Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisika sebagai salah satu ilmu dasar dibidang sains punya andil yang
besar terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi, karena banyak
penemuan-penemuan yang besar dan berpengaruh besar lahir dari ilmu
fisika.  Salah satu hal yang dipelajari dalam ilmu fisika adalah kalor, beberapa
peristiwa alam yang terjadi dalam kehidupan sehari–hari seperti penghantaran
panas matahari, penguapan air, peleburan es, hingga pendinginan air pun
behubungan dengan kalor. Dalam proses pendinginan banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan penurunan suhu, diantaranya temperatur lingkungan,
luas permukaan, hingga aliran udara lingkungan.
Panas dapat dipindahkan dari suatu sistem ke sistem lain yang suhunya
berbeda. Seperti pada batang logam yang dipanasi di satu sisi maka lama
kelamaan suhu sisi lain juga akan naik. Setiap bahan memiliki kemampuan untuk
menghantarkan yang berbeda-beda. Konduktivitas panas suatu zat menunjukkan
kemampuan suatu zat dalam menghantarkan panas per satuan ketebalan medium,
persatuan luasan dan persatuan suhu. Perpindahan panas dapat didefinisikan
sebagai berpindahnya energi dari suatu daerah kedaerah lainnya sebagai akibat
dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut dari temperatur fluida yang lebih
tinggi ke fluida lain yang memiliki temperatur yang lebih rendah. Panas selalu
mengalir dengan spontan dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin
Perpindahan panas pada umumnya dapat dibedakan menjadi 3 cara perpindahan
panas yang berbeda: konduksi (conduction, juga dikenal dengan istilah hantaran),
konveksi (convection, juga dikenal dengan istilahsa aliran), radiasi (radiation,
juga dikenal dengan istilah pancaran)
   Peristiwa Pendinginan Newton banyak di jumpai bidang kefarmasian
(metode pengobatan). Salah satunya dalam metode konduksi contohnya
penggunaan handuk panas, cara ini efektif untuk pengobatan kejang otot dan
radang akut sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus. Sedangkan
dalam metode radiasi digunakan untuk pemanasan permukaan tubuh
menggunakan inframerah, sedangkan dalam metode gelombang ultrasonik,
transduser piezo elektrik diletakkan langsung pada jaringan yang akan diobati.
Penggunaan medote ini lebih efektif pada tulang belakang oleh karena tulang
lebih banyak menyerap panas. Hukum Newton membuat pernyataan tentang
tingkat perubahan suhu.
Oleh karena itu percobaan mengenai “ Newton Cooling dilakukan untuk
Mengetahui teori  tentang Pendinginan Newton Mengetahui rumus untuk
menentukan kalor jenis suatu zat. Adapun cara kerja pada percobaan ini adalah
untuk menaikkan suhu suatu sampel sampai 80ºC, kemudian menghitung waktu
suatu sampel hingga suhu sampel tersebut turun secara bertahap sampai sama
dengan suhu lingkungan.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui laju penurunan suhu
2. Untuk mengetahui titik penurunan suhu tertinggi dan terendah
3. Untuk mengetahui hubungan suhu dengan laju penurunan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konversi energi merupakan topik yang sangat penting, terutama pada masa-masa
sumber energi konvensional mulai sukar diperoleh. Menurut konsep konversi energi,
energi dapat berubah dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lainnya, tetapi harus
mematuhi Hukum Kekekalan (konservasi) energi, artinya tak ada penciptaan atau
pemusnahan energi. Sebagai contoh praktis adalah perubahan energi mekanik menjadi
energi panas (kalor), yang sering dikenal dengan istilah Tara kalor mekanik, yaitu
kesetaraan energi mekanik dengan energi panas ( Sardjito,2020).
Kesetaraan ini pada dasarnya menunjukkan jumlah energi panas yang dihasilkan
sama dengan jumlah energi mekanik. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi
tidak dapat dimusnahkan dan diciptakan melainkan hanya dapat diubah dari suatu bentuk
energi ke bentuk energi yang lain. Untuk memahami konsep perubahan energi secara
utuh, maka perlu dilakukan pengujian percobaan, baik untuk menentukan besarnya energi
mekanik maupun untuk menentukan besarnya kalor. Pada saat menentukan besar kalor,
perlu dihitung secara pasti, besar perubahan suhu benda. Perubahan suhu benda yang
dimaksud dalam hal ini bukan hanya sekedar perubahan suhu yang terukur, karena suhu
benda berbeda dengan suhu lingkungan ( Sardjito,2020).
Suhu benda yang terukur oleh termometer, merupakan resultan antara suhu
benda dengan suhu lingkungan, sementara yang digunakan untuk menghitung kalor
adalah suhu benda yang tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan. Oleh karena itu perlu
diperhitungkan koreksi suhu yang mengikuti Hukum Newton untuk laju pendinginan
pada saat menghitung energi panas/kalor. Koreksi Newton adalah suatu cara untuk
melakukan koreksi pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu benda pada saat suhu benda
lebih besar atau lebih kecil daripada suhu lingkungan . Hukum Newton tentang
pendinginan menyatakan bahwa laju pendinginan berbanding lurus dengan selisih suhu
benda dengan suhu ruangan . Penurunan suhu pada pendinginan mengikuti kurva yang
bergantung pada fungsi suhu lingkungan terhadap waktu. Penentuan koreksi Newton
dilakukan dengan mengamati suhu benda pada saat percobaan sampai beberapa saat
sesudah percobaan selesai ( Sardjito,2020).
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana bentuk kebergantungan suhu
benda terhadap waktu karena adanya pengaruh suhu lingkungan yang lebih tinggi atau
lebih rendah dari pada suhu benda. Selama ini dalam praktek Fisika yang menyangkut
termofisika dilakukan dengan menganggap bahwa bentuk fungsi antara suhu terhadap
waktu adalah linear, sehingga jika digambarkan dalam grafik suhu terhadap waktu akan
berupa garis lurus . Pendekatan fungsi linear ini tentu saja tidak sepenuhnya tepat, karena
tidak memiliki dasar ilmiah yang pasti . Karenanya penelitian ini bertujuan untuk
menentukan formulasi koreksi Newton yang optimal sebagai dasar penentuan selisih suhu
kalorimeter yang akan digunakan untuk menghitung besarnya kalor yang dibangkitkan
( Sardjito,2020).
Apabila suhu suatu benda berbeda dengan suhu lingkungan disekitarnya, maka
suhu benda tersebut akan dipengaruhi oleh lingkungan dalam bentuk perubahan suhu.
Laju perubahan suhu sebanding dengan perbedaan suhu benda dengan suhu lingkungan.
Hal ini dikenal sebagai Hukum Laju Pendinginan Newton . Jika T adalah suhu benda, L
adalah suhu lingkungan, dan t adalah waktu, maka hukum tersebut secara matematis
dapat dituliskan sebagai :
dT
=k ( L−T ) (2.1)
dt
dengan k tetapan kesebandingan yang bernilai positif. Secara umum, kurang tepat apabila
dianggap
dT =∆ T
Dan
dt =∆ t
Karena suhu benda, T, berubah setiap saat, maka nilai L−T pun berubah setiap saat,
sehingga nilai L−T merupakan fungsi dari waktu t. Jika persamaan dituliskan dengan
mengumpulkan peubah suhu dalam satu ruas, akan diperoleh :
dT
=k dt
(L−T )
Solusi dari persamaan untuk kondisi suhu lingkungan yang konstan adalah
T =L+ A e−kt
dengan A dan k merupakan bilangan konstan.
Persamaan dapat digunakan untuk menentukan suhu benda setiap saat sebagai
akibat dari lebih rendahnya suhu lingkungan, dengan syarat suhu lingkungan konstan. Hal
ini dapat diaplikasikan pada pengamatan percobaan dengan selang waktu yang relatif
singkat, sehingga suhu lingkungan dapat dianggap konstan . Sementara itu tetapan
kesebandingan k dapat ditentukan terlebih dahulu dari pengukuran suhu benda pada
kondisi awal dan akhir, pada saat tak ada penambahan atau pengurangan energi dalam
bentuk lain selain karena pengaruh suhu lingkungan . Sedang konstanta A ditentukan dari
syarat awal, yakni kondisi suhu awal pengamatan dan suhu lingkungan ( Sardjito,2020).
Hasil penentuan konstanta k dari data pendinginan ini diaplikasikan untuk data
pengamatan suhu saat kalorimeter diberi usaha mekanik, yakni saat kalorimeter diputar
sambil dibebani. Dalam proses inilah, tujuan percobaan Tara Kalor Mekanik hendak
dicapai, yakni perhitungan perbandingan antara besar usaha mekanik dengan besar panas
yang terjadi pada kalorimeter. Sebelum menggunakan koreksi Newton, maka kenaikan
suhu ΔT yang harus disubstitusikan pada perhitungan panas Q adalah selisih TA dan To.
TA adalah suhu akhir terbesar yang terbaca sesaat sebelum usaha mekanik yang
dilakukan terhadap kalorimetetr dihentikan. To adalah suhu awal kalorimeter sebelum
diputar/sebelum dilakukan usaha mekanik dan To ini nilainya diasumsikan sama dengan
suhu lingkungan L. Ilustrasi perhitungan koreksi Newton untuk kenaikan suhu
kalorimeter ( Sardjito,2020).
Suhu benda yang berbeda dengan suhu lingkungan apabila tidak diberi energi
untuk mempertahankannya, dengan berjalannya waktu, akan dipengaruhi oleh lingkungan
sehingga cenderung menyamai suhu lingkungan. Perhitungan pengaruh lingkungan
terhadap suhu benda dapat dihitung dengan menggunakan model Koreksi Newton yang
berdasar pada Hukum Laju Pendinginan. Perubahan suhu terhadap waktu karena adanya
laju pendinginan ini merupakan fungsi eksponensial. Pada saat benda mendapatkan
tambahan energi, maka perhitungan Koreksi Newton yang optimal diambil menggunakan
acuan suhu benda pada pertengahan tengat waktu pengamatan. Perhitungan koreksi suhu
melalui model yang dihasilkan dalam penelitian ini menjadikan perhitungan parameter-
parameter termofisika lainnya lebih akurat. Sebagai kelanjutan dari penelitian ini,
disarankan adanya pengembangan perhitungan Koreksi Newton yang diaplikasikan untuk
kondisi suhu lingkungan yang berubah-ubah, serta penentuan batas-batas keberlakuan
koreksi ini khususnya untuk selisih suhu benda dengan suhu lingkungan yang sangat
ekstrim ( Sardjito,2020).
Kalor adalah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari satu benda ke
benda yang lain karena adanya perbedaan suhu. Ketika dua benda yang memiliki
perbedaan dua suhu bertemu maka kalor akan berpindah (dari yang suhu
tinggi ke suhu yang rendah). Misalnya kita mencampurkan air panas dengan air
dingin maka kita akan mendapatkan air yang hangat. Pemberian kalor pada benda
mengakibatkan dua hal yaitu, kenaikan suhu dan perubahan wujud. Banyak kalor
yang di gunakan untuk menaikan suhu di rumuskan sebagai berikut:
Q=mc ∆ T
Banyak kalor yang digunakan untuk mengubah bentuk :
Q=mL
Q=mU
( Sardjito,2020).
Perpindahan kalor akan terjadi pada dua buah benda yang memiliki suhu berbeda.
Kalor mengalir dari suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah. Mekanisme perpindahan kalor
dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi adalah
proses perpindahan kalor jika panas mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat
yang suhunya lebih rendah, dengan media penghantar panas tetap. Konveksi adalah
proses dimana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat
yang lain. Pada radiasi, perpindahan kalor terjadi karena pancaran/sinaran/radiasi
gelombang elektromagnetik.Peristiwa konveksi sering kita temukan di kehidupan sehari-
hari, terutama pada peralatan rumah tangga.Sementara konduksi melibatkan molekul
yang hanya bergerak dalam jarak yang kecil dan bertumbukan, konveksi melibatkan
pergerakan molekul dalam jumlah yang besar.Arus konveksi yang dapat kita temukan
misalnya pada sepanci air yang dipanaskan di atas kompor (Giancolli,2001).
Perpindahan kalor ini dipelajari pada mata kuliah termodinamika.
Termodinamika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari penyimpanan, transformasi
dan perpindahan energi. Perpindahan kalor konveksi dipelajari pada babusaha dan kalor.
Untuk mendapatkan nilai kalor konveksi, dibutuhkan koefisien konveksi. Biasanya nilai
koefisien konveksi tersebut langsung ada pada soal tanpa dipelajari bagaimana cara
mencarinya melalui percobaan langsung (Potter,2011).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menentukan nilai koefisien konveksi.
Menurut Putra semakin besar konsentrasi volume dari partikel nano maka akan
mengakibatkan rasio peningkatan koefisien perpindahan kalor konveksi paksa semakin
besar. Sedangkan menurut Rahayoe semakin tinggi suhu dan tekanan ruang pengering
maka koefisien perpindahan panas konveksi cenderung meningkat. Dari percobaan yang
telah dilakukan, kebanyakan mengukur nilai koefisien konveksi pada perhitungan dan
pemodelan proses pengeringan, pengolahan makanan (misalnya penggorengan),
pemasakan dengan manipulasi tekanan, hingga pada proses pemanasan atau
pendinginan fluida pada mesinmesin industri. Pada mata kuliah termodinamika sendiri,
untuk mendapatkan nilai koefisien konveksi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana menggunakan peralatan yang biasa kita pakai dalam kehidupan sehari-hari,
seperti gelas, cangkir, dan mangkuk mi. Fluida yang dipakai adalah air dan untuk
pengukuran suhu dapat menggunakan CoachlabII (Ramadhanti, 2014).
Pengukuran suhu menggunakan CoachlabII+ dilakukan untuk menentukan
koefisien konveksi pada penurunan suhu air yang ditinjau dari kapasitas kalor dengan
luas permukaan yang berbeda-beda pada berbagai jenis bahan. Dari penggunaan alat
tersebut didapatlah nilai suhu yang valid yang langsung terbaca pada tampilan software
Coach6 Lite. Suhu yang didapatkan pada percobaan tersebut kemudian dimasukkan ke
persamaan hukum pendinginan newton untuk mendapatkan nilai . Benda mencapai suhu
yang sama dengan lingkungan mengikuti fungsi eksponensial yang dihitung dengan
konstanta waktu panas . Dari nilai inilah kemudian dimasukkan ke persamaan untuk
mencari nilai koefisien konveksi. Kurva yang ditunjukkan pada grafik digunakan untuk
memperkirakan karakteristik waktu panas tiap bahan. Kurva berbentuk penurunan
eksponensial, menunjukkan perubahan suhu yang sedikit demi sedikit, tetapi tidak akan
mencapai nilai nol atau tidak akan berpotongan dengan sumbu x. Pada proses air
mendingin tersebut, terlihat penurunan suhu yang berbeda pada berbagai bahan itu. Hal
tersebut dikarenakan massa, kalor jenis, dan luas permukaan benda yang berbeda-beda.
Pada proses air mendingin, kurva yang dihasilkan menunjukkan bentuk penurunan
eksponensial, yang berartiperubahan suhu yang sedikit demisedikit, tetapi tidak akan
mencapai nilai nol (Ramadhanti, 2014).
Salah satu bahasan konsep fisika adalah konversi energi, pada dasarnya
energi dapat berubah bentuk, contohnya energi mekanik dapat berubah bentuk
menjadi energi panas, prinsip ini dikenal dengan istilah Tara kalor mekanik, yaitu
kesetaraan energi mekanik dengan energi panas. Kesetaraan ini pada dasarnya
menunjukkan jumlah energi panas yang dihasilkan sama dengan jumlah energi
mekanik. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat
dimusnahkan dan diciptakan melainkan hanya dapat diubah dari suatu bentuk energi
kebentuk energi yang lain. Untuk memahami konsep perubahan energi secara utuh, maka
perlu dilakukan pengujian percobaan, dalam hal ini dilakukan pengujian percobaan
tarakalor mekanik dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil.
Jumlah putaran dan kecepatan sudut putar tuas merupakan besaran yang berpengaruh
terhadap besar energi mekanik yang dihasilkan (Yuningsih,2019)
Untuk membuktikan kekekalan energiyang optimum, selain faktor kecepatan
sudut putarusaha mekanik yang dilakukan perlu memasukkan koreksi Newton laju
pendinginan pada saat menghitung energi panas/kalor. Koreksi Newton adalah suatu
cara untuk melakukan koreksi pengaruh suhu lingkungan saat proses perubahan energi
dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Pengukuran panas antara kalorimeter
dengan sekelilingnya selama percobaan berlangsung dapat pula menyebabkan
penyimpangan hasil pengamatan. Bila temperatur kalorimeter tidak terlaluberbeda
dengan temperatur sekelilingnya,maka dalam mengukur energi panas perlu
memperhitungkan suhu lingkungan. Untuk melihat besar pengaruh suhu lingkungan
terhadap hasil pengamatan perlu dilakukan koreksi terhadap panas yang dihasilkan
dengan menggunakan koreksi Newton.Koreksi dilakukan terhadap suhu yang diukur saat
proses pendinginan. Jika pada saat proses pendinginan diperoleh besar suhu yang
diserap oleh lingkungan, maka besar suhu yang diserap oleh lingkungan juga
berlaku pada proses pemanasan (perubahan usaha mekanik menjadi panas)
(Yuningsih,2019).
Benda bersuhu tinggi ketika berada di udara bebas akan kehilangan energi
panas karena energi panasnya ditransfer oleh partikel-partikel udara disekitar
benda tersebut secara konveksi. Transfer panas secara konveksi dapat terjadi
secara baik alami maupun secara paksaan yaitu dengan mengalirkan fluida pada
benda panas agar fluida tersebut mengambil panas dari benda. Koefisien konveksi
paksa suatu fluida akan meningkat ketika fluida tersebut diberikan suspensi partikel padat
berukuran nano. Fluida air bersuspensi partikel nano Al2O3 dan mendapatkan
peningkatan koefisien konveksi paksa lebih dari 31% .Proses transfer panas secara
konveksi menyebabkan benda panas akan menjadi dingin. Sebuah sistem pendingin
dengan memanfaatkan konveksi alami akan lebih efektif ketika menggunakan
penukar panas berupa pipa dan kawat, seperti penukar panas pada lemari
pendingin. Efisiensi dari penukar panas yang memanfaatkan konveksi bergantung
pada geometri penukar panas, Ma’sum pada tahun 2012 berhasil meningkatkan efisiensi
penukar panas sebesar 4% dengan massa penukar panas berkurang 19% ( Guswantoro,
2017).
Hukum Newton tentang pendinginan menyebutkan bahwa laju pendinginan
berbanding lurus dengan selisih suhu benda dengan suhu ruangan. Penurunan suhu
pada pendinginan mengikuti kurva peluruhan, dengan mengetahui konstanta waktu
peluruhan maka dapat ditentukan koefisien konveksi suatu fluida. Penggunaan
perangkat lunak akan memudahkan dalam perhitungan koefisien konveksi ini,
Ramadhanti menggunakan Coachlab II+ untuk menentukan koefisien konveksi bahan-
bahan tertentu.Meniupkan udara ke benda panas dapat mempercepat proses
pendinginan benda tersebut, seperti saat sedang menikmati secangkir kopi, agar
lebih cepat dingin maka seseorang akan meniup kopi tersebut Air panas dapat
mendingin karena energi panasnya ditransfer ke udara baik dengan cara radiasi,
konduksi maupun konveksi. Kecepatan pendinginan air ini diindikasikan dengan
besarnya konstanta pendinginan air, Dengan menambahkan angin maka transfer panas
secara konveksi akan mengalami paksaan sehingga air akan lebih cepat mendingin
( Guswantoro, 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Giancolli, Douglas C.2001.FISIKA Jilid 1 Edisi Kelima.Jakarta:Erlangga


Guswantoro, Taat. 2017.Hubungan Kecepatan Pendinginan Air dengan Kecepatan
Tiupan Udara. Cawang : Prosiding SNFA
 Potter, Merle C.2011. Teknik Termodinamika .Jakarta: Erlangga.
Ramdhanti, Putri. 2014. Penggunaan Coachlab Ii+ Dalam Menentukan Koefisien
Konveksi. Sriwijaya : Universitas Sriwijaya
Sardjito.2020. Koreksi suhu Kalorimeter sebagai Konsekuensi Laju Pendinginan oleh
suhu Lingkunganpada Percobaan Tara Kalor Mekanik. Bandung : IRWS
Yuningsih, Nani. 2019. Signifikansi Koreksi Newton Untuk Memasukkan Pengaruh
Lingkungan Pada Percobaan Tarakalor Mekanik. Bandung : Prosiding Seminar
Nasional Fisika (E-Journal) SNF2019

Anda mungkin juga menyukai