Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II


PERCOBAAN GELOMBANG MIKRO
(ACARA – 6)

Disusun oleh :
Nama : 1. Nizar Abror K1C016023
2. Yuni Supriani K1C016035
3. Dimas Qiftirul Aziz R P K1C016053
Asisten : Sri Mulyawiningsih

Hari/Tanggal :

Pelaksanaan Praktikum : Rabu, 27 Maret 2019

Pengumpulan Laporan : Rabu, 03 April 2019

LABORATORIUM FISIKA INTI DAN MATERIAL


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
PERCOBAAN GELOMBANG MIKRO

Nizar Abror (K1C016023), Yuni Supriani (K1C016035), Dimas Qiftirul Aziz R P


(K1C016053)
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jenderal Soedirman
Email: nizarabror@gmail.com, yunisupriani5@gmail.com,
dimasreza564@gmail.com

Abstrak
Praktikum Percobaan Gelombang Mikro bertujuan untuk menentukan panjang gelombang
dari sebuah pemancar gelombang mikro (transmitter microwave). Untuk itu dilakukan
metode interferensi Febry-Perot dan Cermin Llyod’s. Alat dan bahan yang digunakan yaitu
gun diode microwave transmitter, microwave receiver, goniometer, component holders,
reflector, dan styrene pellet. Metode Febry-Perot, dilakukan dengan cara memancarkan
gelombang mikro pada penerima gelombang mikro yang diantaranya telah ditempatkan
dua buah reflector parsial yang dapat diatur jaraknya. Hasil pengukuran pada reflector I
menjauhi reflector II, amplitudo signal-meter menunjukan maksimum pada jarak 21,5 cm
pada pengukuran pertama kemudian naik hampir linear yaitu 23, 24, 25.5 cm, hingga
pengukuran ke-lima berjarak 27 cm. Hasil pengukuran pada reflector I mendekati reflector
II, amplitudo signal-meter menunjukan maksimum pada jarak 25.5 cm pada pengukuran
pertama kemudian turun hampir linear pula yaitu 24, 22.5, 21.5 dan 20 cm. Panjang
2ℎ
gelombang dihitung dengan rumus 𝜆 = 𝑛 . Pada metode Cermin-Llyod’s, reflektor
ditempatkan di depan goniometer pada jarak tertentu. Reflektor tersebut digeser sampai
mendapat saat amplitudo maksimum dan saat amplitudo minimum. Selain kedua metode
tersebut, dalam praktikum ini mengamati sifat sifat gelombang mikro yaitu dapat
mengalami pemantulan, pembiasan, dan polarisasi.

Kata kunci: Gelombang mikro, Interferensi Febry-Perot, Cermin Llyod’s.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak sekitar 60 tahun yang lalu, telah diperlihatkan bahwa cahaya
berperilaku sebagai gelombang. Maxwell, didasari oleh perhitungan kecepatan
gelombang elektromagnetik, mengatakan bahwa cahaya pasti merupakan
gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik pertama kali di
bangkitkan dan dideteksi secara eksperimental oleh Heinrich Hertz (1857-1894)
di tahun 1887. Hertz menggunakan perangkat celah-bunga-api dimana muatan
digerakkan boalk-balik dalam waktu singkat, membangkitkan gelombang
berfrekuensi sekitar 109 Hz. Ia mendeteksi gelombang tersebut dari suatu
kejauhan dengan menggunakan loop kawat yang bisa membangkitkan ggl jika
padanya terjadi perubahan medan magnet. Gelombang ini kemudian dibuktikan
merambat dengan kelajuan cahaya 3,00×108 m/s dan menunjukkan karakteristik
gelombang seperti pemantulan, pembiasan, polarisasi, difraksi dan interferensi
(Giancoli,2001).
Dari dasar pemikiran para ilmuan tersebut yang telah meneliti terlebih
dahulu dan diyakini kebenarannya, kami berusaha membuktikan fenomena
yang dikemukakannya melalui percobaan gelombang mikro yang merupakan
salah satu jenis dari gelombang elektromagnetik.
1.2 Tujuan
Praktikum Gelombang Mikro ini bertujuan:
1. Menentukan panjang gelombang dari sebuah pemancar gelombang mikro
dengan menggunakan metode interferensi Febry-Perot dan Cermin
Llyod’s.
2. Lebih memahami perkuliahan fisika gelombang, khususnya yang
menyangkut materi interferensi dua buah gelombang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gelombang Mikro


Gelombang mikro atau mikrogelombang (microwave) adalah gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi super tinggi (Super High Frequency, SHF),
yaitu diatas 3GHz (3x109 Hz). Sebenarnya gelombang ini merupakan
gelombang radio, tetapi panjang gelombangnya lebih kecil dari gelombang
radio biasa. Panjang gelombangnya termasuk ultra-short (sangat pendek)
sehingga disebut juga mikro. Dari sinilah lahir istilah microwave.
Gelombang ini tidak dapat dilihat mata kita karena panjang
gelombangnya (walaupun sangat kecil dibanding gelombang radio) jauh lebih
besar dari panjang gelombang cahaya (di luar spektrum sinar tampak).
Keduanya sama-sama terdapat dalam spektrum gelombang elektromagnetik
(Gambar 2.1). Panjang gelombang cahaya berkisar antara 400-700 nm (1 nm =
10-9 m); sedangkan kisaran panjang gelombang mikro sekitar 1-30 cm (1 cm =
10-2 m) (Handayani, 2010).

Gambar 2.1 Spektrum gelombang elektromagnetik

2.2 Sifat-sifat Gelombang Mikro


a. Refleksi(Pemantulan) Gelombang
Pemantulan gelombang merupakan peristiwa pembalikan arah
rambat gelombang karena membentur suatu medium yang keras.
b. Refraksi (Pembiasan)
Peristiwa refraksi gelombang terjadi apabila gelombang merambat
melewati dua medium yang berbeda kerapatannya, kemudian mengalami
pembelokan.
c. Polarisasi
Polarisasi gelombang merupakan peristiwa dimana sebagian arah
getar gelombang terserap. Polarisasi bisa juga didefinisikan sebagai proses
pembatasan gelombang vektor yang membentuk suatu gelombang
transversal sehingga menjadi satu arah.
d. Interferensi
Dalam percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young pada tahun
1801, beliau memperagakan sifat gelombang cahaya, dua sumber cahaya
yang koheren di hasilkan dengan menerangi dua celah sejajar dengan
sumber cahaya tunggal (Tipler, 2010). Di anggap bahwa setiap celah sangat
sempit. Pada percobaan Young setiap celah bertindak sebagai sumber garis,
yang ekivalen dengan sumber titik dalam dua dimensi. Pola interfrensi
diamati pada layar yang jauh dari celah tadi, yang dipisahkan sejarak d. pada
jarak yang sangat jauh dari celah, garis- garis dari kedua celah ke satu titik
P di layar akan hampir sejajar, dan perbedaan lintasan kira- kira d sin θ.
Dengan demikian terdapat interferensi maksimum pada suatu sudut yang
diberikan oleh:

(1)
interferensi minimum terjadi di

(2)
Untuk sudut yang kecil, yang diukur di sepanjang layar terang ke-n (Tipler,
2010). jarak di antara dua rumbai terang berurutan diberikan oleh
persamaan:

(3)
Gambar 2.2 Konfigurasi interferensi 2 celah dari Young

Untuk menghitung intensitas cahaya pada layar di titik sembarang


P, perlu ditambahkan dua fungsi gelombang harmonik yang berbeda fase.
Misalkan E1 merupakan medan listrik disembarang titik P pada layar akibat
gelombang dari celah 1, dan misalkan E2 merupakan medan listrik pada titik
P akibat gelombang dari celah 2. karena sudut yang diperhatikan ini kecil,
dapat dianggap bahwa medan ini sejajar dan hanya memperhatikan
besarannya saja. Kedua medan listrik berosilasi dengan frekuensi yang sama
(karena keduanya berasal dari sumber tunggal yang menerangi kedua celah)
dan keduanya memiliki amplitudo yang sama. (perbedaan lintasan sebagian
besar hanya dalam orde beberapa panjang gelombang cahaya). Keduanya
memiliki perbedaan fase δ yang diberikan oleh persamaan (3) (Tipler,
2010). Jika diberikan fungsi gelombang ini dengan

(4)
Fungsi gelombang resultan adalah

(7)
Karena intensitas sebanding dengan kuadrat amplitudonya (Tipler, 2010),
intensitas pada sembarang titik P adalah

(8)
(Sugito, SB, Firdausi, & Mahmudah, 2005).
Interferometer Fabry-Perot merupakan instrumen yang
menggunakan prinsip interferensi dengan banyak sinar. Dalam bahasa
Perancis, interferometer ini dikenal dengan nama “etalon”. Interferometer
Fabry-Perot terbuat dari plat transparan dengan dua permukaan yang dapat
memantulkan cahaya atau dua plat parallel dengan cermin memiliki
kekuatan refleksi besar. Spektrum transmisinya sebagai fungsi dari panjang
gelombang memperlihatkan dengan puncak transmisi yang besar yang
sesuai dengan resonansi etalon dalam bahasa prancis,yang artinya standar.
Efek resonansi dari Interferometer Fabry – Perot identik dengan resonansi
pada filter dichroic(Tipler, 2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Laboratorium Fisika Inti dan Material Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Soedirman, 27 Maret 2019 pukul
09.00-10.30 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Gun diode microwave Transmitter
2. Microwave receiver
3. Goniometer
4. Component Holders
5. Reflector partial microwave
6. Reflector microwave
7. Styrene Pellet

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Pemantulan
1. Alat dan bahan disiapkan, kemudian disusun seperti Gambar 1.3 pada
modul.
2. Pemancar dihidupkan dan alat dikalibrasi serta catat angka yang
dihasilkan.
3. Atur kedudukan reflektor sehingga sudut datang pada 90° dan catat angka
hasil penerimaan.
4. langkah 3 diulangi dengan variasi sudut 80°, 70°, 60° dan 50°.

3.3.2 Pembiasan
1. Alat disusun seperti Gambar 1.5 pada modul.
2. Pemancar dan penerima dikalibrasi.
3. Prisma diisi menggunakan Styrene Pellet.
4. Lengan Geniometer diputar dan tentukan sudut serta carilah posisi intensitas
maksimum.

3.3.3 Polarisasi
1. Alat disusun seperti Gambar 17 pada modul.
2. Pemancar dan penerima dikalibrasi.
3. Kendorkan sekrup belakang alat penerima dan putar alat penerima pada
sudut 15°.
4. Catat pembacaan alat penerima setiap sudut.
5. Langkah 3 dan 4 diulangi pada sudut 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°.

3.3.4 Interferensi Febry-Perot


1. Pemancar gelombang ditempatkan berhadapan dengan penerima.
2. Alat dikalibrasi.
3. 2 Reflektor ditempatkan diantara pemancar dan penerima.
4. Variasikan jarak Reflektor 1 dengan menjauhkanya dari reflektor 2 dan
catat jarak ketika nilai penerimaan mencapai puncak hingga 5 kali nilai
jarak yang didapatkan.
5. Langkah 4 diulangi dengan cara mendekatkan Reflektor 1.

3.3.5 Cermin Loyd


1. Alat disusun seperti Gambar 19 pada modul.
2. Alat dikalibrasi.
3. Sambil memperhatikan penerima, perlahan jauhkan reflektor dari pusat
Geniometer dan cata pembacaan penerima.
4. Carilah kedudukan reflektor yang menghasilkan nilai maksimum sebanyak
3 jarak.
5. Langkah 4 diulangi dengan menjauhkan reflector.
3.4 Flowchart
Mulai

1. Gun diode microwave Transmitter


2. Microwave receiver
3. Goniometer
4. Component Holders
5. Reflector partial microwave
6. Reflector microwave
7. Styrene Pellet

Alat disusun seperti Gambar 13 pada modul

Kalibrasi alat dan mengatur pada sudut 90°

Mengukur intensitas gelombang micro yang diterima

Percobaan diulangi dengan


mengganti sudut datang 80°, 70°,
60°, dan 50°

I1,I2,I3,I4,I5

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Percobaan Pemantulan


Mulai

1. Gun diode microwave Transmitter


2. Microwave receiver
3. Goniometer
4. Component Holders
5. Reflector partial microwave
6. Reflector microwave
7. Styrene Pellet

Alat disusun seperti Gambar 15 pada modul

Kalibrasi alat dan prisma diisi dengan Styrene Pellet

Mengukur intensitas gelombang micro yang diterima pada


sudut 180°

Percobaan diulangi dengan


mengganti sudut datang 160°, 140°,
120°, dan 100°

I1,I2,I3,I4,I5

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Percobaan Pembiasan


Mulai

1. Gun diode microwave Transmitter


2. Microwave receiver
3. Goniometer
4. Component Holders
5. Reflector partial microwave
6. Reflector microwave
7. Styrene Pellet

Alat disusun seperti Gambar 17 pada modul

Kalibrasi alat dan mengatur sudut penerima 15°

Mengukur intensitas gelombang micro yang diterima

Percobaan diulangi dengan


mengganti sudut 30°, 45°, 60°, 75°,
dan 90°

I1,I2,I3,I4,I5,I6

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Percobaan Polarisasi


Mulai

1. Gun diode microwave Transmitter


2. Microwave receiver
3. Goniometer
4. Component Holders
5. Reflector partial microwave
6. Reflector microwave
7. Styrene Pellet

Pemancar dan penerima dihadapkan dan dikalibrasi

2 Reflektor diletakan ditengah

Mengukur jarak puncak intensitas ketika reflektor 1 dijauhkan


sebanyak 5 jarak

Percobaan diulangi dengan


mendekatkan reflektor1

h1.h2.h3.h4.h5

h1’,h2’,h3’,h4’,h5’

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Percobaan Febry-Perot


Mulai

1. Gun diode microwave Transmitter


2. Microwave receiver
3. Goniometer
4. Component Holders
5. Reflector partial microwave
6. Reflector microwave
7. Styrene Pellet

Alat disusun seperti Gambar 19 pada modul

Kalibrasi alat dan perlahan jauhkan rfelektor

Mengukur jarak punjak gelombang micro yang diterima


sebanyak 3 jarak

Percobaan diulangi dengan


mendekatkan reflektor

h1,h2,h3,h1’,h2’,h3’

Selesai

Gambar 3.5 Flowchart Percobaan Cermin Lloyd’s


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan Percobaan Gelombang Mikro didapatkan hasil sebagai
berikut ini :
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Pemantulan (Refleksi)
Sudut Datang Sudut Pantul I (mA) Ipantul (mA)
85 85 0 0
80 80 0 8,7
75 75 0 1,8
70 70 0 3
65 65 0 3
60 60 0 6,6
55 55 0 9
50 50 0 10,2
45 45 0 12

Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Pembiasan (Refraksi)


Sudut Ibias (mA)
180 21
170 3
160 0
150 0
140 0
130 0
120 0
110 0
100 0
90 0
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Polarisasi
Io (mA) θ Iθ
1 15 9
1 30 6
1 45 2,4
1 60 0,6
1 75 0
1 90 0

Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan Interferensi Febry-Perot


Reflektor-I mendekati Reflektor-I menjauhi
N reflektor-II reflektor-II
h (cm) 2h (cm) h (cm) 2h (cm)
1 25,5 54 21 42
2 24 51 22,5 45
3 22,5 48 24 48
4 21 45 25,5 51
5 27 54

Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Cermin Lloyd’s


d= 100 cm d=100 cm
n
h (cm) h (cm)
1 18 16
2 22 20,5
3 25,3 24
4 28,5 26,5
5 31 30
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan mengenai gelombang mikro didapat hasil seperti
yang tertera pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4, dan Tabel 4.5.
Percobaan pertama mengenai pemantulan (refleksi) dilakukan dengan beberapa
variasi sudut dan menghasilkan nilai intensitas yang berbedaa-beda untuk setiap
variasi sudut. Hasil dari percobaan tersebut tertera pada Tabel 4.1. Pada sudut 90ᵒ,
nilai intensitas yang didapatkan yaitu 0 mA. Hal tersebut terjadi dikarenakan media
yang digunakan sebagai reflaktor terbuat dari logam, sehingga gelombang mikro
yang dipancarkan oleh transmitter banyak yang dibelokkan. Selain itu, sisi logam
lainnya yang berada tepat di depan transmitter memantulkan kembali gelombang
mikro yang datang berbalik arah dari arah datangnya. Peristiwa tersebut
menyebabkan tidak ada gelombang mikro yang tertangkap oleh receiver dan
mengakibatkan pembacaan untuk nilai intensitasnya 0 mA. Untuk variasi sudut
yang diberikan, diperoleh nilai arus tertinggi pada sudut 160ᵒ (sudut datang 80ᵒ dan
sudut pantul 80ᵒ) dengan nilai intensitas sebesar 18 mA.
Percobaan kedua yaitu mengenai pembiasan. Media yang digunakan berupa
styrene pellets yang dimasukkan ke dalam sterofoam berbentuk segitiga siku-siku.
Sama seperti percobaan pemantulan, pada percobaan ini juga dilakukan variasi
sudut. Hasil percobaan tertera pada Tabel 4.2. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
terdapat perbedaan dengan percobaan pemantulan. Pada sudut 180ᵒ masih terdapat
gelombang mikro yang diterima oleh receiver. Hal tersebut dikarenakan ukuran
styrene pellets tidak terlalu kecil sehingga banyak terdapat rongga pada
susunannya. Selain itu, pada sudut 160ᵒ intensitas gelombang mikro yang ditangkap
oleh receiver cukup besar yaitu 2,8 mA yang membuktikan bahwa ada gelombang
mikro yang dibelokkan setelah melewati susunan styrene pellets.
Tabel 4.3 merupakan hasil percobaan yang dilakukan mengenai polarisasi.
Percobaan polarisasi dilakukan dengan memutar posisi receiver untuk beberapa
variasi sudut. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perubahan posisi sensor
pada receiver mempengaruhi besarnya intensitas yang diterima oleh receiver. Pada
posisi 90ᵒ tidak ada intensitas gelombang mikro yang terbaca oleh receiver.
Peristiwa tersebut terjadi karena gelombang mikro merupakan gelombang
elektromagnet yang mana dalam penjalarannya medan listrik selalu tegak lurus
dengan medan magnet, sedangkan sensor yang berada pada receiver hanya dapat
menangkap gelombang elektromagnet dengan satu arah penjalaran, dan ketika
sensor berubah posisi, maka sensor tidak dapat membaca gelombang elektromagnet
yang datang.
Percobaan selanjutnya yaitu percobaan interferensi Febry-Perot. Hasil dari
percobaan Febry-Perot terdapat pada Tabel 4.4. Pada percobaan ini digunakan
medium berupa dua buah reflector partial microwave yang diposisikan berhadapan
di antara receiver dan transmitter. Tujuan dari penggunaan dua buah reflektor
tersebut yaitu agar taerbentuk pola interferensi di antara dua buah reflektor yang
ada. Akan tetapi, dalam percobaan interferensi Febry-Perot yang diukur bukan
intensitas yang ditangkap oleh receiver, melainkan jarak antar reflektor saat
reflektor I menjauhi/mendekati reflektor II dan menghasilkan intensitas tertinggi.
Pergerakan reflektor I menjauhi/mendekati reflektor II akan menghasilkan pola
intensitas yang naik turun. Pola intensitas naik turun tersebut membuktikan sifat
interferensi yaitu saling menguatkan dan melemahkan. Sehingga output dari
percobaan ini berupa jarak antar reflektor ketika interferensi yang terjadi saling
menguatkan. Dalam menentukan panjang gelombang dapat ditinjau dari kasus garis
linear dimana pada kasus garis linear nilai gradient bisa dicari dengan menggunakan
persamaan :
𝑦 = 𝑚𝑥
dimana m sendiri merupakan nilai gradien. Dengan memasukkan nilai 2h sebagai
komponen y dan n sebagai komponen x, maka nilai λ bisa ditentukan dengan rumus
2ℎ = 𝜆𝑛
2ℎ
𝜆=
𝑛
Maka bisa ditentukan nilai panjang gelombang di tiap kali mendapatkan nilai
maksimum. Adanya perbedaan nilai λ disebabkan karena adanya perbedaan nilai
2h di setiap kali amplitude signal-meter mendapatkan nilai maksimum.
Tabel 4.5 merupakan hasil dari percobaan mengenai percobaan cermin
Lioyd’s. Percobaan cermin Lioyd’s dilakukan dengan menambahkan Goniometer
tambahan untuk menempatkan reflektor. Jarak antara transmitter dan receiver
diperpanjang. Penambahan Goniometer bertujuan supaya gelombang mikro yang
dipancarkan oleh transmitter dapat mengenai reflektor. Semakin dekat reflektor
dengan pusat Goniometer, semakin sedikit gelombang mikro yang diterima oleh
reflektor. Hal tersebut dibuktikan dari hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa
semakin dekat reflektor terhadap pusat Goniometer, semakin kecil nilai Intensitas
yang ditangkap oleh receiver. Penentuan panjang gelombang (𝜆) dengan metode
cermin Lioyd’s digunakan persamaan :
𝜆 = 2(√𝒉𝟐 + 𝒅𝟐 − 𝒅
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Panjang gelombang yang dipancarkan oleh transmitter menggunakan
metode Interferensi Febry perot dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
2ℎ
𝜆=
𝑛
2. Panjang gelombang yang dipancarkan oleh transmitter menggunakan
metode Cermin Lioyd’s dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
𝜆 = 2(√𝒉𝟐 + 𝒅𝟐 − 𝒅

5.2 Saran
Jarak antara pusat ke Goniometer dengan receiver dan transmitter disamakan.
Daftar Pustaka

Giancolli, 2001. Fisika Dasar 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.


Handayani, S.P., 2010. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Ikan
Dengan Radiasi Gelombang Mikro. Surakarta: FMIPA UNS.
Sugito, H., SB, W., Firdausi, K. S., & Mahmudah, S. (2005). Pengukuran
Panjang Gelombang Sumber Cahaya Berdasarkan Pola Interferensi Celah
Banyak, 8(2), 37–44.
Tipler, P. A., 2010. Fisika Untuk Sains dan Teknik jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai