Anda di halaman 1dari 103

1

LISTRIK MAGNET I

Oleh:
Dra. Chusnana Insjaf Yogihati, M.Si

JURUSAN FISIKA FMIPA


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2013
2

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah dapat terselesaikannya buku ini yang berjudul

Listrik Magnet I. Buku ini dibuat untuk melengkapi buku-buku listrik magnet

yang sudah ada.

Pada kesempatan ini perlu disampaikan ucapan terimakasih pada LP3 UM

yang telah menyediakan dana untuk penulisan buku ini dan semuan pihak yang

telah membantu penulis baik materil maupun imateril sehingga buku ini bisa

terselesaikan.

Akhirnya diharapkan buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, April 2013

Penulis

i
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I HUKUM COULOMB, MEDAN LISTRIK DAN


HUKUM GAUSS
PENDAHULUAN.............................................................................. 1
HUKUM COULOMB........................................................................ 3
MEDAN ELEKTROSTATIKA DAN HUKUM GAUSS.................. 9
RINGKASAN..................................................................................... 25
LATIHAN........................................................................................... 27

BAB II POTENSIAL LISTRIK


PENDAHULUAN.............................................................................. 29
POTENSIAL LISTRIK...................................................................... 31
PENGHANTAR DALAM MEDAN ELEKTROSTATIKA.............. 49
TENAGA ELEKTROSTATIKA........................................................ 60
RINGKASAN..................................................................................... 67
LATIHAN........................................................................................... 68

BAB III BAHAN DIELEKTRIK


PENDAHULUAN.............................................................................. 69
VEKTOR POLARISASI.................................................................... 71
VEKTOR PERPINDAHAN DAN HUKUM GAUSS DALAM
BAHAN DIELEKTRIK..................................................................... 81
RINGKASAN..................................................................................... 85
LATIHAN........................................................................................... 86

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................... 87

ii
1

BAB I
HUKUM COULOMB, MEDAN LISTRIK
DAN HUKUM GAUSS

Pada bab ini akan dibahas tentang muatan titik dan sistem muatan diskret,
distribusi muatan kontinu, medan listrik distribusi muatan tunggal, medan listrik
berdistribusi kontinu, hukum Gauss, terapan hukum Gauss. Agar anda mudah
mempelajari bab ini, maka dianjurkan untuk mengingat kembali konsep-konsep
analisis vektor.
Berdasarkan konsep ini dapat kita pelajari tentang potensial listrik.

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa dapat memahami tentang muatan titik dan sistem muatan diskret.
2. Mahasiswa dapat memahami tentang medan listrik terdistribusi diskret.
3. Mahasiswa dapat memahami tentang medan listrik oleh muatan terdistribusi
kontinu.
4. Mahasiswa dapat memahami tentang hukum Gauss.
5. Mahasiswa dapat memahami tentang terapan hukum Gauss.

DESKRIPSI

Pernyataan hukum Couloumb menyatakan besarnya gaya interaksi antar


adua muatan. Berdasarkan pernyataan ini dapat diperoleh besarnya medan listrik
yang dihasilkan oleh muatan tunggal, muatan terdistribusi diskret dan muatan
terdistribusi kontinu. Besarnya medan listrik dapat pula dihitung dengan
menggunakan hukum Gauss.

RELEVANSI
1
2

Berdasarkan pemahaman kita tentang analisis vektor, maka kita mudah


mempelajari tentang hukum Couloumb dan medan listrik. Jika kita telah
memahami konsep-konsep yang telah dibahas pada bab ini, maka kita dapat
mempelajari tentang potensial listrik.

KATA-KATA KUNCI

Hukum Couloumb, medan listrik


3

HUKUM COULOMB

Muatan Titik dan Sistem Muatan Diskret

Muatan dibedakan dalam muatan positif. Muatan titik adalah muatan yang

dianggap berada pada titik matematis dalam ruang.

q2
q1

Hukum Coulomb menyatakan gaya tarik atau tolak antara dua titik muatan

sebagai berikut.

1 qq' ¿
F12 = R
4 πε R2 (1)

Keterangan:
1
= 9 × 109 (SI)
4 πε (2)

dan permitivitas ruang hampa

e0 = 8,85 x 10-12 C2 / N.m2 = 8,85 x 10-12 F/m

gaya yang dialami oleh muatan (1) karena muatan (2) sama besarnya dengan gaya
pada muatan (2) karena muatan (1) dengan arah berlawanan.
F21 = - F21 (3)
4

Untuk sistem muatan titik sejumlah N titik muatan pada posisi rj dengan
j = 1, 2, …. N, maka gaya total yang dialami oleh muatan q karena muatan q1
adalah superposisi gaya Fj.

N
F=∑ F j
j=1 (4)
N
1 q qj ¿
=∑ R
j=1 4 πε 0 R2j

dengan Rj = r – rj, Rj = |r – rj|, R j = rj / rj

Contoh
Bila posisi dinyatakan dalam koordinat Cartesian, rumus menjadi

N
1 ( x - x i ) x +( y - y i ) y+( z - z i ) z
F=∑ 2 2
j=1 4 πε 0 ( x - x i )+( y - y i ) +(z - zi ) (5)

q3

q¶X
q2

F
q1

Gambar 1.2 Gaya Interaksi Sejumlah Muatan q


5

Distribusi Muatan Kontinyu


Bila kita mempunyai distribusi muatan dalam volum tertentu, maka untuk
menghitung gaya yang dikenakannya pada muatan titik q, kita mengambil unsur
muatan dq’ pada posisi r’.
Kakas yang dihasilkannya pada q kemudian diintegralkan, didapat.

q Rdq '
F= ∫
4 πε 0 R2 (6)

dq

Gambar 1.3 Gaya Interaksi oleh Distribusi Muatan

Untuk distribusi muatan dalam volum, diperkenalkan rapat muatan volum rC/m3,
sehingga dq’ = r dr’ dan (6) menjadi

q ρ(r' ) R dr'
F= ∫
4 πε 0 V
R2 (7)

dq’ = r dr’ dq’ = α dS’ dq’ = l dl’


volum luasan garis
6

dv' ds'
dl'

Gambar 1.4 Contoh Sumber Muatan Kontinyu

Untuk distribusi muatan pada luasan, rapat muatan luas α C/m2 akan
menghasilkan dq’ = α dS’ dan gaya

q ∂(r ' )R dS
F= ∫
4 πε 0 S
R2 (8)

dan untuk distribusi muatan pada garis, dengan rapat muatan l C/m memberikan
dq’ = l dl, dan gaya

q λ (r' ) R dl
F= ∫
4 πε 0 C R2 (9)

Untuk distribusi muatan yang paling umum, yang mengandung distribusi


muatna volum, luas dan garis, maka gaya yang dialami oleh muatan q akan
merupakan haisl jumlahan vektor ketiga gaya tersebut pada (6), (7), (8) dan (9).

Distribusi Muatan Bola Seragam


Titik muatan q berada di luar bola ruji α pada jarak z dari pusat bola yang
berimpit dengan titik asal o.
7

α R

00

r' dr'
0 y
α
φ'

Gambar 1.5 Distribusi Muatan Bola Seragam

Rapat muatan bola q adalah seragam, tetap. Dari gambar 1.5 terlihat
bahwa r = z z dan r’ = r’ r , sehingga R = z z - r’ r dan

R = z2 r’2 – 2 z r’ z r ’ = z2 + r’2 – 2 z r’cos θ’

Gaya pada muatan q adalah

qρ (z z−r ' r ' )dr '


F= ∫
4 πε 0 bola
( z +r ' 2 −2 zr 'cos ϕ ' )3/2
2
(10)

Komponen arah - z dari gaya adalah dari gaya adalah

2π π α
qρ ( z−r 'cos ϑ )sin ϑ ' dr ' dϕ '
F= ∫ ∫ ∫
4 πε 0 0 0 0 ( z 2 +r ' 2 −2 zr 'cosϑ ' )3/2 (11)
8
9

Integral dφ
Dμ = - sin d’ dd, sehingga

π 1
∫0 f (cos ϑ)sin ϑ=∫1 f ( μ )dμ

Bila diterapkan pada (11) didapatkan

qρ α 2 +2 ( z−r ' μ )dμ


F= ∫ r ' dr ' ∫
2ε0 0 −1
(22 +r' 2 −μ)3/2 (12)

zμ−r'
∫ f ( μ)dμ= z z ( z z +r ' 2−2 zr '2 μ)1/2 ]+2-1
1 z−r ' z+r '
=
z [ +
z |z−r '| |z+r 1| ]
Muatan q berada di luar bola, sehingga z > r’ dan | z - r’| = z - r’

1 z −r ' z−r ' 2


Maka (13) = z [
z z −r '
+ = z
z−r ' z ]
dan (12) menjadi
α
qρ 2 qρ∂3
F= ∫ r ' dr '=
2ε0 0 3 ε0 z3 (14)

Komponen gaya pada arah –x dan y, karena kesetangkupan bola hasilnya adalah
Fx = Fy. Maka gaya total adalah

q ρα 3
F= z
2 ε 0 ZZ (15)

qQ r
F=
4 πε 0 r 2 (16)
10

atau bila muatan q berada pada jarak r dari pada bola,


qQ r
F=
4 πε 0 r 2 (17)

MEDAN ELEKTROSTATIK DAN HUKUM GAUSS

Medan Listrik Distribusi Muatan Diskret


Gaya pada muatan q oleh distribusi muatan diskret adalah

qq i
ri
1 r 2i
F= ∑
4 πε 0 1 (18)

1 qi
= ∑ r
4 πε 0 1 r 2i i

Didefinisikan medan listrik pada suatu titik sebagai gaya yang dialami oleh satu
satuan muatan (1 coulomb) di titik tersebut, atau

F
E=
q (19)

1 qi
= ∑ r
4 πε 0 1 r 2i i

Satuan medan listrik E adalah newton per coulomb (N/C) atau volt per meter
(V/m). Dalam koordinat siku-siku, rumus E adalah

N
q1 ( x - x i ) x +( y - y i ) y +( z - z i ) z
E( r )=∑
4 πε 0 ( x - x )2 +( y - y )2 +( z - z )2 3/2
i =1 [ i i i ] (20)

MEDAN LISTRIK DISTRIBUSI MUATAN MALAR


11

Bila muatan sumbu adalah malar, dengan rapat muatan garis λ (r’), rapat
muatan luas ¶ (r’), atau rapat muatan r (r’), maka medan listrik dari masing-
masing distribusi muatan diberikan.
12

1 λ (r' ) R dl'
E(r )= ∫
4 πε 0 L' R2 (21)

1 ρ( r' )R dS '
E(r )= ∫
4 πε 0 L' R2 (22)

1 ρ( r' )R dr'
E(r )= ∫
4 πε 0 L' R2 (23)

Medan Muatan Garis Seragam Tak Berhingga


Misalkan l = tetap, dan sumbu z dipilih berimpit dengan garis muatan titik asal
dipilih sehingga sumbu x melewati titip P yang ditinjau, sehingga

r= ρ ρ dan z’ = z’ z
r= ρ ρ z’ z , R2 = r2 + z’2

dz’

z’

R’

0
rX
r' X

Gambar 1.6 Muatan Garis Seragam Tak Berhingga


13

λ +00 ( ρ ρ−z z)d z


E= ∫
4 πε 0 −00 ( ρ2 +z ' z )3/2 (24)

λ ρ ρ +00 dz '
=
4 πε 0 ∫−00
( ρ2 + z ' z )3/2

Karena setangkup terhadap titik d, maka komponen medna arah z akan nol, dan

z' +00 2
] =
ρ( ρ2 +z' z )3 /2 ρ2
−00
integral = (25)

sehingga

E= ∂ ρ
4 πε 0 ρ

Medan Muatan Lempeng Rata Seragam Tak Terhingga


Misalkan rapat muatan luas ¶ tetap pada bidang tak berhingga luas dibidang xy.
Dalam koodinat siku-siku.

r=z z dan r’= x x’ + y y’ unsur luas dS’ = dx’ dy’

+ (- x ' x− y ' y +z' z )dx ' dy '


E(r )= ∂ ∫− ∫
4 πε 0 ( x ' 2 + y ' 2 + z2 )3/2

Karena setangkup pada arah x dan y, maka Ex = Ey = 0

+ +
∂z + dy '
E= ∫ dx ' ∫ dx ' ∫ 2 2 2 3/2
4 πε 0 −
− − ( x ' + y ' +z ) (26)

∂z z
= z ()
2πε 0 |z|
14
15

Medan E tak gayut pada jarak titik P dari bidang muatan, dan arah E positif atau
negatif sesuai dengan letak titip P

r
r'

0
R’ y
r'
la

Gambar 1.7 Muatan Lempeng Rata Seragam Tak Berhingga

HUKUM GAUSS

Fluks listrik yang melewati luasan S yang tertutup sama dengan muatan
yang terkandung didalamnya, dinyatakan oleh hukum Gauss.

1
∮S E . dS= ε ∑ q1
0 (26)

Q dalam
=
ε0
16

Dengan Qdalam adalah muatan total didalam volum yang diselubungi luasan
tertutup S. Dengan rumus (19) diperoleh

Ri . dS
∮S E . dS= 4 1πε ∑ q 1∮ R21
0 S (28)

Ditinjau dua kasus


1. Muatan qi di dalam S

da

Ri
WX

Ro
dW X
qi dao
So

Gambar 1.8 Muatan qi di dalam S

Dari gambar didapatkan

R dS dS cosθ
=
Ri2 R21

= dW : unsur sudut ruang pada qi oleh luasan dS


17

dS0

Sedangkan dW = R 21 , maka
dS
∮ d Ω=∮ R 0 ∮S 0
dS 0
S0 1

2
4 π R0
=
R 2i

=4p

dan dengan demikian

R i .dS
∮S R 2i = 4 p (jika ri di dalam S) (29)

2. Muatan qi di luar S

dS2

q2X dS1

i
q1X

qi

dW X

Gambar 1.9 Muatan qi di luar S


18
19

R . dS 2 dS 2 . cosθ 1
=
R2i 1 R2i

= dW

Sedangkan q2 > p/2, maka cos q2 negatif, dan

R 1 . dS 2 dS 2 .cos θ2
=
R 2i1 Ri22 , sehingga
= - dW

0
R^ i . dS 2 R^ i dS 2
2
= 2
=0
Ri1 Ri2 (30)

Integral dapat dibagi-bagi berpasangan, sehinga

R^ i dS
∮S Ri2
=0
(jika ri di luar S) (31)

Dengan demikian

1 R^ i dS
∮S E . dS= 4 πε ∑ qi∫S Ri
2
0 dida , a ,am

1
ε ∑ qi
= 0 dalam (32)
= Q dalam / ε 0

Bila muatan didalam S teragih kontinu dengan rapat r, maka

Q dalam = ∫V ρ dτ (33)
20
21

Dengan V volum yang tercakup oleh S. bersama teorema divergens, didapatkan

1
∫V ∇ . E dτ = ε0 ∫V ρ dτ (34)
sehingga didapat bentuk diferensial hukum Gauss

ρ
∇ . E=
ε0 (35)
yang merupakan salah satu persamaan dari persamaan Maxwell.

TERAPAN HUKUM GAUSS

Dalam hal ini distribusi muatan memiliki sifat kesetangkupan hukum


Gauss memberikan cara yang mudah dna sederhana dalam menghitung medan
listrik.

1. Muatan Garis Tak Berhingga Panjang dan Seragam

p
Uin

Gambar 1.10 Muatan Garis Tak Berhingga Panjang dan Seragam


22

Andaikan rapat muatan panjang λ = tetap. Dipilih sebagai luasan Gauss ialah
silinder dengan sumbu garis muatan, ruji r dan panjang L, karena setangkup,
maka E berarah ruji silinder dan tegak lurus permukaan silinder dan sama besar.
Muatan yang terdapat didalam silinder panjang L.
Adalah Qd = λ L. Hukum Gauss memberikan

∫bawah ¿ ¿ tutup ¿ ¿
Qd λ
=E . 2 π ρ L = = L
ε0 ε 0 (36)

2. Lempeng Tipis Rata, Tak Berhingga Luas dan Muatan Seragam


Andaikan rapat muatan luas ¶ = tetap. Untuk lempeng tak berhingga luas,

Δa

Qin
D

Δa

Gambar 1.11 Lempeng Tipis Rata, Tak Berhingga Luas dan Muatan Seragam
23

E hanya mempunyai arah ke luar dari permukaan dan pada jarak yang
sama (misal D) dari lempeng, besar medan adalah tetap dan sama. Maka dipilih
luasan Gauss berupa silinder panjang 2 D dengan luas tutup Sa dan luas dasar Sb.
Muatan di dalam silinder Qd = ¶ Sa. Hukum Gauss memberikan

∫ ¿ silinder ¿= ∫ E. dS+∫Sa E. dS+∫Sb E. dS ¿


tertutup ¿ silinder
Qd
=
ε0

∂ Sa ∂
= =
= 0 + ESa + ESb ε , atau E 2ε 0 (37)

Sehingga medan listrik di luar luasan:


= z
E 2 ε0 (di atas permukaan) (38)

=− z
E 2 ε0

3. Lempeng Penghantar Rata, Tebal Berhingga, Luas Tak Berhingga dan


pada Setiap Permukaan Terdapat Muatan Seragam

z E
Sa

D
Qd
sX
+ + + + + + + + +

+ + + + + + + + +
sX
24

Gambar 1.12 Lempeng Penghantar Rata


Andaikan rapat muatan luas ¶ = tetap. Karena setangkup, maka kuat
medan listrik di luar permukaan pada jarak tertentu (misal D) adalah seragam dan
arah ke luar dari permukaan (bila muatan permukaan positif). Luas Gauss diambil
silinder dengan luas tutup Sa dan permukaan penutup diluar penghantar dan luasan
dasar di dalam penghantar. Muatan yang tedapat di dalam silinder tertutup adlaah
Qd = ¶ Sa. Di dalam penghantar kuat medan sama dengan nol. Hukum Gauss
menghasilkan

∫bawah ¿ ¿ tutup ¿ ¿

Qd
=
ε0 (39)

∂S ∂
= ∂a =
= 0 + ESa + 0 0 , atau E ε0 (40)


= z
E ε0 (41)


=− z
E ε0 (42)

4. Distribusi Muatan Bola yang Setangkup Bola


Agihan muatan didalam bola ruji R, dengan rapat muatna setangkup bola
r = r (r) karena kesetangkupan bola, maka medan listrik E juga setangkup bola
dan hanya gayut pada r.
Dipilih luasan Gauss berupa bola ruji r dan sepusat dengan pusat distribusi

Q
∮ E . dS= ε d
muatan hukum Gauss memberikan 0 (43)
25

Untuk titik luar bola muatan, rL > R, dan bola Gauss akan melingkupi bola
muatan seluruhnya, sehingga muatan yang tercakup sama dengan muatan. Total
bola

S0X

S1X

r1 R r0
y

Gambar 1.13 Distribusi Muatan Bola yang Setangkup Bola

Qd =Qtotal =∫bola R ρ (r ' )dτ


(44)

∮ E .dS=∫bola E r21 sin ϑdϕ


2
= 4 π r1 E (45)

Qtot
=
ε0

Didapatkan
26

1 Qtot
E= r
4 πε 0 r 2L
(rL > R)
yang dapat dihitung bila fungsi distribusi rapat r (r’) diketahui
5. Bola Muatan dengan Rapat Muatan Seragam

Dalam hal ini rapat muatan volum r (r) = tetap, sehingga muatan total

Qtotal=∫ ρ (r' )dr '

2π π R

∫ ∫∫ ρ r '2 sinϑ dr' dϑ ' dϕ '


= 0 0 0

4π 9
= R
3 ρ (49)

Maka kuat medan listrik di laur bola menjadi

1 Q total
E= r
4 π ∂ r2 , (r > R). Untuk keadaan di dalam bola, r < R’ (50)
r
1
E= 2∫
ρ r ' 2 dr'
∂0 r 0

ρ r
=
∂0 3 (51)

ρ
= r
atau E 3 ∂0
27

r
0 d

Gambar 1.14 Kuat Medan Listrik Bola Seragam

yang bila dinyatakan dalam muatan total menjadi

Q
E= r
4 π ∂0 R 9 , (r < R) (52)

6. Distribusi Muatan Seragam Bentuk Sinder, Tak Berhingga Panjang


Andaikan rapat muatan volum r = tetap, di dalam silinder dengan ruji R.
Karena setangkup silinder, maka kuat medan listrik hanya gayut pada r.

r X

r0

R
1
28

Gambar 1.15 Silinder Terdistribusi Muatan


Dipilih luasan Gauss berupa silinder sepusat dengan silinder muatan, dengan ruji r
dan panjang L. Muatan yang terkandung didalam silinder adalah.

2π r

∫silinder ρ. dS=∫ ∫ ρ l π r2 dr' dρ


QL = 0 0

=ρ π R21 (53)

Hukum Gauss memberikan

Qd
∫ ¿ tutup ¿=
ε0
¿
atas ¿ (54)

Qd
=
E x 2 π rl + 0 + 0 ε0

Untuk titik di luar silinder muatan yang terkandung adalah yang terdapat dalam
silinder muatan sepanjang 1, yaitu

Q 1 = r π R2 1
(55)
dan medan elektriknya

2 2
ρR πR ρr
= =
E 2 ε 0 r atau E 2 π ε 0 r (r > R) (56)
29

yang mempunyai bentuk sama dengan kuat medan di luar kawat lurus tak
berhingga menjadi

λ r
=
E 2 π ε0 r (57)

yang mempunyai bentuk sama dengan kuat medan di luar kawat lurus tak
berhingga menjadi
Untuk titik di dalam silinder, r < R, maka muatan
Qd = Q1 = π r2 1r sehingga (54) menghasilkan

2
π r lρ
= r
E x 2π rl 2 ε0 (r ≤ R) (58)
30

RINGKASAN

1. Gaya/kakas tarik-menarik atau tolak menolak antara dua titik muatan.

2. Gaya total yang dialami oleh muatan q karena muatan q1 adalah superposisi

gaya Fj:

N N
1 q qj 
F  Fj   R
j 1 4  0 R j
2
j 1

Rj = r – rj, Rj = |r – rj|, R j = rj / rj

3. Gaya yang dihasilkan pada muatan q oleh distribusi muatan dalam volum:

q  (r ' ) Rdr '
F
4  0 V R2

4. Gaya yang dihasilkan pada muatan q oleh distribusi muatan dalam permukaan:

q  (r ' ) RdS
F
4  0 S R 2

5. Gaya yang dihasilkan pada muatan q oleh distribusi muatan dalam garis:

q  (r ' ) Rdl
F
4  0 C R 2

6. Medan listrik pada suatu titik sebagai gaya yang dialami oleh satu satuan

muatan (1 coulomb) di titik tersebut,

F 1 qi 
E 
q 4 0
r
1
r
2 i
i

Satuan medan listrik E adalah newton per coulomb (N/C) atau volt per meter

(V/m). Dalam koordinat siku-siku, rumus E adalah


  
N
q1 ( x - xi ) x  ( y - y i ) y  ( z - z i ) z
E (r )  
i 1  
4  0 ( x - xi ) 2  ( y - y i ) 2  ( z - z i ) 2 3 / 2
31

7. Bila muatan sumbu adalah malar, dengan rapat muatan garis λ (r’), rapat

muatan luas ¶ (r’), atau rapat muatan r (r’), maka medan listrik dari masing-

masing distribusi muatan diberikan.



1  (r ' ) Rdl '
E (r ) 
4  0 L' R 2

1  (r ' ) RdS '
E (r ) 
4  0 L' R 2

1  (r ' ) Rdr '
E (r ) 
4  0 L' R 2

8. Fluks listrik yang melewati luasan S yang tertutup sama dengan muatan yang

terkandung didalamnya, dinyatakan oleh hukum Gauss.

1 Qdalam
 E.dS    q
S
0
1 
0

LATIHAN
1. Dua titik muatan q1 dan - q1 pada sumbu –x dengan koordinat a dan –a,
hitunglah gaya pada muatan titik q yang terletak pada titik sebarang di bidang
xy !
2. Delapan muatan titik q yang sama terletak pada sudut-sudut kubus dengan
sisi a. Hitunglah gaya pada muatan yang terletak di titik asal !
3. Muatan garis panjang L dengan l = tetap terletak pada sumbu –z positif
dengan ujung-ujung terletak pada z = z0 dan z = z0 + L. Hitung gaya total pada
muatan garis itu yang diakibatkan oleh distribusi muatan bola seragam dengan
pusat di titik asal dan uji a < z0 !
4. Dua muatan garis panjang L yang sama dan sejajar satu dengan lainnya dan
berada pada bidang xy. Rapat muatan linier mereka sama dan l = tetap.
Hitung gaya total pada kawat ke dua oleh kawat pertama !
5. Muatan teragih pada permukaan lingkaran ruji a yang terletak pada bidang xy
32

dengan pusat di titik asal. Rapat muatan luas diberikan sebagai a = A rz


dengan A tetapan dan r ruji koordinat silinder. Bagaimana satuan dari pada A?
Berapa muatan total pada lingkaran? Hitung gaya yang dihasilkan distribusi
muatan ini pada muatan titik yang terletak di sumbu –z !
6. Dua titik muatan q dan –q berada pada sumbu –y di y = a dan y = -a. Hitung di
sebarang titik pada bidang xy. Di titik-titik mana bila ada, Ex = 0 !
7. Ditinjau kubus sisi a dengan satu titik sudut di titik asal. Muatan titik dengan
besar q berada pada setiap titik sudutnya, kecuali titik (a, a, 0). Hitung E di
titik itu !
8. Dua lempeng rata luas tak berhingga dengan rapat muatan luas yang sama
tetapi berlainan tanda. Kedua lempeng sejajar bidang xy. Hitung E pada
semuan nilai z !

s α

o s α

Gambar 1.16

9. Muatan teragih dengan rapat muatan luas ¶ yang tetap pada lingkaran ruji a.
Lingkaran itu terletak pada bidang xy, dengan pusat di titik asal. Tunjukkan
bahwa medan listrik di titik pada sumbu –z adalah

   z   z 
Ez 1  
2  0  z   (a  z ) 
2 2 1 / 2

10. Paralelepidum persegi dengan sisi a > b > c di isi dengan rapat muatan r

tetap. Bola ruji 2a dibuat dengan pusat di titik asal. Hitung fluks
 E.dS
yang melewati bola itu. Satu titik sudut Paralelepidum ada di titik asal.
Berapa besar fluks bila pusat bola ada di sudut (a, b, c) ?
11. Bola ruji a mempunyai rapat muatan yang merupakan fungsi r sebagai
berikut r = A r1/2, dengan A = tetapan. Hitung E di semua titik !
2 A cos  A cos 
9
12. Medan listrik di daerah r > a diberikan oleh Er = r , Er = r9 ,
33

Ej = 0 dengan A = tetapan. Hitunglah rapat muatan volum di daerah ini.


34

BAB II
POTENSIAL LISTRIK

Setelah kita dapat menentukan besar listrik, maka kita menurunkan persamaan
untuk potensial listrik. Pemahaman potensial listrik ini akan membantu
mempelajari materi pada bab berikutnya.

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa dapat memahami tentang potensial skalar dan usaha.


2. Mahasiswa dapat memahami tentang potensial listrik terdistribusi muatan bola
seragam.
3. Mahasiswa dapat memahami tentang potensial listrik terdistribusi muatan garis.
4. Mahasiswa dapat memahami tentang persamaan Laplace dan Poisson.
5. Mahasiswa dapat memahami tentang penghantar dalam medan elektrostatis.
6. Mahasiswa dapat memahami tentang syarat batas pada bidang batas.
7. Mahasiswa dapat memahami tentang tenaga elektrostatis.

DESKRIPSI

Potensial listrik merupakan besaran skalar. Beda potensial dikalikan


dengan muatan yang bersangkutan merupakan tenaga potensial listrik. Persamaan
Laplace dan Poisson menyatakan hubungan antara hukum Gauss dan potensial.
Selanjutnya kita dapat mengandaikan bahwa E harus nol di semua titik di dalam
penghantar.

RELEVANSI
29
35

Sebelumnya kita telah mempelajari medan listrik, lalu berdasarkan


pemahaman itu dapat diturunkan rumusan potensial listrik. Pemahaman konsep
potensial listrik ini berperan untuk mengkaji lebih lanjut pada bab berikutnya.

KATA-KATA KUNCI

Potensial listrik, penghantar


36

POTENSIAL LISTRIK

Medan listrik sistem muatan diskret diberikan sebagai

qi R i
E=∑
i 4 πε 0 Ri2
(1)

Dari analisa vektor didapatkan bahwa

1 R

( )
Ri
= - 2i
Ri (2)

yang dapat kita sisipkan ke dalam (1) menjadi

qi 1 qi
E=∑
i 4 πε 0

()
Ri
=∇ ∑
i 4 πε 0 R1' (3)

dengan R1 =
|−⃗R1+r| . Bila didefinisikan potensial skalar sistem muatan diskret
sebagai
qi 1
(⃗r )=∑
j i 4 πε 0 R i (4)
maka medan listrik menjadi
E = - Vj (r) (5)
Perlu diketahui bahwa
∇×E=0 (6)
Satuan potensial adalah volt = joule/coulumb. Dalam elektrostatika, sirkulasi E
adalah nol, karena dari kaidah Stokes diperoleh bahwa

∮C ⃗E .d l⃗=∮S ( ⃗∇× ⃗E ).d ⃗S=0 (7)


37

Untuk lintasan C tertutup dan sebarang. Dengan demikian disini medan listrik
merupakan medan konservatif. Untuk distribusi muatan kontinu (kontinu), maka
rumusan untuk potensial dapat dinyatakan sebagai berikut:
Agihan muatan garis, (rapat muatan garis l):
1 λ (r' )dl '
(r)=
4 πε 0
∫ R
f (8)
Agihan muatan luas, (rapat muatan garis ¶):
1 ∂(r ' )dS '
(r' )=
4 πε 0
∫ R
f (9)
Agihan muatan volume, (rapat muatan volume r):
1 ρ(r ' )dτ '
(r)=
4 πε 0
∫ R
f (10)
Nilai potensial tidaklah tunggal, karena bila ditambah suatu tetapan C misalnya,

pada potensial yang lama, akan tetap menghasilkan medna listrik yang sama.

f = f + C, maka E’ = −∇ φ'=−∇ φ'=E (11)

Hal ini menunjukkan bahwa nilai acuan potensial dapat dipilih sebarang, karena

yang penting dalam pengertian potensial adalah beda potensial yang terukur.

Misalnya : fz = f1 + C, dan f2 = f2 + C, maka

∇ φ '=φ2 – f2 = (f2 + C) – (f1 + C) = f2 – f1 = ∇φ (12)

Kita hitung integral garis E melewati lintasan C1 dari titik P1 di r1 sampai titik P2 di

r2, sebagai berikut

2 2

∫ ⃗E . ⃗dl=−∫ ⃗dl . ∇ φ=−∫ dφ


1 1

= – f (r2) f (r1) atau


2
∇ φ=φ2 −φ1 =−∫ E . dl
1 (13)
38

2
=∫ E . dl
1

C2
P2
P1
P1 P2

C2

Gambar 2.1 Integral Garis E Melewati Lintasan C1

Integral ini tak gayut lintasan karena hanya merupakan beda potensial di titik
akhir dengan potensial di titik awal.
Luasan ekuipotensial adalah luasan dengan nilai f tetap. Garis gaya atua garis
medan E selalu tegak lurus pada bidang ekuipotensial.

CONTOH

Andaikan muatan tunggal Q berada di titik r’, maka memberikan potensial di titik
r.
Q
(r)=
f 4 πε 0 R (14)

Dengan R = |r −r'| . Dari potensial ini didapatkan medan elektrik.


39

QR
E=−∇ φ=
4 πε 0 R2 (15)

Q<0
Q>0

Gambar 2.2 Medan Elektrik oleh Muatan Tunggal Q

Luasan ekuipotensial ialah luasan dengan f tetap, berupa bola-bola sepusat

Q
=
dengan ruji R 4 πε 0 φ (16)

E
f1X R1

R2

f2X R3 Q

f3X

Gambar 2.3 Luasan Ekuipotensial


40

Bila misalnya muatan Q di titik asal, dan titik (1, 0, 0) dipilih sebagai berpotensial
nol, maka
f12 = f1 – f2
Q 1 1
=
( −
4 πε 0 R 1 R 2 )
Q
=
dan f2 = 0 4 πε 0 ' , sehingga potensial di titik R menjadi

Q 1
f
=
4 πε 0 R( )
−1

Sekarang ditinjau usaha gaya listrik untuk membawa muatan q dari titik P1 ke titik
P2 melalui lintasan C1 gaya listrik adalah F = qE, sehingga usaha gaya mekanik
(dengan mekanik Fm = – qE) adalah

2
W m=∫ c1 F m dl
1

2
=∫ c 1 q dl
1

2
=q ∫ ( ∇ φ) dl
1

= q (f2 – f1)

= Q f2 – q f1

=DU (17)

Tenaga potensial listrik didefinsikan : U – qf, sehingga perubahan tenaga


potensial DU = U2 – U1 = q f2 – q f1 (18)
Jadi usaha mekanis yang dikerjakan pada muatan akan berubah menjadi tenaga
potensial elektrik. Dari hukum Gauss dan hubungan potensial medan listrik
41

ρ
∇. E=
ε−0 dan E = E= - ∇ φ didapatkan persamaan Poisson untuk potensial

∇ 2 φ=ρ / ε 0 (19)
Bila muatan ruang sama dengan nol, kita peroleh persamaan diferensial Laplace
2
∇ =0

Potensial Distribusi (Distribusi) Muatan Bola Seragam


Ditinjau dari distribusi muatan didalam bola ruji a dengan rapat muatan seragam
r = 3Q/4 π a3, atau muatan di dalam bola Q jarak antara titik pengamatan dan
unsur muatan volum dq’ adalah RZ = zz + 2’2 – 2zr’ cos θ sehingga potensial di P.

Q d r'
4 πε 0 ∫ R
=
f (20)

2π π α
ρ r '2 sin ϑ dr ' dϑ ' dϕ
= ∫ ∫ ∫
4 πε 0 0 0 0 ( z 2 +r'−2 zr cos ϑ ' )1/2

Integral terhadap j’ dapat dikerjakan dan menghasilkan 2 π


Dengan penggantian perubah µ = cos δ, didapatkan

α R

00

r' dr'
0 y
α
φ'

x
42

Gambar 2.4 Bola Terdistribusi Muatan

α 1
Q dμ
= ∫ r ' 2 dr ' ∫ 2 2 1/2
f 2 ε0 0 −1 (z +r' −2zr ' μ ) (22)

Integral dalam µ didapat dari tabel integral

1
( z 2 +r ' 2 −2 zr ' μ )1/2 1
∫ f (μ )dμ=− 2r '
]
−1 −1 (23)

1
= (|z+r '|−|z−r'|)
2 r'

Ditinjau dua kasus

1. Titik P diluar bola

Dalam hal ini z > a, dengan pengandaian z positif, dan karena r’ ≤ a, maka z > r’,

sehingga |z+r '|−|z−r '| = z + r’ – (z – r’) = 2r dan

∫ f (μ )dμ= zr1 ' sr '=2/ z


−1

Sehingga didapat potensial di titik di luar bola muatan

ρ 2 1 3
φluas = . . α
2ε0 z ' 3
43

3
ρα
=
3 ε0 (24)

Q
=
4 πε 0 z
44

2. Titik P didalam Bola

Dalam hal ini z < a, sehingga r’ dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada z , bila

z < r’ < α, maka integral

∫ f (μ )dμ= zr1 ' [ ( z+r ' )−(r'−z) ]


−1

2
=
r'

2
dan bila r’ < z < α, maka integral menghasilkan z seperti diatas. Maka integral

potensial menjadi dua bagian

α α
ρ 2 2
fdalam
=
ε0 (
∫ r' dr ' . z +∫ r' 2 dr ' . z
0
2

z
)
ρ 1 r ' 3 z z r' α
=
ε0 3 ( ]0 + ]z
2 ) (25)

= (r / e0) (z2 / 3 + a2 / 2 – z2 / 2)

= (r / 6 e0) (3a2 – z2) = (Q / 3 πe0 a) (3 – z2 / a2)

Untuk titik pada posisi r = z z = r r , maka potensial di titik P yang berada di

luar atau di dalam bola adalah


45

adθ

θ
y
a a

Gambar 2.5 Bola Terdistribusi Muatan

3
ρα
=
f luas (r) 3 ε0 r (26)

Q
=
4 πε 0 R

3
ρα
= (3 α 2 −r 2 )
f dalam 6 ε0

Q r2
=
8 πε 0 α α( )
3− 2
(27)
46

Kuat medan listrik di luar bola adalah

3
ρα r
=
E 3 ε0 r2 (28)

Qr
=
4 πε 0 α 3

dan di dalam bola


ρr
=
E 3 ε0 (29)

Qr
=
4 πε 0 α 3

yang cocok dengan hasil yang didapat dengan Gauss

Agihan Muatan Seragam pada Titik Bola


Misalkan rapat muatan luar seragam ¶ = tetap pada permukaan bola ruji a.
Dipilih sumbu –z melalui titik P, sehingga bila diambil unsur luasan
dS = a dδ a sin δ dj jarak dari unsur luasan ke titik P.
R = (r2 + a2 – 2 a r cos δ)1/2
Potensial di titik P adalah

1 ∂dS
4 πε 0 ∫S R
=
f (r) (30)

Untuk titik P di luar bola,

2π π
1 ∂ a2 sin ϑ dϑ dϕ
= ∫ ∫
4 πε 0 0 0 R
f (r) (31)
2
2π a ∂
=
4 πε 0
47

sin ∂ d ∂
=∫
R

Dengan penggantian peubah µ = cos δ, bagian integral dihitung sebagai


berikut:

π 1
sin e de dμ
∫ R
=∫ 2 2 1/2
0 −1 (r +a −2 raμ )

1 2 2 +1
= (r +a −2ra μ )]−1
ar

1
= [ (a+r )−(r−a )]
ar

2
=
r sehingga
2
4π a ∂
=
f (r) 4 πε 0 r (r > a) (32)

Q
=
4 πε 0 r

dengan muatan total : Q = 4 π a2

Potensial pada permukaan bola, r – a, ialah


Untuk titik P di dalam bola, potensialnya dihitung dengan rumus

Q
=
f 4 πε 0 a (33)

Potensial distribusi (distribusi) Muatan Garis


Misalnya kawat bermuatan seragam l = tetap, diletakkan pada sumbu –z, dengan
panjang tak berhingga. Medan listrik di luar kawat pada jarak r adalah
48

λ ρ
=
(rumus (36)) E 2 πε 0 ρ (34)
49

Beda potensial antara titik P1 dan titik P2

P2

P1

Gambar 2.6 Kawat Bermuatan Seragam

P2

φ1 −φ z =∫ E dρ
P1
(35)
P2
λ ρ dρ
= ∫
2 πε 0 P ρ
1 (36)

λ ρ
=
2 πε 0 ()
In 2
ρ1

Dalam hal ini acuan dengan potensial nol tidka didapatkan pada r2 = ∞, karena In
r2 menjadi tak berhingga juga. Bila potensial acuan diambil nol pada ruji r0 yang
berhingga, maka potensial di titik yang berjarak r dari kawat adalah

λ ρ
f (r)
=
2 πε 0
In 0
ρ( ) (37)

Sekarang ditinjau panjang kawat yang berhingga, seperti terlihat pada gambar.
Panjang kawat pada sumbu –z positif adalah L2 dan pada sumbu –z negatif L1.
50

Rapat muatan panjang l = tetap. Diperhatikan titik pengamatan P(r, j, z),


sehingga untuk unsur muatan panjang pada sumbu z posisi r’ = s’ z , dan posisi
P adalah
2 2 1/2
R=r ρ + (z – z’) z sehingga R = [ ρ +( z−z ' ) ] (38)

L2

P
0
y

L1

Gambar 2.7 Kawat Bermuatan Seragam

1/ 2
z+ L1 [ ρ2 +( z+ L1 )2 ]

f (r)
=
λ
4 πε 0
In
{ z−L2 [ ρ2 +( z+ L2 )2 ]
1/ 2
} (39)

Diandaikan kawat cukup panjang, tetapi belum tak berhingga,

Sehingga L2 >> r, L2 >> r dan L1 >> r dan L1 >> z, dan z + L1 @ L1 dan dipakai

pendekatan pengembangan

1 1
x− x 2
(1 + x)1/2 = 1 + 2 8 + … (untuk x kecil) (40)
51

Penyebut dalam (39) menjadi

1/2 2 1 /2
ρ2

(L2 – z)
{ [
−1+ 1+
(I 2 −z )2 ] } { [ ( )] }
=L2 −1+ 1+
ρ
( L2 )

1 ρ2 4 L1 L2
(
¿ Lz −1+1+ 2
2 Lz)=
λ
2 πε 0
In
[
4 L2 ]
dan rumus (39) menjadi

λ 4 L1 L 2 λ 4 L1 L2
φ≈
4 πε 0 (
In
ρ2
=
)2 πε 0
In
ρ2( ) (41)

Bila hasil dibandingkan dengan (37), maka kita mendapatkan pendekatan dari r0

yang dipakai sebagai ruji acuan.

Contoh

Dua garis sejajar bermuatan berlawanan

Sistem terdiri dari dua muatan garis seragam yang panjang, dengan rapat muatan

+l. Misalkan panjang Lz dan L1 sama untuk keduanya. Ditinjau titik P yang

berjarak rP dari muatan negatif. Sehingga potensial masing-masing yang

disebabkan oleh garis muatan adalah

( 4 L1 L2 )1/2
φ P=
λ
4 πε 0
In
[ ρn ]
52

(4 L1 L2 )1/2
φ0 =
λ
4 πε 0
In
[ ρn ]

L2

2d

L1

Gambar 2.8 Dua Kawat Penghantar

dan potensial total dititik P adalah

λ
φ=φ P + φn = In ( ρn / ρ P )
2 πε 0 (42)

Dalam hal ini, seandainya L1 dan L2 menjadi tak berhingga, hasil (42) tetap sama,

karena disini faktor yang mengandung L1 dan L2 telah hilang. Misalnya sekarang

dipilih gari smuatan sejajar sumbu – z dan terletak pada sumbu – x di titik + a dan

+ α dan – α.

Titik P terletak dibidang xy, sehingga.


53

z z z
ρ ρ=α + ρ −2 αρ cos ϕ

z z
ρ ρ=α + 2αρ cos ϕ dan dengan demikian potensial totalnya adalah

jX
x
-a a

Gambar 2.9 Muatan Sejajar Sumbu z

λ ρ2n
φ ( ρ, ϕ )=−
4 πε 0
In 2
( )
ρP

(43)

λ α z + ρ z +2 αρ cos ϕ
=
4 πε 0 (
In z z
α + ρ −2 αρ cos ϕ )
Komponen medan listrik E dihitung sebagai berikut

∂φ
E P=−
∂φ
54

λ (v−a cos ϕ) ( ρ+ cos ϕ )


=
4 πε 0 [
ρ2P

ρ2n ]
λ a ( ρz +α z )sin ϕ
=
πε 0 ρ2P ρ2n (44)
∂φ
E z =− =0
dan ∂z
Luasan ekuipotensial f = tetap diberikan oleh
2
ρn 4 πε 0 φ /λ
2
=e
ρρ = tetapan (45)

yang dapat ditulis dalam koordinasi siku-siku sebagai berikut

( x+ a )2 + y 2 4 πε 0 φ/ λ
=e
( x−a )2 + y 2 dan dengan manipulasi aljabar sedikit menjadi

berbentuk

2
a
( x−a coth n ) + y = 2
sin h η
2
( ) (46)

z
55

Gambar 2.10 Luasan Ekuipotensial


56

Persamaan Laplace dan Poisson

Hukum Gauss dalam bentuk diferensial adalah ∇ . E = r / e0 dan kuat

medan listrik dapat diturunkan dari potensial elektrostatik f dengan hubungan

E =−∇ φ
Kedua rumus ini bila digabungkan diperoleh persamaan diferensial order-dua

∇ . ∇ f= ∇ 2f
= – r / e0 (47)

yang dikenal sebagai persmaaan Poisson.

Dalam koordinat siku-siku bentuknya adalah

2
∂2 φ ∂φ ∂2 φ ρ
∂ x2 + ∂ y + ∂ z2 = – ε0
2
(48)

dalam koordinat silinder berbentuk

2 2 ρbebas
1 ∂ ∂φ 1 ∂ φ ∂φ
ρ( )
ρ ∂ρ ∂ϕ 2 2 2
+ ρ ∂ ϕ + ∂ ϕ = – ε0 (49)

dan dalam koordinat bola berbentuk

1 ∂ 2∂φ 1 ∂ sin θ ∂φ 1 ρb
( )
r
r2 ∂ ρ ∂ ρ 2
+ r sin θ ∂θ
(
∂φ ) + r sin nθ = – ε 0
2 2
(50)

Persamaan Laplace adalah keadaan khusus dari persamaan Poisson dengan rapat

muatan bebas rb = 0, sehingga persamaan Laplace dalam koordinat siku adalah

2
∂2 φ ∂φ ∂2 φ
∂ x2 + ∂ y 2 + ∂ z2 = 0 (51)

dalam koordinat silinder berbentuk

2
1 ∂ ∂φ 1 ∂ φ ∂2 φ
ρ( )
ρ ∂ρ ∂r 2 2 2
+ ρ ∂z + ∂z = 0 (52)
57

dan dalam koordinat bola berbentuk

2
1 ∂ 2∂φ 1 ∂θ
r ( )
r2 ∂ ρ ∂ ρ 2 2 2
+ r sin θ ∂ ρ = 0 (53)

Penyelesaian persamaan Poisson dan persamaan Laplace di dalam ruang hampa,

untuk distribusi muatan r (r’) yang berhingga dalam volum V tertentu adalah

potensial.

1 ρ(r ' )dr'


φ(r )= ∫
4 πε 0 vol V R

(54)

dengan R = |r−r'|

PENGHANTAR DALAM MEDAN ELEKTROSTATIK

Sifat-sifat Penghantar
Sifat umum penghantar dapat didefinisikan sebagai daerah yang
didalamnya muatan bebas bergerak di bawah pengaruh medan elektrik.
Contohnya adalah logam muatannya yang bergerak adalah elektron ‘bebas’.
Kita meninjau keadaan statis dalam skala makroskopis. Jika medan listrik
hadir di dalam penghantar, muatan akan bergerak, dan kita tidak mendapatkan
keadaan statis yang diandalkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa E
harus nol di semua titik didalam penghantar. Kalau begitu, maka f tetap di dalam
penghantar, dan penghantar itu merupakan volum ekuipotensial.
Jadi E (r) = 0

Jadi f (r) – tetap di dalam penghantar (55)


58

diperhatikan keadaan pada permukaan penghantar. Medan listrik di daerah hampa


diluar permukaan mungkin tidak nol, misalnya membentuk sudut seperti
tergambar.

Gambar 2.11 Permukaan Penghantar

E diuraikan ke dalam komponen normal En yang tegak lurus permukaan dan


komponen singgung E1 dengan arah singgung (tangensial) pada permukaan.
Bila E tidak nol, ini akan menyebabkan gaya singgung yang akan
menggerakkan muatan sejajar permukaan. Padahal kita andaikan keadaan statis,
sehingga komponen singgung ini harus nol. E1 = 0, dan satu-satunya kemungkinan
medan listrik tidak nol adalah E0 tidak sama dengan nol. Jadi pada permukaan
penghantar medan elektris harus berarah normal pada permukaan. Karena medan
elektris selalu tegak lurus bidang ekuipotensial, maka permukaan penghantar juga
merupakan bidang ekuipotensial.
Sehingga
En (r) ≠ 0
Ri (r) = 0 pada muka penghantar (56)
f (r) = tetap
59

sekarang kita terapkan hukum Gauss terhadap luasan tertutup sebarang yang
seluruhnya berada didalam penghantar. Karena E = 0 di semua titik di dalam
penghantar,

Gambar 2.12 Permukaan Hukum Gauss

Q
∮S E . dS=0= ε 0
maka 0 (57)
karena muatan listrik didalam adalah nol, Qd = 0, sehingga apabila kita
memberikan muatan bebas pada penghantar, muatan itu akan terbesar dan
terkumpul pada permukaan penghantar. Suatu hal yang pertama kali ditunjukkan
oleh Faraday dengan diukur. Pada permukaan batas antara penghantar dan ruang
hampa, dengan rapat muatan luas pada permukaan besarnya ¶ C/m2, ditinjau
silinder kecil dengan luas tampang Δa. Hukum Gauss pada luasan silinder S
memberikan
60

Gambar 2.13 Luasan Sekunder S

∫ E . dS= ∫ E . dS+∫ E . dS+ ∫ E . dS


0 atas sisi bawah

∂ Δa
E . Δa=
ε0

karena E pada luasan bawah nol, E pada sisi silinder tegak lurus arah normal

bidang silinder sehingga E.dS menghasilkan nol, dan hanya pada luasan pada atas


saja integral tidak nol, sehingga didapatkan Epermukaan = n^ . Δf = ε 0 (58)

Contoh

Penghantar Bola Terpencil

Andaikan muatan total Q pada bola penghantar ruji α. Karena setangkup bola,

muatan Q akan teragih seragam pada permukaan dengan rapat muatan tetap

¶ = Q / 4 π α2, dan medan listrik pada permukaan adalah

1 Q
E=
4 πε 0 α 2

Potensial diluar bola adalah


61

Q
φ=
4 πε 0 r (r > α)

dan pada permukaan (r = α) akan sama pada seluruh bola

Q
φ=
4 πε 0 α (r ≤ α)

Penghantar dengan rongga didalamnya. Dalam hal ini ada dua luasan pembatas
penghantar ialah permukaan dalam Si dan permukaan luas S0. Diperhatikan luasan
Gauss s yang berada didalam penghantar. E disini tetap nol, sehingga Q dalam = 0
juga. Misalnya didalam rongga terdapat muatan rongga Qc, maka agar Qd tetap
nol harus ada muatan yang sama besar dan berlawanan tanda dengan Qc.

Si

S
S0

Gambar 2.14 Permukaan Hukum Gauss

Muatan ini akan berada pada permukaan penghantar sebelah dalam Si. Bila
penghantar pada mulanya netral, sehingga muncul muatan Q0 = - Qi pada
permukaan penghantar. Sehingga
62

Q0 = - Qi = Qc

Dalam hal khusus Qc = 0, maka medan listrik di dalam rongga

∫S ' E. dS=0

Luasan S’ adalah sebarang sehingga S’ dapat memenuhi semuan rongga


penghantar.

Qj

Qn
Qi
P

Gambar 2.15 Sistem yang Terdiri dari n Penghantar

Ditinjau sistem yang terdiri dari n dapat penghantar yang diberi nomor
1, 2, … j, … n. Andaikan bahwa penghantar dimuati dengan muatan total
Q1, Q2, … Qn, … Qn. muatan ini akan berada pada permukaan. Karena bentuk
permukaan tidak rata, maka rapat muatan akan gayut pada posisi. Potensial pada
titik P sebarang, tetap dapat ditentukan dari

1 ∂(r' )dS '


φ P= ∫
4 πε 0 S ' R
63

(59)
n
1 ∂ j (r j )dS j
=∑ ∫
j=1 4 πε 0 Rj
S'

Sj adalah permukaan penghantar ke-j, dSj adalah unsur luasan permukaan tersebut

di lokasi rj =
|r P−r j| adalah jarak dari dSj ke titik pengamalan P di rP.
Permukaan penghantar adalah bidang ekuipotensial fi untuk penghantar adalah
bidang ekuipotensial, dengan potensial Øi untuk penghantar ke-i. Bila P ada pada
penghantar ke-i, maka

n
1 ∂ j dS j
=∑ ∫
Ø j=1 4 πε 0 R ji (i = 1, 2, … n) (60)
Rapat muatan luas merata dari penghantar ke-j adalah < ¶j > = Qj / Sj. Muatan
sesungguhnya tergantung pada letak titik, sehingga dapat dituliskan

ń2

2
ń

ń1

Gambar 2.16 Permukaan Penghantar

Qj
fj
¶ 1 = < ¶ j > fj = S j (61)
64

dengan faktor yang menunjukkan bagaimana rapat muatan sesungguhnya berbeda


dengan rapat rerata. Bila disisipkan pada (61) diperoleh
n
1 ∂ j dS j
=∑ ∫
Qi j=1 4 πε 0 R ji (i = 1, 2, … n) (62)

yang dapat ditulis


n
= ∑ P ij Q j
Qi j=1 (i = 1, 2, … n) (63)

dengan
n
1 ∂ j dS j
=∑ ∫
Pij j=1 4 πε 0 R ji (64)

yang menyatakan bahwa potensial penghantar gayut secara linier pada muatan
semua penghantar, termasuk muatan pada penghantar itu sendiri.
Ditulis secara lengkap (64) merupakan himpunan persamaan

Ø1 = P11 Q1 + P12 Q2 + … + P1n Qn

Ø1 = P21 Q1 + P22 Q2 + … + P2n Qn (65)

Øn = Pn1 Q1 + Pn2 Q2 + … + Pnn Qn

Koefisien Pij disebut koefisien, yang hanya gayut pada bentuk gemetris sistem
penghantar dan tidak gayut pada potensial maupun muatan didalam sistem. Sifat
setangkup dari Pij ialah Pij = Pij (66)

Contoh

Boa Penghantar Terpencil

Potensial pada permukaan bola adalah Ø = Ø / πe0α, untuk bola ruji α bermuatan

total Q. persamaan (64) untuk satu penghantar menjadi


65

1
P11=
Q = P11 Q, sehingga 4 πε 0 α (67)

Syarat Batas pada Bidang Batas

Ditinjau medan vektor F(r) yang memenuhi sifat berikut

∇ . F = b(r) dan ∇ x F = c(r) (68)

Teorema divergensi diterapkan di sini memberikan

∫S F. dS=∫V ∇ . F . dτ=∫V b(r). dτ (69)

Gambar 2.17 Bidang Batas

Dipandang silinder tinggi h dan tampang-lintang ΔS yang terletak pada

lapisan transisi. Diandaikan F tetap pada unsur luasan ΔS. Sehingga

∫S F . dS=F 2 .∇ S2 +F1 . ∇ S1+W dan menjadi

n^ 0 ( F2 −F 1 ΔS+W=∫V bd τ=(bh) ΔS
(70)
66

dengan pendekatan bahwa b tetap da dalam volum (h . ΔS). Untuk h mendekati nol,


maka n0 ( F2 −F )=h lim 0 (h. ∇ . F )
^ (71)

atau dalam komponen normal :

F2 n −F1 n =h ⃗
lim 0 (h .∇ . F ) (72)

Teorema Stokes memberikan

∫C F .dl=∫S ( ∇ xF).dS=∫S c(r ).dS



maka n^ x F = x Ft, dan (71) menjadi n^ x (F21 – Flt) = h lim 0 (h ∇×F )


atau F21 – Flt = h lim 0 (hc×n^ ) = lim [ ∇ x F) x n^ ] (73)

Syarat Batas Medan Listrik


Medan listrik memenuhi hubungan

∇ xE=0 dan ∇ .

E = r/e0 (78)

yang bila dibandingkan, dalam hal ini terdapat

c=0 dan b = r/e0 (79)

Dari (140) ternyatalan bahwa

E2t –E1t = 0 atau E2t = E1t (80)

Yang berarti bahwa komponen singgung kuat medan listrik adalah kontinu
(kontinu). Dengan nilai b didapatkan
1
∫C b.dτ= ε ∫V ρ dτ
0

1
ΔS= ρh
ε0
67

(81)
Δq
=
ε0

dan Δq adalah muatan total di dalam volum h ΔS dari lapisan transisi. Bila h → 0,
maka volum akan menjadi luasan dan muatan volum menjadi muatan luas dengan
rapat muatan ¶, sehingga Δq = ¶ ΔS. Sehingga

∇ q = ¶ ΔS = (h ⃗
lim 0 (hρ ) ΔS atau ¶ = ⃗
h lim 0 (hρ) (82)

=∂
maka

h lim 0 (hρ) ε0 (83)

syarat batas yang dipenuhi oleh komponen normal medan listrik, diperoleh :

=∂
n^ (Ez – El) = F2n – Fln ε 0 (84)

Pada komponen normal, terjadi ketakmalaran bila rapat muatan luas pada bidang
batas tidak sama dengan nol.
Relasi antara E1 dan E2 pada bidang batas dapat dicari dengan menggabungkan
(80) dan (84). Bila δ1 dan δ2 sudut, datang dan sudut bias, maka vektor E
mengalami pembiasan bila pada muka bidang batas terdapat rapat muatan luas

θ2
E2

θ1
E1

Gambar 2.18 Relasi antara E1 dan E2 pada Bidang Batas


68

Syarat Batas Potensial


Potensial Ø adalah medan skalar, sehingga kita tidak dapat memakai hasil-
hasil diatas. Bila Ø2 dan Ø1 adalah nilai Ø pada masing-masing sisi dari lapisan
transisi, maka kita dapatkan
2
−∫1 E.dl
Ø2 – Ø1 = (85)

Bila integral dilaksanakan sepanjang lintasan sepanjang n^ , maka

2
−∫1 E n .dl
Ø2 – Ø1 = = - < En > h (86)

dengan < En > nilai rerata komponen normal dari E pada lapisan transisi setebal h.

h lim 0 ¿ En > h = 0, dan



Pada keadaan, h → 0, (En) tetap berhingga, sehingga

(86) memberikan Ø2 – Ø1

Potensial skalar adalah kontinu pada permukaan batas medium.

TENAGA ELEKTROSTATIK
Kita telah membicarakan tenaga dalam hubungannya dengan potensial dan
tenaga potensial titik muatan tunggal sepanjang muatan titik. Kita akan
memperluas menjadi sistem muatan sebarang.

Tenaga Sistem Muatan


Tenaga potensial bersama sepanjang muatan titik q1 dan qj, adalah
qi q j
U ij =
4 πε 0 Rij , dengan
Rij =|r i−r j| (88)

Bila ada N muatan titik dalam sistem, maka tenaga listrik total adalah jumlah
tenaga potensial pasangan (151) yang dibentuk oleh semuan N muatan,

¿ j≠1 ¿¿¿ ¿
UØ N
69

(89)

∑ ¿ i. j ¿¿
j≠i ¿

Yang dalam koordinat siku berbentuk

1
= ∑
2 i
¿ ∑ ¿ i . j ¿ ¿¿ ¿ ¿
UØ j≠i ¿ (90)

Rumus (89) dapat ditulis dalam bentuk

1 q


= ∑q
2 i i ( ∑ 4 πε j R
j 0 ij
) (91)

Faktor dalam tanda kurung adalah potensial di titik i karena muatan di titik-titik j

yang lain (j ≠ i), Øi = Q1 (r), sehingga

1
= ∑ q φ (r )
2 i i i i
UØ (92)

Jika muatan teragih malar, maka jumlahnya akan menjadi integral, dan didapatkan
untuk distribusi muatan volum, luas dan garis sebagai berikut:
1
= ∫ ρ (r ) φ (r ) dτ
2 V
UØ (93)

1
= ∫ λ (r) φ (r) dS
2 S
UØ (94)

1

= ∫ λ (r ) φ (r ) dl
2 L (95)

Integral ini harus dikerjakan untuk seluruh daerah yang mengandung muatan
dalam bentuk yang sesuai. Karena pada dasarnya, ruangan yang tak ada
muatannya berarti itu dapat dikerjakan untuk seluruh ruang sehingga terdapat
bentuk paling umum.
70


∫ruang ¿ ¿ seluruh ¿¿ (96)

Contoh
Agihan Muatan Bola Seragam
Bila ruji α mengandung muatan dengan rapat muatan volum r tetap. Potensial di
dalam bola, tetap didapatkan sebagai
ρ
= (sa 2 −r 2 )
Ø(r) 6 ε0 (97)

bila ini kita sisipkan didapatkan


2π π α
ρ2
= ∫ ∫ ∫ (3 a2 r 2 −r 4 ) r 2
UØ 4 πε 0 0 0 0 sin δ dr dJ dj (98)
Integral sudut dalam (δ, j) menghasilkan 4 π, sehingga
a
π ρ2
= ∫ (3 a2 r 2 −r 4 ) dr
UØ 3 ε0 0

(99)
2 5
4π ρ a
=
15 ε 0

Kita menyatakan dalam muatan total Q = (4 π α2 r / 3), diperoleh

3 Q2

=
( )
5 4 πε 0 a
(100)

Yang ternyata lebih kecil daripada tenaga dua muatan titik Q yang terpisah sejauh
α, ruji bola.

Tenaga Sistem Penghantar


71

Kita ketahui bahwa didalam penghantar muatan tersebar pada


permukaannya, dan potensial permukaannya. Sehingga
1 1 1
= ∫ ai φi dSi = φi ∫ ∂i dS i= Qi φ i
Ui 2 2 2 (101)

dengan Qi muatan total pe muatan total penghantar ke-i. tenaga total sistem
merupakan jumlahan (165), yaitu
1
= ∑Q φ
2 i i i
UØ (102)

yang dapat pula dinyatakan dalam muatan sebagai berikut


1
= ∑∑ P Q Q
2 i j ij i j
UØ (103)

1
= P11 Q21 +P12 Q1 Q2 +P11 Q22
UØ 2 (102)

Kapasitas Kapasitor
Penghantar dipakai untuk menyimpan muatan elektrik, dan dapat dimuati
dengan memberinya potensial tertentu dengan menghubungkan pada baterai.
Sistem itu disebut kapasitor dan kapasitas tampunya disebut kapasitas. Sistem
yang khas adalah penghantar terpencil tunggal, dan dua penghantar dengan
muatan yang sama besar dan berlainan tanda.
Untuk penghantar terpencil, kita dapatkan
Ø = P11 Q
kapasitas didefinisikan sebagai nisbah muatan dan potensial, yaitu:
Q 1
= =
C φ P11 (106)

Contoh Kapasitor Bola

Dua penghantar yang dibatasi luasan bola sepusat dengan ruji a, b, dan c.
misalkan muatan bola dalam adalah Q, sehingga muatan permukaan dalam bola
72

luar adalah –Q dan muatan permukaan luarnya Q. Dengan memakai bola Gauss
dengan ruji r sehingga a < r < b, kuat medan dapat dihitung sebagai
E = (Q/4 π e0) r^ . Beda potensial antara bola-1 dan bola-2 adalah.

Gambar 2.19 Kapasitor Bola


z b
Qdr
=∫ E . d 1=∫
Ø1 – Ø2 1 a1 4 πε 0 r 2

Q 1 1
= ( ) −
4 πε 0 a b (107)
Q
=
C
Sehingga kapasitas dua bola sepusat adalah
4 πε 0 ab
= =4 πε 0
1 1 b−a

C a b (108)

Kapasitor Lempeng Sejajar


Sistem dua lempeng penghantar, masing-masing luas A, sejajar dengan jarak d.
bila rapat muatan luas ¶ adalah ruang diantara lempeng adalah E = ¶ / e0

+ + + +

– – – –
73

Gambar 2.20 Kapasitor Lempeng Sejajar

− b
∂d
=∫ E .d 1=∫
Δ Ø = Øp – Øn + a1 ε 0 (109)
d
= Q
ε0 A

Q
=
C

Dengan muatan total Q = ¶ A. maka kapasitas kapasitor lempeng adalah


ε0 A
=
C d (110)

Penghantar terpencil. Tenaga listrik hal ini adalah


1 Qz 1
= Q = = C
UØ 2 Ø 2C 2 Øz (111)

Bila diterapkan pada bola penghantar, tenaganya adalah

1 Qz

=
(
2 4 πε 0 a ) (112)

Dengan memasukkan pada bola tunggal. Tenaga ini lebih kecil dari pada tenaga
muatan bola yang teragih merata seluruh volume.
74

Rapat Tenaga Elektrostatik


Tenaga Elektrostatik dengan r = e0 ∇ .E, dapat ditulis sebagai

ε0
=
2
∫ Ø (∇ . E ) d τ
UØ (113)

yang dengan manipulasi aljabar dan integral potensial, didapatkan bahwa

¿ ruang ¿¿¿¿
UØ (114)

Bila rapat tenaga medan listrik didefinisikan sebagai

1
= ε 0 Ez
UØ 2 (joule/m3) (115)

Sehingga tenaga total menjadi

¿ ruang ¿¿¿¿
UØ (116)
75

Contoh
Bila penghantar terpencil. Potensial Ø didalam dan di luar penghantar diberikan
oleh (95) dan (92), yang memberikan medan listrik.
Q r^
=
E 4 πε 0 r 2 (r≥a) (117)

Sehingga tenaga total


2π π
Qz 1 2
= 2 ∫ ∫∫ 4
r
UØ 32 πε 0 r 0 0 a r sin J dJ dj

(118)
z
Q
=
8 πε 0

Kapasitor Lempeng Sejajar,

Didalam kapasitor, medan listrik E = ¶ / e0 dan nol diluarnya, sehingga

1 2
= ε 0 Ez ∂

2 2 ε0 (119)

Q2
=
2 ε0 A 2

Tenaga total, untuk volum kapasitor Ad, adalah

Qz
=∫ U φ . dτ = Ad
UØ 2 ε0 A2 (120)
2
Qd
=
2ε 0 A

Q2
=
2C
76

RINGKASAN

1. Medan listrik sistem muatan diskret diberikan sebagai



qi Ri
E 
i 4 0 Ri
2

2. Untuk lintasan C tertutup dan sebarang, terdistribusi muatan kontinu (kontinu),


maka rumusan untuk potensial dapat dinyatakan sebagai berikut:
Agihan muatan garis, (rapat muatan garis l):
1  (r ' )dl '
 (r ) 
4 0  R

Agihan muatan luas, (rapat muatan garis ¶):


1  (r ' )dS '
 (r ' ) 
4 0  R

Agihan muatan volume, (rapat muatan volume r):


1  (r ' )d '
 (r ) 
4 0  R

3. Penyelesaian persamaan Poisson dan persamaan Laplace di dalam ruang


hampa, untuk distribusi muatan r (r’) yang berhingga dalam volum V tertentu
adalah potensial.
1  (r ' )dr '
 (r ) 
4 0  R r  r'
vol V
, dengan R =
4. Potensial skalar adalah kontinu pada permukaan batas medium.
5. Tenaga potensial bersama sepanjang muatan titik q1 dan qj, adalah
qi q j
U ij 
4 0 Rij Rij  ri  r j
, dengan
6. Tenaga total, untuk volum kapasitor Ad, adalah

Qz 2
Ad  Q d  Q
2
  U  .d 
2 0 A 2
2 0 A 2C

LATIHAN
77

1. Tunjukkan bahwa vektor E = (yz – 2x) x̂ + xz ŷ + xy ẑ dapat terwujud sebagai


medan listrik. Kemudian, hitunglah fungsi potensial Ø untuk medan E
tersebut.
2. Dua titik muatan q dan –q berada masing-masing pada sumbu –z dan z = α
dan z = - α
Hitung potensial di sebarang titik (x, y, z). Tunjukkan bahwa bidang xy adalah
luasan ekuipotensial dan hitunglah potensialnya.
3. Bola ruji α mempunyai rapat muatan sebagai fungsi r yang berikut: r = A rn
dengan A = tetapan dan n ≥ 0. Hitunglah potensial Ø disemua titik didalam
maupun di luar bola dan nyatakan hasilnya dalam muatan total Q.
4. Muatan teragih dengan rapat muatan permukaan ¶ tetap pada lingkaran ruji α
yang terletak pada bidang xy dengan pusat di titik asal. Tunjukkan bahwa
potensial di titik pada sumbu –z diberikan oleh


( a 2  z 2 )1 / 2  z 
Ø = 2 0
Bagaimana Ø bila a menjadi sangat besar. Hitunglah nilai z terkecil dimana
potensial dari lingkaran ini dapat dihitung sebagai muatan titik dengan ralat
kurang dari 1 persen?
5. Luasan pemisah antara daerah 1 dan 2 adalah bi dang dengan persamaan 2x +

y + z = 1. Jika E1 = 4 x̂ + ŷ - 3 ẑ , hitunglah komponen normal dan singgung


dari E1.
6. Bola ruji R dengan pusat di titik asal. Didalam bola medan listrik diketahui

sebagai E1 = a x̂ + b ŷ - c ẑ dengan a, b, c, tetap. Rapat muatan luas pada


permukaan bola diberikan sebagai ¶ = ¶0 cos δ dengan δ0 tetap. Hitunglah E2
di titik-titik tepat diluar bola dan nyatakan dalam koordinat siku.
7. Beda potensial Δ Ø antara lempeng-lempeng kapasitor dipertahankan tetap.
Tunjukkan bahwa medan listrik pada luasan bola dalam adalah minimum jika
a = b/2. Hitunglah nilai minimum E.
78

BAB III
BAHAN DIELEKTRIK

Saudara sudah membahas BAB I dan BAB II, oleh karena itu tentunya saudara
telah memiliki konsep-konsep tentang elektrostatika. Pemahaman konsep
terhadap persoalan elektrostatika itu menjadi landasan untuk mempelejari bahan
dielektrik ini.

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa dapat memahami tentang vektor polarisasi.


2. Mahasiswa dapat memahami tentang vektor perpindahan.
3. Mahasiswa dapat mencari medan listrik di dalam bahan dielektrik dengan
menggunakan Hukum Gauss.

DESKRIPSI

Bab III ini mengkaji tentang konsep medan elektrostatika secara umum
yaitu menyangkut medan listrik dalam bahan dielektrik. Pada bahan konduktor
medan listrik luar berperan pada pengaturan elektron-elektron dalam bahan
konduktor. Gejala ini mengakibatkan medan listrik dalam konduktor berharga nol.
Masalah lain dalam bahan dielektrik (isolator) elektron-elektron tetap terikat pada
atomnya, sehingga adanya medan listrik luar akan menggeser kedudukan elektron
setiap atom penyusun bahan dielektrik. Penggeseran tersebut menyebabkan
muatan terimbas yang berpengaruh terhadap pengurangan medan listrik luar
dalam bahan dielektrik. Pemahaman persialan medan listrik baik dalam bahan
konduktor maupun isolator (dielektrik) menuntun kita untuk mengetahui persialan
medan listrik yang sesuai dengan kenyataan di alam nyata.

69
79

RELEVANSI

Sebelum kita telah mempelajari Bab I dan Bab II, lalu berdasarkan
pemahaman itu dapat memahami tentang vektor polarisasi, vektor perpindahan,
serta dapat menurunkan muatan medan listrik di dalam bahan dielektrik dengan
menggunakan Hukum Gauss. Pemahaman konsep ini akan menunjang dalam
mempelajari tentang energi dielektrik dalam sistem suatu bahan.

KATA-KATA KUNCI

Bahan dielektrik, medan listrik dalam bahan


80

1. VEKTOR POLARISASI
Suatu atom netral yang diletakkan di sekitar medan listrik E akan
mendapat pengaruh dari medan tersebut. Peristiwa itu dapat dijelaskan karena
atom tersebut terdiri dari inti bermuatan positif dan elektron yang bermuatan
negatif, sehingga adanya medan listrik E pusat muatan akan mengalami
penggeseran mengingat pada kedua bagian atom tersebut menderita gaya yang
arahnya berlawanan. Saudara pasti masih ingat bahwa gaya Coulomb bekerja pada
partikel bermuatan dengan gaya yang searah dengan medan listrik jika muatan
partikel positif dan berlawanan dengan medan listrik jika partikel bermuatan
negatif.
Dalam keadaan seperti ini dikatakan atom terpolarisasi. Atom netral yang
berada dalam ruang tanpa medan (E = 0), atom tidak terpolarisasi sehingga atom
tidak memiliki momen dipole imbas p. Sedang bila atom berada dalam medan
listrik pada atom terjadi polarisasi sehingga memiliki momen dipole imbas
sebesar p yang besarnya sebanding dengan medan E dan arahnya sama dengan
arah E. Momen dipole tersebut dinyatakan :

p=αE (1)

keterangan:
p = Momen dipole imbas
E = Medan listrik
Α = Polarisabilitas atom

Contoh
Menurut mekanika kuantum awan elektron Hidrogen keadaan dasar memiliki

q 2 r/4
e
rapat muatan r = πα 1 , q adalah muatan elektron, a radius Bohr dan r
adalah jarak titik ke pusat bola. Tentukan polarisabilitas atom dalam model
tersebut.
81

Penyelesaian:
Atom hidrogen yang berada dalam medan listrik dengan arah ke kanan,
mak ainti atom akan bergeser ke kanan. Medan listrik E yang mendorong inti ke
kanan dibuat seimbang oleh medan listrik akibat awan elektron E0, sehingga
E = Ee. Besar medan oleh awan elektron tersebut dapat diturunkan dengan Hukum
Gauss sebagai berikut.

∮ Ee dA=Qin /ε0
Ee 4 ∏ r 2 =1/ε 0∫ ρdτ

(2)

q −2 r/a 2
=1/ ε 0∫∫∫ e r
π a3 sin θ dr dθ dJ

dt adalah elemen volume yang dalam koordinat bola berbentuk r2 sin θ dr dθ dj.

Agar saudara memahami penurunan persamaannya mari kita turunkan masing-

masing integrasi di atas.

∫ dϕ=2π , karena batas integrasinya dari 0 sampai 2 π

∫ sin θ dθ=cosθ I π0 , karena batas integrasinya dari 0 sampai π.

= [–(–1) – (–1)] = 2

∫ e−2 r/a r2 dr dengan batas integrasi dari 0 sampai r dan hasilnya adalah sebagai

berikut:

Integrasi di atas dikerjakan dengan cara integrasi parsial (∫ u dv=uv−∫ v du )

Bentuk integrasl di atas dapat dibentuk menjadi –a / 2 ∫ r2 d( e−2 r/a ) , sehingga


82
83

a −2 r/a 2a
r + a /2 ∫ 2 re− 2r /a dr
∫ e−2 r/a r2 dr = 2 e 2

2
a a
= 2 2 ( )
a /2e−2 r/a r 2 + a/2 2∫ rd (e−2r /a )

2 2
a a −2 r /a a
= 2
a /2e−2 r/a r 2 +2
2
re +2 ()
2 ( ) ∫e −2 r /a
dr

2 2
a a − 2r /a a −2 r/a
= 2
a /2e−2 r/a r 2 −2
2
re −2()
2
e ()
2
a −2 r/a 2 a a
=
2
e r +2 r+2
2 2 [ ( ) ( )]
Bila dimasukkan batas integral dari 0 ke r, hasilnya menjadi
2 2
a −2 r/a 2 a a a a
−2 r/a 2
∫ e r dr = – 2
e r +2 r+2
2 2 [ ( ) ( ) ] ( )[ ( ) ] −− 2
2 2

3
a
=
( 2 ) [ 1−e−2r /a
[ 1+2 ( r /a ) +2 ( r /a ) 2
]]

Persamaan (2) menjadi:

3
q a
Ee 4 ∏ r
2 = 3 (4 π )2
π a ε0 ( 2 ) [ 1−e−2r /a
[ 1+2 ( r /a ) +2 ( r /a ) 2
]]
q
=
EC 4 π ε0 r3 [ 1−e−2 r/ a [ 1+ 2 ( d / a ) +2 ( r / a )2 ] ] (3)

Karena d sangat kecil sehingga bentuk e-2d/α dapat diuraikan dalam bentuk deret

2 3
d 1 d 1 d
menjadi e-2d/α = 3 ( ) ( ) ( )( )
1− 2 + 2 − ! 2 +
a 2 a a …. Bila bentuk deret

tersebut saudara masukkan kek persamaan (3) akan diperoleh:


84

2 3
d d 4 d
1 – e-2d/α =
[ ( ) ( ) ] ( )( )
1+2
a
+2
a
=
3 a (Dengan mengabaikan suku yang

berpangkat lebih tinggi), sehingga diperoleh:


3
q 4 d
E
=
4 π ε0 d 2 3 a( )( )
q 4
=
( )
4 π ε 0 3 a3
( qd )

p
= α

Jadi polarisabilitas model atom pada contoh di atas adalah α = (3 π e0 α3)

Contoh

Secara sederhana atom dapat digambarkan terdiri dari inti bermuatan titik +q dan
dikelilingi oleh awan elektron dengan rapat muatan homogen berbentuk bola
dengan jari-jari R dan muatan totalnya –q. Tentukan polarisabilitas atom model
tersebut bila diletakkan dalam medan listrik E.

Penyelesaian

Gambarkan bentuk atom model tersebut. Dengan adanya medan E inti bergeser d
searah dengan arah E, sedangkan awan elektron dalam arah yang berlawanan.
Medan listrik yang ditimbulkan oleh elektron pada titik yang berjarak d dari pusat

1 qd
atom (dengan Hukum Gauss) diperoleh
EC = ( )
4 π ε 0 R3
. Dalam keadaan
setimbang medan luar E = Ee, sehingga diperoleh polarisabilitas atom
α = 4 πe0 R3 = 3 e0 V, dengan V adalah volume atom.
85
86

Polarisabilitas beberapa atom sudah dapat kita ketahui dengan tabel berikut

Tabel 1. Polarisabilitas Atom

  
 
 4  0 
Daftar Tabel dalam satuan 10-30 m-3
Elemen H He Li Be C Ne Na Ar K
:
0,66 0,21 12 9,3 1,5 0,4 27 1,6 34

Bila pembicaraan dikembangkan pada molekul, maka beberapa molekul secara


alamiah telah memiliki momen dipole permanen. Molekul yang memiliki momen
dipole permanen disebut molekul polar. Contoh molekul polar adalah molekul air
dengan ikatan H-O-H membentuk sudut 1050 seperti tampak pada gambar berikut.

H+ H+
1050

Gambar 3.1 Molekul Air dengan Ikatan H-O-H

Molekul Air dengan Ikatan H-O-H membentuk sudut 1050. Bagaimana bila
molekul polar berada dalam medan listrik E? Kita perhatikan gambar berikut ini.

d (+) F (+)

d (-)
F (-)
E
87

Gambar 3.2 Molekul Polar dalam Medan Luar E

Karena adanya medan luar E, maka pada muatan +q akan bekerja gaya
yang luarnya qE dan arahnya sama dengan arah E, sedangkan pada muatan –q
bekerja a yang besarnya sama dengan arah berlawanan. Momen gaya terhadap
titik Q adalah

N = d(+) x d (-) x F
= d x F = q (q x E)
dengan d = d(+) + d(-)

Bila medan E tidak homogen, namun tetap berlaku F = F(+) – F (-), bentuk ini
dapat ditulis F = q [E(+) – E(-)] = q dF, dE adalah perbedaan antara E di tempat q
dan E di tempat –q. Bila dianggap jarak dipole (d) sangat pendek, maka teorema
dasar gradien dapat ditulis berbentuk.

dEx = ( ∇ Ex) d; d Ey = ( ∇ Ey) d;


dEz = ( ∇ Ez) d, dan
dE = ( ∇ E) d,

bentuk terakhir ini dapat ditulis dE = d ( ∇ E), sehingga


F = q dE
= q (d ∇ ) E (4)
= (r ∇ ) E
88

Pembahasan selanjutnya bukan saja pada satu atom atau molekul saja,
tetapi marilah kita kembangkan pada bahan dielektrik secara terpadu. Namun
demikian bahan dielektrik yang terletak dalam medan listrik luar baik atom netral,
molekul polar maupun molekul non polar sifat diatas tetap berlaku. Hal ini
menunjukkan jika bahan dielektrik dalam medan listrik luar, di dalam bahan
elektrik tersebut terjadi momen dipole imbas kecil yang mengarah sama dengan
arah E. bila bahan dielektrik tersusun molekul-molekul polar, maka kehadiran
medan listrik E menyebabkan setiap momen dipole permanen akan merasakan
adanya momen gaya, sehingga memiliki kecenderungan mengarah sama dengan
arah medan listrik luarnya. (lihatlah Gambar 3.2). uraian ini menunjukkan bahwa
momen dipole permanen akan memiliki kecenderungan menuju pada satu arah
saja yakni searah dengan medan listrik luar E dan bahan dielektrik disebut
terpolarisasi. Dampak terjadinya polarisasi ditunjukkan oeh momen dipole P yang
menyatakan momen dipole persatuan volume.
Pertanyaan yang timbul adalah beberapa medan yang ditimbulkan oleh
elektrik yang terpolarisasi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut marilah kita
turunkan potensial yang terjadi, kemudian baru kita turunkan medan listriknya.
Cara ini kita lakukan karena penurunan melalui potensial listrik secara analitik
lebih mudah bila dibandingkan kita menurunkan medan listriknya. Untuk setiap
dipole tunggal p, menimbulkan potensial sebesar.

1 r.p
V=
4 π ε0 r3 (5)

Dengan r adalah vektor satuan dari dipole ke titik yang kita hitung
potensialnya. Mengingat P adalah momen dipole persatuan volume maka p =

∫ Pd τ , sehingga persamaan (3.5) menjadi:


1
V= ∫ ( P. . r/r 2 )dπ
4 π ε0 ,

oleh karena ∇ (1 / r) = ( r^ / r2) sehingga diperoleh


89

1
V= ∫ [ P . ∇ (1/r)]dτ
4 π ε0 (6)

Integral (6) dapat kita lakukan dengan mengubah bentuk integralnya dan
memberikan

1
V= ∫ [ P . ∇ (1/r)]dτ−∫ 1/r( ∇ .P )dτ
4 π ε0 (7)

Bentuk ini diperoleh karena Anda tentu masih ingat bahwa

V(fA) = f(VA) + A(Vf)

persamaan (7) suku pertama kita terapkan teorema green diperoleh

1
V= { ∇[(1/r) P ]dτ−∫ 1/r( ∇ . P )dτ }
4 π ε0 ∫ (8)

Suku pertama ruas kanan persamaan (8) menyatakan potensial yang


ditimbulkan oleh muatan permukaan. Dengan menyatakan bentuk potensial listrik

tentu kita dapat menulis rapat muatan permukaan tersebut sp = P. n^ . n^ adalah


vektor satuan yang arahnya tegak lurus luasan. Sedangkan suku kedua adalah
potensial yang ditimbulkan oleh rapat muatan volume dengan rapat muatan
rP = - ∇ . P. Kedua muatan tersebut dapat kita tafsirkan bahwa rapat muatan
permukaan diberikan oleh komponen polarisasi tegak lurus permukaan tersebut,
sedangkan rapat muatan volume dihasilkan oleh efek ketidakseragaman polarisasi
didalam bahan dielektrik. Sehingga potensial yang terjadi dalam dielektrik dapat
ditulis.

1 1
V= ∫ (1 /r )σ P da+ (1/r)σ P dπ
4 π ε0 Permukaan 4 π ε0∫ (9)
90

Contoh:
1. Tentukan medan listrik yang dihasilkan oleh bola jari-jari R bila dalam bola
terjadi polarisasi seragam.
Penyelesaian
Perhatikan gambar berikut!

r
z

R jari-jari

Bola

Gambar 3.3 Bola Bahan Dielektrik dengan Polarisasi Seragam


ke Arah Sumbu z

Kita dapat memilih sumbu z adalah arah polarisasi. Oleh karena polarisasi
seragam, maka rapat muatan rp sama dengan nol (Anda pasti masih ingat bahwa
rapat muatan volume terjadi bila ada ketidakseragaman polarisasi dalam bahan

dielektrikum) Rapat muatan permukaan sP = P . n^


= P cos θ
Medan yang ditimbulkan oleh rapat muatan P cos θ dapat diturunkan melalui
potensialnya. Perhitungan ini telah kita hitung pada modul 2, hasil yang telah kita
tentukan adalah.
91

P
( )
V (r, θ)=
3 ε0
r cos θ, untuk r ≤ R

P R3
=
( )( )
3 ε0 r3 cos θ, untuk r ≥ R
Karena r cos θ = z, medan listrik di dalam bola

E = – VV

P
=−
( )
3 ε0
z

P
=
( )
3 ε0
untuk r ≤ R

1
= ( p . r )/r 2
Sedangkan untuk titik di luar bola bentuk potensial adalah 4 π ε0 ,

4 3
πR
bentuk ini diperoleh mengingat r = P . 3 . Bentuk potensial ini sama

dengan yang sudah dibicarakan dalam modul 2, sehingga untuk medan listrik E

adalah:

1 P
Edip (r, θ)
=
( 4 πε 0 r 3)( 2 cos θ r^ +sin θ θ^ )

Sehingga bentuk medan listrik baik di dalam maupun di luar bola tersebut adalah
sebagai berikut.
92

Gambar 3.4 Medan Listrik Baik di Dalam Maupun


di Luar Bola yang Memiliki Polarisasi Homogen
93

Contoh
Sebuah bole dielektrik memiliki jari-jari R dengan polarisasi per satuan volume
diberikan oleh persamaan P (r) = kr. Dengan k adalah konstanta dan r vektor
posisi titik ke pusat bola. Tentukan:
a. Besar muatan terikat (bound charges) baik rapat muatan permukaan sP dan
rapat muatan volume rP.
b. Medan di luar dan di dalam bola.

Penyelesaian
a. Rapat muatan permukaan dapat diturunkan dengan rumus sP = P.N = kR. r.r =

kR Rapat muatan volume rP = – ∇ .P, yang dalam koordinat bola ∇ dapat

1∂ 2 1∂ 2 1
(r ) ( r kr ) 3 kr 2
ditulis dalam bentuk r 2 ∂r , sehingga rP =
2
r ∂r = r
2
=–

3k

b. Penurunan medan listrik E dengan menggunakan hukum Gauss.


1 k
ρrr r
Untuk r < R diperoleh E = 3 ε 0 = ε0

Untuk r < R, E = 0, karena muatan total didalam permukaan Gauss dengan

3 3
πR
rapat muatan terikat Q = sp x luas + rp volume = kR.4 πR2 + (-3k) 4 =0

2. VEKTOR PERPINDAHAN DAN HUKUM GAUSS DALAM BAHAN


DIELEKTRIKUM

Pada pembahasan yang telah kita bicarakan telah Anda ketahui efek
polarisasi pada bahan dielektrik menghasilkan akumulasi muatan terikat. Muatan
terikat dapat dibedakan menjadi rapat muatan volume rp dan rapat muatan
94

permukaan sp. Bila dalam bahan dielektrik ditanamkan muatan bebas yang dapat
berupa muatan dalam konduktor, ion yang ditanamkan dalam dielektrik atau apa
saja muatan dalam dielektrik, selain dari muatan terikat akibat polarisasi, maka
muatan total didalam dielektrik menjadi.
r1 = rp + r1 (10)
Bila rapat muatan total tersebut kita masukkan dalam hukum Gauss bentuk
diferensiasi, diperoleh:
e0 ∇ .E = r = - ∇ .P + rf

e0 . E + ∇ .P = rf

∇ . (e0 E + P) = rf

Besar ruas kiri dalam (.) disebut vektor pergeseran listrik D, dengan

D = e0 E + P (11)

Sehingga hukum Gauss dalam bentuk diferensial dapat ditulis

∇ . D = rf (12)

hukum Gauss dalam bentuk integral menjadi

∮ D .da=Q f (13)

Qf adalah muatan bebas yang tercakup dalam permukaan Gauss, yakni

muatan selain muatan terikat yang dihasilkan efek polarisasi.

Contoh
1. Sebuah kawat lurus dan panjang mengandung muatan dengan rapat muatan
(muatan persatuan panjang) l. Kawat tersebut dibalut dengan karet sehingga
membentuk silinder dengan jari-jari R. tentukan rumus untuk perpindahan
dalam susunan tersebut.

Penyelesaian
95

Persoalan kita ini merupakan distribusi muatan yang memiliki simetri


silinder, sehingga dapat kita selesaikan dengan hukum Gauss. Teknik
penyelesaiannya dengan membuat bidang Gauss berupa silinder yang jari-jarinya r
seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar 3.5 Silinder Koaksial dengan Rapat Muatan l dan


Panjang Tak Berhingga

Kita tulis hukum Gauss dalam dielektrik

∮ D.da = q = l1
λ
r^
D.2 π r L = l L, sehingga D 2 π r
Bila persoalannya kita kembangkan smapai menghitung kuat medan listrik
E, maka dapatkan kita pisahkan untuk daerah diluar silinder (r > R) dan daerah di
dalam silinder (r < R)
Untuk r > R kuat medan listrik dapat diturunkan dengan rumus (11) dan
momen dipole persatuan volume (P) sama dengan no, sehingga D = e0E diperoleh

λ
r^
E= 2 πε 0 r Untuk r < R medan listrik tidak dapat ditentukan. Karena kita
tidak memiliki informasi tentang bentuk momen dipole persatuan volume pada
karet pembungkus konduktor tersebut.
96

2. Sebuah lapisan pada bola berongga dengan jari-jari bola bagian dalam R1 dan
jari-jari luar R. lapisan rongga pada bola diisi bahan dielektrik tanpa muatan

k
r^ .k
bebas dengan vektor polarisasi p r adalah konstanta dan r adalah jarak
titik ke pusat bola. Tentukan medan listrik dengan r < R; R1 < r < R, dan r > R2.

Penyelesaian:
Pertama kita turunkan dulu rapat muatan volume dan rapat muatan permukaan,
karena kedua muatan ini muncul dengan adanya polarisasi bahan dielektrik.
1∂ 2 k −k
rp = – ∇ .P = –
2
r ∂r ( )
r = 2
r r

k
~
sp = p. ñ =p. r = R 2 , untuk r = R2

k
= R 1 , untuk r = R1

Setelah kita ketahui kedua rapat muatan di atas, maka kita dapat menurunkan
medan listrik untuk masing-masing daerah di atas.
Untuk r < R1 -- > Q = 0, - - > E = 0

Untuk r > R2 -- > Q = 0, - - > E = 0

Untuk R1 < r < R2, Q = ∮ σ p da+∫ ρ dτ


r π 2π
k −k 2
( 4 π R21 )+ ∫ 2 r dr ∫ sin θ dθ ∫ dθ
R1 R r
=– 1 θ=0 ρ=0

= - 4 πk R1 + 4 πk (r - R1)

k
= - 4 πk r sehingga E = – R 1 r^

Saudara juga dapat menggunakan cara lain sebagai berikut:


97

Untuk r < R1 --> Qf = 0, E = 0

Untuk r > R --> Qf = 0, E = 0

p k
Untuk R1 < r < R2, Q1 = 0 → D = 0, → eE + p = 0 → E = ε = – ε r r^
98

RINGKASAN

1. Momen dipole imbas p dari sebuah atom yang berada dalam medan listrik
adalah:
P=α.E
Α = Polarisabilitas atom
E = medan listrik
2. Molekul polar yaitu molekul yang memiliki momen dipole permanen
Contoh: Molekul air dengan ikatan H-O-H yang membentuk sudut 1050
3. Momen gaya yang dimiliki oleh molekul polar adalah:
N = q (d x E)
q = muatan
d = jarak antara dua muatan
E = medan listrik
4. Muatan imbas dalam bahan dielektrik ada dua macam, yaitu:
a. Rapat muatan terikat volume
r = - (  . P)
b. Rapat muatan terikat muatan
t . p = P . n̂
5. Tenaga potensial bersama sepanjang muatan titik q1 dan qj, adalah
a. D = e0 E + P
b. P = e0 X0 E
6. Hukum Gauss dalam bentuk integral

 D.da  Q f
99

LATIHAN

1. Sebuah bola berjari-jari R terpolarisasi sehingga mengandung momen dipole


sesuai dengan persamaan P = k . r2, k adalah konstanta dan r menyatakan jarak
titik ke pusat bola.
2. Tentukan medan listrik E baik did alam maupun di luar bola pada soal no 1 di
atas.
3. Sebuah atom hidrogen berada di antara dua keping konduktor yang beda
potensialnya 1000 volt. Bla jarak antara dua keping konduktor 1 mm dan jari-
jari Bohr untuk atom hidrogen sama dengan 0,5 amstrong (Å).
4. Dua bahan dipole p1 dan p2 keduanya berjarak r. tentukan momen gaya pada p1
yang disebabkan oleh adanya p2.
5. Polarisasi muatan dalam bahan p adalah nol. Tentukan momen gaya muatan
terikat total dalam bahan dielektrik netral.
6. Sebuah bola berongga jari-jari dalam a dan jari-jari luarnya b, diisi dengan

k

bahan dielektrik yang mengandung polarisasi p = r , dimana k =
2

konstanta, dan r adalah jarak yang ke pusat bola.


a. Tentukan rapat muatan terikat t p, pada r = b
b. Tentukan rapat muatan terikat volume rb
c. Tentukan medan listrik E untuk r < a
d. Tentukan medan listrik E untuk a < r < b
e. Tentukan medan listrik E untuk r > b
7. Sebuah bahan dielektrik berbentuk kubus dengan sisi a dan pusat kubus

merupkaan titik asal 0. Jika polarisasi dalam kubus p = k.r , dengan k =


konstanta.
a. Hitunglah muatan terikat volume total dalam bahan dielektrik.
b. Hitunglah muatan terikat permukaan total t p pada bahan dielektrik
tersebut
8. Apakah yang mempengaruhi muatan terikat total dalam bahan dielektrik.
100

DAFTAR RUJUKAN

Griffith, D.J. 1989. Introduction Ad Electro Dynamics. New Delhi: Prentice Hall
of India.

Milford, F.J., Reitz, J.R. 1993. Dasar Teori Listrik Magnet. Terjemahan oleh Drs.
Suwarno, W.). Bandung: Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai