INTERFEROMETER MICHELSON
Hasrawati1, Fitri Wulandari2, Haikal Kadir3 dan Jusniati4
1234
Jurusan Fisika, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
Email: hasra9546@gmail.com
Abstrak
Telah dilakukan percobaan mengenai interferometer michelson, yang bertujuan untuk
memahami prinsip dasar alat interferometer Michelson, 4 mengetahui pola interferensi, mengetahui
sifat-sifat gelombang, dan untuk mengukur panjang gelombang (1) dari sumber cahaya yang
digunakan. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah screen, beam splitter, 2 buah cermin,
laser, mikrometer sekrup, layar dan lensa. Hasıl yang diperoleh pada percobaan adalah (N)
berturut-turut yaitu 37, 21, 29, 39, 40, 30 dan 53 dengan hasil analisis data pada panjang
gelombang yakni masing-masing 1,89 nm, 3,33 nm, 2,59 nm, 2,05 nm, 2,21 nm 5,87 nm dan 1,51
nm. Kemudian didapatkan nilai persen eror yaitu 99%, 99%, 99%, 99%, 99%, 99% dan 99%.
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini adalah Panjang gelombang yang diperoleh
menunjukkan bahwa semakin banyak gelombang yang terbentuk maka semakin kecil panjang
gelombangya, begitu pula sebaliknya, yakni jika semakin sedikit gelombang yang terbentuk maka
semakin besar panjang gelombangnya.
Kata kunci: Frinji, Interferometer Michelson, Interferensi
Abstract
Experiments have been carried out on the Michelson interferometer, which aims to
understand the basic principles of the Michelson interferometer, 4 determine the interference
pattern, determine the properties of waves, and to measure the wavelength (1) of the light source
used. The tools used in this experiment were a screen, beam splitter, 2 mirrors, laser, screw
micrometer, screen and lens. The results obtained in the experiment were (N) respectively, namely
37, 21, 29, 39, 40, 30 and 53 with the results of data analysis at wavelengths namely 1.89 nm, 3.33
nm, 2.59 respectively. nm, 2.05 nm, 2.21 nm 5.87 nm and 1.51 nm. Then the percent error values
obtained are 99%, 99%, 99%, 99%, 99%, 99% and 99%. The conclusion obtained in this
experiment is that the wavelength obtained shows that the more waves are formed, the smaller the
wavelength, and vice versa, namely if the fewer waves are formed, the greater the wavelength.
Keywords: Frinji, Michelson Interferometer, Interference
JFT | 1
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
1. PENDAHULUAN
Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu suatu alat
yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi. Interferometer Michelson
merupakan alat yang paling umum digunakan dalam mengukur pola interferensi untuk
bidang optik. Interferensi adalah penggabungan superposisi dua gelombang atau lebih yang
bertemu pada satu titik ruang (Falah, 2008).
Penemuan Interferometer Michelson ditemukan pada tahun 1881 , 78 tahun setelah
percobaan young tentang celah ganda. Michelson mendesain dan membuat sebuah
interferometer dengan prinsip kerja yang sama. Michelson membuat alat ini pertama yaitu
bertujuan untuk mengetahui ether, ether yaitu medium yang dapat digunakan untuk
penjalaran cahaya dan dapat menentukan panjang gelombang yang akhirnya ether tidak
dapat dibuktikan. Perkembangan selanjutnya alat ini dapat digunakan untuk melihat
panjang gelombang cahaya (Setyaningsih, 2009).
Panjang gelombang jika sudah diketahui maka akan bisa melihat level yang sangat
pendek sehingga mempermudah memahami sifat medium optik. Interferometer Michelson
dapat menghasilkan sebuah pola interferensi dengan membagi seberkas cahaya
menggunakan sebuah alat yang bernama pembagi sinar (beam splitter). Interferensi terjadi
ketika dua buah cahaya yang telah dibagi digabungkan kembali. Interferensi Michelson
menghasilkan interferensi dari pembelokkan sinar cahaya dalam dua bagian (Oktavia,
2006).
Interferensi adalah penggabungan superposisi dua gelombang atau lebih yang
bertemu pada satu titik ruang. Hasil interfrensi yang berupa pola-pola cincin
dapatdigunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang berkaitan dengan
interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber cahaya, indeks bias, dan ketebalan
bahan. Untuk memahami fenomena interferensi harus berdasar pada prinsip optika fisis,
yaitu cahaya dipandang sebagai perambatan gelombang yangtiba pada suatu titik yang
bergantung pada fase dan amplitudo gelombang tersebut (Anggrainie, 2014).
JFT | 2
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
JFT | 3
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
∆ Nλ
∆ d=
2
Keterangan:
Δd = Perubahan lintasan optis
λ = Panjang gelombang sumber cahaya
ΔN= Peruabahan jumlah cincin
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika panjang lintasan
dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah pola-pola cincin akan masuk
ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi fase gelombang yang
jatuh ke layar (Buanti, 2015).
2. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, 21 Desember 2023, Pukul 14.30- 15.00
WITA, di Laboratorium Optik, Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Prosedur Kerja
Atur posisi laser dan interferometer untuk modus Michelson. Lalu atur tombol
micrometer pada penunjukan menengah (misalnya 50 µm). Selanjutnya, putar tombol
mikrometer satu putaran berlawanan arah jarum jam hingga titik nol pada mikrometer
sejajar dengan tanda indeks. Catat penunjukan micrometer pada posisi tersebut. Kemudian,
atur posisi viewing screen sehingga salah satu tanda pada skala millimeter segaris dengan
JFT | 2
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
frinji pola interferensi. Setelah itu putar tombol mikrometer searah jarum jam. Lalu,
hitunglah jumlah frinjı yang melewati tanda referensi yang telah anda buat (buat minimal
20 frinji). Catatlah dm, setiap divisi kecil pada mikrometer sebanding dengan 10 meter pada
jarak gerakan cermin. Catat N, jumlah transmisi frinji. Ulangi langkah tersebut minimal 5
kali. Dn hitunglah rata-rata nilai à yang anda peroleh.
3.2 Pembahasan
Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang
dengan ketelitian yang tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi atau pola frinji
yang dihasilkan. Pengukuran dari alat interfeometer ini memanfaatkan sifat interfensi
cahaya. Interferensi adalah perpaduan dua atau lebih gelombang dari sumber yang sama
dan bertemu pada suatu titik yang sama (Buanti, 2015)
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika panjang lintasan
diubah dengan memperpanjang lintasan tersebut, maka yang akan terjadi pola-pola frinji
JFT | 5
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi fase
gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang lintasan gelombang cahaya
mencapai maka akan terjadi interferensi konstruktif yaitu terlihat pola terang, namun bila
pergeserannya hanya sejauh 1/4 yang sama artinya dengan berkas menempuh lintasan 1/2
maka akan terlihat pola gelap (Falah, 2008).
Pada percoobaan ini, Laser yang digunakan adalah laser dioda hijau dengan panjang
gelombang 532 nm. Metode yang digunakan adalah interferometer Michelson.
Terbentuknya gelombang cahaya gelap terang karena adanya perubahan lintasan optis yang
menyebabkan perubahan jumlah frinji.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan sebanyak 7 kali pengambilan data. Hasil
pengamatan pada percobaan diperoleh untuk jumlah finny (N) berturut-turut yaitu 37, 21,
29, 39, 40, 30 dan 53 dengan nilai dm yaitu 3,50 x 10-6 m, 3,50 x 10-6 m, 3,75 x 10-6 m,
4,004 x 10-6 m, 4,0042 x 10-6 m, 8,8 x 10-6 m dan 4,0044 x 10-6 m. Dengan hasil analisis data
dengan panjang gelombang, yaitu masing-masing 1,89 nm, 3,33 nm, 2,59 nm, 2,05 nm,
2,21 nm 5,87 nm dan 1,51 nm. Kemudian di dapatkan nilai % error yaitu 99%, 99%, 99%,
99%, 99%, 99% dan 99%. Ditinjau dan data bahwa semakin banyak gelombang yang
terbentuk maka semakin kecil panjang gelombangya, begitupula sebaliknya
4. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa
semakin banyak gelombang yang terbentuk maka semakin kecil panjang gelombangya,
begitupula sebaliknya, yakni jika semakin sedikit gelombang yang terbentuk maka semakin
besar panjang gelombangnya Jumlah celah jarak layar, dan jarak antar celah tidak
mempengaruhi pola interferensi cahaya yang terbentuk baik pada laser He-Ne dan laser
dioda. Jumlah celah mempengaruhi amplitudo interferensi yang terbentuk. Semakin banyak
jumlah celah, semakin banyak sumber gelombang cahaya mengakibatkan pola interferensi
cahaya yang terbentuk semakin jelas.
5. DAFTAR PUSTAKA
JFT | 2
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
JFT | 7
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
dapus
Anggrainie, Dhiesta. 2014."Pengukuran Nilai Panjang Koherensi Dua Sumber Laser
Menggunakan Interferometer Michelson." Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau, vol. 1, no. 2.
Buanti, Eka. 2015."Rancang Bangun Sistem Deteksi Pola Frinji untuk Interferometer
Michelson." Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Riau, vol. 2, no. 1, pp. 266-271.
Falah, M. 2008.”Analisis Pola Interferensi pada Interferometer Michelson Untuk
Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya.“ Skripsi S1 FMIPA UNDIP:
Semarang.
Oktavia, A. 2006.”Penggunaan Interferometer Michelson Untuk Menentukan Panjang
Gelombang Laser Dioda dan Indeks Bias Bahan Transparan.“ Skripsi S1 FMIPA
UNDIP: Semarang.
Setyahandana, Budi. 2013. "Sistem Interferometer Michelson Untuk Mengukur Regangan
Pada Mesin Uji Tarik." Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra, vol. 14, no.
2, pp. 64-70, doi:10.9744/jtm.14.2.64-70
Setyaningsih, Agustina. 2009.Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan
Interferometer Michelson. Skripsi S1 FMIPA UNDIP: Semarang.
Widamarti, Yayuk.” 2014."Sistem Optik Interferometer Michelson Menggunakan Dua
Sumber Laser Untuk Memperoleh Pola Frinji." Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau, vol. 1, no. 2.
JFT | 2
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
JFT | 9