Anda di halaman 1dari 21

Eksperimen Fisika I

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA I

Nama : Muhammad Iska Sujana

NIM : 1911014210021

Kelompok : VIII (Delapan)

Judul Percobaan : Interferometer Michelson

Tanggal Percobaan : 23 April 2021

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi : S-1 Fisika

Asisten : Hanisa

NILAI Banjarbaru, 2021


Asisten

(Hanisal)

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang perlu dilakukan secara teliti.
Hal tersebut dikarenakan dalam pengukuran, hasil yang didapatkan berupa data
tetap dan tidak dipengaruhi oleh ambiguitas pengukur. Pengukuran tentunya dapat
dilakukan dengan mudah untuk dalam satuan satuan yang standar seperti dalam
sentimeter ataupun meter. Kemudian timbul pertanyaan untuk cara pengukuran
ketika objek yang diukur dalam satuan yang sangat kecil yaitu mikrometer
ataupun nanometer. Hal tersebut tentunya dapat dilakukan dengan menggunakan
piranti interferimeter Michelson. Pengukuran dengan piranti tersebut berlandaskan
atas prinsip interferensi dan beda lintasan optik.
Cahaya merupakan paket energi yang memiliki spektruk warna. Secara jenis
penggolongan warna, cahaya dapat dibedakan menjadi cahaya monokromatik dan
cahaya polikromatik. Dikatakan monokromatik karena cahaya tersebut hanya
terdiri atas warna tungga dalam spektrum panjang gelombang tertentu. Sedangkan
untuk cahaya polikromatik merupakan cahaya yang terdiri atas banyak warna
dalam spektrum panjang gelombang banyak. Artinya suatu cahaya yang memiliki
atas banyak warna merupakan cahaya polikromatik. Contoh paling sederhana
untuk cahaya polikromatik adalah cahaya warna putih dan cahaya matahari.
Kedua cahaya tersebut apabila didispersikan maka akan menghasilkan cahaya-
cahaya baru dengan banyak warna. Kemudian untuk cahaya monokromatik dapat
dicontohkan seperti cahaya pada laser dan cahaya lampu LED non putih. Ketika
cahaya tersebut direfraksikan maka tidak akan menghasilkan cahaya baru dengan
warna yang berbeda, namun tetap akan menghasilkan warna yang sama dengan
warna asli.
Cahaya monokromatik pada dasarnya hanya memiliki rentang panjang
gelombang yang pendek. Artinya panjang gelombang yang dimiki oleh cahaya
monokromatik tidak serta merta hanya terdiri dari panjang gelombang tunggal
yang spesifik, seperti hanya memiliki panjang gelombang 700 nm. Namun cahaya
monorkomatuk tetap miliki delta panjang gelombang misalkan 697-705 nm.

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Hanya saja, panjang gelombang tersebut ada pada rentang yang sangat kecil
sehingga dapat dimasukan dalam kategori cahaya monorkomatik. Cahaya
monorkomatik sejatinya sangat aplikatid dalam bidang optik. Penerapan yang
damiiar diera sekarang dapat dicontohkan pada cahaya laser. Cahay laser hanya
mentrasmisikan cahaya dalam range panjang gelombang tertentu. Dengan begitu
apabila cahaya lasr didifraksikan maka tidak akan menghasilkan cahaya dengan
warna baru.
Laser merupakan suatu mekanisme alat dalam memancarkan energi radiasi
elektromagnetil. Pancaran radiasi elektromagnetik dari laser biasanya berupa
cahaya kasat mata ataupun tidak kasat mata. Sifat optis dari cahaya laser
merupakan koheren. Laser memancarkan radiasi elektromagnetik berupa berkas
cahaya tunggal. Artinya dalam perjalanan radiasi pada laser, arah geraknya dijaga
sedemikian rupa agar tetap sejajar dan fokus. Ada suatu hal yang membedakan
radiasi dari laser dengan radiasi elektromagnetik lain seperti microwave. Hal yang
membedakan yaitu radiasi laser berupak gelombang monorkomatik, sedangkan
untuk radiasi dari microwave berupa gelombang polikromatik. Kedua radiasi
tersebut tentunya dapat dideskripsikan berdasarkan persamaan gelombang
Maxwell.

1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat:
1. Mengamati perubahan gambar interferensi.
2. Mengukur panjang gelombang laser He-Me dengan menggeser salah satu
cermin dari interferometer.

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 23 April 2021. Pada
pukul 13:00 WITA-Selesai. Bertempat di Laboratorium Optik dan Fisika Modern
Gedung Dua Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Landasan dasar interferometer, sebagai media untuk melihat pantulan sinar.
2. Layar tembus cahaya, sebagai media untuk melihat pantulan sinar.
3. He-Me laser, sebagai sinar yang akan dipancarkan atau dipantulkan.
4. Beam splitter/pembagi sinar, sebagai pembagi sinar He-Me laser.
5. Cermin datar, sebagai media pemantulan cahaya.
6. Lensa fokus 50cm, untuk memfokuskan cahaya.

3.3 Prosedur Percobaan

Prosedur pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rangkaian seperti gambar 3.1


2. Menghidupkan laser dan memfokuskannya pada layar menjadi satu
bayangan (satu titik).
3. Meletakkan lensa di depan layar sehingga bayangan menjadi sebuah pola
gelap terang pada layar.
4. Memutar tombol roda perlahan-lahan satu kali atau beberapa kali dengan
meletakkan jari-jari pada tuas yang tepat dan sekaligus menghitung
intensitas maksimum atau minimum yang muncul dan menghilang ditengah-
tengah gambar interferensi.
5. Mengulang percobaan dua kali.

Pergeseran kedepan Orde intensitas (k) Orde intensitas (k)


No
perputaran (1/mm) percobaan 1 percobaan 2
1
2
3

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

4
5

Gambar 3.1 Interferometer michelson di atas landasan dasar interferometer

Gambar 3.2 Interferometer michelson dilandasan dasar interferometer

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cahaya adalah energi berbentuk elektromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar 380 sampai 750 nm. Pada bidang fisika cahaya adalah
radiasi elektromagnetik baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang
tidak. Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual
oleh indra penglihatan sebagai warna (Bueche dan Eugane, 2006).

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Selain itu cahaya juga mempunyai sifat yang berkaitan dengan partikel
karena energinya tidak disebarkan merata pada muka gelombang melainkan
dilepaskan dalam bentuk buntalan buntalan seperti partikel sebuah buntalan diskrit
atau kuantum energi elektromagnet ini dikenal sebagai sebuah foton (Krane,
1992).
Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang seperti
sebuah cermin gelombang-gelombang baru yang dibangkitkan akan bergerak
menjauhi bidang tersebut. Fenomena ini disebut dengan pemantulan cahaya.
Pemantulan yang terjadi apabila bidang batas antara dua medium berbeda. Cahaya
yang terpantul akan menghasilkan fase dan intensitas tertentu bergantung pada
jenis fenomena pemantulan cahaya yang terjadi. Adapun salah satu jenis
pemantulan cahaya adalah pemantulan baur atau difusi yang dapat digambarkan
seperti dibawah ini (Halliday, 2013).
Pada saat cahaya mengenai suatu permukaan yang tidak rata maka sinar-
sinar sejajar yang datang pada permukaan tersebut dipantulkan tidak sebagai
sinar-sinar sejajar. Pemantulan yang seperti ini disebut pemantulan baur. Akibat
pemantulan baur ini kita dapat melihat benda dari berbagai arah sifat sifat
pemantulan baur antara lain:
1. Berkas sinar-sinar sejajar dipantulkan ke segala arah.
2. Hanya sedikit sinar pantul yang mengenai mata pengamat sehingga benda
tampak suram.
3. Terjadi pada benda yang mempunyai permukaan kasar.
Persamaan umum pemantulan cahaya adalah:
i= r (2.1)
(2.2)
Dimana:
= sudut datang (derajat)
= sudut pantul (derajat)
= sinar datang
= sinar pantul

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Gambar 2.2 Pemantulan Cahaya Baur / Difus


(Bueche dan Eugene, 2006).
Interferensi adalah fenomena dimana dua atau lebih gelombang saling
tumpang tindih pada suatu titik tertentu dalam ruang interferensi sebagian besar
dibahas untuk gelombang koheren dua buah gelombang dikatakan koheren bila
kedua gelombang koheren memiliki frekuensi sama dan berbeda fase yang
konstan untuk gelombang koheren pola interferensi dapat digambarkan secara
matematis dengan cara yang sederhana (Tipler, 1998).
Pada dasarnya kehidupan manusia selama ini tidak bisa terlepas dari suhu
dan kalor. perubahan suhu yang terjadi pada suatu benda dapat merubah bentuk
atau ukuran benda, peristiwa tersebut merupakan fenomena pemuaian. Serat optik
terbuat dari bahan dielektrik yang berbentuk seperti kaca atau gelas prinsip dasar
dari sistem komunikasi serat optik adalah pengiriman sinyal informasi dalam
bentuk sinyal cahaya pemuaian pada fiber optik yang menyebabkan pertambahan
panjang pada core (inti) fiber optik. Interferometer michelson merupakan susunan
alat optik paling umum yang digunakan untuk interferometer. Ada michaelson
interferometer sinar datang dibagi menjadi dua bagian oleh beam Splitter atau
sepasang fiber optik atau salah satu bagian menjadi acuan. Penggunaan fiber optik
yang telah meluas pada aplikasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari membuat
peristiwa yang terjadi pada bahan ini menarik untuk diamati. Interferometer
merupakan suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi.
Interferometer dibagi menjadi dua jenis yaitu interferometer pembagi muka
gelombang dan interferometer pembagian amplitudo. Interferometer michelson
adalah termasuk interferometer pembelah amplitudo di mana interferometer ini
sangat berguna dalam pengukuran indeks bias pengukuran panjang pengukuran
getaran atau vibrasi Dan dapat juga digunakan untuk pengukuran simpangan

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

permukaan. Interferensi pada fiber optik dapat diamati dengan interferometer


michelson. Pada interferometer ini menggunakan beam Splitter yang merupakan
bagian penting dari sebagian besar interferometer termasuk interferometer
michelson. Beam Splitter berbentuk kubus yang terdiri dari 2 buah prisma
segitiga. Pada prisma tersebut dipakai lapisan resin. Ketebalan lapisan racing
disesuaikan sedemikian rupa sehingga atau untuk panjang gelombang tertentu
setengah dari cahaya optik melewatinya Dan juga sebagian lagi ditransmisikan.

Gambar 2.2 Skema Pembagi Sinar


Keterangan:
1. Sinar optik,
2. 50 % Sinar yang ditransmisikan,
3. 50 % Sinar yang direfleksikan.

Gambar 2.3 Rancangan Fiber Optik Interferometer Michelson


Ein adalah medan listrik yang datang, Es adalah medan listrik pada jalur
percobaan, Eref adalah medan listrik pada acuan, Bs1 adalah beam Splitter, M1 dan
M2 adalah cermin c adalah fiber optic berpasangan dan d adalah detector. Pada
interferometer michelson sinar datang dibagi menjadi dua bagian oleh beam
Splitter atau sepasang fiber optik atau salah satu bagian menjadi acuan. Cahaya

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

pada jalur acuan dan percobaan dan dipantulkan kembali dan digabungkan
menggunakan Splitter yang sama kemudian pola interferensi diukur menggunakan
detektor. Cahaya pada jalur percobaan menyebabkan pergeseran fase dan dapat
diukur melalui interferensi dengan cahaya pada jalur acuan. Pengukuran pola
interferensi menggunakan konsep seperti pada Interferometer Michelson Morley,
namun dengan perubahan arah cahaya yang direfleksikan dan letak fotodetektor
seperti yang ditunjukkan Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Interferometer Michelson


Foto detektor dan sensor bayangan digunakan untuk mendeteksi pola gelap terang
yang dihasilkan. Fluks pancaran dari pola gelap terang pada daerah yang tersedia
secara matematis diperoleh melalui Dengan f adalah fungsi
intensitas sorotan sinar pada celah sumber cahaya diatas celah interferogram.
Daerah fotodetektor menunjukkan fungsi yang sama pada sorotan dan
memberikan keluaran sebanding terhadap fluks pancaran (Fitriana dkk, 2017).

Interferensi cahaya merupakan satu fenomena yang menarik untuk diamati.


Eksperimen interferensi cahaya mengenaipercobaan Young untuk melihat bahwa
cahaya juga memiliki sifat gelombang. Metode interferensi cahaya ini dapat
digunakan untuk mengetahui besaran-besaran lain, misalnya panjang gelombang
sumber cahaya. Hasil eksperimennya menunjukkan bahwa adanya beda fase
antara cahaya yang muncul akibat interferensi dan cahaya yang langsung dari
sumber (Panuluh dkk, 2020).
Cahaya sudah menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia.
Salah satu konsep dalam ilmu fisika yaitu bahwa cahaya dapat diperlakukan sama

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

dengan gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat melintas melalui medium


hampa dan medium tidak hampa. Bila cahaya melintas melalui medium tidak
hampa, kecepatannya lebih kecil daripada dalam medium hampa. Kecepatan
cahaya dalam medium hampa yaitu 2,99792458 x 108 m/s.
Salah satu contoh penerapan cahaya adalah pada tekhnologi fiber optik,
dimana cahaya berperan penting sebagai media transmisi pembawa data
informasi.Fiber optik adalah jenis kabel yang terbuat dari serat kaca atau plastik
yang sangat halus dengan ukuran yang sangat tipis. Berbeda dengan kabel pada
umumnya fiber optik tidak menghantarkan listrik melainkan mentransmisikan
sinyal cahaya dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Selain itu kelajuan sinar
laser di duamedium tersebut juga dapat dinalisis secara teori dengan
menggunakan persamaan 𝑣=𝑐/𝑛, dimana nilai kecepatan cahaya 𝑐 dan indeks bias
medium 𝑛 telah diketahui(Damayanthi & Karisman, 2017).
Interferensi cahaya terjadi karena bergabungnya dua gelombang cahaya di
mana kedua gelombang cahaya harus bersifat koheren yang berarti kedua
gelombang cahaya tersebut mempunyai amplitudo frekuensi yang sama pada fase
yang tetap. Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi memiliki fase yang
sama saling memperkuat atau bersifat konstruktif. sebaliknya apabila kedua
gelombang bertemu dalam fase yang berlainan. Interferensi cahaya dapat terjadi
pada peristiwa pemantulan dan sinar laser sebagai penghasil cahaya yang koheren
(Tipler, 1998).
Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)
merupakan alat yang dapat memancarkan cahaya (gelombang radio
elektromagnetik) pada daerah infrared visible atau ultraviolet. Cahaya yang
dipancarkan oleh laser dihasilkan dari stimulasi emisi radiasi dari medium yang
ada di laser emisi radiasi tersebut dikuatkan sehingga menghasilkan cahaya yang
mempunyai sifat monokromatis (tunggal/hanya satu) koheren terarah dan
brightness (sifat kecerahan tinggi) (Ardiansyah,2014).
Laser helium neon atau laser He-Ne merupakan jenis laser gas yang media
penguatannya terdiri dari campuran 90% gas helium dan 10% gas neon. Laser He-
Ne dapat berisolasi pada panjang gelombang 0,543 m, 0,594 m, 0,633 m, 1,15
m, dan 3,39 m. Laser he-ne yang paling terkenal dan paling banyak digunakan

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

beroperasi pada panjang gelombang 0,633 m atau sekitar 63 2,8 nm (Csala,


20014).
Laser He-Ne pada dasarnya merupakan rongga optik yang terdiri dari
bagian belakang bersifat 100% reflektor dan cermin bagian depan bersifat 99%
reflektor. Cermin bagian depan biasanya disebut dengan cermin cosplayer
hasilnya keluaran laser He-Ne kontinue dan stabil. Adapun karakteristik dari laser
He-Ne adalah sebagai berikut:
- Pembangkit berkas : Arus DC pada rentang 3mA - 30Ma.
- Daya Keluaran : 0,5Mw – 100Mw.
- Medium Pembangkit : Gas, 90% Helium dan 10% Neon.
- Panjang Gelombang : 543,5 nm (hijau), 594,1 nm (kuning), 611,9 nm
(jingga), dan 632,8 nm (merah).
- Frekuensi Cahaya: 4,74x1014 Hz
(Ardiansyah, 2014).
Sinar laser tersebut memiliki gelombang yang tidak tampak (infrared)
sehingga dapat menembus celah dedaunan untuk menangkap permukaan tanah
lalu dipantulkan untuk ditangkap oleh sensor laser. Komunikasi line of sight
merupakan suatu keadaan dimana pemancar (Tx) dan penerima (Rx) dapat
menciptakan sebuah komunikasi tanpa terhalang suatu apapun yang
mengakibatkan sebuah interferensi maupun noise ( Wisha dkk, 2019).
Teknologi fiber optik merupakan salah satu media transmisi yang dewasa
ini semakin berkembang dan semakin meningkat permintaan di pasaran di
karenakanmemilikibeberapakeunggulan, antara lain memiliki bandwidth yang
besar (25 THz), redaman transmisi kecil, ukuran kecil, dan tidak
terpengaruholehgelombang elektromagnetis. Fiber optik merupakan media
transmisi menggunakan cahaya sebagai penyalur informasi (data) (Muharor dkk,
2019).
Cahaya memenuhi hukum-hukum elektromagnet yang secara keseluruhan
tercakup dalam sistem persamaan Maxwell-Lorentz, semua sifat-sifat fisis cahaya
yang berkaitan dalam perambatannya dalam medium dapat dijelaskan secara
lengkap dengan berdasar teori klasik. Misalnya proses pemantulan dan pembiasan
di perbatasan antara dua medium proses pembiasan cahaya dalam medium tidak

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

seragam proses interferensi difraksi dan penutupan atau polarisasi dapat kita
selidiki dengan menggunakan sifat gelombang yang dimiliki oleh cahaya
eksperimen celah ganda yang menjelaskan bahwa cahaya mirip gelombang karena
hanya gelombang yang mampu menciptakan pola-pola interferensi (Young &
Freedman, 1996).
Jika berkas cahaya melalui S1 dan S2, maka celah tersebut (S1 dan S2)
akan berfungsi sebagai sumber cahaya baru dan menyebarkan sinarnya ke segala
arah. Apabila cahaya dari celah S1 dan S2 berinterferensi, maka akan terbentuk
suatu pola interferensi. Pola interferensi tersebut dapat ditangkap pada layar
berupa pola garis terang dan gelap

Gambar 2.5 Diagram Percobaan Celah Ganda Young

Gambar 2.6 Pola Gelap-terang Fiber Optik


Pada Gambar 2.5 sebuah bidang gelombang ri cahaya monokromatik yang pada
celah S1 dan S2 pada layar B; cahaya tersebut terdifraksi melalui celah – celah
tersebut dan menghasilkan pola interferensi pada layar. Garis sumbu dibuat di titik
tengah antara kedua celah terhadap layar sebagai acuan. Titik P pada sumbu 
memotong gelombang dari sinar r1 dari celah bagian bawah dan sinar r2 dari
bagian atas celah tersebut. Gelombang ini memiliki fase sama ketika melintasi
kedua celah karena keduanya adalah bagian dari gelombang yang sama. Begitu
keduanya melintasi celah, kedua gelombang harus berjalan dengan jarak berbeda
unuk sampai di titik P. Sehingga dapat disimpukan bahwa perbedaan fase di
antara kedua gelombang cahaya dapat berubah bila gelombang berjalan melalui
jarak yang bebeda. Perilaku fluks pancaran dengan variasi sudut depan gelombang
terpengaruh oleh variasi jarak fotodetektor dari poros tengah interferometer dan
memvariasikan jarak dari aslinya. Analisis mengenai fluks pancaran dengan
NAMA : M. ISKA SUJANA
NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

variasi gelombang depan bersamaan dengan daerah fotodetektor, jarak dari pusat
pancaran, jarak dari titik asal dan panjang gelmbang memiliki dampak tehadap
sensor aplikasi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel data hasil pengamatan

Pergeseran kedepan Orde intensitas (k) Orde intensitas (k)


No
perputaran (1/mm) percobaan 1 percobaan 2
1 1x5.10 17 15
2 2x5.10 34 30
3 3x5.10 50 47
4 4x5.10 63 61
5 5x5.10 82 86

4.2 Analisis Data dan Hasil Perhitungan


4.2.1 Perhitungan pada orde intensitas (k) percobaan 1
Diketahui:

Ditanya:
Penyelesaian:
2. Δ L1 2(5.10−3)
λ 1= = =588 nm
Z1 17
2. Δ L2 2(10.10−3)
λ 2= = =588 nm
Z2 34

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

2. Δ L3 2(15.10−3)
λ 3= = =6 nm
Z3 50
2. Δ L4 2(20. 10−3 )
λ 4= = =635 nm
Z4 63
2. Δ L5 2(25. 10−3 )
λ 5= = =61nm
Z5 82
4.2.2 Perhitungan pada orde intensitas (k) percobaan 2
Diketahui:

Ditanya:
Penyelesaian:
2. Δ L1 2(5.10−3)
λ 1= = =667 nm
Z1 15
2. Δ L2 2(10.10−3)
λ 2= = =607 nm
Z2 30
2. Δ L3 2(15.10−3)
λ 3= = =638 nm
Z3 47
2. Δ L4 2(20. 10−3 )
λ 4= = =656 nm
Z4 61
2. Δ L5 2(25. 10−3 )
λ 5= = =581 nm
Z5 86
Tabel 4.2.1 Data hasil perhitungan pada orde intensitas (k) percobaan 1

Panjang gelombang
No ∆L (mm) Intensitas (k)
(nm)
1 5x10 17 588
2 10x10 34 588
3 15x10 50 6
4 20x10 63 636
5 25x10 82 61
Tabel 4.2.2 Data hasil perhitungan pada orde intensitas (k) percobaan 2

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Panjang gelombang
No ∆L (mm) Intensitas (k)
(nm)
1 5x10 15 667
2 10x10 30 667
3 15x10 47 638
4 20x10 61 656
5 25x10 86 581

4.3 Pembahasan

Percobaan kali ini adalah percobaan yang berjudul Interferometer


Michelson. Pada percobaan ini bertujuan agar praktikan dapat mengamati
perubahan gambar interferensi serta engukur panjang gelombang laser He-Me
dengan menggeser salah satu cermin dari interferometer. Adapun alat dan bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah landasan laser interferometer sebagai
tempat interferometer. Lalu ada layar tembus cahaya sebagai tempat jatuhnya
cahaya. Kemudian ada laser sebagai sumber cahaya, lalu beam spitter sebagai
pembagi cahaya dan cermin datar sebagai tempat melihat pergeseran cahaya. Lalu
yang terakhir lensa fokus 50cm sebagai alat yang membantu untuk membuat
bayangan.

Pada percobaan ini dilakukan pengambilan data sebanyak dua kali


pengamatan. Pada percobaan pertama untuk data pergeseran ke depan perputaran
dalam satuan 1/nm diperoleh data hasil berturut-turut yakni 5x10 ; 10x10 ;
15x10 ; 20x10 ; dan 25x10 . pada data kedua untuk pergeseran ke depan
perputaran dalam satuan 1/nm didapat hasil yang sama. Data hasil orde intensitas
(k) pada percobaan pertama didapatkan berturut-turut 17, 34, 50, 63, dan 82.
Sedangkan pada pengamatan kedua didapat orde intensitas berturut-turut 15, 30,
47, 61, dan 86. Dari data yang didapat maka kita akan mengetahui nilai dari
panjang gelombang dengan perhitungan. Pada perhitungan untuk percobaan
pertama, panjang gelombang yang didapat berturut-turut adalah 588, 588, 6, 636,
dan 61 nm. Pada perhitungan untuk percobaan kedua didapat berturut-turut 667,
667, 636, 656, dan 581 nm.

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Dari percobaan ini, praktikan akan mengetahui pengertian dari interferensi.


Interferensi adalah penggabungan antar dua atau lebih gelombang secara
superposisi yaitu ketika dua gelombang bertemu di satu titik. Kecuali sumbernya
koheren atau berbeda fulse.

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1) Perubahan dalam gambar interferensi dapat berubah dikarenakan
interferometer michelson merupakan instrumen yang dapat menghasilkan
pola fringe yang dihasilkan dari perbedaan lintasan cahaya yang diterima
oleh layar. Hal ini juga dapat berubah dikarenakan pergeseran ke depan
perputaran yang berbeda-beda. Dan pada percobaan ini ada 5 pengambilan
data dalam setiap percobaan.
2) Panjang gelombang laser He-Me untuk percobaan 1 berturut-turut adalah
588, 588, 6, 636, dan 61 nm. Selanjutnya pada percobaan 2 berturut-turut
adalah 667, 667, 636, 656, dan 581 nm. Panjang gelombang yang
didapatkan ini kita ambil dengan orde intensitas yang berbeda pada setiap
data dan percobaan. Hal ini agar hasil yang diperoleh sesuai dengan literasi
sehingga praktikum interferometer michelson ini dapat dikatakan berhasil.
Cermin di dalam percobaan ini memiliki fungsi sendiri yaitu menangkap
cahaya yang dibantu oleh lensa agar bisa memfokuskan cahaya sehingga
interferensi cahaya dapat terlihat.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari percobaan ini adalah agar sebelum
memulai praktikum teknis lebih dimatangkan lagi karena kemarin tidak paham.

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

TUGAS AWAL

INTERFEROMETER MICHELSON

1. Jelaskan perubahan interferensi yang terjadi jelaskan berdasarkan konsep


fisika

Jawab

1. Syarat terjadinya interferensi cahaya adalah gelombang gelombang cahaya


yang koheren sehingga amplitudo panjang gelombang dan frekuensi yang
sama serta beda fase yang selalu tetap. Eksperimen interferensi cahaya ini
membuktikan bahwa cahaya memiliki sifat gelombang

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

PRETEST

INTERFEROMETER MICHELSON

1. Sebutkan judul tujuan alat dan bahan beserta fungsi


2. Apa yang dimaksud dengan interferensi
3. Gambarkan susunan interferometer michelson beserta keterangan
4. Tuliskan prosedur percobaan
5. Tuliskan persamaan gelombang yang ada di interferometer Michelson

Jawab

1. Judul : Interferometer Michelson


Tujuan :
-Mengamati perubahan gambar interferensi.
-Mengukur panjang gelombang laser He-Me dengan menggeser salah satu
cermin dari interferometer
Alat dan Bahan:
- Landasan dasar interferometer, sebagai media untuk melihat
pantulan sinar.
- Layar tembus cahaya, sebagai media untuk melihat pantulan sinar.
- He-Me laser, sebagai sinar yang akan dipancarkan atau dipantulkan.
- Beam splitter/pembagi sinar, sebagai pembagi sinar He-Me laser.
- Cermin datar, sebagai media pemantulan cahaya.
- Lensa fokus 50cm, untuk memfokuskan cahaya.
2. Interferensi adalah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau
lebih yang bertemu pada satu titik ruang
.

3. .

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

4. Menyusun rangkaian seperti gambar 3.1

Menghidupkan laser dan memfokuskannya pada layar menjadi satu


bayangan (satu titik).

Meletakkan lensa di depan layar sehingga bayangan menjadi sebuah pola


gelap terang pada layar.

Memutar tombol roda perlahan-lahan satu kali atau beberapa kali dengan
meletakkan jari-jari pada tuas yang tepat dan sekaligus menghitung
intensitas maksimum atau minimum yang muncul dan menghilang ditengah-
tengah gambar interferensi.

Mengulang percobaan dua kali.

5.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, D. S. 2014. Sifat Berkas dan Tipe Cahaya Laser. Surabaya:


Universitas Negeri Surabaya.

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
Eksperimen Fisika I

Beuche, Frederick J,. & E, Heacht. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh.
Jakarta: Erlangga.
Csala, Mark. 2004. Fundamental Of Hight Source and Laser. A John Wiley and &
Jean Inc.
Damayanthi, N. E. K., & K, Nur. 2017. Penentuan Kelajuan Sinar Laser Helium
Neon (He-Ne) yang Merambat Melalui Udara dan Fiber Optik dengan
Osiloskop 200MHz. Jurnal Fisika. Hal:9-14.
Fitriana, N. H., Y, Sri., M, Tira., Adhimah., & S, Widowati Mustika. 2017.
Pengaruh Suhu terhadap Perubahan Pola Interferensi pada Fiber Optik. UPJ.
Vol. 6(1) :45-49.
Halliday, D., R, Resnick., & J, Walkel. 2013. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Krane, Kanneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: UI Press.
Muharor, A., A, Bambang Panji., & B, Zainudin. 2019. Analisis Pentramisian
Fiber Optik Saluran Udara pada Panjang Gelombang 1310 nm dari Optical
Distribution Point (ODP)- Optical Network Termination (ONT). JJEEE.
Vol.1(2): 18-23.
Panuluh, A. H., A, Elisabeth Dian., & S, Sri Agustini. 2020. Otomatisasi
Eksperimen Interferensi Tiga Celah. Jurnal Fisika Flux. Vol. 17(2). 119-
123.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika: Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Wisha, N. H., Hudiono., P, Ridho Hendra Yoga. 2019. RancanG Bangun Model
Deteksi Ketinggian Obyek dibawah Jalur Komunikasi Line Of Sight (LoS)
Menggunakan Laserr Distance Meter. Jurnal JARTEL. Vol. 8(1):1-7.
Young & Fredman. 1996. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.

NAMA : M. ISKA SUJANA


NIM : 1911014210021
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)

Anda mungkin juga menyukai