PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika sebagai bagian dari ilmu sains pada dasarnya bertujuan untuk
mempelajari dan memberi pemahaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif
tentang berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya. Fisika
dalam mengkaji objek-objek telaahnya yang berupa benda-benda serta peristiwa-
peristiwa alam menggunakan prosedur baku yang biasa disebut metode atau
proses ilmiah. Metode ilmiah merupakan suatu rangkaian kegiatan penelitian yang
melibatkan kegiatan observasi dan eksperimen untuk menemukan kebenaran
berupa konsep, asas, teorema, maupun hukum serta tetapan yang dapat diakui
secara umum. Berbagai macam kegiatan eksperimen di laboratorium telah
dirancang untuk mempelajari fakta, konsep, teorema serta hukum dalam fisika.
Salah satu hukum yang perlu dipelajari melalui eksperimen fisika adalah hukum
kekekalan energi atau disebut kesetaraan energi.
Kesetaraan energi memahami prinsip Hukum I Termodinamika bahwa energi
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Tetapi, energi dapat berubah
menjadi bentuk energi yang lain. Kesetaraan energi menyamakan antara energi
panas (kalor) dengan energi mekanis/listrik (joule).
Pada tahun 1800 James Prescott Joule melakukan percobaan tentang
perpindahan energi dengan memanfaatkan beban yang dicatuhkan untuk memutar
pedal di dalam kalorimeter sehingga air yang berada di dalam kalorimeter menjadi
panas. Eksperimen ini menunjukkan bahwa munculnya kalor selalu diikuti
hilangnya sejumlah energi mekanis yang ekivalen.
Hal tersebutlah yang melatarbelakangi dilaksanakannya praktikum yang sama
ini, untuk membuktikan kebenaran teori yang telah dikemukakan oleh James
Prescott Joule tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip kesetaraan (ekuivalensi) energi?
2. Berapakah nilai kesetaraan energi panas dan energi mekanis?
C. Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip kesetaraan (ekuivalensi) energi
2. Menentukan nilai kesetaraan energi panas dan energi mekanis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Energi termal atau kalor (∆Q) adalah energi yang mengalir dari benda yang
satu ke benda yang lain karena perbedaan suhu. Kalor selalu berpindah dari benda
yang panas ke benda yang dingin. Agar kedua benda yang saling bersentuhan
tersebut berada dalam keadaan termal yang seimbang(yakni tidak ada perpindahan
kalor antara kedua benda), suhu kedua benda harus sama. Jika benda pertama
pertama dan benda keduanya ada dalam keadaan seimbang termal dengan benda
ketiga, maka kedua benda pertama berada dalam keadaan termal. (Pernyataan ini
sering disebut hukum ke nol – zeroth law – termodinamika)(Bueche,1989).
Dalam termodinamika ada beberapa istilah, seperti Sistem yang berarti benda
atau keadaan yang menjadi fokus perhatian kita. Ada juga lingkungan yang
merupakan keadaan di luar sistem. Ada tiga jenis sistem yakni sistem terbuka,
sistem tertutup, dan sistem terisolasi. Sistem terbuka adalah sistem dimana panas
dan kerja(usaha) dari luar dapat masuk ke dalam sistem. Sistem tertutup adalah
sistem dimana panas dan kerja(usaha) dari luar dapat masuk ke dalam sistem
tetapi materi tidak dapat masuk ke dalam sistem. Sedangkan sistem terisolasi
adalah sistem dimana panas, kerja(usaha) dan materi tidak dapat masuk ke dalam
sistem. Adapula proses, yang merupakan perubahan dari suatu sistem ke sistem
yang lain. Istilah lainnya yaitu siklus termodinamika yang merupakan suatu
rangkaian proses sedemikian rupa sehingga keadaan akhirnya mempunyai
keadaan yang sama dengan keadaan mula-mula. Sedangkan keseimbangan termal
adalah suatu keadaan dimana pada dua sistem yang dikontakkan tidak terjadi
perpindahan panas(suhu kedua sistem sama besar. Istilah dalam termodinamika
yang selanjutnya adalah kuasistatik, yaitu cara suatu proses berubah(biasanya
berlangsung sangat lambat) sedemikian rupa sehingga sistem senantiasa hampir
selalu berada dalam keadaan keseimbangan setiap saat(Surya, 2009).
Energi dalam (U) suatu sistem adalah jumlah total energi yang terkandung
dalam sistem. Energi merupakan jumlah energi kinetik, energi potensial, energi
kimiawi, energi listrik, energi nuklir, dan bentuk energi lain yang dimiliki atom
dan molekul sistem. Khusus untuk gas ideal perlu diingat bahwa dalamnya hanya
terdiri atas energi kinetik saja, dan hanya bergantung pada suhu saja. (1/2 m 0v2
adalah energi kinetik satu atom, atau molekul gas ideal)( Bueche,1989).
Tipler (1991) mengatakan bahwa bila energi panas ditambahkan pada suatu
zat, maka temperatur air biasanya naik. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan
untuk menaikkan temperatur suatu zat adalah sebanding dengan perubahan
temperatur dan massa air itu. 1 kal setara dengan 4,184 J serta 1 Bru setara dengan
252 kal atau 1,054 kJ. Sedangkan C adalah kapasitas panas zat yang didefinisikan
sebagai energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat
sebesar satu derajat.
Kenaikan suhu benda dapat digunakan untuk menentukan banyaknya kalor yang
diserap oleh benda. Jika sejumlah kalor [ΔQ] menghasilkan perubahan suhu benda
sebesar [ΔT], kapasitas kalor [C] didefinisikan sebagai
∆Q
C=
∆T
Satuan kapasitas kalor adalah J/K. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menghasilkanperubahan suhu [ΔT] ternyata sebanding dengan massa benda [m]
dan perubahan suhunya, banyaknya kalor tergantung pada jenis benda yang
∆Q = m. c . ∆T
dimana besaran [c] adalah kalor jenis benda. Kalor jenis benda merupakan
karakteristik termal suatu benda yaitu kapasitas kalor per satuan massa dengan
satuan J/kg.K
C
c=
m
W = V. I. t
dimana W = energi listrik, V = tegangan listrik yang diberikan kawat, i = kuat
arus listrik yang mengalir pada kawat, t = waktu selama arus listrik mengalir pada
kawat(Yuningsih, 2018)
BAB III
METODE PERCOBAAN
B. Tempat
Tempat :Laboratorium Fisika Dasar Lantai 3 FMIPA UNM
D. Identifikasi Variabel
1. Variabel Manipulasi
a) Massa kalorimeter+air (gr)
b) Waktu (s)
2. Variabel Kontrol
a) Massa kalorimeter + pengaduk (gr)
b) Tegangan (v)
c) Kuat arus listrik (A)
d) Suhu awal (ºC)
3. Variabel Respon
a) Suhu akhir (ºC)
F. Prosedur kerja
1. Semua alat dan bahan yang akan dipakai pada percobaan dipastikan telah
tersedia
2. Massa kalorimeter+pengaduk diukur dengan menggunakan neraca ohauss
311 gram
3. Air ditambahkan ke dalam kalorimeter, setelah itu massa kalorimeter+air
diukur menggunakan neraca ohauss 311 gram
4. Perangkat percobaan dirangkai dengan menghubungkan power supply DC
variabel kutub positif dengan menggunakan kabel penghubung ganda
5. Kalorimeter dihubungkan dengan basicmeter dan multimeter dengan
rangkaian paralel untuk mengukur beda potensial
6. Basicmeter dihubungkan dengan power supply DC variabel pada kutub
negatif
7. Lalu disambungkan dengan listrik(menyalakan power supply) setelah
rangkaian terhubung dengan benar
8. Kenaikan suhu air diamati yang berada di dalam kalorimeter setiap tiga
menit dengan melakukan pengambilan data sebanyak tiga kali dan
mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan
9. Kegiatan yang sama dilakukan sebanyak tiga kali
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
NST Neraca Ohauss 311 gr = 0,1 gr
NST Voltmeter = 0,01 volt
NST Ammeter = 0,01 A
NST Termometer = 10C
NST Stopwatch = 0,2 sekon
BESARAN PENGUKURAN KE -
YANG DIUKUR I II III
Massa kalorimeter |70,19 ± 0,05| |70,19 ± 0,05| |70,19 ± 0,05|
kosong+pengaduk,
m1(gr)
Massa kalorimeter |244,19 ± 0,05| |197,97± 0,05| |157,65 ± 0,05|
+air m2(gr)
Massa air ma (gr) |174,0 ± 0,1| |127,8 ± 0,1| |87,5 ± 0,1|
Tegangan, V(volt) |8,40± 0,01| |8,40± 0,01| |8,40± 0,01||
dQ = |c . ∆ T| dm + |m . c| d∆T
dQ
Q
=| | | |
c . ∆T
Q
dm +
m. c
Q
d∆T
=| |dm + |
m. c . ∆ T |
dQ c.∆T m .c
d∆T
Q m. c . ∆ T
=| | +|
∆T |
dQ dm d ∆T
Q m
= 88 kal
- Kesalahan Relatif
∆Q
KR = x 100%
Q
88 kal
= x 100%
1740 kal
= 5,057 %
- Pelaporan Fisika
Q = |17±88| 102 kal
Tabel 1.2. Hasil Perhitungan Kalor Air pada Massa yang Berbeda
dQ = |c . ∆ T| dm + |m . c| d∆T
dQ
Q
= | | | |
c . ∆T
Q
dm +
m. c
Q
d∆T
Q | m. c . ∆ T |
dm + |
m. c . ∆ T |
dQ c.∆T m .c
= d∆T
Q | m | | ∆T |
dQ dm d ∆T
= +
∆Q = [| | | |]
∆m ∆∆T
m
+
∆T
Q
= [| | | |]
0,05
+
70,19 10
0,5
154,418 kal
= 7,8309 kal
- Kesalahan Relatif
∆Q
KR = x 100%
Q
7,8309 kal
= x 100%
154,418 kal
= 5,071 %
- Pelaporan Fisika
Q = |15 ± 7,8| 101 kal
dQtot = | | | |
∂Qtot
∂ Qair
dQair +
∂ Qtot
∂ Qkal
dQkal
dQtot = | |dQair + |
Qkal+Qair |
Qkal Qair
dQkal
∂ Qair+ Qkal
dQtot = [|
Qair Qkal |]
dQair dQkal
+ Qtot
∆Qtot = |[ ∆Qair +
Qkal |]
Qair ∆ Qkal
Qtot
∆Qtot = [|
1740 77,209|]
88 7,83
+ 1894,41 kal
- Kesalahan Relatif
∆ Qtotal
KR = x 100%
Qtotal
191.8800388kal
= x 100 %
1894,41kal
= 10,12870648 %
- Pelaporan Fisika
Q = |19 ± 192| 102 kal
W=VIt
W = 6804 Joule
- Ketidakpastian
W=VIt
dW= |∂∂VW |dV + |∂∂WI |dI + |∂∂Wt |dt
dW= | | dV + | | dI + | |dt
∂ (V . I . t ) ∂(V . I . t) ∂(V . I . t)
∂V ∂I ∂t
dW
W | | | | |
=
I .t
V . I .t
dV +
V .t
V . I .t
dI +
V .I
V . I .t
dt |
=| | +| |+| |
∆W ∆V ∆I ∆t
W V I t
∆W = 55,98 Joule
- Kesalahan Relatif
∆W
KR = x 100%
W
55,98 Joule
= x 100 %
6804 Joule
= 0.822751323 %
- Pelaporan Fisika
W = |6804 ± 55,98| Joule
W
a. γ1 =
Qtot
6804 Joule
=
1900 kalori
J
= 3,581052632
kal
dγ = | | | |
∂γ1
∂W
dW +
∂γ1
∂ Qtot
dQtot
dγ = | |dW +| |dQtot
∂(W . Qtot−1) ∂(W . Qtot−1)
∂W ∂Qtot
dγ = │Qtot-1│dW + │W. Qtot-2│dQtot
dγ
γ
=| Qtot−1
| |
W .Qtot −1
dW +
W .Qtot −2
W .Qtot −1 |
dQtot
=|
W | | Qtot |
∆γ ∆W ∆ Qtot
+
γ
∆γ =
[| | | |]
∆ W ∆ Qtot
W
+
Qtot
γ
∆γ =
[| | | |]
55,98
+
192
6804 1900
3,581052632
J
kal
J
∆ γ =0.39133795
kal
- Kesalahan Relatif
∆γ
KR = x 100%
γ
J
0,39133795
kal
= x 100 %
J
3,581052632
kal
= 10,92801448 %
- Pelaporan Fisika
J
γ = |3,581 ± 0,391|
kal
Tabel 1.6. Hasil Perhitungan Ekuivalensi Energi Panas dan Energi Mekanis
No J J KR (%) J
γ( ¿ ∆ γ( ) PF ( ¿
kal kal kal
1 3,581052632 0,39133795 10,92801448 |3,581 ± 0,391|
2 3,581052632 0.304638781 8.50696185 |3,581 ± 0,304|
% diff = |
γpraktikum−γteori
γteori |
x 100 %
% diff = | |x 100 %
3,373455378−4,183
4,183
% diff = |0,193532064 | x 100 %
% diff = 19,35%
C. Pembahasan
Kesetaraan energi adalah suatu keadaan yang setimbang, di mana energi
mula-mula sama dengan energi setelah terjadi suatu peristiwa tertentu, seperti
pada kondisi benda yang saling bertumbukan. Hukum pertama Termodinamika
menjelaskan tetang hukum kekekalan energi. Hukum ini dapat dijadikan dasar
untuk menentukan kesetaraan energi panas (Kalori) dan energi mekanis (Joule).
Prinsip kerja yang digunakan pada percobaan kali ini adalah sesuai dengan
prinsip kerja joule yaitu dengan mengisolasi kalorimeter agar sistem tidak
terkontaminasi dengan udara luar sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih akurat
mengenai ekuivalensi antara energi panas dan energi mekanis.
Urutan kegiatan yang dilakukan yang pertama adalah memastikan semua alat
dan bahan yang akan dipakai pada percobaan telah tersedia. Selanjutnya
mengukur massa kalorimeter + pengaduk menggunakan neraca ohauss 311 gram,
setelah itu kalorimeter diisi air lalu diukur kembali massanya menggunakan nerca
ohauss 311 gram. 4. Selanjutnya, merangkai perangkat percobaan dengan
menghubungkan power supply DC variabel kutub positif menggunakan kabel
penghubung ganda. Setelah itu, menghubungkan kalorimeter dengan basicmeter
dan multimeter dengan rangkaian paralel untuk mengukur beda potensial, lalu
menghubungkan basicmeter dengan power supply DC variabel pada kutub
negatif, kemudian menyambungkan dengan listrik(menyalakan power supply)
ketika sambungan sudah benar. Selanjutnya mengamati kenaikan suhu air yang
berada di dalam kalorimeter setiap tiga menit dengan melakukan pengambilan
data sebanyak tiga kali dan mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Terakhir, mengulang kegiatan yang sama sebanyak tiga kali.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa prinsip kesetaraan energi panas dan listrik yaitu
jumlah energi yang dilepas sama dengan energi yang diterima.
2. Untuk menentukan nilai kesetaraan energi, digunakan rumus
W
γ1 =
Qtot
Nilai kesetaraan energi secara teori(berdasarkan teori Prescott Joule)
J
adalah 4,18 , sedangkan nilai kesetaraan energi berdasarkan praktikum
kal
J
yang telah dilaksanakan adalah 3,373455378 . Perbedaan nilai
kal
kesetaraan energi antara teori dan hasil praktikum sebesar 19,35 %, hal ini
karena kurang telitinya praktikan baik dalam melakukan percobaan,
pengambilan data, maupun analisis data.
B. Saran
1. Bagi praktikan
Sebaiknya lebih memperhatikan ketika asisten menyampaikan prosedur
kerja ataupun cara pengambilan data, agar ketika praktikum sedang
dilaksanakan, praktikan tidak bingung bahkan melakukan kesalahan
dalam pengambilan data.
2. Bagi asisten
Sebaiknya lebih memperhatikan praktikan ketika praktikum sementara
berlangsung agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan data
3. Bagi laboran
Sebaiknya lebih memperhatikan alat-alat laboratorium yang sudah tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, agar praktikum dapat berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Vol. 4, No. 2
Rokhimi, I & Pujayanto, 2015, Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor
Tipler, A 1991, Fisika Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jakarta, Penerbit Erlangga