LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 1911014210021
Asisten : Hanisa
(Hanisal)
BAB I
PENDAHULUAN
Hanya saja, panjang gelombang tersebut ada pada rentang yang sangat kecil
sehingga dapat dimasukan dalam kategori cahaya monorkomatik. Cahaya
monorkomatik sejatinya sangat aplikatid dalam bidang optik. Penerapan yang
damiiar diera sekarang dapat dicontohkan pada cahaya laser. Cahay laser hanya
mentrasmisikan cahaya dalam range panjang gelombang tertentu. Dengan begitu
apabila cahaya lasr didifraksikan maka tidak akan menghasilkan cahaya dengan
warna baru.
Laser merupakan suatu mekanisme alat dalam memancarkan energi radiasi
elektromagnetil. Pancaran radiasi elektromagnetik dari laser biasanya berupa
cahaya kasat mata ataupun tidak kasat mata. Sifat optis dari cahaya laser
merupakan koheren. Laser memancarkan radiasi elektromagnetik berupa berkas
cahaya tunggal. Artinya dalam perjalanan radiasi pada laser, arah geraknya dijaga
sedemikian rupa agar tetap sejajar dan fokus. Ada suatu hal yang membedakan
radiasi dari laser dengan radiasi elektromagnetik lain seperti microwave. Hal yang
membedakan yaitu radiasi laser berupak gelombang monorkomatik, sedangkan
untuk radiasi dari microwave berupa gelombang polikromatik. Kedua radiasi
tersebut tentunya dapat dideskripsikan berdasarkan persamaan gelombang
Maxwell.
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat:
1. Mengamati perubahan gambar interferensi.
2. Mengukur panjang gelombang laser He-Me dengan menggeser salah satu
cermin dari interferometer.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 23 April 2021. Pada
pukul 13:00 WITA-Selesai. Bertempat di Laboratorium Optik dan Fisika Modern
Gedung Dua Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cahaya adalah energi berbentuk elektromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar 380 sampai 750 nm. Pada bidang fisika cahaya adalah
radiasi elektromagnetik baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang
tidak. Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual
oleh indra penglihatan sebagai warna (Bueche dan Eugane, 2006).
Selain itu cahaya juga mempunyai sifat yang berkaitan dengan partikel
karena energinya tidak disebarkan merata pada muka gelombang melainkan
dilepaskan dalam bentuk buntalan buntalan seperti partikel sebuah buntalan diskrit
atau kuantum energi elektromagnet ini dikenal sebagai sebuah foton (Krane,
1992).
Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang seperti
sebuah cermin gelombang-gelombang baru yang dibangkitkan akan bergerak
menjauhi bidang tersebut. Fenomena ini disebut dengan pemantulan cahaya.
Pemantulan yang terjadi apabila bidang batas antara dua medium berbeda. Cahaya
yang terpantul akan menghasilkan fase dan intensitas tertentu bergantung pada
jenis fenomena pemantulan cahaya yang terjadi. Adapun salah satu jenis
pemantulan cahaya adalah pemantulan baur atau difusi yang dapat digambarkan
seperti dibawah ini (Halliday, 2013).
Pada saat cahaya mengenai suatu permukaan yang tidak rata maka sinar-
sinar sejajar yang datang pada permukaan tersebut dipantulkan tidak sebagai
sinar-sinar sejajar. Pemantulan yang seperti ini disebut pemantulan baur. Akibat
pemantulan baur ini kita dapat melihat benda dari berbagai arah sifat sifat
pemantulan baur antara lain:
1. Berkas sinar-sinar sejajar dipantulkan ke segala arah.
2. Hanya sedikit sinar pantul yang mengenai mata pengamat sehingga benda
tampak suram.
3. Terjadi pada benda yang mempunyai permukaan kasar.
Persamaan umum pemantulan cahaya adalah:
i= r (2.1)
(2.2)
Dimana:
= sudut datang (derajat)
= sudut pantul (derajat)
= sinar datang
= sinar pantul
pada jalur acuan dan percobaan dan dipantulkan kembali dan digabungkan
menggunakan Splitter yang sama kemudian pola interferensi diukur menggunakan
detektor. Cahaya pada jalur percobaan menyebabkan pergeseran fase dan dapat
diukur melalui interferensi dengan cahaya pada jalur acuan. Pengukuran pola
interferensi menggunakan konsep seperti pada Interferometer Michelson Morley,
namun dengan perubahan arah cahaya yang direfleksikan dan letak fotodetektor
seperti yang ditunjukkan Gambar 2.4.
seragam proses interferensi difraksi dan penutupan atau polarisasi dapat kita
selidiki dengan menggunakan sifat gelombang yang dimiliki oleh cahaya
eksperimen celah ganda yang menjelaskan bahwa cahaya mirip gelombang karena
hanya gelombang yang mampu menciptakan pola-pola interferensi (Young &
Freedman, 1996).
Jika berkas cahaya melalui S1 dan S2, maka celah tersebut (S1 dan S2)
akan berfungsi sebagai sumber cahaya baru dan menyebarkan sinarnya ke segala
arah. Apabila cahaya dari celah S1 dan S2 berinterferensi, maka akan terbentuk
suatu pola interferensi. Pola interferensi tersebut dapat ditangkap pada layar
berupa pola garis terang dan gelap
variasi gelombang depan bersamaan dengan daerah fotodetektor, jarak dari pusat
pancaran, jarak dari titik asal dan panjang gelmbang memiliki dampak tehadap
sensor aplikasi.
BAB IV
Ditanya:
Penyelesaian:
2. Δ L1 2(5.10−3)
λ 1= = =588 nm
Z1 17
2. Δ L2 2(10.10−3)
λ 2= = =588 nm
Z2 34
2. Δ L3 2(15.10−3)
λ 3= = =6 nm
Z3 50
2. Δ L4 2(20. 10−3 )
λ 4= = =635 nm
Z4 63
2. Δ L5 2(25. 10−3 )
λ 5= = =61nm
Z5 82
4.2.2 Perhitungan pada orde intensitas (k) percobaan 2
Diketahui:
Ditanya:
Penyelesaian:
2. Δ L1 2(5.10−3)
λ 1= = =667 nm
Z1 15
2. Δ L2 2(10.10−3)
λ 2= = =607 nm
Z2 30
2. Δ L3 2(15.10−3)
λ 3= = =638 nm
Z3 47
2. Δ L4 2(20. 10−3 )
λ 4= = =656 nm
Z4 61
2. Δ L5 2(25. 10−3 )
λ 5= = =581 nm
Z5 86
Tabel 4.2.1 Data hasil perhitungan pada orde intensitas (k) percobaan 1
Panjang gelombang
No ∆L (mm) Intensitas (k)
(nm)
1 5x10 17 588
2 10x10 34 588
3 15x10 50 6
4 20x10 63 636
5 25x10 82 61
Tabel 4.2.2 Data hasil perhitungan pada orde intensitas (k) percobaan 2
Panjang gelombang
No ∆L (mm) Intensitas (k)
(nm)
1 5x10 15 667
2 10x10 30 667
3 15x10 47 638
4 20x10 61 656
5 25x10 86 581
4.3 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1) Perubahan dalam gambar interferensi dapat berubah dikarenakan
interferometer michelson merupakan instrumen yang dapat menghasilkan
pola fringe yang dihasilkan dari perbedaan lintasan cahaya yang diterima
oleh layar. Hal ini juga dapat berubah dikarenakan pergeseran ke depan
perputaran yang berbeda-beda. Dan pada percobaan ini ada 5 pengambilan
data dalam setiap percobaan.
2) Panjang gelombang laser He-Me untuk percobaan 1 berturut-turut adalah
588, 588, 6, 636, dan 61 nm. Selanjutnya pada percobaan 2 berturut-turut
adalah 667, 667, 636, 656, dan 581 nm. Panjang gelombang yang
didapatkan ini kita ambil dengan orde intensitas yang berbeda pada setiap
data dan percobaan. Hal ini agar hasil yang diperoleh sesuai dengan literasi
sehingga praktikum interferometer michelson ini dapat dikatakan berhasil.
Cermin di dalam percobaan ini memiliki fungsi sendiri yaitu menangkap
cahaya yang dibantu oleh lensa agar bisa memfokuskan cahaya sehingga
interferensi cahaya dapat terlihat.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari percobaan ini adalah agar sebelum
memulai praktikum teknis lebih dimatangkan lagi karena kemarin tidak paham.
TUGAS AWAL
INTERFEROMETER MICHELSON
Jawab
PRETEST
INTERFEROMETER MICHELSON
Jawab
3. .
Memutar tombol roda perlahan-lahan satu kali atau beberapa kali dengan
meletakkan jari-jari pada tuas yang tepat dan sekaligus menghitung
intensitas maksimum atau minimum yang muncul dan menghilang ditengah-
tengah gambar interferensi.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Beuche, Frederick J,. & E, Heacht. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh.
Jakarta: Erlangga.
Csala, Mark. 2004. Fundamental Of Hight Source and Laser. A John Wiley and &
Jean Inc.
Damayanthi, N. E. K., & K, Nur. 2017. Penentuan Kelajuan Sinar Laser Helium
Neon (He-Ne) yang Merambat Melalui Udara dan Fiber Optik dengan
Osiloskop 200MHz. Jurnal Fisika. Hal:9-14.
Fitriana, N. H., Y, Sri., M, Tira., Adhimah., & S, Widowati Mustika. 2017.
Pengaruh Suhu terhadap Perubahan Pola Interferensi pada Fiber Optik. UPJ.
Vol. 6(1) :45-49.
Halliday, D., R, Resnick., & J, Walkel. 2013. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Krane, Kanneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: UI Press.
Muharor, A., A, Bambang Panji., & B, Zainudin. 2019. Analisis Pentramisian
Fiber Optik Saluran Udara pada Panjang Gelombang 1310 nm dari Optical
Distribution Point (ODP)- Optical Network Termination (ONT). JJEEE.
Vol.1(2): 18-23.
Panuluh, A. H., A, Elisabeth Dian., & S, Sri Agustini. 2020. Otomatisasi
Eksperimen Interferensi Tiga Celah. Jurnal Fisika Flux. Vol. 17(2). 119-
123.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika: Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Wisha, N. H., Hudiono., P, Ridho Hendra Yoga. 2019. RancanG Bangun Model
Deteksi Ketinggian Obyek dibawah Jalur Komunikasi Line Of Sight (LoS)
Menggunakan Laserr Distance Meter. Jurnal JARTEL. Vol. 8(1):1-7.
Young & Fredman. 1996. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.