NEWTON COOLING
BAB I
PENDAHULUAN
55
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
1.2 Tujuan
56
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
57
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
Sn=
M 1 . T 2 CPn−m(t 1−t 2) …......................................................................(3.2.1)
M 2. T1
Dimana :
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan energi. Proses
dengan mana transport energi itu berlangsung disebut sebagai perpindahan
panas. Apa yang ada dalam perpindahan, yang disebut panas (heat: juga disebut
dengan istilah bahang/kalor), tidak dapat diukur atau diamati secara langsung,
tetapi pengaruhnya dapat diamati dan diukur.
58
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
59
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
∂T
q=−K A
∂X
.................................................................................................................(3.2.2)
Dimana :
q = besar laju perpindahan panas konduksi (W)
K = Konduktivitas termal bahan (W/m.K)
∂ T /∂ x = temperature gradient(gradient suhu)
A = luasan permukaan perpindahan panas(m 2)
(-) = perpindahan panas dari temperatur tinggi ke
temperatur rendah
Dimana q ialah laju perpindaha kalor dan ∂ T /∂ x merupakan gradient
suhu kearah perpindahan kalor. Konstanta positif K disebut konduktivitas dan
kehantaran termal (thermal conductivity) benda itu, sedangkan tanda (-)
diselipkan agar memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor
mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam skala suhu.
2. Perpindahan kalor konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah suatu perpindahan panas yang
terjadi antara suatu permukaan padat dan fluida yang bergerak atau mengalir
akibat adanya temperatur. Secara umum konveksi dapat dibedakan menjadi
60
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
Kalor yang dihantarkan melalui benda saring harus dibuang (atau diserahkan)
melalui proses konveksi. Umpamanya, rugi kalor karena konduksi melalui
dinding tanur harus dilesap ke lingkungan melalui konveksi. Dalam alat
penukar kalor diterapkan susunan tabung bersirip (finnedtube) untuk
membuang kalor dari cairan panas.
Perhatikan plat panas seperti pada gambar (3.2.2). Suhu plat ialah T W ,
dan suhu fluida T ∞. Kecepatan aliran adalah seperti tergambar, yaitu nol pada
muka plat sebagai akibat aksi kental viskos (viscous action). Oleh karena
61
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
kecepatan lapisan fluida pada dinding adalah nol, maka disini kalor hanya
dapat berpindah dengan cara konduksi saja. Jadi, dapat dihitung perpindahan
kalor, yaitu dengan persamaan (1.2.2) , dengan menggunakan konduktivitas
termal fluidadan gradien suhu fluida pada dinding. Perpindahan kalor
konveksi perlu memperhitungkan kecepatan fluida dikarenakan gradien suhu
bergantung pada laju fluida membawa kalor dari lapisan. Kecepatan yang
tinggi akan menyebabkan gradien suhu yang besar pula, dan demikian
seterusnya. Jadi, gradien suhu pada dinding bergantung dari medan aliran.
Guna menyatakan pengaruh konduksi secara menyeluruh digunakan hukum
Newton tentang pendinginan:
Dimana :
q konv = besar laju perpindahan konveksi (W)
h = koefisien konveksi (W/m2 K )
A = luasan permukaan perpindahan panas (m 2 ¿
(T s−T ∞) = perbedaan temperatur (K)
8 m
bergerak dengan kecepatan cahaya (3 ×10 ¿ dan gejala-gejalanya
s
62
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
q rad =ε σ A (T S −T sur )
4 4
................................................................(3.2.4)
Dimana :
q rad = laju perpindahan panas radiasi (W)
ε = emisivitas permukaan material
σ = konstanta Stefan-Boltzmann(5,669 ×10−8 W¿ m 2. K 4 )
A = luasan permukaan perpindahan panas (m 2)
TS = temperatur permukaan benda (K)
T Sur = temperatur surrounding (K)
2.3 Fluida
Mekanika fluida berasal dari kata mekanika dan fluida. Mekanika adalah
ilmu yang mempelajari tentang gerakan, sedangkan fluida adalah suatu zat yang
bila diberikan gaya kepadanya, zat tersebut akan berubah bentuk secara kontinu
karena tidak mampu menahan gaya, sekecil apa pun gaya tersebut bekerja.
Fluida merupakan suatu zat yang dapat mengalir, yang dapat berupa zat cair
maupun zat gas. Dengan demikian, mekanika fluida dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang pergerakan fluida, baik zat cair maupun gas.
63
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
3
didefinisikan sebagai disiplin ilmu bagian dari ilmu mekanika kontinum.
4
Mekanika fluida dapat dibedakan menjadi statika dan dinamika fluida.
Statika fluida dan dinamika fluida., yang juga disebut hidrostatika adalah cabang
ilmu yang mempelajari fluida dalam keadaan diam pemahaman menganai
statistika fluida biasanya merujuk pada penetapan teori matematika pada fluida
dalam keadaan kesetimbangan yang stabil. Sementara, dinamika fluida
merupakan subdisiplin dari mekanika fluida yang mempelajari fluida yang
bergerak, baik fluida zat cair maupun fluida gas.
Banyak jenis fluida dijumpai di alam, antara fluida yang satu dengan fluida
lainnya secara umum mempunyai sifat fisik yang berbeda. Misalnya, fluida gas
bersifat ringan dan dapat dimanfaatkan, sementara fluida cair cenderung bersifat
lebih berat dan relative tidak dapat dimanfatkan. Minyak oli akan mengalir
secara perlahan ketika dituangkan dari sebuah bejana, sementara air dpat menglir
lebih cepat. Perbedaan-perbedaan ini dapat dikuantifikasikan melalui beberapa
sifat fluida.
2.3 Suhu
Suhu dan kalor bersifat abstrak karena kita tidak dapat melihat secara
langsung kedua besaran tersebut. Akan tetapi, kita dapat merasakan akibat dari
adanya panas atau kalor pada sebuah benda. Akibat yang ditimbulkan oleh kalor
pada sebuah benda antara lain suhu, wujud, ukuran, dan warna benda. Derajat
panas yang tinggi meyatakan suhu benda yang besar. Begitupun sebaliknya,
derajat panas yang rendah menyatakan suhu benda yang kecil. Adapun tinggi
atau rendahnya suhu merupakan tanda banyknya atau sedikitnya kalor pada
sebuah benda.
Suhu adalah ukuran yang menyatakan derajat panas sebuah benda. Benda
yang suhunya tinggi memiliki jumlah kalor yang banyak dan benda yang
suhunya rendah memiliki jumlah kalor yang sedikit. Setiap benda baik padat,
64
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
cair maupun gas tersusun atas bagian-bagian yang disebut molekul. Molekul-
molekul penuyusun benda padat tidak diam melainkan bergetar. Molekul-
molekul benda cair selain bergetar juga dapat mengalir, sedangkan moleku-
molekul penyusun gas dapat bergerak bebas dalam ruangan. Besarnya energi
getaran molekul-molekul penyusun benda diartikan sebagi suhu benda. Semakin
besar energy getaran atau gerakan bebas molekul-molekul penyusun benda,
semakin tinggi suhu benda tersebut.
Derajat panas dri sebuah benda dapat diukur hanya dengan cara
menyentuhkan tangan pada benda yang ingin dirasakan suhunya. Namun, cara
tersebut tidak dapat memberikan hasil pengukuran yang akurat. Untuk
kepentigan ilmu dan teknologi, pengukuran suhu harus dilakukan dengan
menggunakan lat ukur agar hasilnya akurat. alat ukur suhu yang dapat
memberikan hasil akurat adalah thermometer. Prinsip kerja thermometer
memanfaatkan sifat-sifat fisis benda atau zat akibat perubahan suhu.
1. Skala Fahrenheit
Thermometer yang paling sering digunakan dakam kehidupan sehari-hari
adalah thermometer yang memnfaatkan sifat pemuaian zat cair khususnya air
raksa. Thermometer jenis ini pertama kali dibuat oleh seorang ahli
fisikaberkebangsaan Jerman bernama Gabriel Daniel Fahreinheit (1686-
1736) .
2. Skala Celcius
Seorang astronom berkebngsaan Swedia bernama Anders Celcius (1701-
1744) membuat thermometer dengan menetapkan dua titik acuan. Titik tetap
bawah dari suhu es yang sedang mencair diberi batas 0 dan titik tetap atas
dari suhu air yang sedang mendidih diberi batas 100. Tekanan udara ketika
air mendidih sebesar 1 atmosfer (atm). Jadi, menurut skala celcius jarak
antara titik tetap bawah dan titik tetap atas adalah 100 satuan skala.
3. Skala Kelvin
Meskipun sudah ada dua skala suhu, yaitu skala Fahrenheit dan skala
Celcius, namun dalam bidang keilmuan para ilmuan lebih sering
menggunakan skala kelvin. Seorang ahli fisika berkebangsaan Skotlandia
bernama Sir William Thomson Kelvin (1824-1907) juga membuat skala
65
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
thermometer. Pada skala ini, cara penetapan titik acuan bawah tidak
menggunakan suhu es yang sedang mencair akan tetapi berdasarkan keadaan
titk nol mutlak. Keadaan nol mutlak (absolut zero) menyatakan bahwa benda
pada suhu tersebut tidak memiliki energy sama sekali. Dengan kata lain,
molekul-molekul penyusun benda tidak bergetar sama sekali.
Menurut skala Kelvin es mencair pada suhu 273 K dan air mendidih
pada suhu 373 K dengan tekanan udara sebesar 1 atmosfer. Jadi ,skala
Kelvin memiliki jarak skala yang sama dengan skala Celcius,yaitu 100
satuan skala (373 – 273 = 100). Namun , perhatikan cara penulisan satuan
skala kelvin ditulis tanpa simbol derajat ( contoh 50 K). Adapun untuk skala
Celcius dan skala F ahrenheit ditulis dengan simbol derajat (contoh 0 oC
atau 50oC).
Tabel 3.2.1 Beberapa Skala Termometer
Pengubahan atau konversi dari satu skala ke skala yang lain dapat
dilkukan dengan membandingkan selang setiap skala teesebut sehingga
diperoleh persamaan tertentu. Misalkan, jika mengubah dari skala Fahrenheit
ke skala Celcius, kita cukup membandingkan skala Celcius dengan Skala
Fahrenheit. Adapun alat ukur suhu yang sering dijumpai dilaboratorium
untuk mengukur suhu yaitu thermometer. Jenis termometer di laboratorium,
66
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
umunya menggunakan air raksa atau alcohol yang diberi warna merah.
Alkohol membeku pada suhu -115oC sehingga dapat dipakai untuk
mengukur suhu yang cukup rendah,tetapi alkohol mendidih pada suhu 78 oC,
sehingga tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu lebih dari 78 oC. Selain
itu, alkohol bersifat membasahi dinding gelas sehingga kurang teliti.
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1.1 Alat
1. Gelas Piala
2. Thermometer
67
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
68
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
4. 19 79 oC 20 79 oC
CPair = 4.185
kal/kgoC
CPoli = 4.179
Hari/Tanggal Praktikum : Sabtu/05-01-2019
BAB V
PENGOLAHAN DATA
Penyelesaian:
Untuk suhu 75oC
CP75−4179 75℃ −29 ℃
4185−4179
= 31℃ −29℃
46 ℃
CP 75 = ×6 + 4179
2℃
CP 75 = (23 × 6) + 4179
kal
CP 75 = 4317
Kg℃
Untuk suhu 79 oC
CP 79−4179 79℃ −29℃
4185−4179
= 31℃ −29℃
69
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
50℃
CP 79 = ×6 + 4179
2℃
CP 79 = (25 × 6) + 4179
kal
CP 79 = 4329
Kg℃
M 1. T 2. CPn−m(t 1−t 2)
Sn=
M 2. T 1
Penyelesaian:
Untuk CP75
M 1. T 2. CP75−m(t 1−t 2)
S 75=
M 2. T 1
kal
0,075 Kg.31 ℃ .4317 −m(t 1−t 2)
Kg℃
S 75=
0,075 Kg.29 ℃
Untuk CP77
M 1. T 2. CP 77−m(t 1−t 2)
S 77=
M 2.T 1
kal
0,075 Kg.31 ℃ .4323 −m(t 1−t 2)
Kg℃
S 77=
0,075 Kg.29 ℃
Untuk CP79
70
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
M 1. T 2. CP 79−m(t 1−t 2)
S 79=
M 2. T 1
kal
0,075 Kg.31 ℃ .4329 −m(t 1−t 2)
Kg℃
S 79=
0,075 Kg.29 ℃
M 1. T 2. CPn−m(t 1−t 2)
Sn=
M 2. T 1
Penyelesaian:
Untuk CP75
M 1. T 2. CP75−m(t 1−t 2)
S 75=
M 2. T 1
kal
0,1 Kg.31 ℃ .4317 −m(t 1−t 2)
Kg℃
S 75=
0,1 Kg.29 ℃
Untuk CP77
M 1. T 2. CP 77−m(t 1−t 2)
S 77=
M 2.T 1
kal
0,1 Kg.31 ℃ .4323 −m(t 1−t 2)
Kg℃
S 77=
0,1 Kg.29 ℃
71
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
Untuk CP79
M 1. T 2. CP 79−m(t 1−t 2)
S 79=
M 2. T 1
kal
0,1 Kg.31 ℃ .4329 −m(t 1−t 2)
Kg ℃
S 79=
0,1 Kg .29 ℃
BAB VI
Berdasarkan data perhitungan, dapat diketahui nilai cp (panas jenis) air ialah,
sabagai berikut:
kal
CP 75 = 4317 Kg℃
kal
CP 77 = 4323 Kg℃
kal
CP 79 = 4329 Kg℃
Dari data diatas menunjukkan suatu analisa mengenai hubungan antara suhu
(oC) dengan nilai Cp air, yakni semakin rendah suhu air, maka akan semakin rendah
pula nilai cp atau panas jenis air dengan waktu yang semakin lama pula. Hukum
72
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
73
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NEWTON COOLING
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
”Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau maka tiba-
tiba menyalakan api dari kayu itu”. (QS Yasin : 80 ).
74