Anda di halaman 1dari 12

Eksperimen Fisika I

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA I

Nama : Muhammad Iska Sujana

NIM : 1911014210021

Kelompok : VIII (Delapan)

Judul Percobaan : Penentuan Kapasitas Panas Benda Padat

Tanggal Percobaan : 05 Maret 2021

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi : S-1 Fisika

Asisten : Alif Antasari Noer

NILAI Banjarbaru, 2021


Asisten

(Alif Antasari Noer)

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara Umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu
benda yaitu dengan mengukur suhu benda atau dengan suatu alat yang dinamakan
kalorimeter. Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan
nama kalorimeter, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pengukuran
kalori. Ketika zat menerima kalor maka zat itu akan mengalami kenaikan suhu
hingga ke tingkat tertentu yang mengakibatkan zat tersebut mengalami perubahan
wujud, seperti perubahan wujud benda padat menjadi cair. Sebaliknya, jika suatu
zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan
melepaskan sejumlah kalor.
Kita menggunakan istilah kalor dalam kehidupan sehari-hari seakan-akan
kita tahu apa yang kita maksud. Tetapi istilah tersebut tetap digunakan secara
tidak konsisten, sehingga perlu bagi kita mendefinisikan kalor secara jelas, serta
menerangkan fenomena dan konsep yang berhubungan dengan kalor tersebut.
Berdasarkan prinsip perpindahan kalor, banyak sekali manfaat dalam bidang
pangan diaplikasikan sebagai pengering atau suatu bahan makanan karena dengan
pengeringan mikroba pada makanan akan mati dan tidak tumbuh, dan sebagai
penggoreng bahan makanan.
Pada kehidupan sehari-hari sering ditemui beberapa kejadian yang
melibatkan perpindahan kalor. Misalnya 1 gelas air dingin dicampur dengan 1
gelas air panas. Maka air panas akan melepaskan kalor sedangkan air dingin akan
menerima kalor. Sehingga akan didapatkan suhu campuran yang seimbang.
Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperatur zat itu
biasanya naik. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur dan massa
zat itu ( Q=C.T =mcT) dengan C adalah kapasitas panas zat, yang didefinisikan
sebagai energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat
dengan satu derajat. Panas jenis C adalah kapasitas panas persatuan massa.
Kalor adalah energi yang ditransfer karena tinggi ke benda bersuhu rendah,
merupakan energi yang ditransfer dari benda yang panas ke benda yang dingin,

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

maka kalor merupakan energi yang ditransfer dari suatu benda ke benda yang lain
karena perbedaan suhu. Kalor tidak dapat dilihat oleh mata, tetapi pengaruhnya
dapat kita rasakan atau kita ketahui pengukuran pengukuran kalor sangat
berkaitan dengan kalor jenis zat. Pengukuran kalor menggunakan alat yang
dinamakan kalorimeter.
Kalorimeter adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan atau
mengukur kalor. Pengukuran itu dilakukan untuk mengetahui kalor jenis suatu zat.
Jika kalor jenis suatu zat sudah diketahui, kalor yang diserap atau dilepaskan
dapat dihitung dengan mengukur perubahan suhunya. Kalorimeter terdiri atas
sebuah bejana logam yang kalor jenisnya sudah diketahui sebelumnya. Bejana itu
ditempatkan dalam suatu wadah bejana lain dengan cara dipisahkan atau tidak
terdapat kemungkinan bersinggungan secara langsung di antara kedua bejana tadi
diberi isolator yang mencegah terjadinya pertukaran kalor dengan udara luar.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah:
1. Menentukan kapasitas panas suatu benda.
2. Membandingkan hasil eksperimen dengan literatur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kalor merupakan suatu kata yang sangat populer dan tidak asing lagi Untuk
didengar dalam kehidupan sehari-hari. Kalor itu sendiri sering kita identikkan
dengan panas, suhu maupun temperatur. Perlu diketahui, energi itu sendiri tidak
dapat dikatakan panas apabila ia sendiri belum mengalir atau pergi/menghilang.
Kalor pertama kali ini diamati oleh A. Laouvisier yang kemudian menyatakan

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

teori kalorik. Teori kalori ini menyatakan bahwa "setiap zat atau benda
mempunyai zat alir yang berfungsi untuk mentransfer panas". Jadi, Laouvisier
menyatakan bahwa pada saat dua benda atau zat berbeda suhu bersentuhan, maka
akan terdapat zat alir yang memindahkan panas dan menyebabkan perubahan suhu
pada kedua benda tersebut (Giancoli, 2001).
Kalor adalah energi yang ditransfer karena tinggi ke benda bersuhu rendah,
merupakan energi yang ditransfer dari benda yang panas ke benda yang dingin,
maka kalor merupakan energi yang ditransfer dari suatu benda ke benda yang lain
karena perbedaan suhu. Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka
temperatur zat itu biasanya naik. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk
menaikkan temperatur suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur
dan massa zat itu ( Q=C.T =mcT) dengan C adalah kapasitas panas zat, yang
didefinisikan sebagai energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur
suatu zat dengan satu derajat. Panas jenis C adalah kapasitas panas persatuan
massa (Tipler,1998).
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan
besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor:
1) massa zat

2) jenis zat (kalor jenis)

3) perubahan suhu

Sehingga secara matematis dapat dirumuskan:


Q = m.c. (t2-t1) (2.1)
Dimana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kg0C)
(t2 - t1) adalah perubahan suhu (0C)
NAMA : M. ISKA SUJANA
NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis:


1) Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu

2) Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang
digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U
adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu
kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
H = Q/(t2 - t1) (2.2)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg
zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor
jenis adalah kalorimeter.
c = Q/m.( t2 - t1) (2.3)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru
H = m.c (2.4)
Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk
yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat
berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah
menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang
hubungan energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah
energi listrik menjadi energi kalor adalah ketel listrik, pemanas listrik, dll.
Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor yang
dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan.
W=Q (2.5)
Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut :
W = P.t (2.6)
Keterangan :
W adalah energi listrik (J)
P adalah daya listrik (W)
t adalah waktu yang diperlukan (s)
Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2-t1) maka diperoleh
persamaan ; P.t = m.c.(t2-t1). Yang perlu diperhatikan adalah rumus Q disini

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

dapat berubah-ubah sesuai dengan soal. Menurut asas Black apabila ada dua
benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan
terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu
rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua
benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan :
Q lepas = Q terima (2.7)
Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor
adalah benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan
diperoleh :
Q lepas = Q terima
m1.c1.(t1-ta) = m2.c2.(ta-t2) …… (2.8)
Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada
benda yang bersuhu tinggi digunakan (t1-ta) dan untuk benda yang bersuhu
rendah digunakan (ta-t2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada
diatas bergantung pada soal yang dikerjakan.
Macam-macam Cara Perpindahan Panas:
a. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Contoh paling mudah dari
perpindahan panas secara radiasi adalah pancaran sinar matahari. Matahari
memancarkan panasnya sehingga sampai ke permukaan bumi melalui ruang
hampa. Di ruang hampa tidak ada zat yang dapat dilalui dan juga tidak ada zat
yang dapat mengalir. Panas matahari tersebut sampai ke bumi secara langsung
atau secara pancaran tanpa melalui zat perantara.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena terjadinya perpindahan zat. Peristiwa
konveksi atau aliran zat terjadi pada perubahan suhu suatu zat. Contohnya adalah
air yang sedang direbus. Zat cair dan gas yang terkena panas maka molekul-
molekulnya bertambah besar dan beratnya tetap, sehingga akan bergerak ke atas.
Gerakan ke atas ini akan diikuti oleh gerakan zat lain secara terus menerus
sehingga terjadi aliran zat karena panas. Dari peristiwa aliran inilah, maka panas
dapat merambat secara konveksi.
c. Konduksi

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Konduksi adalah perpindahan panas melalui benda padat. Benda yang dapat
menghantarkan panas dengan baik disebut konduktor. Pada umumnya, konduktor
terbuat dari logam. Benda yang sukar menghantarkan panas disebut isolator.
Menurut Wikipedia, pada peristiwa konduksi, panas mengalir melalui molekul-
molekul zat tanpa memindahkan atau menggerakkan molekul zat itu. Benda padat
memiliki kemampuan merambatkan panas secara konduksi yang berbeda-beda.
(Muhsin, 2017).
Kalor reaksi merupakan banyak-nya kalor yang diserap atau dilepas-kan
saat terjadi reaksi kimia. Di laboratorium, penentuan kalor reaksi dilakukan
dengan alat yang disebut kalorimeter. Kalor reaksi dapat ditentukan pada dua
keadaan, yaitu pada tekanan tetap atau volume tetap. Kalor reaksi pada tekanan
tetap berbeda dengan kalor reaksi volume tetap, kalor reaksi pada tekanan tetap
memperhitungkan kerja tekanan-volume, sedangkan kalor reaksi pada volume
tetap tidak memperhitung-kannya. Kalor reaksi pada tekanan tetap disebut entalpi
(H). Kerja tekanan-volume dapat teridentifikasi dari tekanan dan perubahan
volume. Kalor reaksi pada tekanan tetap untuk reaksi yang tidak menghasilkan
gas memiliki kalor reaksi yang hampir sama dengan kalor reaksi pada volume
tetap, dikarenakan perubahan volume untuk reaksi yang hanya melibatkan padatan
dan cairan sangat kecil. Berbeda halnya dengan kalor reaksi untuk reaksi yang
melibatkan gas, perubahan volume gas harus diperhitungkan. Penentuan kalor re-
aksi pada tekanan tetap untuk reaksi yang menghasilkan gas dilakukan dengan
memantau perubahan suhu dan perubahan volume gas selama reaksi terjadi
(Manika,2016).
Kapasitas kalor (heat capacity) adalah banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu benda sebesar . Secara matematis dituliskan:
Q
C = ---------- (2.9)
T
Keterangan :
C = Kapasitas kalor (J/oC),
Q = Kalor yang diperlukan (J), dan
T = Suhu (oC)

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Jika benda dipanaskan maka benda itu mendapat tambahan tenaga berbentuk kalor
dan menyebabkan sejumlah akibat, yaitu berubah wujud, berubah dimensi
(memuai) atau suhunya bertambah. Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
benda bergantung pada beberapa faktor berikut ini.
1. Massa Benda
Untuk jenis benda yang sama tetapi massanya berbeda kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya berbeda. Artinya,
semakin besar massa benda, semakin besar pula kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda tersebut. Semakin besar massa benda maka kalor yang
diterima untuk didistribusikan guna menambah tenaga gerak molekul atau atom
menjadi lebih banyak. Jadi semakin besar massa benda memerlukan lebih banyak
kalor untuk menaikkan suhu bila dibanding benda bermassa kecil. Hal ini ditandai
oleh lebih lambatnya kenaikan suhu pada benda bermassa besar. Dengan
demikian, jumlah kalor yang diperlukan sebanding dengan massa bendanya.
2. Jenis Benda
Untuk jenis benda yang berbeda tetapi massanya sama, kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya berbeda. Benda
tertentu memiliki massa jenis tertentu sehingga jumlah atom atau molekul per
gramnya juga tertentu. Energi untuk menaikkan suhu 1oC pada 1 kg air sebesar
lima kali dibanding aluminium. Dijelaskan bahwa air memiliki kapasitas untuk
menyerap dan menyimpan kalor lima kali lebih besar dibanding aluminium.
Dengan demikian, jumlah kalor yang diperlukan bergantung pada jenis bendanya.
3. Kenaikan Suhu
Jumlah kalor yang diberikan besarnya sebanding dengan kenaikkan
(perubahan) suhu benda. Artinya, makin banyak kalor yang diberikan kepada
benda, semakin besar pula kenaikan suhu benda tersebut. Kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu benda sebesar 10oC senilai dengan kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu 1oC pada massa dan jenis benda yang sama. Jelaslah pada
peristiwa kenaikan suhu benda karena benda mendapat tambahan kalor, mengenal
tetapan baru yang bergantung pada jenis benda. Tetapan itu disebut kapasitas
kalor jenis. Jadi, banyaknya kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

suatu benda bergantung pada massa benda (m), kalor jenis benda (c), dan
perubahan suhu (T).
(Yanti dkk, 2016).
Kalor menurut Zemansky dan Dittman (1986) diilusrasikan bila dua sistem
yang temperaturnya berbeda-beda dipersatukan bersama, maka temperature akhir
yang dicapai oleh kedua sistem tersebut berada diantara dua temperature
permulaan tersebut. Perubahan temperatur yang lazim sebagai perpindahan
‘sesuatu’ dari sebuah benda pada suatu temperatur yang lebih tinggi ke sebuah
benda pada temperature yang lebih rendah, dan ‘sesuatu’ ini dinamakan kalor.
Menurut buku Saripudin (2009) kalor dapat didefinisikan sebagai proses transfer
energi dari suatu zat ke zat lainnya dengan diikuti perubahan temperatur.
Sehingga dapat disimpulkan kalor merupakan suatu bentuk energi yang diterima
oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud
bentuknya.
Kalor merupakan bentuk energi yang terjadi akibat adanya perubahan suhu.
Jadi perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran
perubahan suhu yang terjadi
Q=mxcx T (2.10)
q = perubahan kalor (J)
m = massa zat (g)
c = kalor jenis zat (J g-1K-1)
T = perubahan suhu (K) T 
(Kurniawan, 2017).
Kalor jenis merupakan karakteristik termal suatu benda yang menyatakan
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg suatu zat sebesar 1
kalori. Berikut nilai kalor jenis dari beberapa bahan.
Tabel 2.1 Kalor jenis bahan (pada 20 0C, 1 atm)

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Kalor yang dilepaskan oleh objek sebanding dengan variasi suhu objek
tersebut, dengan asumsi bahwa perpindahan panas cukup lambat untuk
mempertahankan keseragaman suhu di dalam objek.
Q = - mc T
(2.11) 
Dengan m adalah massa objek, c adalah kalor jenis objek. Aliran energi dapat
dinyatakan sebagai berikut.
H = Dq / Dt
= -mc dT(t)/ dt (2.12)   
Tanda negatif menunjukkan bahwa suhu berkurang ketika energi mengalir
dari tubuh objek ke luar (yaitu, ketika H > 0). Sir Issac Newton merumuskan
hukum pendinginan sambil merumuskan eksperimen untuk menciptakan skala
suhu yang kemudian disebut dengan Skala Newton. Skala Newton memiliki
kisaran suhu dari 0 0C hingga 600 0C. Hukum pendinginan newton menyatakan
bahwa laju perubahan suhu sebuah benda berbanding lurus dengan perbedaan
suhu zat tersebut dengan suhu lingkungannya. Tingkat perubahan suhu bervariasi
dan menurun seiring waktu. Setelah waktu yang cukup lama, suhu objek dan suhu
lingkungan mencapai kesetimbangan termal dan pertukaran panas berhenti. Laju
kehilangan panas d Q/ dt dari objek ke lingkungan diasumsikan sebanding dengan
perbedaan suhu antara suhu permukaan objek T dan suhu lingkungan T0
(Widyastuti dkk, 2019).

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Zemansky, M. W. & R. H. Dittman. 1986. Kalor dan Termodinamika Edisi


Keenam. Bandung: ITB
Saripudin, A., D. R. K., & A. Suganda. 2009. PRAKTIS BELAJAR FISIKA 1
UNTUK SMA/MA KELAS X. Jakarta: pusat perbukuan departemen
pendidikan nasional

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)

Anda mungkin juga menyukai