Anda di halaman 1dari 9

INTERFEROMETER MICHELSON

Ahmad Mujib,190322623658,Prodi Fisika UM, mujib.sr25@gmail.com


Annas Hanif Al-Amien,190322623629,Prodi Fisika UM, annashanifalamien@gmail.com
Karin Mayludya Handi,190322623647,Prodi Fisika UM, karinmayludya@gmail.com
Nur Aulia Adzra Rizky,190322623627,Prodi Fisika UM, nuraulia835@gmail.com

Abstrak: telah dilakukan praktikum percobaan Interferometer Michelson yang bertujuan untuk memahami cara
kerja alat Interferometer dan mampu mengukur panjang gelombang sinar. Percobaan ini memanfaatkan set–up
Interferometer Michelson, laser He-Ne, dan layar putih/kertas. Cara kerja Interferometer adalah dengan menangkap
interferensi cahaya untuk mengukur panjang gelombang cahaya. Interferensi cahaya menghasilkan suatu pola
interferensi (terang-gelap), yang disebabkan adanya perbedaan lintasan perjalanan dua berkas cahaya. Dilakukan
pengamatan terhadap banyaknya perubahan pergeseran terang-gelap-terang (n) pada pusat frinji yang disebabkan
oleh perubahan pergeseran pembacaan skala pada vernier (posisi M2’) sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
besar posisi M2’ maka semakin besar pula jumlah n.

katakunci: Interferometer Michelson, Interferensi, cahaya.

Abstract: The Michelson Interferometer experiment practicum has been carried out which aims to understand how
the interferometer works and is able to measure the wavelength of light. The experiment utilizes a Michelson
Interferometer set-up, He-Ne laser, and white / paper screen. The way the interferometer works is to capture light
interference to measure the wavelength of light. Light interference produces an interference pattern (light-dark-
light), which is caused by a difference in the paths of the two light beams traveling. Observations were made on the
number of changes in light-dark-light shifts (n) at the center of the fringe caused by changes in the shift in the
vernier scale reading (M2’ position) so that it can be concluded that the greater the M2’ position, the greater the
number of n.

keywords: Michelson Interferometer, Interference, light.

PENDAHULUAN harus sama. Fenomena interferensi ini


didasarkan pada prinsip optik fisik.
Dalam teori gelombang cahaya, kita
dapat mengamati gejala interferensi. Interferensi merupakan metode yang
Interferensi adalah superposisi dari dua dapat digunakan untuk menentukan panjang
gelombang atau lebih, yang bisa bersifat gelombang cahaya. Untuk mendapatkan
membangun atau merusak, dan terjadi pada interferogram, interferometer Michelson
satu titik di ruang (secara bersamaan dalam dapat digunakan sebagai metode yang baik.
medium yang sama). Hasil interferensi Interferometer adalah alat yang dapat
berupa pola cincin dapat digunakan untuk mengukur perubahan panjang atau panjang
menentukan beberapa fenomena fisik, gelombang dengan akurasi yang sangat
seperti panjang gelombang cahaya, tinggi berdasarkan garis interferensi yang
ketebalan material dan indeks bias (Tripler, dihasilkan. Pola interferensi yang terbentuk
P.A, 1991). Jika terdapat dua gelombang pada interferometer Michelson lebih jelas
yang koheren, atau memiliki frekuensi yang dan jernih dibandingkan interferometer lain,
sama dan panjang gelombang yang sama, Fabry Perot dan Twymen Green, dan jarak
tetapi memiliki perbedaan fasa yang antar frinji lebih sempit (Resnick, 1999).
konstan, gelombang yang dihasilkan adalah Pada percobaan ini diamati perubahan pola
gelombang yang amplitudonya bergantung dan jumlah interferensi fringe (frinji) pada
pada perbedaan fasa gelombang tersebut. interferometer Michelson, sehingga panjang
Jika interferogram yang diinginkan lebih gelombang laser He-Ne dapat dihitung
kontras, amplitudo gelombang interferensi untuk menghitung perubahan pola fringe
(frinji).
TUJUAN merusak. Bersifat membangun jika beda fase
kedua gelombang sama dengan nol,
Dalam Eksperimen Interferometer sehingga gelombang baru yang terbentuk
Michelson, praktikan diharapkan mampu adalah penjumlahan dari kedua gelomabng
tersebut. Bersifat merusak jika beda fasenya
1. Memahami cara kerja interferometer 180° , sehingga kedua gelombang saling
Michelson. menghilangkan. Interferensi yang bersifat
2. Mengukur panjang gelombang sinar membangun disebut interferensi konstruktif
sedangkan yang bersifat merusak disebut
KAJIAN TEORI interferensi destruktif. Interferensi sendiri
terjadi jika dua atau lebih berkas cahaya
Dalam mempelajari inteferensi dari koheren dipadukan. Dua berkas cahaya
berkas cahaya koheren, kami melakukan disebut kohern jika kedua cahaya itu
percobaan interferometer Michelson. memiliki beda fase tetap. Interferensi sendiri
Cahaya merupakan sebuah energi yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu interferensi
berbentuk gelombang elektromagnetik yang cahaya celah ganda, interferensi selaput
kasat mata. Pada bidang fisika cahaya tipis, dan interferensi cincin newton.
adalah radiasai elektromagnetik, baik Interferensi cahaya menghasilkan suatu pola
dengan panjang gelombang kasat mata interferensi (terang-gelap), yang disebabkan
maupun yang tidak. Sejak jaman terdahulu adanya perbedaan lintasan perjalanan dua
sampai jaman modern perkembangan ilmu berkas cahaya. Pada percobaan ini kami
fisika telah mengalami beberapa memanfaatkan interferensi cahaya untuk
perkembangan, sehingga definisi cahaya mengukur panjang gelombang cahaya
dari setiap masa ke masa juga mengalami dengan menggunakan alat interferometer.
perbedaan, seperti pelopor dari teori
kuantum yaitu maxplank dan einstein. Teori METODE
tersebut menyatakan bahwa cahaya bisa
berperilaku sebagai sebuah gelombang Alat dan Bahan
maupun partikel, hal ini berdasarkan
gagasan max plank bahwa cahaya terdiri Set alat lengkap seperti ditunjukkan
dari pekat-pekat energi yang disebut dalam Gambar 2.
denngan foton berdasarkan teori kuantum.
Cahaya sendiri memiliki beberapa sifat yaitu a. Set –up interferometer Michelson
merambat secara lurus, mampu menembus b. LASER He-Ne
benda bening, mengalami pemantulan c. Layar putih/kertas
(refleksi), mengalami pembiasan (refraksi),
mengalami penguraian (dispersi),
mengalami pelenturan (difraksi), memiliki
energi dan mampu merambat tanpa medium.
Cahaya merupakan objek yang tidak ada
habisnya untuk diteliti oleh para ilmuan,
karena setiap bagian dari cahaya sangat
menarik.
Interferensi adalah interaksi antar
gelombang di dalam suatu daerah.
Interferensi dapat bersifat membangun dan
Prosedur Percobaan Dalam mengatur/mengarahkan cahaya
LASER jangan sampai dilihat oleh mata
1. Letakkan LASER pada posisi yang aman secara langsung.
(tidak mudah goyang) dan arahkan
cahaya LASER pada set-up percobaan HASIL
interferometer Michelson.
2. Nyalakan LASER, kemudian atur posisi Data Pengamatan
cermin setengah mengkilat sampai berkas
No Posisi 𝑀2 (µm) Posisi 𝑀2 ’ n
LASER terbelah menjadi dua bagian
(µm)
yang saling tegak lurus.
1 0 1 ± 0,5 4
3. Atur cermin M2 sampai terjadi bayangan
di layar berbentuk cincin lingkaran. 2 0 2 ± 0,5 9
4. Catat posisi M2, kemudian gerakkan 3 0 3 ± 0,5 14
perlahan-lahan vernier dan hitung 4 0 4 ± 0,5 19
banyaknya perubahan pergeseran terang- 5 0 5 ± 0,5 23
gelap-terang (n = 1) pada pusat frinji. 6 0 6 ± 0,5 29
Serta catat posisi M2’ (berdsarkan 7 0 7 ± 0,5 34
pergeseran pembacaan skala pada 8 0 8 ± 0,5 39
vernier). Demikian seterusnya sampai 9 0 9 ± 0,5 44
mendapatkan beberapa data. 10 0 10 ± 0,5 48
Perhatian!

Analisis data
Panjang gelombang dari cahaya Laser He-Ne dari percobaan Interferometer Michelson
dihitung dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Persamaan umum liniernya𝑦 = 𝑎 +
𝑏𝑥, nilai 𝑎 dan 𝑏 dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
∑ 𝑥 2 . ∑ 𝑦 − ∑ 𝑥. ∑ 𝑥𝑦 𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥. ∑ 𝑦
𝑎̅ = ; ̅=
𝑏
2 𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)
∑ 𝑥2 𝑁
𝑆𝑎 = 𝑆𝑦 √ 2 2
; 𝑆𝑏 = 𝑆𝑦 √
𝑁 ∑ 𝑥 − (∑ 𝑥) 𝑁 ∑ 𝑥 − (∑ 𝑥)2
2

2
1 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦)2 − 2 ∑ 𝑥 . ∑ 𝑥𝑦 . ∑ 𝑦 + 𝑁(∑ 𝑥𝑦)
𝑆𝑦 = √ [∑ 𝑦 2 − ]
𝑁−2 𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2

Dengan
2|𝑀2′ − 𝑀2 | 2𝛥𝑀2
𝜆= =
𝑛 𝑛
𝜆
𝛥𝑀2 = 𝑛
2
Persamaan tersebut bila dianalogikan dengan persamaan kuadrat terkecil yaitu persamaan
𝑦 = 𝑎 + 𝑏 diperoleh:
𝑦 = 𝛥𝑀2
𝑎=0
𝜆
𝑏= 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 𝑛
2

No 𝑥=𝑛 𝑦 = 𝛥𝑀(𝑚) 𝑥𝑦 (m) 𝑥2 𝑦2


1 4 10−6 4 × 10−6 16 10−12
2 9 2 × 10−6 18 × 10−6 81 4 × 10−12
3 14 3 × 10−6 42 × 10−6 196 9 × 10−12
4 19 4 × 10−6 76 × 10−6 361 16 × 10−12
5 23 5 × 10−6 115 × 10−6 529 25 × 10−12
6 29 6 × 10−6 174 × 10−6 841 36 × 10−12
7 34 7 × 10−6 238 × 10−6 1156 49 × 10−12
8 39 8 × 10−6 312 × 10−6 1521 64 × 10−12
9 44 9 × 10−6 396 × 10−6 1936 81 × 10−12
10 48 10−5 480 × 10−6 2304 10−10
∑ 253 55 × 10−6 1855 × 10−6 8941 385 × 10−12
∑2 64009 3025 × 10−12 3435460 × 10−12 79941481 148225 × 10−24

Menentukan nilai 𝑏̅
𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥. ∑ 𝑦
𝑏̅ =
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
10(1855 × 10−6 ) − (253)(55 × 10−6 )
𝑏̅ =
10(8941) − 64009
10(1855 × 10−6 ) − (253)(55 × 10−6 )
𝑏̅ =
10(8941) − 64009
−5
463,5 × 10
𝑏̅ = = 0,0182473 × 10−5 = 1,82473 × 10−7
25401

Menentukan nilai 𝑆𝑦
2
1 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦)2 − 2 ∑ 𝑥 . ∑ 𝑥𝑦 . ∑ 𝑦 + 𝑁(∑ 𝑥𝑦)
𝑆𝑦 = √ [∑ 𝑦 2 − ]
𝑁−2 𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
𝑆𝑦
1 (8941)(3025 × 10−12 ) − 2(253)(1855 × 10−6 )(55 × 10−6 ) + 10(3435460 × 10−12
= √ [385 × 10−12 −
8 10(8941) − 64009
𝑆𝑦
1 (27046525 × 10−12 ) − (51624650 × 10−12 ) + (34354600 × 10−12 )
= √ [385 × 10−12 − ]
8 25401

1 9776475 × 10−12
𝑆𝑦 = √ [385 × 10−12 − ]
8 25401

1
𝑆𝑦 = √ [385 × 10−12 − 384,885 × 10−12 ]
8
𝑆𝑦 = √0,014375 × 10−12 = 0,119896 × 10−12

Menentukan 𝑆𝑏
𝑁
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦 √
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2

10
𝑆𝑏 = 0,119896 × 10−12 √
25401
𝑆𝑏 = 0,119896 × 10−12 √3,937 × 10−4
𝑆𝑏 = 0,119896 × 10−12 (0,0198) = 2,3739 × 10−15
Panjang gelombang (𝜆) dari Laser He-Ne, dihitung dari persamaan:
𝜆
𝑏=
2
𝜆̅ = 2𝑏̅
𝜆̅ = 2 (1,82473 × 10−7 ) = 3,64946 × 10−7
Ralat mutlak
2
𝜕𝜆

𝑆𝜆 = | . 𝑆𝑏 | = √|2. 𝑆𝑏 |2
𝜕𝑏
𝑆𝜆 = √|2(2,3739 × 10−15 )|2
𝑆𝜆 = √22,5416 × 10−30 = 4,7478 × 10−15

Ralat Relatif
4,7478 × 10−15
𝑅𝜆 = × 100% = 1,319 × 10−6 %
3,6 × 10−7

Berdasarkan perhitungan analisis kuadrat terkecil yang menghasilkan persamaan linier 𝑦 =


𝑎 + 𝑏𝑥 . Jika 𝑦 = 𝑆 = 2|𝑚2′ − 𝑚2 | , 𝑥 = 𝑛, maka sesuai dengan persamaan dalam dasar
teori(2|𝑚2′ − 𝑚2 | = 𝜆𝑛, linier dengan 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 ), dimana a = 0 dan 𝜆 = 𝑏𝑛. Sehingga,
diperoleh nilai panjang gelombang sinar laser He-Ne adalah 𝜆 = 3,649 × 10−7 𝑚 dengan
ralat relative sebesar 1,319 × 10−6 %.
Linierisasi grafik cermin 𝑀1 dan 𝑀2 , cahaya dipantulkan lagi
menuju M dan diteruskan/dipantulkan ke
Grafik hubungan antara jumlah layar. Cahaya dari kedua cermin yang
perubahan cincin gelap terang ( n M 2 ) berasal dari satu sumber disebut dengan
dan perubahan posisi cermin ke-2 ( M 2 sinar koheren dan dapat berinterferensi.
). Pada percobaan kali ini, variable
12 kontrolnya adalah posisi cermin 𝑀2 .
Kemudian, variable bebas adalah posisi 𝑀2 ’
10 dan variable terikatnya adalah banyaknya
y = 0.2018x + 0.1922
perubahan pergeseran terang-gelap-terang (n
8
= 1) pada pusat frinji.
6 Dari data percobaan yang didapatkan
dapat dilihat bahwa posisi cermin 𝑀2 dibuat
4
tetap dengan 0 µm. Hal ini menyebabkan
2 perubahan pada posisi 𝑀2 ’. Bertambahnya
jumlah pergeseran terang-gelap-terang
0 bertambah seiring bertambahnya posisi dari
0 10 20 30 40 𝑀2 ’. Sinar laser He-Ne mendapatkan
panjang gelombang 3,64946 × 10−7 𝑚
A. Tugas dengan ralat relatifnya sebesar 1,319 ×
10−6 %.
Hitung Panjang gelombang dari cahaya
laser He-Ne yang digunakan dalam
PENUTUP
percobaan interferometer Michelson
berdasarkan data yang diperoleh dan
Kesimpulan
ralat hitungannya.
Jawab :
Prinsip kerja interferometer Michelson
Panjang gelombang dari Laser He-Ne,
adalah memisahkan berkas cahaya
dihitung dari persamaan :
𝜆 monokromatik pada titik tertentu sehingga
𝑏= setiap berkas melewati dua panjang jalur
2
𝜆̅ = 2𝑏̅ yang berbeda, kemudian digabungkan lagi
𝜆̅ = 2 (1,82473 × 10−7 ) dengan pantulan dua cermin yang tegak
= 3,64946 × 10−7 𝑚 lurus dengan dua vertikal titik pemisah
berkas menjadi satu. Dari percobaan yang
telah dilakukan ini dapat diambil
PEMBAHASAN kesimpulan yaitu karena nilai ralat
relatifnya 1,319×10-6 % maka percobaan
Inferometer adalah alat untuk mengukur yang telah dilakukan berhasil, karena jika
panjang dengan ketelitian yang tinggi nilai ralat relatifnya kurang dari 10% maka
berdasarkan garis-garis interferensi. Cahaya percobaan berhasil. Nilai panjang
ditembakkan pada cermin separuh mengkilat
gelombang Sinar laser He-Ne yang
M. cahaya dari cermin M sebagian
diperoleh dari hasil percobaan ini adalah
diteruskan menuju cermin 𝑀2 dan sebagian
lagi dipantulkan menuju cermin 𝑀1 . Dari 3,64946×10-7m. Semakin besar nilai dm
maka semakin besar nilai panjang
gelombangnya, begitu pula sebaliknya
semakin kecil nilai dm maka semakin kecil
nilai panjang gelombangnya.

Saran

Kami menyarankan pada saat melakukan


percobaan, praktikan atau praktisi harus
lebih berhati-hati dan serius saat
mendapatkan data percobaan, agar hasil
yang diperoleh lebih sesuai dan maksimal.
Tipler, P. A. 1991.Fisika Untuk Sains dan
Tehnik Jilid 2 (alih bahasa
DAFTAR RUJUKAN Dr.Bambang Soegijono). Jakarta:
Penerbit Erlangga
Halliday, D. dan Resnick, R. 1993.
Fisika Jilid 2. Penerbit Erlangga.
Jakarta
Jewett. Serway. 2009. Fisika Untuk Sains
dan Teknik (Buku 3 Edisi 6). Jakarta:
Salemba Teknika.

Anda mungkin juga menyukai