
ZAHRATUL JANNAH ARIFAI 09320230332
MUHAMMAD YUSUF ASAF 09320230333
NANANG RAMADANI 09320230334
MAKHADIR MUHAMMAD 09320230336

KELOMPOK VII/2B
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktikum merupakan suatu pembelajaran dengan mahasiswa melakukan


percobaan dengan mengalami sendiri suatu yang di pelajari. Praktikum memiliki
kelebihan tersendiri dengan metode pembelajaran lainnya, yaitu: mahasiswa
langsung memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan
praktikum, mempertinggi partisipasi mahasiswa baik secara individu maupun
kelompok.
Ilmu fisika merupakah salah satu ilmu yang sangat erat kaitanya dengan
kehidupan manusia. Ilmu fisika akan berguna bagi manusia apabila sudah
diwujubkan dalam bentuk hasil teknologi. Dengan ilmu fisika semua pekerjaan
menjadi ringan karena adanya penerapan ilmu fisika yang di implikasikan dalam
teknologi yang canggih. Beberapa konsep fisika dapat tergabung dalam satu
bentuk peralatan sebagi hasil teknologi
Dalam arti ada peralatan yang hanya menggunakan satu konsep fisika dan
ada yang lebih dari satu konsep fisika. Ilmu fisika akan mendasari perkembangan
peralatan yang digunakan manusia. Penemuan-penemuan terbaru dalam bidang
fisika akan memperbaiki teknologi yang sudah ada.Dimana perkembangan
teknologi itu tentu merupakan implikasi dari ilmu fisika yang telah di pelajari oleh
para pakar yang ahli di bidangnya. Mempelajari fisika mempunyai banyak
manfaat. Tanpa adanya ilmu fisika semua peralatan canggih yang dapat
meringankan pekerjaan manusia tidak dapat terwujud
Pengukuran merupakan penentuan besaran dimensi, atau kapasitas biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran atau dapat dikatakan juga bahwa
pengukuran adalah kegiatan membandinkan suatu besaran yang diukur dengan
alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Pengukuran poligon merupakan salah
satu metode pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk
memperoleh koordinat (X,Y) titik-titik ikat pengukuran. Metode poligon adalah
salah satu cara penentuan posisi horizontal.
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
1.2 Tujuan Intruksi Umum

1.2.1 Tujuan Intruksi Umum (TIU)


1. Kami dapat memahami konsep penyusunan gaya
2. Kami dapat menerapkan konsep poligon gaya pada sistem yang
bekerja lebih dari dua gaya
1.2.2 Tujuan intruksi khusus (TIK)
1. Kami dapat menemukan besarnya sudut dari gaya yang terbentuk dan
menggambarkannya.
2. kami dapat menentukan nilai resultan gaya analitis dan grafis.

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaya

Gaya adalah dorongan atau tarikan yang diberikan pada suatu benda. Untuk
melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga mempunyai arti yang
tidaksama, namun keduanya saling berhubungan. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi
pengaruhnya dapat dirasakan. Tarikan dan dorongan yang dilakukan memerlukan
tenaga. Gaya ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Makin besar gaya
dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur
dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton
(N). Gaya dapat memengaruhi gerak dan bentuk benda.
Gaya merupakan salah satu bagian dari materi dalam ilmu fisika dasar. Satuan
simbol yang akan digunakan di dalam rumus gaya sudah ditentukan oleh hukum
fisika. Di dalam ilmu fisika, gaya adalah tarikan atau dorongan. Gaya dapat
menggerakkan benda bebas atau benda yang tidak terikat. Selain itu, pengertian
gaya di dalam ilmu fisika adalah sebuah besaran yang memiliki besar dan arah
tertentu. Gaya adalah sebuah interaksi yang bila bekerja sendiri akan
menyebabkan suatu perubahan keadaan gerak benda. Gaya dapat mempengaruhi
perubahan gerak, posisi atau perubahan bentuk benda. Gaya merupakan bagian
yang tidak dapat terlepas di dalam kehidupan manusia sehari-hari. Gaya dapat
dimulai dari berbagai hal. Seperti pergerakan tubuh, memindahkan barang
sampai melakukan sebuah pekerjaan. Dapat dikatakan bahwa gaya adalah
sesuatu yang selalu mengiringi aktivitas manusia. Konsep mengenai pengertian
gaya dapat dijelaskan di dalam hukum gerak Isaac Newton. Terdapat tiga istilah
hukum yang ditetapkan di dalam sebuah karyanya. Karya tersebut adalah
Principia Mathematica pada tahun 1687.
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya
Dapat menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada benda.
Gaya termasuk ke dalam besaran Vektor, karena memiliki nilai dan arah. Sebuah
gaya disimbolkan dengan huruf F (Force) dan Satuan Gaya dalam SI (Satuan
Internasional) adalah Newton, disingkat dengan N.(Kelompok et al. 2021)

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
Gaya merupakan suatu tarikan atau dorongan yang bekerja pada benda akibat
hasil interaksi dengan benda lain. Gaya yang timbul selalu merupakan hasil
interaksi antar dua buah objek baik interaksi secara langsung (menimbulkan gaya
sentuh) maupun melalui medan (menimbulkan gaya tak sentuh). Dalam
memahami konsep gaya seharusnya guru menekankan pada konsep interaksi yang
terjadi pada benda terhadap benda lain [32-36], yang dituangkan ke dalam
diagram interaksi (DI) kemudian menggiring pemahaman akan gaya yang timbul
dari hasil interaksi tersebut. Setelah mengetahui gaya yang timbul maka siswa
digiring untuk menggambarkan gaya yang bekerja pada benda. Untuk kasus
dinamika partikel dapat digambarkan dalam bentuk Diagram Bebas Benda (Free
Body Diagrams’).(Taqwa dan Pilendia 2018).
Gerak adalah perpindahan posisi atau kedudukan suatu benda.Bentuk benda
adalah gambaran wujud suatu benda.Gaya adalah tarikan atau dorongan yang
terjadi terhadap suatu benda. Gaya dapat menimbulkan perubahan posisi, gerak
atau perubahan bentuk pada benda. Gaya termasuk ke dalam besaran Vektor,
karena memiliki nilai dan arah. Sebuah Gaya disimbolkan dengan huruf F (Force)
dan Satuan Gaya dalam SI (Satuan Internasional) adalah Newton, disingkat
dengan N. Pengukuran gaya dapat dilakukan dengan alat yang disebut
dinamometer atau neraca pegas. Untuk melakukan sebuah gaya diperlukan usaha
(Tenaga), semakin besar gaya yang hendak dilakukan, maka semakin besar pula
usaha (tenaga) yang harus dikeluarkan.Gaya dapat menyebabkan sebuah benda
berubah bentuk, berubah posisi, dan juga berubah arah. Besar kecilnya atau kuat
lemahnya gaya harus kita keluarkan untuk suatu kegiatan, tergantung pada jenis
kegiatannya. Sebuah gaya disimbolkan dengan huruf F singkatan dari Force
secara singkat gaya dapat menyebabkan sebuah benda berubah bentuk, berubah
posisi, berubah kecepatan, berubah panjang atau volume, dan juga berubah arah.
Besar kecilnya atau kuat lemahnya gaya yang harus kita keluarkan untuk suatu
kegiatan, tergantung pada jenis kegiatannya. Sebuah gaya disimbolkan dengan
huruf F singkatan dari Force Secara singkat gaya merupakan besaran vektor.
Pengukuran gaya dapat dilakukan dengan alat yang disebut dinamometer atau
neraca pegas. Untuk melakukan sebuah gaya diperlukan usaha (Tenaga), semakin
besar gaya yang hendak dilakukan, maka semakin besar pula usaha (tenaga) yang
harus dikeluarkan.
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
Gaya dapat menyebabkan sebuah benda berubah bentuk, berubah posisi,
berubah kecepatan, berubah panjang atau volume, dan juga berubah arah. Besar
kecilnya atau kuat lemahnya gaya yang harus kita keluarkan untuk suatu kegiatan,
tergantung pada jenis kegiatannya. Sebuah gaya disimbolkan dengan huruf F
singkatan dari Force, secara singkat gaya merupakan besaran vektor.
Tarikan dan dorongan yang dilakukan memerlukan tenaga. Gaya ada yang
kuat dan ada pula yang lemah. Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula
tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut
dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N). Gaya dapat
memengaruhi gerak dan bentuk benda. Gerak adalah perpindahan posisi atau
kedudukan suatu benda. Bentuk benda adalah gambaran wujud suatu benda.
Gaya termasuk besaran vektor, yaitu besaran yang memperhitungkan arah.
Besaran ini merupakan salah satu besaran Fisika yang sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Semua aktivitas manusia maupun hewan pasti melibatkan
gaya di dalamnya. Misalnya berjalan, berlari, menendang bola, menerkam
mangsa, melambungkan bola, menata buku, menyetir mobil, dan masih banyak
lainnya. Simbol gaya diambil dari bahasa inggris Force, yaitu F . Sementara itu,
satuan gaya diambil dari penemunya, yaitu Newton atau N. Dari pembahasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan gaya dan gerak itu merupakan hubungan
sebab akibat. Karena gaya merupakan besaran vektor, maka kamu juga harus
mengenal istilah resultan gaya. Pengertian resultan gaya adalah jumlah seluruh
gaya yang bekerja pada satu garis yang sama. Penjumlahan itu harus mengacu
pada arah gayanya
Selain besaran pokok dan besaran turunan, besaran fisika dibagi menjadi dua
kelompok lain yaitu besaran vektor dan besaran skalar. Besaran vektor adalah
besaran fisika yang mempunyai besar dan arah. Contohnya perpindahan,
kecepatan, percepatan gaya. Besaran skalar adalah besaran fisika yang
mempunyai besar saja dan tidak mempunyai arah. Contohnya massa, jarak, waktu
dan volume. Besaran vektor dinotasikan dengan huruf di atasnya ada anak panah
atau huruf dicetak tebal. Untuk menghitung resultan dari vektor, dapat
menggunakan metode jajar genjang poligon dan analitik (Kuswadi, dkk., 2018).
Konsep gaya dapat berupa interaksi apapun yang dapat menyebabkan sebuah
benda bermassa mengalami perubahan gerak. Gaya juga bisa mempengaruhi
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
bentuk arah dan konstruksi geometris. Meskipun gaya bisa mempengaruhi
kecepatan suatu benda, tetapi tidak semua gaya bisa mengakibatkan objek
bergerak. Rumus gaya umumnya disimbolkan dengan “F”. Karena memiliki nilai
dan arah, gaya juga termasuk ke dalam kelompok besaran vektor. Vektor adalah
besaran yang memiliki besar serta arah. Beberapa besaran fisika yang termasuk
besaran vektor di antaranya yaitu kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum.
Berdasarkan semua penjelasan di atas, dapat disimpulkan definisi sederhana dari
gaya adalah suatu dorongan atau tarikan yang akan menggerakan benda bebas
(tidak terikat). Sebagai besaran vektor, gaya mempunyai besaran dan arah tertentu
yang di dalamnya terdapat sebuah nilai
Dalam penggunaan vektor, dua buah atau lebih dapat dijumlah, dikurang,
dikalikan atau dibagi. Kegiatan ini disebut operasi vektor. Menjumlahkan dan
mengurangkan vektor dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara metode grafis seperti
metode poligon, jajar genjang dan segitiga.
2.1.1 Sifat Sifat gaya
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
memiliki beberapa sifat berikut :
a. Gaya dapat mengubah arah gerak benda
Tidak hanya bentuk benda, gaya juga dapat mengubah arah
benda. Gaya dapat mengubah arah benda yang bergerak. Benda
yang bergerak dapat berubah kearah lain melalui gaya. Contohnya
seperti permainan sepak bola. Ketika seseorang menendang bola ke
arah kipper, kipper dapat mengubah kembali arah bola tersebut.
Melalui gaya tendangan, kipper dapat membuat bola menjauh dari
gawang dan dirinya
b. Gaya dapat mengubah bentuk benda
Sifat ini adalah salah satu sifat gaya yang utama. gaya dapat
mengubah bentuk benda atau sebuah objek tertentu. Contohnya
seperti pada tanah liat. Melalui gaya, tanah liat bisa dijadikan sebuah
bentuk. Itu adalah contoh sifat gaya dalam mengubah bentuk benda
c. Gaya dapat mengubah benda bergerak menjadi benda yang diam
Sifat gaya kali ini adalah sifat sebaliknya dari poin sebelumnya.
Melalui gaya, benda yang bergerak dapat menjadi diam. Contohnya
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
seperti permainan baseball. Ketika seseorang menangkap bola, maka
bola yang semula bergerak menjadi diam. Inilah salah satu contoh
sifat gaya dapat mengubah benda yang bergerak menjadi benda yang
diam
d. Gaya dapat mengubah benda bergerak menjadi benda yang diam
Sifat gaya kali ini adalah sifat sebaliknya dari poin sebelumnya.
Melalui gaya, benda yang bergerak dapat menjadi diam. Contohnya
seperti permainan baseball. Ketika seseorang menangkap bola, maka
bola yang semula bergerak menjadi diam. Inilah salah satu contoh
sifat gaya dapat mengubah benda yang bergerak menjadi benda yang
diam
e. Gaya dapat mengubah posisi benda dengan cara mengerakkan atau
memindahkannya
f. Gaya dapat mengubah kecepatan gerak benda
Sifat gaya yang kelima adalah dapat mengubah kecepatan pada
gerak benda. Melalui gaya, benda yang bergerak dapat diatur batas
kecepatannya. Bisa dibuat melambat atau bahkan lebih cepat.
Contohnya seperti sedang mengendarai mobil. Melalui gaya, mobil
bisa diatur kecepatannya. Mobil bisa berjalan dengan sangat cepat
maupun sangat lambat. Semua itu tergantung pada gaya yang
diberikan oleh orang yang menyetir mobil.
2.1.2 Rumus dan Satuan Gaya
Gaya dirumuskan dengan tiga rumusan dasar yang menjelaskan kaitan
gaya dengan gerak benda. Tiga rumusan dasar ini adalah Hukum Newton
1,2,dan3
a. Hukum Newton 1
Jika resultan (Penjumlahan atau pengurangan gaya) yang bekerja
pada benda sama dengan nol, maka benda yang semula diam akan
tetap diam
∑F = 0 .......…….......………………………………….(1.2.1)

Keterangan :
∑F = resultan gaya (Kg m/s2)

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
Contoh Hukum Newton I
1. Saat menaiki mobil yang bergerak cepat kemudian di rem penumpang
akan terdorong kedepan.
2. Mobil berjalan keadaan pelan kemudian mendadak menginjak gas maka
penumpang akan tercondong ke belakang.
3. Jika meletakkan misalnya koin pada atas kain kemudian kain tersebut
ditarik secara cepat, maka koin tersebut akan tetap.
b. Hukum Newton 2
Percepatan (Perubahan dari kecepatan) gerak benda selalu berbanding
lurus dengan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda dan selalu
berbanding terbalik dengan massa benda.
Jadi rumus Hukum Newton 2 adalah :

∑F =m.a ….........................................................................(1.2.2)

Keterangan :
∑F = resultan gaya (Kg m/s2),
m = Massa Benda (Kg),
a = percepatan (m/s2).
Contoh Hukum Newton II
1. Menarik gerobak mengangkut pupuk dari rumah ke ladang.
2. Jika tarik dengan gaya yang sama mobil-mobil yang masasanya
lebihbesar (ada beban) percepatannya lebih kecil, sedangkan pada
mobi lmobilan yang sama (massa sama) jika ditarik dengan gaya yang
lebih besar akan mengalami percepatan yang lebih besar pula.
3. Mengiring bola pada permukaan datar.
c. Hukum Newton 3
Setiap aksi akan menimbulkan reaksi, artinya jika suatu benda
mengerjakan gaya terhadap benda kedua maka, benda kedua akan
membalas gaya dari benda pertama dengan arah yang berlawanan. Jadi
rumus Hukum Newton 3 adalah :
Faksi = Freaksi ……………..........................................................(1.2.3)

Keterangan:
F aksi = Gaya yang diberikan pada benda,

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
F reaksi = Gaya yang diterima benda.
Contoh Hukum Newton 3
1. Pada saat duduk pada kursi busa, berat badan akan menekan kursi
kebawah, sedangkan kursi akan menahan berat badan keatas.
2. Melempar bola pada dinding maka bola akan berbalik dengan kekuatan
3. Jika seseorang memakai sepatu roda dan mendorong dinding, maka
dinding akan mendorong sebesar sama dengan gaya yang kamu
keluarkan tetapi arahnya berlawanan, sehingga orang tersebut
terdorong menjauhi dinding.
2.1.3 Sejarah Gaya
Aristoteles dan pengikutnya meyakini bahwa keadaan alami objek di
Bumi tak bergerak dan bahwasannya objek-objek tersebut cenderung ke
arah keadaan tersebut jika dibiarkan begitu saja. Aristoteles membedakan
antara kecenderungan bawaan objek-objek untuk menemukan “tempat
alami” mereka (misal benda berat jatuh), yang menuju “gerak alami”, dan
tak alami atau gerak terpaksa, yang memerlukan penerapan kontinyu gaya.
Namun teori ini meskipun berdasarkan pengalaman sehari-hari bagaimana
objek bergerak missal kuda dan pedati), memiliki kesulitan perhitungan
yang menjengkelkan untuk proyektil, semisal penerbangan panah.
Beberapa teori telah dibahas selama berabad-abad, dan gagasan
pertengahan akhir bahwa objek dalam gerak terpaksa membawa gaya
dorong bawaan adalah pengaruh pekerjaan Galileo Galilei. Galileo
melakukan eksperimen dimana batu dan peluru meriam keduanya
digelindingkan pada suatu kecuraman untuk membuktikan kebalikan teori
gerak Aristoteles pada awal abad 17. Galileo menunjukkan bahwa benda
dipercepat oleh gravitasi yang mana tak gayut massanya dan
berargumentasi bahwa objek mempertahankan kecepatan mereka jika tidak
dipengaruhi oleh gaya - biasanya gesekan. Isaac Newton dikenal sebagai
pembantah secara tegas untuk pertama kalinya, bahwa secara umum, gaya
konstan menyebabkan laju perubahan konstan (turunan waktu) dari
momentum
Secara esensi, ia memberi definisi matematika pertama kali dan hanya
definisi matematika dari kuantitas gaya itu sendiri - sebagai turunan waktu
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
momentum: F = dp/dt. Pada tahun 1784 Charles Coulombmenemukan
hukum kuadrat terbalik interaksi antara muatan listrik menggunakan
keseimbangan torsional, yang mana pada abad ke 20. Dengan
pengembangan teori medan kuantum dan relativitas umum, disadari bahwa
“gaya” adalah konsep berlebihan yang muncul dari kekekalan momentum
(momentum 4 dalam relativitas dan momentum partikel virtual dalam
elektrodinamika kuantum). Dengan demikian sekarang ini dikenal gaya
fundamental adalah lebih akurat disebut “interaksi fundamental”.
2.1.4 Resultan Gaya
Resultan gaya adalah gaya-gaya yang bekerja pada duatu benda dapat
berupa gaya-gaya searah, berlawanan arah, saling tegak lurus, atau saling
membentuk sudut. Berikut ini adalah resultan gaya gaya yang searah, dan
berlawanan arah :
1.Resultan Gaya Gaya Searah
Resultan gaya-gaya searah adalah penjumlahan dua buah gaya atau
lebih yang memiliki arah yang sama. Misalnya, dua orang sedang
mendorong sebuah meja dengan gaya masing-masing 60 N dan 45 N.
gaya kedua orang yg mempengaruhi meja tersebut menjadi 105 N.Contoh
kedua ada dua orang anak berusaha mendorong meja pada arah yang
sama. Jika anak pertama mengeluarkan gaya sebesar 20 N dan anak kedua
mengeluarkan gaya sebesar 30 N, maka besar resultan gaya yg akan
dikeluarkan oleh kedua anak tersebut dapat dinyakatan dengan FR = F1 +
F2 = 20 N + 30 N = 50 N.
2. Resultan Gaya-Gaya yg Berlawanan Arah
Apabila pada sebuah benda bekerja dua gaya yang segaris tetapi
berlawanan arah, besarnya kedua gaya tersebut dapat digantidengan
sebuah gaya yg besarnya sama dengan selisih kedua gaya tersebut dan
arahnya sama dengan arah gaya yg besar.Misalnya pada peristiwa tarik
tambang, tali akan bergerak kearah tim yg kuat. Gaya yg mengarah
kekanan atau atas bernilai positif dan gaya yg mengarah ke kiri bawah
bernilai negative. Jadi, untuk melukiskan gaya digunakan aturan sebagai
berikut.
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
a. Panjang anak panah melukiskan besarnya gaya.
b. Arah anak panah merupakan arah gaya
c. Pangkal anak panah merupakan titik tangkap gaya.

2.2 Macam- Macam Gaya

Berdasarkan sentuhannya dengan benda, gaya dibagi menjadi 2, yaitu :


1. Gaya Sentuh
Gaya sentuh adalah gaya yang bekerja dengan sentuhan. Artinya suatu gaya
akan menghasilkan efek apabila terjadi sentuhan dengan benda yang akan
diberikan gaya tersebut, apabila tidak terjadi sentuhan, maka gaya tidak akan
bekerja pada benda. Gaya ini akan muncul ketika benda bersentuhan dengan
benda lain yang menjadi sumber gaya. Contohnya, ketika seseorang hendak
memindahkan meja , maka ia harus menyentuh meja tersebut kemudian
mendorongnya ke tempat tujuan, pada kasus ini terjadi sentuhan antara
manusia sebagai sumber gaya, dan meja sebagai target yang hendak diberikan
gaya. Apabila tidak terjadi sentuhan antara keduanya maka meja tidak akan
berpindah sesuai keinginan.
2. Gaya Tak Sentuh
Gaya tak sentuh adalah gaya yang akan bekerja tanpa terjadinya sentuhan.
Artinya efek dari gaya yang dikeluarkan oleh sumber gaya tetap dapat
dirasakan oleh benda walaupun mereka tidak bersentuhan. Contohnya adalah
gaya magnet dan gaya gravitasi, pada gaya magnet, ketika kita meletakkan
besi di dekat magnet (tanpa bersentuhan), maka besi tersebut akan tertarik ke
arah magnet karena merasakan efek dari gaya yang dikeluarkan oleh magnet
tersebut.
Berdasarkan jenis gaya, secara umum dikenal 7 jenis gaya utama, yaitu :
1. Gaya Otot
Sesuai dengan namanya gaya otot merupakan gaya yang dilakukan oleh
makhluk hidup yang memiliki otot. Gaya timbul dari koordinasi dari
struktur otot dengan rangka tubuh. Gaya otot termasuk ke dalam kelompok
gaya sentuh. Contohnya adalah seseorang yang mengangkat batu . Untuk
mengangkat batu tersebut, otot di dalam tubuhnya berkordinasi sehingga
mampu menggerakan tangan untuk mengangkat batu.
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
2. Gaya Pegas
Gaya pegas adalah gaya dihasilkan oleh sebuah pegas. Gaya pegas
disebut juga gaya lenting pulih yang terjadi karena adanya sifat keelastisan
suatu benda . Gaya pegas termasuk kedalam kelompok gaya sentuh . Gaya
pegas timbul karena pegas dapat memapat dan merenggang sehingga
bentuknya dapat kembali seperti semula setelah terjadi gaya tersebut . Gaya
pegas selalu terjadi pada benda-benda lenting yang bentuknya diubah.
Misalnya gaya pegas timbul pada bambu yang dibengkokkan atau busur
panah yang ditarik. Gaya pegas dimanfaatkan antara lain untuk mengurangi
pengaruh dari getaran pada jalan yang kasar, misalnya pada sepeda motor,
mobil, dokar atau sepeda. Contohnya adalah ketika seseorang pemanah
menarik anak panah ke belakang, maka busur pada panah tersebut akan
mengikuti arah busur yang di tarik , kemudian setelah anak panah
dilepaskan, maka pegas pada busur panah akan kembali ke bentuk
semulanya . Contoh lainnya adalah ketapel , sistem kerjanya sejenis dengan
busur panah . Jika suatu benda dapat merenggang atau menyusut karena
pengaruh gaya dari luar dan dapat dikembalikan ke keadaan semula jika
gaya yang bekerja padanya dihilangkan, maka keadaan tersebut dikatakan
mempunyai sifat elastis (misalanya pegas)
3. Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang timbul karena terjadinya persentuhan
langsung antara dua permukaan benda. Gaya gesek merupakan gaya yang
arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak benda atau arah gaya luar.
Gaya gesek termasuk ke dalam kelompok gaya sentuh. Besar kecilnya gaya
gesekan ditentukan oleh halus atau kasarnya permukaan benda. Semakin
halus permukaan, maka semakin kecil gaya gesekan yang timbul sehingga
gaya yang dibutuhkan untuk membuat benda tersebut bergerak semakin
kecil juga. Contohnya apabila batu yang sama dengan jumlah gaya luar
yang sama di gerakan pada 2 permukaan , satu di lantai keramik (halus),
satu lagi di lantai semen (kasar), maka pergerakan batu di lantai keramik
akan lebih cepat da mudah dibandingkan pergerakan batu pada lantai
semen. Gaya gesek terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Gaya Gesek Statis,yaitu gaya gesek yang terjadi ketika benda diam.
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
Gaya gesek statis terjadi apabila gaya luar yang diberikan kepada
benda nilainya sama dengan gaya gesekan yang terjadi sehingga benda
tersebut akan diam tidak bergerak karena resultan (penjumlahan) gaya
yang terjadi padanya sama dengan nol. Contohnya, ketika ada sebuah
benda diletakkan pada bidang miring dan benda tersebut kita tahan
dengan tangan, maka benda itu tidak akan bergerak (tetap diam) karena
resultan gaya dari tangan kita sama dengan resutan gaya gesek yang
terjadi, namun apabila kita melepaskannya, maka benda tersebut akan
kembali bergerak.
b. Gaya Gesek Kinetik, yaitu gaya gesek yang terjadi ketika benda
dalamkeadaan bergerak. Gaya gesek kinetik terjadi ketika nilai gaya
gesek selalu lebih kecil dibandingkan gaya luar yang bekerja padanya,
sehingga gaya luar menang dan membuat benda tersebut bergerak.
Contohnya adalah gaya gesek antara permukaan mobil dengan aspal
ketika mobil bergerak, gaya gesek yang terjadi lebih kecil, dari gaya
mesin sehingga mobil mampu bergerak.
4. Gaya Mesin
Gaya mesin adalah gaya yang di hasilkan oleh kerja mesin, seiring
berkembangnya teknologi, mesin yang di buatpun semakin canggih . Gaya
mesin sangat membantu dalam meringankan aktivitas manusia .
Contohnya adalah kerja mobil dan motor .
5. Gaya Gravitasi Bumi (Gaya Berat)
Gaya gravitasi bumi adalah gaya tarik bumi terhadap seluruh benda
bermassa yang terdapat pada permukaannya. Sahabat pasti sudah
mengetahui bahwa dengan adanya gravitasi bumi , maka kita dapat berdiri
tanpa masalah di permukaannya, apabila tidak terdapat gaya gravitasi
bumi, maka setiap benda akan melayang seperti halnya di luar angkasa .
6. Gaya Magnet
Gaya maget adalah gaya yang mampu menarik benda-benda
tertentu.Benda yang mampu ditarik oleh magnet disebut benda magnetis,
yang umumnya terbuat dari besi atau baja, ataupun logam lainnya.
Semakin dekat magnet dengan benda magnetis, maka gaya tarik magnet
tersebut semakin besar. Gaya magnet dapat menarik benda meskipun tanpa
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
menyentuhnya, oleh karena itu gaya magnet termasuk ke dalam kelompok
gaya tak sentuh. Contohnya adalah paku apabila didekatkan ke sebuah
magnet, maka ia akan tertarik ke arah magnet tersebut, maka paku
merupakan benda magnetis.
7. Gaya Listrik
Gaya listrik adalah gaya yang dihasilkan oleh benda-benda bermuatan
listrik dalam medan listrik. Contohnya adalah kipas angin bekerja dengan
mengubah energi listrik menjadi energi gerak.

2.3 Massa

Massa adalah ukuran kuantitatif dari inersia yang semakin besar massa benda,
semakin besar hambatan dari massa benda tersebut untuk di percepat.konsep ini
dengan mudah dapat di hubungkan dengan kegiatan sehari-hari,jika anda
memukul bola tenis meja dan kemudian bola basket dengan gaya yang sama.
Maka bola basket akan memulai percepatan yang lebih kecil karena memiliki
massa yang lebih besar. Jika sebuah gaya menghsilkan percepatan yang besar,
maka benda massa kecil; jika gaya yang sama menyebabkan percepatan kecil,
maka massa benda besar. Satuan massa dalam SI adalah kilogram secara resmi di
definisikan sebagai massa dari sebuah potongan yang terbuat dari paduan platina
–iridium yang di simpan dalam kotak besi di dekat paris. Kita dapat menggunakan
kilogram standar ini untuk mendefinisikan newton: Satu newton adalah jumlah
gaya total yang memberikan percepatan sebesar satu meter per sekom kuadrat
pada sebuah benda yang bermassa satu kilogram. Kita dapat menggunakan
definisi ini untuk mengkalibrasi neraca pegas dan alat lain yang di gunakan untuk
mengukur gaya.Cara kita mendefinisikan newton berkaitan dengan satuan
massa,panjang dan waktu. oleh karena itu konsisten secara dimensi, maka harus
di penuhi.

2.4 Vektor

Vektor adalah jenis besaran fisika yang mempunyai nilai dan arah. Besaran -
besaran fisika berupa vektor biasanya digambarkan dengan bentuk panah dimana
arah menunjukkan arah vektor dan besar vektor diwakili dengan panjang panah.
Vektor biasanya juga terdiri atas bagian - bagian yang mewakili untuk setiap

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
dimensi. Jika vektor 1 dimensi maka diwakili 1 komponen, jika vektor 2 dimensi
maka diwakili 2 komponen dan vektor 3 dimensi maka diwakili 3 komponen.
Untuk komponen sumbu x akan diikuti vektor ??⃗ satuan setelah besarnya dan
untuk sumbu y diikuti vektor satuan ??⃗⃗ dan sumbu z diikuti vektor satuan ??⃗.
Operasi penjumlahan vektor, pengurangan vektor, perkalian vektor maupun
pembagian vektor tidak seperti pada besaran skalar tetapi harus dengan cara yang
khusus. Contoh dari besaran vektor adalah kecepatan, gaya, perpindahan,
momentum dan lain - lain.
Besaran dalam fisika terbagi menjadi dua yaitu besaran vektor dan besaran
skalar. Besaran yang hanya memiliki nilai disebut besaran skalar contoh besaran
massa, panjang, waktu masign-masing memiliki nilai saja yaitu misal 5 Kg, 6 m,
dan 7 menit. Sedangkan besaran yang memiliki yang memiliki nilai dan arah
disebut besaran vektor contoh besaran kecepatan, gaya masing-masing 5 m/detik
ke utara, 6 newton ke timur. Besaran dinotasikan dengan huruf diatasnya ada anak
panah atau huruf dicetak tebal sedangakan huruf tampa cetak tebal adalah nilai
(besar) vektor. Lambang besaran vektor yaitu anak panah dimana panjang ruas
garis menunjukkan nilai vektor dan anak panah menunjukkan arah vektor. Dalam
hal ini bisa ditentukan resultan vektor dari gaya-gaya yang bekerja pada suatu titik
Vektor pada bidang datar mempunyai komponen yaitu pada sumbu x dan y.
Khusus untuk vektor yang segaris dengan sumbu x atau y berarti hanya
memopunyai satu komponen. Komponen vektor adalah vektor yang bekerja pada
suatu menyusun suatu vektor hasil (resultan vektor). Olehh karenanya vektor bisa
dipindahkan titik pangkalnya asalakan tidak berubah besar dan arahnya. Setiap
vektor diuraikan ke mempermudah penjumlahan dua buah vektor atau lebih.
Pemahaman konsep ini akan sangat bermanfaat untuk lebih mendalami pelajaran
fisika, khususnya untuk bidang mekanika, medan listrik dan bidang lainnya.

2.5 Perhitungan Vektor

Dalam penggunaan vektor, dua buah atau lebih dapat dijumlah, dikurang,
dikalikan atau dibagi. Kegiatan ini disebut operasi vektor. Menjumlahkan dan
mengurangkan vektor dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara metode grafis seperti
metode polygon, jajar genjang dan segitiga
Secara eksperimen telah ditemukan bahwa jika dua atau lebih gaya bekerja
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
pada benda yang sama, percepatan benda adalah sama seperti jika benda dikenai
gaya tunggal yang sama dengan penjumlahan vektor gaya-gaya itu sendiri.
Artinya, gayagaya dijumlahkan sebagai vektor-vektor
2.5.1 Penjumlahan vektor dengan metode jajar genjang
Metode yang digunakan adalah dengan mencari diagonal jajargenjang
yang terbentuk dari dua vektor dan tidak ada pemindahan titik tangkap
vektor.Untuk vektor segaris, penjumlahannya adalah R= A + B + C + n dan
seterusnya Untuk penjumlahan vektor yang tidak segaris misalnya seperti
gambar dibawah
2.5.2 Penjumlahan vektor dengan metode segitiga
Pada metode ini dilakukan pemindahan titik tangkai vektor I ke ujung
yan lain titik pangkal vektor pertama dengan titik ujung vektor ke dua.
2.5.3 Pengurangan Vektor
Pengurangan sebuah vektor sama dengan cara penjumlahan vektor
tetapi dengan lawan vektor itu.Untuk dapat mengurangkan F2 dan F1 maka
bentuk F2 - F1 dapat diubah menjadi F1 + (-F2).Vektor-F2 menyatakan
vektor berlawanan dengan vektor F1. Sehingga FR diperoleh dengan cara
memotong F1 dengan F2

2.6. Poligon

Poligon adalah suatu rangkaian garis lurus yang berurutan menghubungkan


titik- titik yang berkoordinat satu dengan lainnya menjadi bentuk tertentu (segi
banyak beraturan atau segi banyak tidak beraturan/tidak bersegi). Tujuan dari
poligon adalah untuk memperbanyak koordinat titik-titik di lapangan yang
diperlukan untuk pembuatan peta. Poligon berasal dari kata polygon yang berarti
poly : banyak dan gon (gone) : titik. Yang kita maksud disini adalah poligon yang
digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik titik dimana titik
tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y, silahkan klik disini untuk
memahami sistem koordinat dan proyeksi peta yang tidak terlepas akan
pengukuran dan penghitungan poligon. Poligon merupakan serangkaian segi
banyak.
Poligon (poly=banyak; gonos=sudut) atau disebut traverse, adalah metode
pengadaan kerangka dasar pemetaan horisontal dengan membuat bangun segi
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
banyak yang diukur semua jarak dan sudutnya. Metode ini sering digunakan
karena sifatnya yang fleksibel dan kesederhanaan hitungannya. Fleksibel dalam
arti bahwa poligon dapat mengikuti berbagai bentuk medan pengukuran, mulai
dari yang paling sederhana, misalnya berupa segitiga, sampai bentuk kompleks
misalnya segi n dengan variasi loop (n adalah jumlah titik poligon yang tak
terbatas). Hitungannya sederhana dalam arti bahwa seorang Surveyor dapat
menghitung koordinat ukuran poligon hanya dengan menggunakan kalkulator dan
pengetahuan matematis dasar setingkat SMU dan sedikit pelatihan. Namun, sering
ditemui para petugas ukur masih kurang terampil dan merasa sulit dalam
penghitungan poligon ini padahal berbagai pelatihan terkait telah diikutinya.
Wongsotjitro (1980) menggunakan istilah poligon pada bahasannya tentang
penentuan koordinat titik-titik suatu tempat dengan cara membuat bangun segi
banyak yang panjang dan terhubung satu sama lain. Sosrodarsono et.al (1997)
menggunakan istilah poligon pada pembahasan pengukuran titik-titik kontrol
sebagai bentuk jaring-jaring yang dibagi menjadi poligon bersambung dan
poligon tertutup. Frick (1979) menggunakan istilah poligon dan membaginya
secara lebih rinci menjadi berbagai jenis: poligon terikat, poligon lepas, poligon
utama, dan poligon cabang. Berbeda dengan ketiga penulis di atas yang tidak
mendefinisikan poligon secara eksplisit, Brinker et.al (1996) mendefinisikan
poligon secara lebih tegas sebagai serangkaian garis berurutan yang panjang dan
arahnya telah ditentukan dari pengukuran. Menurutnya, pengukuran poligon
merupakan pekerjaan menetapkan koordinat titik-titik poligon, dan merupakan
cara yang paling dasar dan paling banyak dilakukan untuk menentukan letak nisbi
titik-titik. Olehnya,poligon dibagi menjadi poligon terbuka dan poligon tertutup.
Selain pada buku teks, dalam Petunjuk Teknis PMNA/KBPN 3/97, istilah poligon
digunakan sebagai salah satu metode terestrial dalam penentuan posisi Secara
harfiah poligon artinya sudut banyak. Namun, arti yang sebenarnya adalah
rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai kerangka dasar pemetaan. titik di
permukaan bumi. Sementara itu, metode terrestris lain yang diperkenankanoleh
BPN adalah triangulasi, trilaterasi dan triangulaterasi yang telah jarang
digunakan. Dalam PMNA/KBPN 3/97, istilah poligon dijumpai untuk penyebutan
daftar isian (DI) 103 sebagai formulir data ukuran poligon dan detail, DI 104
sebagai formulir hitungan koordinat, termasuk poligon. Dalam upaya pengadaan
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
titik-titik dasar teknik, utamanya orde 4, Surveyor Badan Pertanahan Nasional
sering menggunakan metode poligon. Ketentuan-ketentuan teknis berkaitan
dengan poligon secara eksplisit diatur oleh BPN. Sebagai contoh dalam hal syarat
minimal spesifikasi ketelitian theodolit dan pita ukur yang digunakan, toleransi
kesalahan hasil ukuran jarak, toleransi kesalahan hasil ukuran sudut, toleransi
kesalahan penutup sudut, toleransi kesalahan linear, dan sebagainya. Besaran
yang diukur dalam poligon adalah unsur-unsur sudut di setiap titik dan jarak di
setiap dua titik yang berurutan.
Untuk titik refrensi dalam pengukuran poligon ialah TDT (Titik Dasar Teknik)
atau BM (Base Mark) Orde 3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki kooordinat
TM-3 dan diukur menggunakan GPS Geodetik. Poligon berasal dari kata Poli
yang berarti banyak dan gon yang berarti sudut. Arti sebenarnya rangkaian titik-
titik secara berurutan. Titik referensi adalah titik yang mempunyai sebuah
koordinat yang dalam penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan
proyeksi peta, di Indonesia datum yang di gunakan adalah WGS 84 sedangkan
proyeksi peta menggunakan TM-3, sedangkan koordinat lokal adalah koordinat
yang tidak mengacu pada dua hal tersebut (koordinat sementara), Menentukan
posisi horizontal dengan banyak titik, dimana titik satu dan lainnya dihubungkan
oleh pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik. Kalaupun
hal itu di terapkan dalam pengukuran poligon untuk area yang cukup luas tentu
saja kelengkungan bumi diabaikan begitu saja.
Pengukuran poligon adalah pekerjaan menetapkan stasiun-stasiun poligon dan
membuat pengukuran-pengukuran yang perlu, adalah salah satu cara yang paling
sederhana atau paling dasar dan paling banyak dilakukan untuk menentukan letak
nisbi titik-titik, karena metode ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding
metode lainnya, antara lain :
1. Bentuknya dengan mudah dapat disesuaikan dengan daerah yang akan
dipetakan
2. Metode pengukuran poligon sederhana
3. Peralatan yang dibutuhkan mudah didapat
4. Metode perhitungan mudah
Poligon ini bermacam-macam, oleh karenanya untuk membedakannya
didasarkan pada kriteria tertentu, antara lain :
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
a. Atas dasar titik ikat : terikat sempurna, terikat sepihak, bebas (tanpa
ikatan)
b. Atas dasar bentuk : terbuka, tertutup, bercabang
c. Atas dasar alat yang digunakan untuk pengukuran : poligon teodolit
(poligon sudut), poligon kompas
d. Atas dasar penyelesaian : hitungan (numeris) dan grafis
e. Atas dasar tingkat ketelitian : tingkat I, tingkat II, tingkat III, tingkat IV
(rendah)
f. Atas dasar hierarki dalam pemetaan : utama (induk), cabang
anakan/ray)

2.7 Macam Macam Poligon

1. Poligon Tertutup

Gambar 1.2.1 Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi
satu. Poligon macam ini merupakan poligon yang paling disukai dilapangan
karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak yang memang sulit
didapatkan dilapangan. Namun, hasil ukurannya tetap terkontrol.Poligon
tertutup merupakan kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon
segi banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
dari titik 1 kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi.
Sehingga akan membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal
adalah digunakan untuk mengoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak
tersebut
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk
poligon segi banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila
mulai dari titik 1 kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1
lagi. Sehingga akan membentuk segi banyak. (Muhammad, 2019).
Poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik
akhirnya bertemu pada satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi
sudut dan koreksi koordinat tetap dapat dilakukan walaupun tanpa titik ikat.
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi satu.
Poligon tertutup ini hanya membutuhkan satu titik kontrol yang sudah
diketahui koordinatnya yaitu titik awal yang sekaligus digunakan sebagai
titik akhir poligon, sudut jurusan sisi awal akan sama dengan sudut jurusan
akhirnya. Syarat Geomatri sudut adalah sebagai berikut:

Syarat sudut ukuran

∑β = (n-2). 180 - Fβapabila sudut dalam (1)

∑β = (n+2). 180 - Fβapabila sudut luar (2)

Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak-


jarak tertentu yang merupakan suatu pertimbangan yang sangat penting
poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon
segi
Poligon tertutup adalah suatu poligon yang membentuk kerangka dasar
pengukuran dan memiliki tepi yang membentuk bentuk geometri yang
sepenuhnya tertutup atau lingkaran tertutup Poligon tertutup memiliki titik
awal dan titik akhir yang bertemu pada satu titik yang sama Poligon tertutup
memiliki titik awal dan titik akhir yang bertemu pada satu titik yang
samaPoligon tertutup dapat digunakan dalam berbagai aplikasi seperti dalam
pembuatan kerangka kontrol horizontal (KKH) dan pemetaan .Dalam
pembuatan KKH, poligon tertutup dapat digunakan untuk menghubungkan

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
titik-titik pengukuran yang tersebar di lapangan sehingga membentuk suatu
rangkaian garis yang panjang Sedangkan dalam pemetaan, poligon tertutup
dapat digunakan untuk mengukur luas lahan .Poligon tertutup yang panjang
adalah suatu poligon yang memiliki banyak sisi dan sudut, dengan panjang
sisi-sisi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan poligon lainnya .
Panjang total poligon tertutup yang panjang dapat dihitung dengan
menjumlahkan panjang masing-masing sisinya Dalam pembuatan KKH,
poligon tertutup yang panjang dapat digunakan untuk menghubungkan titik-
titik pengukuran yang tersebar di lapangan sehingga membentuk suatu
rangkaian garis yang panjang Poligon tertutup adalah Garis-garis kembali ke
titik awal, jadi membentuk segi banyak. Berakhir di stasiun lain yang
mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar daripada ketelitian letak
titik awal. Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan
jarak tertentu, suatu pertimbangan yang sangat penting. Pada prinsipnya yang
perlu diingat adalah penentuan jumlah titik poligon disesuaikan dengan
kondisi lapangan. Misalkan yang diukur lahan yang sangat luas maka
membutuhkan banyak titik poligon. Usahakan menggunakan sedikit titik
poligon yang terpenting menutup. Semakin banyak titik poligon maka tingkat
kesalahan sudut semakin besar. Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720
derajat. Hasil hitungan tersebut adalah sudut apabila poligon tersebut benar-
benar menutup. tapi tahukah anda bahwa pengukuran di lapangan tidak bisa
seperti itu. biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut dalam karena
beberapa faktor di lapangan. Misalkan saya bandingkan hasil pengukuran
dari lapangan sebelum dikoreksi didapat jumlah sudut dalam sebesar
720d54'43" (720 derajat 54 menit 43 detik). Maka hasil pengukuran saya ini
ada kesalahan atau kelebihan sudut sebesar 54'43".Maka yang harus
dikoreksi adalah sebesar 54'43" agar sudut dalam sesuai dengan hasil rumus
di atas. Selain untuk mengkoreksi sudut dalam, fungsi dari poligon tertutup
ini adalah untuk mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai pengukuran
dari titik awal atau titik 1 dengan elevasi awal 100 m dari permukaan laut.
Maka saat kita kembali ketitik awal lagi setelah melalui titik poligon 2,3,4,5,
dan 6 harusnya elevasi akhir adalah 100 m juga. apabila lebih atau kurang
dari itu maka harus dikoreksi. Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
apabila kita menghitung jumlah keseluruhan sudut dalam bisa menggunakan
rumus (n-2)x180. Keuntungan dari poligon tertutup yaitu, walaupun tidak
ada ikatan sama sekali, namun koreksi sudut dapat dicari dengan adanya sifat
poligon tertutup yang jumlah sudut dalamnya sama dengan (n-2) 1000. Selain
itu, terdapat pula koreksi koordinatdengan adanya konsekuensi logis dari
bentuk geometrisnya bahwa jumlah selisih absis dan jumlah selisih ordinat
sama dengan nol. Keuntungan inilah yang menyebabkan orang senang bentuk
poligon tertutup. Satu-satunya kelemahan poligon tertutup yang sangat
menonjol ialah bahwa bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak
(salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan, dengan kata lain walaupun
ada kesalahan tersebut, namun poligon tertutup itu kelihatan baik juga. Jarak-
jarak yang diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan
seperti itu, yaitu kalau ada kesalahan frekuensi gelombang. Kelemahan
poligon tertutup yaitu, bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak
(salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan. Dengan kata lain, walaupun
ada kesalahan, namun poligon tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang
diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti
kesalahan frekuensi gelombang

2. Poligon Terbuka

Gambar 1.2.2 Poligon Terbuka

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan,
sungai, maupun irigasi, tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur
luas lahan terbuka. Namun tetap disarankan untuk menggunakan poligon
tertutup apabila mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini adalah
poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada tertutup.
Jadi pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik awal.
Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan tidak
terikat sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-
data koordinat pada titik awal dan titik akhir berupa data koordinat dan
elevasi (x,y,z). Sedangkan terikat tidak sempurna adalah hanya mempunyai
data koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Poligon terbuka tidak terikat
sempurna ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya surveyor-surveyor handal
dan berpengalaman banyak lah yang bisa menggunakan ini karena yakiN
ketelitian dan kesalahan sudut hanya kecil. Tingkat kesalahan
padapengukuran sangat tergantung dari pengukurnya sendiri seberapa akurat
dan mampu bisa melakukannya (Kuswadi, dkk, 2018)
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan,
sungai, maupun irigasi. tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur
luas lahan terbuka. namun tetap disarankan untuk menggunakan poligon
tertutup apabila mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini adalah
poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada tertutup. jadi
pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik awal seperti
pada gambar di bawah ini.
Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan
tidak terikat sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai
data-data koordinat pada titik awal dan titik akhir berupa data koordinat dan
elevasi (x,y,z). Sedangkan terikat tidak sempurna adalah hanya mempunyai
data koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data koordinat tersebut bisa
didapatkan dari benchmark. apa yang dimaksud dengan benchmark Poligon
terbuka tidak terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya
surveyor-surveyor handal dan berpengalaman banyak lah yang bisa
menggunakan ini karena yakin ketelitian dan kesalahan sudut hanya kecil.
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
Tingkat kesalahan pada pengukuran sangat tergantung dari pengukurnya
sendiri seberapa akurat bisa melakukannya.
3. Poligon Bercabang
Poligon cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau
lebih titik simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi. Poligon bercabang
adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau lebih titik simpul,
yaitu titik dimana cabang itu terjadi Poligon bercabang dapat dibedakan dari
poligon tertutup dan poligon terbuka
Poligon bercabang dapat digunakan dalam metode poligon untuk
penentuan posisi horisontal banyak titik dimana titik-titik tersebut
dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga membentuk suatu rangkaian
sudut titik-titik
Poligon bercabang adalah dua buah poligon terbuka yang di
gabungkan menjadi satu sehingga membentuk sebuah percabangan.
Poligon ini biasa digunakan untuk memetakan jaringan jalan dan atau
membuat percabangan sungai. Menentukan suatu titik baru dengan jalan
mengadakan pengukuran sudut pada titik yang tidak diketahui
koordinatnya kita namakan penentuan titik dengan cara mengikat ke
belakang.

Gambar 1.2.3 Poligon Bercabang


POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
4 Poligon kombinasi
Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari
bentuk-Bentuk poligon yang ada. Poligon kombinasi yang panjang adalah
gabungan dari dua atau tiga bentuk poligon yang panjang dan membentuk
suatu polygon baru Poligon kombinasi dapat terdiri dari poligon terbuka dan
poligon tertutup Poligon terdiri dari dua kata, poly dan gone. Arti kata Poly
bermacam-macam. Sedangkan makna gone adalah titik. Oleh karena itu,
bentuk ini dapat diartikan sebagai banyak sudut. Ada dua
jenis poligon tertutup dan terbuka. Dia dikatakan tertutup ketika titik awal
dan titik akhir bertemu pada suatu titik

Gambar 1.2.4 Poligon Kombinasi


2.7.1 Poligon Menurut Titik Ikatnya
1. Poligon Terikat Sempurna
Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada poligon
tertutup ataupun poligon terbuka, suatu titik dikatakan sempurna
sebagai titik ikat apabila diketahui koordinat dan jurusannya
minimum 2buah titik ikat dan tingkatnya berada diatas titik yang
akan dihasilkan.
a. Poligon tertutup terikat sempurna : Poligon tertutup yang terikat
oleh azimuth dan koordinat.
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
b. Poligon terbuka terikat sempurna : Poligon terbuka yang masing-
masing ujungnya terikat azimuth dan koordinat.
2. Poligon Terikat Tidak Sempurna
Suatu poligon yang terikat tidak sempurna dapat terjadi pada
poligon tertutup ataupun poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak
sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui koordinatnya atau hanya
jurusannya
a. Poligon tertutup tidak terikat sempurna : Poligon tertutup yang
terikat pada koordinat atau azimuth saja.
b. Poligon terbuka tidak terikat sempurna :
1. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth
saja, sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali.
Poligon semacam ini dapat dihitung dari azimuth awal dan yang
diketahui dan sudut-sudut poligon yang diukur, sedangkan
koordinat dari masingmasing titiknya masih lokal.
2. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat
saja, sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama
sekali.Poligon semacam ini dapat dihitung dengan cara
memisalkan azimuth awal sehingga masing-masing azimuth sisi
poligon dapat dihitung, sedangkan koordinat masing-masing
titik dihitung berdasarkan koordinat yang diketahui. Oleh
karena itu pada poligon bentuk ini koordinat yang dianggap
betul hanyalah pada koordinat titik yang diketahui (awal)
sehingga poligon ini tidak ada orientasinya.
3. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth
dan koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat. Poligon
jenis ini dapat dikatakan satu titik terikat secara sempurna
namun belum terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut
maupun koreksi koordinat, tetapi sistim koordinatnya sudah
benar.
4. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth. Pada
poligon jenis ini ada koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-
titik poligon adalah koordinat lokal.
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
5. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat.
Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi
koordinat.
6. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat,
sedangkan ujung yang lain terikat azimuth. Pada poligon ini
tidak ada koreksi sudut dan koreksi koordinat.
7. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth
dan koordinat saja, sedangkan ujung yang lain terikat koordinat.
Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi
koordinat.
8. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan
koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth.
Poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi koordinat.
9. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan
koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth.
Jenis poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi
koordinat.
2.7.2 Rumus Perhitungan poligon

Gambar 1.2.5 Gambar Poligon


Pada Gambar 1.2.5, untuk mendapatkan koordinat titik 1, 2, 3 dan 4 maka
dilakukan pengukuran sudut (β1, β2,β3, β4) dan jarak (dB1, d12, d23, d34,
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
d4C)
2.7.3 Syarat Geometris Hitungan Koordinat
1. Syarat Sudut
Apabila dipakai pada poligon tertutup dimana titik awal dan titik
akhir sama maka rumus diatas akan berubah :
Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka dengan cara:
Cara Pengukuran
Memasang alat theodolit pada titik awal dan aturlah alat tersebut. Posisi
teropong biasa arahkan alat pada titik sebelumnya (titik tetap, bila ada) dan
kemudian pada titik selanjutnya, putarlah teropong pada posisi luar biasa
arahkan ke titik seperti pada posisi teropong biasa.
Ukurlah jarak antar titik secara langsung dengan pita ukur.
Kemudian pindahkan alat theodolit ke titik selanjutnya, lakukan langkah 1
s.d 3, demikian seterusnya sampai titik terakhir apabila poligon terbuka dan
kembali ke titik awal apabila poligon tertutup.
Cara Perhitungan :
1. Hitunglah azimuth awal dan akhir apabila diketahui.
2. Hitunglah salah penutup sudut.
3. Koreksikan masing-masing sudut pengukuran.
4. Hitunglah azimuth masing-masing titik/arah.
5. Hitunglah selisih absis (ΔX ) dan selisih ordinat (ΔY )
6. Hitung salah penutup absis dan salah penutup ordinat.
7. Koreksikan masing-masing selisih absis dan selisih ordinat.
8. Hitung koordinat masing-masing titik.
Pada praktikum poligon, pengukuran
poligon dilakukan untuk mendapatkan dan merapatkan titik-titik ikat
pengukuran di lapangan dengan tujuan sebagai dasar untuk keperluan
pemetaan dan keperluan teknis lainnya. Salah satu bentuk pengukuran
poligon adalah poligon tertutup. Poligon tertutup adalah poligon yang deretan
titik- titiknya terikat pada titik tetap yang berfungsi sebagai titik awal dan
akhirnya. Artinya, poligon yang mempunyai titik awal dan akhir yang sama.
Poligon tertutup ini adalah poligon sempurna yang membentuk geometri
tertutup dengan demikian hasil ukurnya dapat dikontrol dan diketahui
POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
kesalahannya. (Pradana. 2020).
Pada praktikum pengukuran sudut atau
pengukuran poligon yang dalam hal ini pengukuran yang dilakukan
adalah pengukuran poligon tertutup. Pengukuran poligon tertutup terdiri dari
5 titik dan 1 titik BM dan masing-masing patok ditandai dengan patok.
Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran sudut, jarak, dan satu sudut
jurusan awal pada sisi BM Secara matematis hasil pengukuran
poligon dapat dikontrol dengan rumus matematis terutama pada poligon
tertutup. Metode Polygon adalah salah satu cara
penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya
dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian titik atau poligon. Poligon tertutup adalah poligon
yang titik awal dan akhirnya menjadi satu. Poligon tertutup ini hanya
membutuhkan satu titik kontrol yang sudah diketahui koordinatnya yaitu titik
awal yang sekaligus digunakan sebagai titik akhir poligon, sudut jurusan sisi
awal akan sama dengan sudut jurusan akhirnya. Poligon tertutup adalah
poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi satu. Poligon tertutup ini hanya
membutuhkan satu titik kontrol yang sudah diketahui

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
3.1.1 Alat

Gambar 1.3.1 Busur Derajat

Gambar 1.3.2 Beban Pemberat

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`

Gambar 1.3.3 Peralatan Poligon Gaya

3.2 Prosedur Percobaan

Pasanglah alat sesuai petunjuk pada asisten.lalu Berikan beban pada


masing-masing katrol, dengan besar sama atau berbeda sesuai petunjuk
asisten.terus Catat besarnya beban masing-masing katrol.lalu Tarik simpul
tali (titik 0) ke pusat keseimbangan (perpotongan diagonal pada bidang /
papan grafik), kemudian lepaskan. Ukur kemiringan masing – masing tali
(sesuai gambar) dengan menggunakan busur derajat, catat hasilnya ,Rubah
besarnya beban beberapa kali sesuai petunjuk asisten, Ulangi prosedur
beberapa kali. Catat pula hasilnya.

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
4.1 Data Pengamatan
Tabel 1.4.1 Data Hasil Pengamatan I
No 𝛉𝐌𝟏 𝛉𝐌𝟐 𝛉𝐌𝟑 𝛉𝐌𝟒 Keterangan
1 56° 43° 32° 43° M1 = 0,05 kg
2 45° 44° 32° 42° M2 = 0,03 kg
3 56° 43° 34° 43° M3 = 0,05 kg
4 57° 43° 31° 41° M4 = 0,07 kg
5 57° 43° 32° 41°

Tabel 1.4.2 Data Hasil Pengamatan II

No 𝛉𝐌𝟏 𝛉𝐌𝟐 𝛉𝐌𝟑 𝛉𝐌𝟒 Keterangan


1 43° 49° 41° 39° M1 = 0,05 kg
2 45° 48° 42° 38° M2 = 0,04 kg
3 44° 48° 43° 37° M3 = 0,08 kg
4 44° 48° 41° 39° M4 = 0,05 kg
5 44° 48° 42° 37°

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
Hari/Tanggal praktikum : Sabtu 21 Oktober 2023

Kelompok/Frekuensi : VII/2B

Nama Anggota ZAHRATUL JANNAH ARIFAI (09320230332)


MUHAMMAD YUSUF ASAF (09320230333)
NANANG RAMADANI (09320230334)
MAKHADIR MUHAMMAD (09320230336)

Makassar , 26 Oktober 2023

ASISTEN

(SHADDAM ZAINAL)

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1 Perhitungan Secara Matematika

A. Sudut ϴ rata – rata


Tabel I
∑𝛳𝑚𝑛 ϴ1+ϴ2+ϴ3+ϴ4+ϴ5
𝛳𝑚𝑛 = =
𝑛 5

∑𝛳𝑚1 56°+45°+56°+57°+57°
𝛳𝑚1 = = = 54,2°
𝑛 5

∑𝛳𝑚2 43°+44°+43°+43°+43°
𝛳𝑚2 = = = 43,2°
𝑛 5

∑𝛳𝑚3 32°+33°+34°+31°+32°
𝛳𝑚3 = = = 32,2°
𝑛 5

∑𝛳𝑚4 43°+42°+43°+41°+41°
𝛳𝑚4 = = = 42°
𝑛 5

Tabel II

∑𝛳𝑚1 43°+45°+44°+44°+44°
𝛳𝑚1 = = = 44°
𝑛 5

∑𝛳𝑚2 49°+48°+48°+48°+48°
𝛳𝑚2 = = = 48,2°
𝑛 5

∑𝛳𝑚3 41°+42°+43°+41°+42°
𝛳𝑚3 = = = 41,8°
𝑛 5

∑𝛳𝑚4 39°+38°+37°+39°+37°
𝛳𝑚4 = = = 38°
𝑛 5

B. Gaya – gaya pada sumbu X

Fxn=m.g.cos ϴmn

Tabel I

Fx1 = m.g.cos ϴ m1

= 0,05 x 9,81 x cos 54,2°

= 0,28 N

Fx2 = m.g.cos ϴ m2

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
= 0,03 x 9,81 x cos 43,2°

= 0,21 N

Fx3= m.g.cos ϴ m3

= 0,05 x 9,81 x cos 32,2°

= 0,41 N

Fx4 = m.g.cos ϴ m4

= 0,07 x 9,81 x cos 42°

= 0,51 N

Tabel II

Fx1 = m.g.cos ϴ m1

= 0,05 x 9,81 x 44°

= 0,35 N

Fx2 = m.g.cos ϴ m2

= 0,04 x 9,81 x 48,2°

= 0,26 N

Fx3 = m.g.cos ϴ m3

= 0,08 x 9,81 x 41,8°

=0,58 N

Fx4 = m.g.cos ϴ m4

= 0,05 x 9,81 x 38°

=0,38 N

C. Gaya – gaya pada sumbu Y

Fyn = m.g.sin ϴ mn

Tabel I

Fy1 = m.g. sin ϴ m1


POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
= 0,05 x 9,81 x sin 54,2°

=0,39 N

Fy2 = m.g. sin ϴ m2

= 0,03 x 9,81 x sin 43,2°

= 0,20 N

Fy3 = m.g. sin ϴ m3

= 0,05 x 9,81 x sin 32,2°

= 0,26 N

Fy4 = m.g. sin ϴ m4

= 0,07 x 9,81 x sin 42°

= 0,45 N

Tabel II

Fy1 = m.g. sin ϴ m1

= 0,05 x 9,81 x sin 44°

= 0,34 N

Fy2 = m.g. sin ϴ m2

= 0,04 x 9,81 x sin 48,2°

= 0,35 N

Fy3 = m.g. sin ϴ m3

= 0,08 x 9,81 x sin 41,8°

= 0,52 N

Fy4 = m.g. sin ϴ m4

= 0,05 x 9,81 x sin 38°

= 0,30 N

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
D. Resultan gaya pada sumbu X

Rx = Fx1 + (-Fx2) + (-Fx3) + (Fx4)

Tabel I

Rx = Fx1 + (-Fx2) + (-Fx3) + (Fx4)

= 0,28 + (-0,21) + (-0,41) + (0,51)

= 0,17

Tabel II

Rx = Fx1 + (-Fx2) + (-Fx3) + (Fx4)

= 0,35 + (-0,26) + (-0,58) + (0,38)

= -0,11

E. Resultan gaya pada sumbu Y

Ry = Fy1 + Fy2 + (-Fy3) + (-Fy4)

Tabel I

Ry = Fy1 + Fy2 + (-Fy3) + (-Fy4)

= 0,39 + 0,20 + (-0,26) + (-0,45)

= -0,12

Tabel II

Ry = Fy1 + Fy2 + (-Fy3) + (-Fy4)

= 0,34 + 0,29 + (-0,52) + (-0,30)

= -0,19

F. Jumlah gaya yang bekerja pada system resultan

R = √(𝑅𝑥 2 ) + (𝑅𝑦 2 )

Tabel I

R = √(𝑅𝑥 2 ) + (𝑅𝑦 2 )

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
= √(0,172 ) + (−0,122 )

= √0,0289 +0,0144

= √0,0433

= 0,20 N

Tabel II

R = √(𝑅𝑥 2 ) + (𝑅𝑦 2 )

= √(−0,112 ) + (−0,192 )

= √0,0121 + 0,0361

= √0,0482

= 0,21 N

G. Perhitungan gaya berdasarkan skala grafik


F = m.g.skala gaya
F1 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ 10
= 4,905
F2 = 0,03 ∙ 9,81 ∙ 10
= 2,943
F3 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ 10
= 4 ,905
F4 = 0,07 ∙ 9,81 ∙ 10
=6,867
Tabel 1.5.1 Analisa Grafik I

NO ϴ F(N) SKALA
1 54,2° 4,905 1:10
2 43,2° 2,943 1:10
3 32,2° 4,905 1:10
4 42° 6,867 1:10

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`

Gambar 1.5.1 Grafik Tabel I

F1 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ 10
= 4,905
F2 = 0,04 ∙ 9,81 ∙ 10
= 3,924
F3 = 0,08 ∙ 9,81 ∙ 10
= 7,848
F4 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ 10
=4,905
Tabel 1.5.2 Analisa Grafik II
NO ϴ F(N) SKALA
1 44° 4,905 1:10
2 48,2° 3,924 1:10
3 41,8° 7,848 1:10
4 38° 4,905 1:10

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`

Gambar 1.5.2 Grafik Tabel II


5.2 Teori Ketidakpastian

Fx = F ∙ cos θ

Fx = m ∙ g ∙ cos θ

= 0,05 x 9,81 x cos 54,2°

= 0,28

𝛿Fx 2 𝛿Fx 2
∆Fx = √( 2
) (∆F) + ( ) (∆ cos θ)2
𝛿F 𝛿 cos θ

𝛿Fx
= F ∙ cos θ
𝛿F

Dimana: u=F u’ = 1
v = cos θ v’ = 0
𝛿Fx
= u ∙ v ′ + u′ ∙ v
𝛿F
𝛿Fx
= F ∙ 0 + 1 ∙ cos θ
𝛿F

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
𝛿Fx
= 1 ∙ cos θ
𝛿F
𝛿Fx
= 1 ∙ cos 54,2
𝛿F
𝛿Fx
= 0,584
𝛿F

∆F = m ∙ g

𝛿F 2
∆F = √( ) (∆m)2
𝛿m
𝛿F
=m∙g
𝛿m
Dimana: u = m u’ = 1
v=g v’ = 0
𝛿F
= u ∙ v′ + u′ ∙ v
𝛿m
𝛿F
=m∙0+1∙g
𝛿m
𝛿F
= 1 ∙ 9,81
𝛿m
𝛿F
= 9,81
𝛿m
1
∆m = x skala terkecil
2
1
∆m = x 10−3
2
∆m = 5 x 10−4

𝛿F 2
∆F = √( ) (∆m)2
𝛿m
∆F = √(9,81)2 (5 x 10−4 )2

∆F = √(96,2361)(25 x 10−8 )

∆F = √0,0000024
∆F = 0,0015

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
𝛿Fx
= F ∙ cos θ
𝛿 cos θ
Dimana: u=F u’ = 1
v = cos θ v’ = −sin θ
𝛿F
= u ∙ v ′ + u′ ∙ v
𝛿 cos θ
𝛿F
= F ∙ (−sin θ) + 0 ∙ cos θ
𝛿 cos θ
𝛿F
= F ∙ (−sin θ)
𝛿 cos θ
𝛿F
= 0,28 x (−sin 54,2)
𝛿 cos θ
𝛿F
𝛿 cos θ
= -0,227

(cos θ − cos θ 1) + (cos θ − cos θ 2) + (cos θ − cos θ 3) +


√ (cos θ − cos θ 4) + (cos θ − cos θ 5)
∆ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 =
n(n − 1)

(cos 54,2 − cos 56) + (cos 54,2 cos 45) + (cos 54,2 − cos 56) +
√ (cos 54,2 − cos 57) + (cos 54,2 − cos 57)
∆ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 =
5(5 − 1)

(0,58 − 0,55) + (0,58 − 0,70) + (0,58 − 0,55) +


√ (0,58 − 0,54) + (0,58 − 0,54)
∆ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 =
20

(0,03) + (−0,12) + (0,03) + (0,04) + (0,04)


∆ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = √
20

0,02
∆ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = √
20

∆ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = √0,001
∆ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = 0,031

𝛿𝐹𝑥 2 𝛿𝐹𝑥 2
∆𝐹𝑥 = √( ) (∆𝐹)2 + ( ) (∆ 𝑐𝑜𝑠 𝜃)2
𝛿𝐹 𝛿 𝑐𝑜𝑠 𝜃

∆𝐹𝑥 = √(0,584)2 (0,0015)2 + (−0,227)2 (0,031)2

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
∆𝐹𝑥 = √(0,341056 ∙ 0,00000225) + (0,051529 ∙ 0,000961)

∆𝐹𝑥 = √0,00005028674
∆𝐹𝑥 = 0,0070
∆𝐹𝑥
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
2(∆𝐹𝑥 + 𝐹𝑥)
0,0070
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
2(0,0070 + 0,28)
0,0070
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
0,574
𝐾𝑅 = 1,219%
𝐾𝐵 = 100% − 𝐾𝑅
𝐾𝐵 = 100% − 1,219%
𝐾𝐵 = 98,78%

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
BAB VI
ANALISIS PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel Hasil Pengolahan Data

Hasil dari pengolahan data di atas kita dapat menganalisa data tersebut sebagai
berikut:
Tabel 1.6.1 Hasil Pengolahan Data I
R (N)
No Massa (kg) 𝛉 Rx (N) Ry (N)
Analitis Grafis
1 0,05 54,2°
2 0,03 43,2°
0,17 -0,12 0,20
3 0,05 32,2°
4 0,07 42°

Tabel 1.6.2 Hasil Pengolahan Data II


R (N)
No Massa (kg) 𝛉 Rx (N) Ry (N)
Analitis Grafis
1 0,05 44°
2 0,04 48,2°
-0,11 -0,19 0,21
3 0,08 41,8°
4 0,05 38°

6.1 Pembahasan

Berdasarkan percobaan poligon gaya kali ini, yang menggunakan alat peraga
poligon gaya, dapat diketahui rata-rata sudut pada tabel hasil pengolahan data I
dengan massa beban, yaitu 0,05kg, 0,03kg, 0,05kg dan 0,07kg dengan besar
sudut 54,2°, 43,2°, 32,2°, dan 42°, menghasilkan resultan gaya secara analitis
sebesar 0,22N. Dan pada tabel hasil pengolahan data II dengan massa beban,
yaitu 0,05kg, 0,04kg, 0,08kg dan 0,05kg dengan besar sudut 44°, 48,2°, 41,8°,
dan 38°, menghasilkan resultan gaya secara analitis sebesar 0,21N.Dari kedua
tabel diatas diperolah besar sudut yang berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi
oleh sebuah tarikan beban pada tali di alat peraga poligon gaya yang
mempengaruhi besarnya sudut.

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa gaya yang
dihasilkan pada benang dipengaruhi oleh besarnya massa beban yang diberikan.
Apabila massa yang diberikan pada tali berbeda, maka sudut yang di hasilkan akan
berbeda. Semakin besar massa beban maka semakin kecil sudut yang dihasilkan
begitupun sebaliknya.

7.2 Saran

7.2.1 Saran untuk laboratorium


Agar fasilitas AC atau kipas angin ditambahkan lagi di ruangan
praktikum dan juga di ruang asistensi agar praktikan dan asisten tidak
merasa gerah saat berada di laboratorium.
7.2.2 Saran untuk asisten
Sebaiknya agar lebih mudah dihubungi agar lebih mudah
melakukan asistensi
7.2.3 Saran untuk praktikum
Dalam praktikum disarankan lebih berhati-hati dan teliti dalam
mengerjakan laporan serta analisa perhitungan dan diharapkan pada
para praktikkan agar lebih sopan lagi terhadap asisten ataupun sesama
praktikan.

7.3 Ayat yang Berhubungan

“Barang siapa yang berat timbangannya (kebaikannya), maka mereka itulah orang-
orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Araf 7:8)
Ayat di atas berhubungan dengan poligon gaya karena ayat diatas menyebutkan
tentang pengukuran dan berat, yang dimana dalam materi poligon gaya kita tahu
bahwa terdapat pengukuran besar sudut yang di pengaruhi oleh besarnya massa
benda pemberat.

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar`
DAFTAR PUSTAKA

Kelompok, Frek, Teknik Industri, Anggota Kelompok, Shidiq Adriansyah, Nurul


Ainun Hidayat, Andika Baharuddin, Thoriq Musafir, dan Afdalia Nadya Fadilah.
2021. “POLIGON GAYA OLEH : FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR.”
Sulhikma Ramadhan dan Miftah Al Ansari. 2019. “PENGUKURAN SUDUT
(Polygon),” 2.
Taqwa, Muhammad, dan Dwitri Pilendia. 2018. “Kekeliruan Memahami Konsep Gaya
, Apakah Pasti Miskonsepsi ?” Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Integrasinya
01 (02): 1–12.
Muhammad, A. (2019). 367970879-Laporan-Fisika-Poligon-Gaya-docx (pp. 1–27).
pp. 1–27.

POLIGON GAYA
KLP.2B/FREK.7/TEKNIK PERTAMBANGAN

Anda mungkin juga menyukai