DISUSUN OLEH
IDHAN SOBRI (09320220162)
NURUL MAGFIRAH (09320220163)
NAKHWAN HABIB (09320220164)
AHMAD RIDWAN (09320220165)
MUH. FAKHRI SADRI (09320220166)
KELOMPOK 4B/IV
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
1. 1 Latar Belakang
Pegas termasuk bahan elastis, yaitu bahan yang mudah diregangkan serta
selalu cenderung pulih ke keadaan semula, dengan mengenakan gaya reaksi atas
gaya teganga yang meregangkan. Tegangan stress menyatakan kekuatan dari
gaya-gaya yang menyebabkan penarikan, peremasan atau pemuntiran, dan
biasanya dinyatakan dalam bentuk gaya persatuan luas. Sedangkan regangan
strain menyatakan hasil deformasinya.Perbandingan antara tegangan dan
regangan dengan syarat-syarat tertentu disebut dengan modulus Young. Dalam
kehidupan sehari-hari pegas memiliki peranan penting.Sebagai contoh, pegas
dapat kita jumpai pada sepeda motor. Dimana pegas pada sepeda motor sering
disebut atau dikenal dengan nama shuck breaker. Dengan adanya shuck breaker
ini maka kita merasa nyaman. Breaker tersebut memiliki sifat elastisitas
kembali kebentuk semula seperti sifat pegas pada umumnya. Pegas tidak hanya
dimanfaatkan pada sepeda motor, tetapi pada semua kendaraan yang selalu kita
gunakan. Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pegas adalah
benda elastis. Pegas diterapakan dalam berbagai bentuk dan dalam konstruksi.
Pengunaan pegas adalah agar suatu konstruksi berfungsi dengan baik bukan
suatu hal yang mutlak, melainkan suatu pilihan sehubungan dengan pembuatan
dan biaya.Dan jika suatu pegas diberi beban dan simpangan akan menciptakan
suatu gerak harmonik. Suatu pegas jika diberi beban dan simpangan akan
harmonik.
Pada umumnya pegas terbuat dari baja. Pegas akan bertambah panjang atau
bertambah pendek jika diberi gaya. Pegas sendiri memiliki sifat elastis.
Maksudnya bisa mempertahankan bentuknya dan kembali ke bentuk semula
setelah diberi gaya. Gaya pegas dapat menentukan gaya atau kekuatan letting
suatu pegas untuk kembali ke posisi atau bentuk semula. Jika suatu pegas diberi
beban dan simpangan akan menciptakan suatu gerak harmoni . Dalam hal lain,
ketika pegas diberi usikan, maka sistem akan mengalami getaran. Penggunaan
pegas adalah agar suatu konstruksi berfungsi dengan baik bukan suatu hal yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gaya Pegas
Bila sebuah benda diregangkan oleh gaya, maka panjang benda akan
bertambah. Panjang atau pendeknya pertambahan panjang benda tergantung pada
elastisitas bahan dari benda tersebut dan juga gaya yang di berikannya. Apabila
benda masih berada dalam keadaan elastis batas elastitasnya belum dilampaui,
berdasarkan Hukum Hooke. Dimana konstanta pegas ukuran kekakuan pegas
yang nilainya pada umumnya berbeda untuk pegas yang berbeda pula.Sesuai
dengan Hukum Hooke tersebut, maka besar gaya berat (F) yang diberikan akan
sebanding dengan pertambahan panjang pegas (x). Sehingga dapat digambarkan
dengan grafik hubungan antara F-x yaitu semakin besar gaya berat yang
diberikan, maka semakin besar pula grafik tersebut menunjukkan pertambahan
panjang pada pegas dan secara sistematis, Hukum Hooke dapat dituliskan dengan
persamaan :
F = -K ∆x
..................................................................................(4.2.1)
Dimana : F = Gaya yang bekerja pada pegas (N), k = Tetapan pegas (N/m),
Δx = Pertambahan panjang pegas (m).
Tanda (-) dikarenakan gaya yang dikerjakan oleh pegas selalu berlawanan
terhadap perpindahan dari posisi setimbang oleh karena gaya pegas selalu bekerja
terhadap posisi setimbangnya (x=0) gaya ini terkadang disebut gaya pemulih.
Gaya pemulih adalah kekuatan yang bertindak untuk membawa tubuh ke posisi
setimbang. Gaya pemulih adalalah hanya dari posisi ,assa atau partikel, dan selalu
diarahkan kembali ke posisi setimbang.
Gaya pemulih adalah gaya yang cenderung memulihkan pegas ke
konfigurasi awalnya. Gaya yang bekerja pada pegas serupa dengan gaya yang
dikerjakan oleh satu atom pada atom lain dalam sebuah molekul atau dalam zat
padat dalam arti bahwa, untuk perpindahan yang kecil dari kesetimbangannya,
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
gaya pemulih sebanding dengan perpindahan sering kali berguna untuk
memvisualisasikan atom-atom dalam sebuah molekul atau zat padat seperti atom-
atom yang di hubungkan oleh pegas.
Jika suatu benda dapat merenggang atau menyusut karena pengaruh gaya
dari luar dan dapat dikembalikan ke keadaan semula jika gaya yang bekerja
padanya dihilangkan, maka keadaan tersebut dikatakan mempunyai sifat elastis
misalnya pegas.
Bunyi Hukum Hooke bila pada sebuah pegas bekerja pada sebuah
gaya, maka pegas tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan basarnya
gaya yang mempengaruhi pegas tersebut. Berdasarkan persamaan hukum
hooke diatas, pertambahan suatu panjang suatu benda bergantung pada
besarnya gaya yang diberikan, materi penyusun, dan dimensi benda dinyatakan
dalam konstanta k. Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan
memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang
sama, misalnya tulang dan besi (Giancoli, 2001).
Pegas dalam keadaan tanpa beban di tarik oleh sebuah gaya yang (f) sehingga
bertambah panjang (∆x) menurut Hukum hooke :
F = k Δx ...................................................................................(4.2.4)
Dimana : F = Gaya (N), Δx = Pertambahan panjang (m), K = Konstanta
pegas (N/m).
Perlu selalu di ingatkan bahwa Hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah
elastik, tidak berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik.Hukum
atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat
elastisnya. Hukum hooke adalah hukum tentang gaya ilmu fisika yang diakibatkan
F
σ =..................
......................................................................................(4.2.5)
A
Keterangan :
F =..............
K . Δx ..........................................................................(4.2.6)
Keterangan :
dy
V=
dt ..........................................................................................(4.2.10)
...............
Dimana : V = Kecepatan (m/s), dy = Turunan dari persamaan y, dt =
turunan dari persamaan x.
2. 3 Persamaan Pegas
Energi pegas adalah energi yang dimiliki oleh benda yang memiliki
potensial atau benda yang elastis yang mempunyai potensi. Sebuah pegas
yang ditarik dengan gaya F, menyebabkan pegas meregang bertambah
panjang. Besarnya energi yang dibutuhkan untuk meregangkan pegas sama
dengan energi yang tersimpan pada pegas, yaitu Energi Potensial Pegas.
Hukum Hooke hanya berlaku hingga batas elastisitas. Batas elastisitas
merupakan gaya maksimum yang dapat diberikan pada benda sebelum
benda berubah bentuk secara tetap dan panjang benda tidak dapat kembali
seperti semula menjadi plastis ataupun hancur. Kita akan mengamati
sebuah objek yaitu pegas, sebuah benda yang dapat menjadi elastis. Pada
kondisi pegas saat ditarik, terdapat gaya pada pegas yang besarnya sama
dengan gaya tarikan pada pegas tetapi arahnya berlawanan (F aksi = - F reaksi ).
Jika gaya tersebut disebut dengan gaya pegas (Fp) , maka gaya ini pun
sebanding dengan pertambahan panjang pegas ( x).Kamu tidak perlu
khawatir terhadap tanda minus (-).Tanda tersebut hanya mnyatakan arah
gaya pegas yang berlawanan dengan arah gaya tarik.Sifat pegas yang elastis
Fp = - F
..................... ....................................................................(4.2.11)
Fp = - k .
Keterangan :
Fp = gaya pegas (N), pertambahan panjang pegas (m), k = konstanta pegas
(N/m).
2. 4 Gerak Harmonika Pada Pegas
Osilasi dapat didefinisikan sebagai gerak suatu benda yang terjadi secara
periode atau berkala yaitu gerak benda tersebut berulang pada selang waktu yang
Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada sebuah
benda sebanding dan searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan
massa benda.
...........
ΣF = m . a .................................................................................(4.2.14)
Keterangan : F adalah gaya (N) “m” adalah massa benda (kg), dan “a”
adalah percepatan (m/s2)
2.3.3 Hukum Newton 3
Setiap gaya aksi yang dilakukan, selalu ada gaya reaksi yang besarnya sama
tetapi arahnya berlawanan
...........
F aksi = -F reaksi .......................................................................(4.2.15)
Keterangan : Ketika suatu gaya (aksi) diberikan pada seuatu benda, maka
benda tersebut akan memberikan gaya (reaksi) yang sama
besar dan berlawanan arah dengan gaya yang diberikan
2. 6 Percepatan Grafitasi
Percepatan gravitasi termasuk dalam gerak jatuh bebas. Gerak jatuh bebas
merupakan gerak benda jatuh dari ketinggian tertentu menuju permukaan bumi
tanpa kecepatan awal dan benda mengalami percepatan. Percepatan merupakan
besaran vektor sehingga mempunyai besar dan arah konstan (ketetapan
percepatan gravitasi 9,81 m/s2). Artinya, setiap detik sebuah partikel yang
dikenai percepatan gravitasi kecepatannya akan bertambah sebesar 9,81 m/s.
Angka 9,81 m/s2 seringkali dibulatkan menjadi 9,8 ataupun menjadi 10 m/s2.
Percepatan gravitasi adalah perubahan kecepatan gaya tarik bumi terhadap suatu
benda atau zat. Nilai percepatan gravitasi berbeda dari suatu tempat ke tempat
lain, tergantung ketinggian dan kondisi geologi tempat tersebut, serta
dipengaruhi juga oleh jauh atau dekatnya zat atau benda terhadap pusat bumi.
Semakin jauh zat atau benda tersebut maka semakin kecil percepatan
gravitasinya. Kelajuan setiap benda yang jatuh bebas bertambah secara teratur,
karenanya gerak jatuh bebas juga merupakan salah satu contoh gerak lurus
g=-r ........................................................................(4.2.16)
d e f
g
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
4. 1 Keadaan Statis
Tabel 4.4.1 Data Hasil Pengamatan Keadaan Statis
(kg) Xa Xb Xc xd Me = 0,018
Mp = 0,062
1 0,010 0,028 0,026 0,027 0,028
4. 2 Keadaan Dinamis
( Nuryaumil Rislami )
BAB V
PENGOLAH DATA
5. 1 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaaan statis untuk setiap beban
dalam satuan 𝑁⁄𝑚 .
Fn = m . g
F1 = m1.g
= 0,01 kg . 9,81m/s
= 0,098 N
F3 = m 3 . g
= 0,03 kg . 9,81 m/ s 2
= 0,294 N
F4 = m4.g
=0,04 Kg.9,81 m/s 2
=0,392 N
X 1+ X 2+ X 3+ X 4
∑ xn =
4
0,028+0,051+0,078
∑ x1 = = 0,039 m
4
0,026+0,050+0,073
∑ x2 = =¿ 0,037 m
4
0,027+0,050+0,075
∑ x3 = =¿0,038 m
4
0,028+0,050+0,075
∑ x4 = = 0,038 m
4
0,039+0,037+0,038+ 0,038
∑x= =0,038
4
Fn
Kn =
∑ Xn
0.098
K1 = = 1,96
0,050
0,196
K2 = =3,92
0,050
0,294
K3 = =5,88
0,050
0,392
K4 = =7,84
0,050
T
Tn =
jumlah getaran
T 07,18
• Ta1 = = =0,718
jumlah getaran 10
T 08,84
• Ta2 = = =0,884
jumlah getaran 10
T 09,50
• Ta3 = = =0,95
jumlah getaran 10
T 07,15
• Tb1 = = =0,715
jumlah getaran 10
T 08,85
• Tb2 = = =0,885
jumlah getaran 10
T 09,50
• Tb3 = = =0,95
jumlah getaran 10
T 07,17
• Tc1 = = =0,717
jumlah getaran 10
T 08,86
• Tc2 = = =0,886
jumlah getaran 10
T 09,51
• Tc3 = = =0,951
jumlah getaran 10
T 07,16
• Td1 = = =0,716
jumlah getaran 10
T 08,87
• Td2 = = =0,887
jumlah getaran 10
∑ T Ta n+Tb n+ Tcn+Td
T= = =Tn2 n
n n
T1 =
∑ T = Ta 1+Tb1 +Tc1 +Td 1
n 4
0,718+0,715+0,717+ 0,716
=
4
¿ 0,716
n 4
0,884+0,885+ 0,886+0,887
=
4
¿ 0,885
n 4
0,95+0,95+0,951+0,952
=
4
= 0,950
4 π2
Kn = 2
¿ +mb +m p)
T
K1 =
4 ( 224 )2 (0,018+0,01+0,062) = 3,16
0,716
22
4()2
K2 = 4 (0,018+0,02+0,062) = 2,55
0,885
K3 =
4 ( 224 )2 (0,018+0,03+0,62) = 2,38
0,950
∑ K 3,16+ 2,55+2,38
K= = =2,69
n 3
5. 3 Teori ketidakpastian
Keadaan statis
F
K=
x
ΔK =
√( δK 2
δF )
( ΔF )2+
δX( )
δK 2
( ΔX )2
δK u' v – v ' u
= 2 dimana u = F v’ = x
δF v
u’ = 1 v’ = 0
1. x−0,1
= 2
x
u = F v’ = x
F = m.g dimana
u’ = 1 v’ = 0
= 0,01.9,81
= 0,098 N
' '
δF u . v +v .u
ΔK = √ =
δm v2
1
∆m = x skala terkecil
2
= 0,005
0. x−1. F
= u‘= 0 v=x
X2
∆x =
√ ( x 1−x̅ ) 2+( x 2−x̅ )2+ ( x 3−x ) 2 ( x 4−x ) 2
n(n−1)
=
√ ( 0,039−0,03 ) 2+ ( 0,037−0,03 ) 2 ( 0,038−0,03 ) 2(0,038−0,03)
4(4−1)
= 0,038
∆K = √ ( δKδF ) (∆ F ¿ + ( δKδX ) (∆ x ¿
2 2 2 2
=√ ( 0,098
4,9
) (0,098) + ( 0,076
2 4,9
) (0,076)
2 2
= 28,91
∆K
KR = x 100 %
2(∆ K + K )
28,91
= x 100%
2(28,91+4,9)
= 0,42
= 100% - 0,42
= 99,768
4 π 2m
K= =uv
T2
22
4.2 . 0,01
K= 7
2,0112
= 0,097
√( ) ( )
2 2
0,097 0,097
∆K = ×(0,01)2+ ×(2,011)2
0,01 2,011
= 0,137
δK u• . v−v • .u
=
δx v2
1
∆m = × skala terkecil
2
1
= x 0,01
2
= 0,005
δK u• . v−v • .u
= dimana u = v=
δT v2
u•= v•=
∆T =
√ ( T 1−T ) 2+ ( T 2−T ) 2+ (T 3−T ) 2+ ( T 4−T ) 2+ (Tn−T ) 2
n( n−1)
∆T = √
( 0,716−2,011 )2 + ( 0,885−2,011 )2+ ( 0,950−2,011 )2
¿
3(3−1)
¿
= 0,336
∆K =
√ δK
δm
(∆ m)2+(δK δT )2( ∆ T )2
√
2 2
∆K = 0,137 (0,005)2 + 0,137 (0,774)2
0,005 0,774
= 0,12
0,12
KR = × 100 %
2(0,12+0,097)
= 0,276 %
KB = 100 % - KR
KB = 100 % - 0,276 %
= 99,724 %
BAB VI
ANALISA PERHITUNGAN
6.3 Pembahasaan
Pada keadaan statis di tabel 6.1 dapat kita lihat hasil yang berbeda dari
setiap percobaan dengan beban berbeda menghasilkan gaya, nilai konstanta dan
nilai simpangan yang nilainya berbeda beda berarti massa pada percobaan ini
sangat mempengaruhi nilai nilai dari ketentuan tersebut dan begitupun juga pada
tabel 6.1.2 pada keadaan dinamis tapi perbedaanya terletak pada priode atau
waktu dimana nilai ini hanya berlaku di pegas dinamis.
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
7.1.1. Saran Untuk Laboratorium
Alat-alat dilaboratorium seharusnya dilengkapi, dan fasilitas pada
laboratorium agar lebih dilengkapi demi kestabilan dan kenyamanan
ketika praktikum berlangsung dan kebersihan agar tetap dijaga.
7.1.2. Saran Untuk Asisten
Sebaiknya ada pelajaran materi sebelum praktikum dimulai, dan
menjelaskan materi atau hal-hal yang berhubungan dengan percobaan
pada saat respon atau asistensi ataupun pada saat praktikum
berlangsung agar tidak terjadi kesalahan dan juga cepat mengoreksi
kesalahan yang dibuat di laporan.
7.1.3. Saran Untuk Percobaan selanjutnya
Semoga pada praktikum selanjutnya kerja sama dan keakraban
antar asisten dan praktikan lebih dijaga, dalam hal ini praktikan lebih
menjaga tingkah laku dan sikapnya.
DAFTAR PUSTAKA