Anda di halaman 1dari 6

INTERFEROMETER MICHELSON

Muhammad Syarwan1), Asniar2), Rafifah Salsabila Suardi3)


Shahiga Baik Nurhanie4), Tuti Widayana5)
Laboratorium Fisika Modern Universitas Negeri Makassar
e-mail: muhammadsyarwan3@gmail.com.

Abstrak - Telah dilakukan praktikum tentang Interferometer Michelson. Praktikum ini bertujuan untuk
memahami prinsip kerja Interferometer Michelson dan mengukur panjang gelombang laser He Ne. Selanjutnya,
dilakukan pengukuran dm dengan memutar sekrup mikrometer sebanyak 20 frinji (20 pola terang yang
melewati titik acuan), mencatat penunjukkan mikrometer pada posisi ini sebagai d m. Kegiatan ini dilakukan 10
kali (200 kali putaran) dan tiap 20 kali putaran dicatat penunjukkan pada mikrometer dan memiliki NST alat
sebesar 1 µm. Berdasarkan percobaan Interferometer Michelson yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
prinsip dari eksperimen interferometer Michelson yaitu Saat sumber cahaya laser ditembakkan ke arah lensa
cembung, maka cahaya akan difokuskan ke satu titik dan akan mengenai lensa pembagi cahaya (Beam Splitter)
dan akan membuat dua berkas cahaya yang satunya diteruskan ke cermin yag dapat digerakkan (geser) dan
dibelokkan ke cermin yang tidak dapat digerakkkan. Lalu dari dua cermin itu akan terpantul kembali ke Beam
Splitter dan akan terjadi peristiwa interferensi yang akan nampak pada layar interferometer. Pola interferensi
itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah
disatukan tersebut. Dari hasil analisis data diperoleh panjang rata-rata gelombang sebesar λ = | 6,5 ± 0,4 | 𝑥
102 nm dengan persentase kesalahan yaitu sebesar 1,75 % dan dari hasil analisis grafik diperoleh nilai panjang
gelombang sebesar 624,8 nm. Hasil ini memenuhi panjang gelombang sinar laser yang digunakan. Hasil
percobaan yang diperoleh telah hampir sesuai dengan teori yang ada.

Kata kunci : Frinji, Interferensi, Interferometer Michelson, Panjang Gelombang

Absract - Practicum has been done about the Michelson Interferometer. This practice aims to understand the
working principle of the Michelson Interferometer and measure the laser wavelength of HeNe. Furthermore,
measurements of dm were carried out by rotating the micrometer screw of 20 fringes (20 bright patterns that
passed the reference point), noting the appointment of the micrometer at this position as dm. This activity is
carried out 10 times (200 rounds) and every 20 times the rotation is recorded at the micrometer and has an NST
of 1 µm. Based on the Michelson Interferometer experiment, it can be concluded the principle of the Michelson
interferometer experiment is that when the laser light source is fired towards the convex lens, the light will be
focused to one point and will affect the light divider lens (Beam Splitter) and will make two beams of light one
is passed on to the mirror which can be moved (swirled) and deflected into a mirror that cannot be moved.
Then from the two mirrors it will be reflected back to the Beam Splitter and an interference event will occur
which will appear on the interferometer screen. The interference pattern occurs because of the difference in the
length of the path taken by the two bundles of light that has been put together. From the results of the data
analysis, the average length of the wave is obtained λ = | 644 ± 27 | nm with an error percentage of 1,75% and
from the results of graph analysis obtained wavelength values of 624.8 nm. These results meet the wavelength
of the laser beam used. The experimental results obtained are almost in accordance with existing theories.

Key Word : Frinji, Interference, Michelson Interferometer, Wavelength

PENDAHULUAN
Interferometer Michelson adalah instrumen optik presisi tinggi dan fleksibilitas. Ini
umumnya digunakan dalam penyelidikan yang melibatkan perubahan kecil dalam panjang jalur
optik. Dengan interferometer Michelson, seseorang dapat menghasilkan pinggiran melingkar dan
garis lurus dari kedua cahaya monokromatik dan cahaya putih. Satu dapat menggunakan pinggiran
untuk membuat perbandingan yang akurat dari panjang gelombang, mengukur indeks bias gas dan

1
padatan transparan, dan menentukan panjang perubahan kecil cukup tepat. Instrumen ini dapat
digunakan sebagai modus stabil memilih elemen resonator dalam rongga laser serta.
Interferensi ialah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu
pada satu titik ruang. Fenomena interferensi selalu berkaitan dengan teori gelombang cahaya. Pada
hakekatnya cahaya mempunyai besaran amplitudo, panjang gelombang, fase serta kecepatan. Apabila
cahaya melewati suatu medium maka kecepatannya akan mengalami perubahan. Jika perubahan
tersebut diukur, maka dapat di peroleh informasi tentang keadaan objek/medium yang bersangkutan
misal indeks bias, tebal medium dari bahan yang dilewatinya dan panjang gelombang sumbernya.
Berkas cahaya pada hakikatnya merupakan osilasi gelombang dari medan listrik dan medan
magnet. Bila dua atau lebih berkas cahaya bertemu, kedua medan tersebut akan bergabung menurut
prinsip superposisi, sehingga teramati pola interferensi. Untuk mendapatkan pola interferensi ada
berbagai metode dan pada percobaan ini kita akan menggunakan metode interforemeter Michelson,
yang dikembangkan oleh A.A. Michelson pada tahun 1881 menggunakan prinsip membagi
amplitudo gelombang cahaya menjadi dua bagian yang berintensitas sama. Pembelahan amplitudo
gelombang menjadi dua bagian dilakukan dengan menggunakan pemecah sinar (beam splitter).
Dalam penelitian ini yang diamati adalah perubahan pola dan jumlah frinji interferensi pada
Interferometer Michelson, sehingga dari perubahan pola frinji tersebut dapat dihitung nilai Panjang
gelombang laser aligment bench. Manfaat dari penelitian ini mahasiswa dapat menambah wawasan
mengenai fenomena fisis dari interferensi dan prinsip kerja Interferometer Michelson dan
kedepannya mahasiswa dapat melakukan percobaan ini dengan sendirinya.
Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip kerja Interferometer Michelson dan
mengukur panjang gelombang laser He-Ne. Prinsip dari percobaan interferometer Michelson yang
telah dilakukan yaitu seberkas cahaya monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga
masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan
kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi
berkas tersebut. Percobaan ini menjadi penting karena dapat diperoleh pengetahuan tentang
pengalaman Michelson dalam pencariannya tentang makhluk bernama eter.

METODE EKSPERIMEN
Eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan serangkaian alat interferometer, sumber
sinar laser, dan laser aligment bench, yang disusun seperti pada Gambar 1 di bawah ini:

layar

laser L1 (f = 5 mm)

M1

L2 (f = 50 mm) PB

M2

Perangkat
mikrometer

reducer

Gambar 1. Skema Skema rangkaian Interferometer Michelson.

2
Untuk tujuan pertama memahami prinsip kerja Interferometer Michelson, maka pada pada
percobaan ini akan dilakukan dengan menggunakan prinsip kerja interferometer Michelson yaitu
seberkas cahaya laser menumbuk beam spilitter. Beam splitter ini berfungsi memecah berkas
sehinggan 50 % cahaya yang jatuh padanya dipantulkan dan 50% sisanya diteruskan . berkas cahaya
pantul tersebut bergerak menuju cermin yang dapat disetel (M2) dan berkas cahaya yang diteruskan
bergerak menuju cermin bergerak (M1). Kedua cermin bergerak (M1) dan cermin yang dapat disetel
(M2) kemudian memantulkan kembali berkas-berkas cahaya tersebut ke beam splitter. Setengah dari
masing-masing berkas cahaya pantul dari M1 dan M2 , kemudian diteruskan ke viewing screen dan
teramati pola lingkaran gelap-terang-gelap-terang konsentris.Pola interferensi itu terjadi karena
adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah
disatukan tersebut. Jika panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah
pola-pola frinji. Jarak lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke
layar. Bila pergeseran beda panjang lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi
interferensi konstruktif yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh l/4 yang
sama artinya dengan berkas menempuh lintasan l/2 maka akan terlihat pola gelap.

Tujuan kedua menghitung panjang gelombang menggunakan persamaan:


2𝑑𝑚
=
𝑁

Keterangan :
 : Panjang Gelombang (nm)
2𝑑𝑚 : Panjang Pergeseran cermin (m)
N : Jumlah Frinji

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
5
Nst mikrometer: 5 = 1 µm
1
∆𝑥 = 2 NST
∆𝑥 = 0,5 µ𝑚

TABEL 1. Hubungan antara Jumlah Frinji (N) dengan Pergeseran Cermin (dm)
No N dm (x 103 nm)  (𝑛𝑚) ∆ (𝑛𝑚)
1 20 │7,0 ±0,5│ 700 50
2 40 │13,5 ±0,5│ 675 25
3 60 │19,5 ±0.5│ 650 16,666
4 80 │25,5 ±0,5│ 637,5 12,5
5 100 │32,5 ±0,5│ 640 10
6 120 │36,5 ±0,5│ 633 8,3289
7 140 │44,5 ±0,5│ 636 7,14606
8 160 │50,0 ±0,5│ 631 6,2673
9 180 │57,0 ±0,5│ 633 5,5526
10 200 │62,5 ±0,5│ 635 5

3
Dari data hasil pengamatan diatas, digunakan analisis untuk mencari nilai panjang
gelombang rata-rata sehingga diperoleh nilai untuk Panjang gelombang rata-rata yaitu | 6,5 ± 0,4 | x
102 nm. Analisis panjang gelombang rata-rata yang kami gunakan dapat dilihat pada laporan
eksperimen yang telah kami buat. Dari data diatas dilakukan plot grafik nilai panjang gelombang
rata-rata sebagai berikut:

80
60 y = 0.3124x + 0.7333
R² = 0.9999
dm (103 nm)

40
20
0
0 50 100 150 200 250
N

Grafik 1.1. Hubungan antara jumlah frinji dengan jarak


Dengan menggunakan analisis data yang dapat dilihat pada laporan eksperimen kami
didapatkan nilai panjang gelombang dari analisis grafik yaitu 624,8 nm.
Pembahasan
Berdasarkan eksperimen interferometer Michelson ini yang bertujuan untuk memahami
prinsip kerja interferometer Michelson dan mengukur panjang gelombang sumber cahaya yang
digunakan dalam percobaan. Dalam eksperimen ini dapat terlihat banyaknya frinji yang terbentuk.
Saat sumber cahaya laser ditembakkan ke arah lensa cembung, maka cahaya akan difokuskan
ke satu titik dan akan mengenai lensa pembagi cahaya (Beam Splitter) dan akan membuat dua berkas
cahaya yang satunya diteruskan ke cermin yag dapat digerakkan (geser) dan dibelokkan ke cermin
yang tidak dapat digerakkkan. Lalu dari dua cermin itu akan terpantul kembali ke Beam Splitter dan
akan terjadi peristiwa interferensi yang akan nampak pada layar interferometer.

Pola interferensi yang dibentuk pada layar ada dua jenis yaitu pola konstruktif dan
desktruktif. Pola interferensi konstruktif ialah pola yang terjadi apabial dua gelombang cahaya yang
menyatu tidak memiliki beda amplitudo, atau masing-masing memiliki amplitudo yang sama dari 0ᵒ
hingga 360ᵒ. Sedangkan pola interferensi desktruktif terbentuk apabila dua gelombang cahaya yang
menyatu memiliki beda amplitudo 180ᵒ atau kelipatannya. Pola terang pada gambar di atas adalah
layar (screen) berbentuk lingkaran putih (warna bergantung pada sumber cahaya laser yang
digunakan), dan pola gelap ialah yang berwarna hitam berbentuk lingkaran
Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh, maka hasil panjang gelombang rata-rata yang
diperoleh sebesar 643,99 nm, hasil ini dibandingkan dengan nilai panjang gelombang He-Ne secara
teori yang besarnya 632,9 nm dan diperoleh persentasi perbedaan sebesar 1,288%. Hal ini sesuai
dengan teori dimana panjang gelombang yang diperoleh mendekati hasil panjang gelombang secara

4
teori karena kesalahan yang diperoleh tidak terlalu besar. Adapun perbedaan nilai secara teori dan
praktikum dikarenakan praktikkan yang kurang teliti dalam pengambilan data atau. terlalu cepat
berubah pola gelap-terang-gelap pada saat memutar mikrometer sehingga kurang teramati
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Prinsip kerja dari percobaan interferometer Michelson yaitu Saat sumber cahaya laser
ditembakkan ke arah lensa cembung, maka cahaya akan difokuskan ke satu titik dan akan
mengenai lensa pembagi cahaya (Beam Splitter) dan akan membuat dua berkas cahaya yang
satunya diteruskan ke cermin yag dapat digerakkan (geser) dan dibelokkan ke cermin yang tidak
dapat digerakkkan. Lalu dari dua cermin itu akan terpantul kembali ke Beam Splitter dan akan
terjadi peristiwa interferensi yang akan nampak pada layar interferometer.
2. Untuk menentukan panjang gelombang dalam percobaan Interferometer Michelson ialah dengan
menggunakan rumus :
2𝑑𝑚
=
𝑁
Berdasarkan hasil analisis diperoleh panjang gelombang laser He-Ne secara praktikum di
peroleh sebesar panjang gelombang rata-rata sebesar λ = |644 ± 27|𝑛𝑚 dengan persentase
kesalahan yaitu sebesar 1,75%.

5
DAFTAR PUSTAKA
[1] Subaer, & Yusuf, A., M. 2015. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika 1, Unit Laboratorium
Fisika Modern Jurusan Fisika UNM, pp. 3 – 5.
[2] Zauki, Muh. 2018. Modul Percobaan Interferometer Michelson, Unit Laboratorium Fisika
Modern Jurusan Fisika UNM, pp. 1-4.

Anda mungkin juga menyukai