Anda di halaman 1dari 10

BAHAN KULIAH MINGGU 3

A. Pendahuluan
Pada akhir perkuliahan ini diharapkan kita dapat
 menentukan solusi umum dan khusus PDB linier homogen orde kedua dengan koefisien
konstan dan sisi kanan sama dengan nol
 menentukan fungsi komplementer dan solusi partikelir PDB linier tidak homogen orde
kedua dengan koefisien konstan dan sisi kanan berbentuk eksponensial
 menerapkan PDB linier homogen orde kedua dengan koefisien konstan dan sisi kanan sama
dengan nol atau berbentuk eksponensial untuk menyelesaikan permasalahan fisika
Konsep penyelesaian persamaan kuadrat atau persamaan karakteristik sangat dibutuhkan
untuk menguasai materi pada perkuliahan keempat ini. Pelajari kembali teknik-teknik
mendapatkan akar-akar persamaan kuadrat.

B. PDB Linier Homogen Orde Kedua dengan Koefisien Konstan dan Sisi Kanan Sama
Dengan Nol.
Bentuk umum:
d2y dy
a2 2  a1  a0 y  0 ( a 2 ,a1 ,a 0 adalah konstanta) atau (a2 D 2  a1D  a0 ) y  0 dengan
dx dx
d
D yang disebut sebagai operator diferensial. Persamaan (a2 D 2  a1D  a0 ) disebut
dx
persamaan karakteristik atau auxiliary.
Solusi PDB linier homogen order kedua ini ditentukan dengan penyelesaian persamaan
karakteristik. Akar-akar pers. karaktristik memiliki tiga bentuk yakni:

1. Akar-akarnya real dan berbeda


Jika (a2 D 2  a1D  a0 ) dapat disederhanakan menjadi ( D  a )( D  b ) ; dengan a dan b real
dan berbeda maka solusi PDB linier orde kedua dapat ditentukan sebagai berikut:
( D  a )( D  b ) y  0
Persamaan ini dapat dipenuhi jika:
( D  a) y1  0 atau ( D  b) y1  0
Solusi dari ( D  a) y1  0 adalah (gunakan pemisahan variabel): y1  C1e ax dan ( D  b) y2  0
memiliki solusi y2  C2ebx . Dengan menggunakan prinsip superposisi karena kedua solusi,
y1 y2
y1 dan y2 , adalah fungsi yang saling bebas,  0 , maka
y1 y2

solusi umum PDB ( D  a )( D  b) y  0 adalah y  y1  y 2  C1e ax  C2 e bx .


Contoh: Tentukan solusi dari y  5 y  4 y  0 .
Jawab: y  5 y  4 y  ( D 2  5D  4) y  0
( D  1)( D  4) y  0 . Persamaan karakteristiknya ( D  1)( D  4)  0 ; akar-akarnya D  1
dan D  4 yang merupakan akar-akar real dan berbeda sehingga solusinya
y  C1e  x  C 2 e 4 x

1
2. Akar-akarnya real dan sama
Jika (a2 D 2  a1D  a0 ) dapat disederhanakan menjadi ( D  a )( D  a ) ; dengan a real maka
solusi PDB linier orde kedua ( D  a )( D  a ) y  0 ini dapat ditentukan sebagai berikut:
Misalkan u  ( D  a ) y maka ( D  a )( D  a ) y  0 menjadi ( D  a )u  0 yang memiliki
solusi: u  Ae ax . Substusikan u  Ae ax ke u  ( D  a ) y untuk memperoleh u  Ae ax (PDB
linier) yang solusinya y  e ax  e  ax Ae ax dx   Ax  B e ax

PDB ( D  a )( D  a ) y  0 memiliki solusi y   Ax  B e ax

Contoh: Tentukan solusi umum dari y  6 y  9 y  0 .


Jawab:
y  6 y  9 y  ( D 2  6 D  9) y  ( D  3)( D  3) y  0
Persamaan karakteristiknya ( D  3)( D  3)  0 memiliki akar real dan sama yakni D  3
sehingga solusinya y   Ax  B e3 x

3. Akar-akarnya imajiner
Jika (a2 D 2  a1D  a0 ) dapat disederhanakan menjadi [ D  (   i )][( D  (   i )]  0 (akar-
akarnya D     i dan D     i ) dengan i bilangan imajiner;  dan  bilangan real
maka PDB linier orde kedua yang berbentuk [ D  (   i)][( D  (   i )] y  0 memiliki
solusi umum:
 
y  Ae (   i ) x  Be (   i ) x  e x Ae  x i  Be   x i
Dengan menggunakan formula Euler e   x i  cos  x  i sin  x maka solusi umum dapat
disederhanakan menjadi
y  e x C1 sin  x  C2 cos  x 
Dengan menggunakan
sin( x   )  sin  x cos   cos  x sin   C1 sin  x  C2 cos  x maka solusi umumnya dapat
disederhanakan menjadi
y  Ce x sin  x   

Solusi PDB [ D  (   i)][( D  (   i )] y  0 adalah


y  Ae (   i ) x  Be (   i ) x  e x Ae  x i  Be   x i  atau y  e x C1 sin  x  C2 cos  x  atau
y  Ce x sin  x   

Contoh: Tentukan solusi umum dari y  2 y  2 y  0 .


Jawab: y  2 y  2 y  ( D 2  2 D  2) y  0 . Pers. karakteristik D 2  2 D  2  0 memiliki
 2 4 8
akar-akar D1, 2   1  i sehingga solusi umum y  2 y  2 y  0 adalah
2
 
y  Ae ( 1 i ) x  Be ( 1i ) x  e  x Ae x i  Be  x i atau y  e  x C1 sin x  C2 cos x  atau
y  Ce  x sin  x   

2
Pada dasarnya cara penentuan solusi umum PDB linier homogen orde kedua dengan
koefisien tetap dapat diterapkan pada penentuan solusi umum PDB linier homogen orde
tinggi. Sebagai ilustrasi, jika PDB orde tinggi memiliki bentuk:

( D  a )2 ( D  b)( D  (   i)) y  0 maka solusi umumnya adalah


y  ( Ax  B)e ax  Ce bx  De (   i ) x

Contoh: Tentukan solusi dari ( D 2  1)( D 2  1) y  0 .


Jawab: Pers. karakteristik: ( D 2  1)( D 2  1)  0 memiliki akar-akar: i ;  i ; 1 dan  1. Dengan
demikian solusi umumnya adalah y  Ae x  Be x  C sin( x   )

C. Aplikasi pada Fisika


1. Mekanika
Benda bermassa m yang digantungkan pada pegas berosilasi
harmonik (lihat Gambar 1). Tentukan posisi benda sebagai
fungsi waktu
Jawab k
Berdasarkan hukum Newton
 
 d2y
F  ma  m 2 m
dt y
Gaya yang bekerja
 
F   ky (berlawanan arah gerak benda) Gamb. 1
Dengan demikian akan diperoleh (skalar)
d2y d2y k
m 2  ky atau 2  y  0
dt dt m
k
Jika dimisalkan  2  maka diperoleh ( D 2   2 ) y ; akar-akarnya: D  i
m
Solusi umumnya:
y  Ae i t  Be i t
y  C1 sin t  C2 cos t
y  C sin( t   )
Jika pada saat t = 0, benda diam pada 10 cm di bawah kesetimbangan maka solusi khususnya
(digunakan solusi yang kedua)
 10  0  C2
y  10 cos  t
Bila gesekan dengan udara diperhitungkan, maka gaya gesek dengan udara perlu
ditambahkan pada hukum Newton. Gaya gesek berlawanan dengan arah gerak benda dan
 
dy
sebanding dengan kelajuannya: Fg  l (l > 0). Dengan demikian ungkapan hukum
dt
Newton menjadi:
d2y dy d 2 y l dy k
m 2  ky  l atau 2   y0
dt dt dt m dt m
k l d2y dy
Dengan pemisalan  2  dan 2b  maka diperoleh 2  2b   2 y  0
m m dt dt

3
Pers. karakteristiknya adalah D 2  2bD   2 D  0 yang akar-akarnya adalah
 2b  4b 2  4 2
D1, 2   b  b 2   2
2
Solusi umumnya bergantung pada b2   2 yakni:
 Jika b 2   2 maka b2   2 bernilai real sehingga akar-akarnya real dan berbeda dan
 b  b 2  2  t  b  b 2  2  t
solusinya adalah: y  Ae 
 Be 

Benda mengalami gerak sangat teredam (overdamped).


 Jika b 2   2 maka b 2   2  0 sehingga akar-akarnya real dan sama dan solusinya
adalah: y  ( A  Bt )e b t
Benda mengalami gerak kritis.
 Jika b 2   2 maka b2   2 bernilai imajiner sehingga akar-akarnya imajiner dan
 b i  2 b 2  t  b  i  2 b 2  t
solusinya adalah: y  Ae 
 Be 

   i  2 b 2  t  i  2 b 2  t

y  e bt  C1e  
 C2 e  

 

y  Ce  bt sin t  2  b 2   
Benda mengalami gerak harmonik sederhana teredam (damped simple harmonics motion,
2 2
1 k  l 
SHM) dengan frekuensi f     
2  m   2m 

2. Kelistrikan
Pada rangkaian RLC seri (lihat Gambar 2), berlaku:
VR  VL  VC  V R
2
dI q d I dI I dV
IRL   V atau L 2  R   V L
dt C dt dt C dt
Jika V = 0 maka
d 2 I R dI I C
2
  0
dt L dt LC
Gamb.2
2 1 R
Dengan pemisalan   dan 2b  maka
LC L
diperoleh
d 2I dI
2
 2b   2 I  0
dt dt
PDB ini sama dengan PDB dari gerak benda yang berosilasi pada pegas, sehingga solusinya:
 Jika Jika b 2   2 maka b2   2 bernilai real sehingga akar-akarnya real dan berbeda
 b  b 2  2  t   b  b 2  2  t
dan solusinya adalah: I (t )  Ae 
 Be 

Muatan (arus listrik) mengalami gerak sangat teredam (over damped).


 Jika b 2   2 maka b 2   2  0 sehingga akar-akarnya real dan sama dan solusinya
adalah: I (t )  ( A  Bt )e b t
Muatan (arus listrik) mengalami gerak kritis.

4
 Jika b 2   2 maka b2   2 bernilai imajiner sehingga akar-akarnya imajiner dan
 b i  2 b 2  t  b  i  2 b 2  t
solusinya adalah: I (t )  Ae 
 Be 

  i  2 b 2  t  i  2 b 2  t

I (t )  e  bt  C1e  
 C2 e 

 

I (t )  Ce bt sin t  2  b 2   
Muatan (arus listrik) mengalami gerak harmonik sederhana teredam (damped SHM)
2 2
1  1   R 
dengan frekeunsi harmonik f      .
2  LC   2 L 

Soal-Soal 3 – 1
Tentukan solusi PD berikut
1. y  y  2 y  0 2. y  4 y  4 y  0 3. y  9 y  0

4. y  2 y  2 y  0 
5. D 2  2 D  1 y  0   
6. D 2  16 y  0

7.  D 2  5 D  6  y  0 8. DD  5 y  0 
9. D 2  4 D  13 y  0 
10. y  2 y  0 11. 4 y  12 y  9 y  0 
12. 2 D 2  D  1 y  0 
d 2r dr
13. 2
 6  9r  0 14. y  (1  2i) y  (i  1) y  0
dt dt
15. y  (1  i) y  iy  0 16. y   6 y  9 y  0 17. 4 y   y   12 y  0
18. Tunjukkan bahwa D  a D  bD  c  y  0 memiliki solusi y  c1e ax  c2ebx  c3e cx
Gunakan no 18 untuk menentukan solusi PDB berikut
19.  D  1 D  3 D  5  y  0 20. D 2  1D 2  1y  0 21. y  y  0

22. D3  D 2  6 D y  0  23. y  3 y  9 y  5 y  0
2 3
24. D 2 D  1  D  3 y  0
25. D 4
4 y 0 26. D  1 D 4  16 y  0
2
27. D 4  4 y  0   2

28. ( D  2) 2 ( D 2  9) y  0 29. y  2 y  2 y  0


30. Tunjukkan bahwa:
a. ( D  a )(D  b)  ( D  b)( D  a)  D 2  (a  b) D  ab
b. D 3  1  ( D  1)( D 2  D  1)
c. Dx  xD  1
d. ( D  x)( D  x)  D 2  x 2  1
( D  x)( D  x)  D 2  x 2  1
31. Sebuah partikel bergerak sepanjang sumbu x dikenai gaya sebanding x yang mengarah
pada titik asal (– kx). Tunjukkan bahwa benda mengikuti gerak harmonik sederhana.
Tentukan energi kinetik dan energi potensial sebagai fungsi waktu. Tunjukkan bahwa
energi totalnya tetap. Tentukan energi kinetik dan potensial rata-rata. Tunjukkan bahwa
rata-rata ini sama dengan setengah energi total.

5
32. Pendulum sederhana terdiri dari massa titik m yang digantungkan pada sebuah tali tak
bermassa yang panjangnya l. Tentukan persamaan gerak yakni PDB dari  sebagai fungsi
waktu t. Tunjukkan bahwa untuk  kecil gerak ini memenuhi gerak harmonik sederhana
d
dan tentukan  jika pada t = 0  = 0 dan 0
dt

33. Gaya gravitasi yang bekerja pada sebuah partikel m yang berada dalam bumi berjak r dari
mgr
pusat adalah F   . Tunjukkan bahwa sebuah partikel yang ditempatkan pada
R
tabung hampa yang melalui pusat bumi melakukan gerak harmonik sederhana. Tentukan
periode geraknya.

34. Tentukan frekeunsi osilasi dari rangkaian seri RLC jika R = 0 dan V = 0 tetapi I  0.

35. Sebuah balok kayu mengambang pada permukaan air kemudian ditekan dan dilepaskan
sehingga berosilasi naik-turun. Diasumsikan bahwa permukaan atas dan bawah balok
tetap pada posisi horisontal dan permukaan samping tetap vertikal selama berosilasi.
h
Tunjukkan bahwa periodenya adalah T  2 dengan h adalah tinggi balok yang di
g
bawah air pada saat diam.

36. Periode gerak suatu sistem adalah 3 detik, tetapi jika dipengaruhi gaya peredam yang
sebanding dengan kecepatannya, periodenya menjadi 5 detik. Tentukan PD gerak tersebut
dan solusinya.

D. PDB Linier Tidak Homogen Orde Kedua dengan Koefisien Konstan dan Sisi Kanan
Berupa Konstanta
Solusi umum PDB orde kedua yang memiliki bentuk umum
d2y dy
a2 2  a1  a0 y  f ( x ) a2 , a1, a0 adalah konstanta
dx dx
terdiri dari solusi umum PDB homogen yakni ketika sisi kanan sama dengan nol, f ( x )  0
ditambah dengan solusi umum PDB non homogen yakni ketika sisi kanan sama dengan f ( x )
Solusi umum PDB homogen disebut fungsi komplementer, yc sedangkan solusi PDB non
homogen disebut solusi partikelir (particular solution), y p . Dengan demikian solusi umum
PDB orde kedua sisi kanan tidak nol adalah
y  yc  y p
Contoh berikut dapat dijadikan sebagai ilustrasi. PDB
y  5 y  4 y  cos 2 x
memiliki fungsi komplementer:
( D 2  5 D  4) yc  0  y c  Ae  x  Be 4 x
dan solusi partikelir:
1
( D 2  5D  4) y p  cos 2 x  y p  sin 2 x
10
1
sehingga solusi umumnya adalah y  y c  y p  Ae  x  Be  4 x  sin 2 x
10

6
Pengamatan adalah cara sederhana yang berguna untuk menemukan solusi partikelir dari
PDB non homogen sisi kanan berupa konstanta.
Contoh, PDB y   2 y   8 y  5 memiliki fungsi komplementer:
( D 2  2 D  8) yc  0  yc  Ae 2 x  Be 4 x
5
dan solusi partikelir yang diperoleh dengan pengamatan yakni y p   . Dengan demikian
8
2 x 4x 5
solusi umum y   2 y   8 y  5 adalah y  yc  y p  Ae  Be  8

E. PDB Linier Tidak Homogen Orde Kedua dengan Koefisien Konstan dan Sisi Kanan
Berupa fungsi variabel bebas (Metode reduksi atau integral berturutan dari dua
PDB orde pertama)
Metode ini selalu dapat digunakan untuk menemukan solusi partikelir PDB non homogen,
tetapi membutuhkan kerja lebih banyak jika dibandingkan dengan cara-cara khusus lainnya.
Contoh: Solusi PDB y  y  2 y  e x dapat ditentukan sebagai berikut:
( D  1)( D  2) y  e x
Misalkan u  ( D  2) y sehingga
( D  1)u  e x atau u   u  e x
yang merupakan PDB linier orde pertama dengan P  1 , Q  e x dan solusinya adalah
u  e  I  Qe I dx  C1e  I
dengan I   Pdx   x sehingga u  e x  dx  Ce x  xe x  C1e x
Selanjutnya substitusikan kembali u ke u  ( D  2) y untuk memperoleh PDB linier orde
pertama
( D  2) y  xe x  C1e x atau y  2 y  xe x  C1e x
dan solusinya ( P  2 , Q  xe x  C1e x , I   Pdx  2 x ) adalah
y  e 2 x  e 2 x ( xe x  C1e x )dx  C 2 e 2 x
1 3x 1 x 1
y xe  e  C1e x  C 2 e  2 x
3 9 3
1 3x
y  xe  C1e x  C 2 e  2 x
3
Ternyata metode ini menghasilkan solusi partikelir dan sekaligus fungsi komplementer. Jika
hanya ingin memperoleh solusi partikelir maka sejak awal tidak perlu menyertakan konstanta
pada setiap pengintegralan dan membuang suku yang sama dalam fungsi komplementer.

F. PDB Linier Tidak Homogen Orde Kedua dengan Koefisien Konstan dan Sisi Kanan
Berupa eksponensial; F ( x)  kecx

Jika PDB non homogen dapat dituliskan dalam bentuk ( D  a)( D  b) y  kecx maka
 Ce cx ; c  a atau c  b
 cx
solusi partikelirnya berbentuk y p  C x e ; c  a atau c  b ; a  b
 C x 2ecx ; cab

7
Bukti:
 c  a atau c  b
( D  a)( D  b) y p  kecx
k cx
Misalkan u  ( D  b) y p maka diperoleh ( D  a)u  kecx  u  e ax  e  ax ke cx dx  e
ca
(tidak menyertakan konstanta)
k cx k cx k
( D  b ) y p  u  ( D  b) y p  e  y p  e bx  e bx e dx  e cx atau
ca ca c  a c  b
k
y p  Cecx dengan C 
 c  a  c  b 

Contoh: Tentukan solusi umum dari y  4 y  5 y  7e 2 x


Jawab:
( D 2  4 D  5) y  7e 2 x atau ( D  1)( D  5) y  7e 2 x
Fungsi komplementer
y c  Ae x  Be 5 x
Solusi partikelir: a  1; b  5; c  2  c  a atau c  b sehingga
y p  Ce2 x ; y p  2Ce 2 x ; y p  4Ce 2 x
Substitusikan pada PDB asal untuk memperoleh:
yp  4 yp  5 y p  7e 2 x
4Ce 2 x  8Ce 2 x  5Ce 2 x  7 e 2 x  C  1
Substitusikan pada solusi partikelir sehingga diperoleh y p  e 2 x
Cara lebih sederhana adalah dengan formula
k 7
yp  e cx  e2 x  e2 x
 c  a  c  b   2  1 2  5 
Solusi umumnya adalah
y  y p  yc  e 2 x  Ae x  Be 5 x

 c  a atau c  b ; a  b
( D  a)( D  b) y p  kecx
Untuk c  b dan a  b
k cx
Misalkan u  ( D  b) y p maka diperoleh ( D  a)u  kecx  u  e ax  e  ax ke cx dx  e
ca
(tidak menyertakan konstanta)
k cx k cx k
( D  b ) y p  u  ( D  b) y p  e  y p  e bx  e bx e dx  xe cx atau
ca ca c  a 
k
y p  Cxecx dengan C 
c  a
Untuk c  a dan a  b
k cx
Misalkan u  ( D  a) y p maka diperoleh ( D  b)u  kecx  u  e bx  e  bx ke cx dx  e
c b

8
(tidak menyertakan konstanta)
k cx k cx k
(D  a) y p  u  (D  a) y p  e  y p  eax  e  ax e dx  xe cx atau
cb c b c  b
k
y p  Cxecx dengan C 
 c  b

Contoh: Tentukan solusi umum dari y  y  2 y  e x


Jawab:
( D 2  D  2) y  e x atau ( D  1)( D  2) y  e x
Fungsi komplementer
y c  Ae x  Be 2 x
Solusi partikelir: a  1; b  2; c  1  c  a dan a  b sehingga
y p  Cxex ; y p  Ce x  Cxe x ; yp  2Ce x  Cxe x
Substitusikan pada PDB asal untuk memperoleh:
y p  y p  2 y p  e x
1
2Ce x  Cxe x  Cxe x  Cxe x  2Cxe x  e x  C 
3
1
Substitusikan pada solusi partikelir sehingga y p  xe x
3
Cara lebih sederhana adalah dengan formula
k 1
yp  xecx  xe2 x  13 xe 2 x
c  b  2  1
Solusi umumnya adalah
1
y  y p  yc  xe x  Ae x  Be  2 x
3
 cab
( D  a)( D  b) y p  kecx
Misalkan u  ( D  b) y p maka diperoleh ( D  a)u  kecx  u  e ax  e  ax ke cx dx  kxe cx
(tidak menyertakan konstanta)
k 2 cx
( D  b) y p  u  ( D  b) y p  kxecx  y p  e bx  e  bx k x e cx dx  x e atau y p  Cx 2 e cx
2
k
dengan C 
2

Contoh: Tentukan solusi umum dari y  6 y  9 y  6e3 x


Jawab:
( D 2  6 D  9) y  6e3 x atau ( D  3)( D  3) y  6e3 x
Fungsi komplementer
yc   Ax  B e3 x
Solusi partikelir: a  3; b  3; c  3  c  a  b sehingga
y p  Cx 2 e3 x ; yp  2Cxe3 x  3Cx 2 e3 x ; y p  2Ce 3 x  12Cxe3 x  9Cx 2 e3 x
Substitusikan pada PDB asal untuk memperoleh:

9
y p  6 yp  9 y p  6e 3 x
2Ce 3 x  12Cxe 3 x  9Cx 2 e 3 x  12Cxe 3 x  18Cx 2 e 3 x  9Cx 2 e 3 x  6e 3 x
C  3 . Substitusikan nilai C ke solusi partikelir sehingga y p  3x 2 e 3 x
Cara lebih sederhana adalah dengan formula
k 6
y p  x 2 e cx  x 2 e3 x  3 x 2 e3 x
2 2
Solusi umumnya adalah
 
y  y p  yc  3x 2 e 3 x   Ax  B e3 x  3x 2  Ax  B e3 x

Soal-soal 3 – 2
Tentukan solusi umum dan atau solusi khusus dari PDB berikut.
1. y  4 y  10 2. ( D  2)2 y  16 3. y  y  2 y  e 2 x
4. ( D  1)( D  3) y  24e3 x 5. ( D 2  1) y  2e x 6. y   6 y  9 y  12e 3 x
7. y  y  2 y  3e 2 x 8. y  16 y  40e 4 x 9. ( D 2  2 D  1) y  2e  x
10. ( D  3)2 y  6e3 x 11. y  4 y  5 y  26e3 x 12. y  5 y  6 y  e 2 x
13. y  y  6 y  6 ; y = 1, y = 4 untuk x = 0 14. y  4 y  4 y  6e 2 x
15. y   16 y  16e 4 x

10

Anda mungkin juga menyukai