BAB III
METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 02 April 2021. Pada pukul
13.30 wita sampai selesai. Bertempat di laboratorium optik dan fisika modern,
fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
paparan radiasi, yang sering terjadi tanpa ada kelengkapi dengan proteks radiasi.
Dengan demikian perlu dilakukan upaya untuk melakukan kegiatan keselamatan
dan kesehatan kerja dengan melalui tindakan proteksi radiasi, baik berupa
kegiatan survey radiasi atau personal monitoring. Penelitian ini dilakukan untuk
meminimalkan tingkat paparan radiasi yang diterima manusia, baik didalam
maupun di luar lingkungan sekitar yang banyak terdapat sumber radiasi
gelombang elektromagnetik. Salah satu cara untuk mengetahui paparan radiasi
tersebut dengan menggunakan alat pendeteksi radiasi gelombang elektromagnetik
yang diletakkan diruangan perawatan di ruang rawat rumah sakit, agar para
perawat dapat mengetahui jumlah radiasi yang ada disekitar pasien sehingga
pasien tidak mendapatkan radiasi yang berlebihan. Radiasi elektromagnetik adalah
kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan merambat
melewati ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain.
Cahaya tampak adalah salah satu bentuk radiasi elektromagnetik. Jika ditinjau dari
muatan listrik, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi pengion dan radiasi non
pengion. Yang termasuk ke dalam radiasi pengion adalah sinar-X, partikel alfa
(α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), partikel neutron. Sedangkan yang termasuk
ke dalam radiasi non-pengion adalah gelombang radio, gelombang mikro,
inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet (Wijaya dkk, 2019).
Jika terdapat dua bahan yang berbeda yang dialiri arus listrik, maka diantara
kedua bahan tersebut akan timbul medan listrik. Pada tabung detector bentuk
silinder yang berporos konsentris. Jari-jari tabung bagian luarnya (katoda) adalah
b dan jari-jari kawat yang terbentang di bagian dalam (anoda) adalah a dengan r
adalah jari-jari tabung antara a dan b, atau a < r < b. untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 2.1
Apabila V adalah beda potensial dari tabung tersebut pada jarak r, maka didapat
persamaan sebagai berikut :
V( r) = − ∫ E dr (2.1)
Untuk detektor yang berbentuk silinder dengan pusat muatan adalah poros silinder
dan berjarijari r, maka jumlah garis gaya yang menembus seluruh selimut silinder
akan berbanding dengan kuat medan listriknya. Menurut hukum Gauss dinyatakan
dalam persamaan berikut :
ΔN/ ΔAn = ε 0 E (2.2)
dengan ΔN adalah jumlah garis gaya yang menembus tegak lurus seluruh selimut
silinder, ΔAn adalah luas bidang yang ditembus garis-garis tebus gaya, ε0 adalah
permitivitas udara/ ruang hampa dan E adalah kuat medan listrik. Detektor
Geiger-Müller merupakan jenis detektor isian gas yang bekerja pada daerah
Geiger-Muller. Detektor Geiger-Muller mempunyai sifat khusus yaitu tidak dapat
membedakan besarnya energi yang masuk ke dalamnya. Hal ini disebabkan
karena tinggi pulsa yang terjadi tidak tergantung pada besarnya energi radiasi
yang datang. Untuk penggunaan bukan spektrometri energi maka detector Geiger-
Müller banyak memberikan keuntungan, karena cara pengoperasian dan
konstruksinya lebih sederhana. Secara sederhana skema detektor Geiger Muller
berbentuk tabung silinder ditunjukkan pada gambar 2. Untuk silinder An = 2.π.r.l,
r dan l masingmasing jari-jari dan panjang silinder, maka persamaan (2.2)
menjadi
ΔN/ ε0 2 πr l = E (2.3)
dengan mensubstitusikan persaman (2.3) ke persamaan (2.1) didapat :
(2.4)
(2.5)
(2.6)
(2.7)
dimana
N1 = Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan V1,
N2 = Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan V2,
V1 = Besar tegangan 1
V2 = Besar tegangan 2.
(Irianto dkk,2019).
- Katoda = yaitu dinding tabung logam yang merupakan elektroda negatif. Jika
tabung terbuat dari gelas, maka dinding tabung harus dilapisi logam tipis.
- Isi tabung = gas bertekanan rendah, biasanya gas beratom tunggal di campur gas
poliatom biasanya banyak yang digunakan adalah Argon dan Helium (Reynaldo,
2001).
Apabila zarah radiasi masuk ke dalam tabung, maka radiasi akan
mengionisasi gas isian. Banyaknya pasangan electron-ion yang terjadi pada
detector Geiger Muller tidak sebanding dengan tenaga zarah radiasi yang datang.
Hasil ionisasi ini disebut electron primer. Karena antara anoda dan katoda
diberikan beda teganagn maka akan timbul medan listrik pada keduanya. Ion
positif bergerak kea rah dinding katoda, sedangkan electron ion negative bergerak
ke anoda. Dengan tenaga yang relative tinggi maka electron mampu mengionisasi
atom-atom sekitarnya, sehingga menimbulkan pasangan electron-ion sekunder.
Pasangan electron-ion sekunder masih menimbulkan electron-ion tersier dan
seterusnya. Sehingga akan terjadi lucutan yang terus menerus(Priyantoro, 1999).
Detektor isian gas prinsip kerjanya memanfaatkan terjadinya ionisasi gas
isian pada medium aktif dalam detektor akibat adanya interaksi dengan zarah
radiasi maka akan timbul pasangan ion-elektron. Dengan adanya beda potensial
pada anoda dan katoda maka akan timbul medan listrik, sehingga pasangan ion-
elektron akan terpisahkan. Ion akan bergerak ke arah katoda dan elektron bergerak
ke anoda.
Keterangan gambar:
I (Daerah Rekomendasi), II ( Daerah Ionisasi), III ( Daerah Proporsional), IV
(Daerah Geiger Muller)
(Hilyana,2017).
Radiasi sinar-x merupakan pancaran energi yang berasal dari proses proses
bremsstrahlung yaitu pancaran radiasi gelombang elektromagnetik apabila
electron dipercepat dalam medan listrik inti atom. Faktor-faktor yang
mempengaruhi energi radiasi salah satunya yaitu tegangan tabung sinarx atau
beda potensial antara anoda dan katoda. Energi radiasi sinar-x berbanding lurus
dengan kuadrat tegangan tabung. Semakin besar tegangan tabung yang digunakan
semakin besar energi radiasi sinar-x yang ditimbulkan, sebaliknya semakin rendah
tegangan tabung yang digunakan maka energi radiasi sinar-x yang dihasilkan
semakin kecil. Interaksi radiasi dengan air (H2O) dalam proses radiolisis air akan
menghasilkan ion radikal radikal bebas (H* dan OH*). Radiakal bebas adalah
suatu atom atau molekul yang bebas, tidak bermuatan dan mempunyai sebuah
elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Secara kimia radikal bebas
sangat reaktif dan toksik. Radikal bebas yang terbentuk dapat saling bereaksi
menghasilkan suatu molekul hidrogen peroksida yang stabil dan toksik yang dapat
menimbulkan kerusakan molekulmolekul penting dalam sel (Fakhrurreza,2018).
DAFTAR PUSTAKA
Fakhrurreza, M., & M, Puput Khusniatul. 2018. Pengaruh Bnayaknya Radiasi dan
Perubahan Energi Sinar-X terhadap Peningkatan Pembentukan Radikal
Bebas pada Air. JHeS. Vol 2(1): 34-40.
Hilyana, F.S. 2017. Penentuan Tegangan Operasional Pada Detektor Geiger
Muller dengan Perbedaan Jari-jari Window Detektor. Jurnal SIMETRIS.
Vol. 8(1):393-398.
Irianto., M. Emy., & Sayono. 2019. Efek Temperatur Lingkungan terhadap
Karakteristik Defektor Geiger Muller (GM). PDIPTN. ISSN 0216-3128.
Knall, G. 1997. Radiation Detector and Measurement. John Willey : New York.
Priyantoro, D. 1999. Petunjuk Praktikum Alat Deteksi dan Pengukuran
Radiasi Penahan Radiasi Nuklir. STTN: Bandung.
Rachma, A.J,. P. Delia Achadina,. U, Maria., & S, Dandan Luhur. 2019.
Determing the Half Time and Analogy Constants of Radiaoctive Decay on
the Illustration Board of Radioactive Decay with the Capacitor Filling and
Discharging Method. JPF. VOL.7(3): 306-316.
Reynaldo, M. 2001. Radioaktivitas. FMIPA ITB Bandung.
Wijaya, N. H,. K, Wisnu,. & U, Aulia Resti Dewi. Deteksi Radiasi Gelombang
Elektromagnetik dari Peralatan Medis dan Elektronik dari Rumah Sakit.
Jurnal ECOTIPE. Vol. 6(2): 102-106.
TUGAS AWAL
DETEKSI PANCARAN RADIASI
1. Mengapa alat Geiger Muller ini dapat mendeteksi radiasi ? Jelaskan
Jawab:
1. Karena alat Geiger Muller memiliki sensor berupa sebuah tabung yang diisi
oleh gas yang bersifat konduktor, Jika teganagn terpasang pada tabung
Geiger Muller yang berisi gas dinaikkan maka electron sekunder yang
berada pada kawat yang ditengah tabung akan meningkat, sehingga electron
yang ada disektiarnya akan tereksitasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Data Pengamatan
4.1.1 Tabel Data Hasil Pengamatan Cobalt
n/t(s) 30 60 90 120 150 180
n1
n2
n3
Rata-rata
n/t(s)
n1
n2
n3
Rata-rata
n/t(s)
n1
n2
n3
Rata-rata
n/t(s)
n1
n2
n3
Rata-rata
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan melakukan percobaan yang berjudul deteksi
pancaran radiasi. Dimana dari praktikum ini didapatkan tujuannya yaitu pertama
dapat mendeteksi pancaran radiasi oleh bahan radioaktif dengan menggunakan
Geiger Muller Counter. Praktikan juga harus bisa mendeteksi suara yang datang
dari loudspeaker pada Geiger Muller Counter. Sehingga nanti praktikan bisa
menentukan jumlah pulsa (n) yang ditunjukkan pada Geiger Muller Counter untuk
waktu yang berbeda. Serta juga bisa menentukan rata-rata pulsa (N=jumlah pulsa
per waktu ) pada beberapa interval dan perbandingan hasilnya).
Alat dan bahan yang membantu pada percobaan ini tidaklah banyak hanya
membutuhkan 3 buah alat dan bahan saja. Dimana alat dan bahan tersebut ialah
Geiger Muller counter, yang berfungsi sebagai pengubah radiasi menjadi pulsa
elektronik. Bahan radioaktif, berfungsi untuk memancarkan partikel. Serta yang
terakhir ada End window counter, berfungsi sebagai sensor yang menangkap
pancaran radiasi. Inilah alat dan bahan yang membantu pada percobaan deteksi
pancaran radiasi ini sehingga bisa dapat berjalan dengan baik praktikum ini.
dilihat secara langsung. Hal ini dikarenakan materi atau bahan dari radioaktif itu
sendiri telah dimasukkan ked lam kotak pelindung dalam bentuk kayu. Sehingga
radiasinya dapat ditekan agar tidak mengenai tubuh.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan pengukuran jumlah
n(pulsa), yaitu jumlah pulsa terus bertambah seiring bertambahnya waktu. Pada
bahan radioaktif Cobalt didapatkan nilai n1, n2, dan n3 untuk perhitungan data
pertama secara berturut-turut yaitu 32; 33; dan 30. Sedangkan, untuk data kedua
didapatkan nilai n1, n2, dan n3 secara berturut-turut yaitu, 23; 31; dan 61. Adapun
untuk data ketiga didapatkan nilai n1, n2, dan n3 secara berturut-turut yaitu, 982;
771; dan 764. Untuk bahan kedua radioaktif yang digunakan yaitu Americlum dan
untuk bahan ketiga radioaktif yaitu Radium.
Pada detik ke-60, nilai n yang didapatkan nilai n 1, n2, dan n3 untuk bahan
radioaktif Cobalt secara berturut-turut yaitu, 66; 78 dan 67, Adapun nilai n yang
didapatkan nilai n1, n2, dan n3 untuk bahan radioaktif Americlum secara berturut-
turut yaitu, 54; 55; dan 88. Untuk bahan radioaktif Radium nilai n yang
didapatkan nilai n1, n2, dan n3 secara berturut-turut yaitu 1907; 1468; dan 1514.
Pada detik ke-90, nilai n yang didapatkan nilai n 1, n2, dan n3 untuk bahan
radioaktif Cobalt secara berturut-turut yaitu 110; 106; dan 157. Adapun nilai n
yang didapatkan nilai n1, n2, dan n3 untuk bahan radioaktif Americlum secara
berturut-turut yaitu, 54; 55; dan 88. Untuk bahan radioaktif Radium nilai n yang
didapatkan nilai n1, n2, dan n3 secara berturut-turut yaitu 1907; 1468; dan 1514.
Serta untuk bahan radioaktif Radium nilai n yang didapatkan nilai n 1, n2, dan n3
secara berturut-turut yaitu 3597; 3217; dan 2274.
Pada detik ke-120, nilai n yang didapatkan nilai n 1, n2, dan n3 untuk bahan
radioaktif Cobalt secara berturut-turut yaitu, 146; 141; dan 226. Adapun nilai n
yang didapatkan nilai n1, n2, dan n3 untuk bahan radioaktif Americlum secara
berturut-turut yaitu 115; 119; dan 146. Untuk bahan radioaktif Radium nilai n
yang didapatkan nilai n1, n2, dan n3 secara berturut-turut yaitu 5714; 2931; dan
3011. Pada detik ke-150, nilai n yang didapatkan nilai n 1, n2, dan n3 untuk bahan
radioaktif Cobalt secara berturut-turut yaitu 197; 188; dan 334. Adapun nilai n
yang didapatkan nilai n1, n2, dan n3 untuk bahan radioaktif Americlum secara
berturut-turut yaitu, 135; 148; dan 172. Untuk bahan radioaktif Radium nilai n
yang didapatkan nilai n1, n2, dan n3 secara berturut-turut yaitu 6875; 3718; dan
3011.
Terakhir, untuk detik ke-180, nilai n yang didapatkan nilai n1, n2, dan n3
untuk bahan radioaktif Cobalt secara berturut-turut yaitu 197; 188; dan 334..
Adapun nilai n yang didapatkan nilai n1, n2, dan n3 untuk bahan radioaktif
Americlum secara berturut-turut yaitu 166; 177; dan 205. Untuk bahan radioaktif
Radium nilai n yang didapatkan nilai n1, n2, dan n3 secara berturut-turut yaitu
7673; 4459; dan 4497.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
4. Rata-rata yang didapatkan pada bahan radioaktif Cobalt pada detik ke-30,
60, 90, 120, 150 dan 180 secara berturut-turut yaitu 38; 33; 82; 67; 124,33;
171; 207; dan 239,67. Sedangkan rata-rata yang didapatkan pada bahan
radioaktif Americlum secara berturut-turut yaitu 38,33; 65,67; 96,32;
126,67; 151,67; dan 182,67. Dan terakhir rata-rata yang didapatkan pada
bahan radioaktif Radium secara berturut-turut yaitu 819; 1628; 2696; 333;
4748; 667; dan 5526,33. Jumlah rata-rata yang paling besar yaitu Radium
dan yang paling kecil yaitu Americlum.
5.2 Saran
TUGAS AKHIR
DETEKSI PANCARAN RADIASI
1. Buatlah grafik antara jumlah pulsa dengan waktu
2. Tentukan berapa energi radiasi dari bahan radioaktif ini
Jawab
1.
Jumlah Pulsa (n1) Terhadap Waktu Pada Cobalt
250
197
200 169
Jumlah Pulsa (n)
146
150
110
100
66
50 32
0
0 30 60 90 120 150 180
Waktu (s)
POST TEST