Anda di halaman 1dari 4

JURNAL PRAKTIKUM OPTIKA MODERN Vol. 1, No.

3, (2015) 1-4

Analisis Pola Difraksi Cahaya Pada Celah Tunggal


AbstrakTelah dilakukan percobaan dengan judul analisis
pola difraksi cahaya pada celah tunggal. Dari percobaan ini

eksitasi atom-atom (molekul-molekul, ion-ion, elektronlektron semikonduktor) yang ada di dalam medium laser dari

Aloysius Niko, Faridawati, Sudarsono


Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: Aloysius.niko12@mhs.physics.its.ac.id
memiliki tujuan untuk mengetahui peristiwa difraksi pada celah
tunggal dan menentukan lebar celah. Peralatan yang digunakan
dalam percobaan ini antara lain yaitu laser He-Ne, Lensa, Statip,
silet, layar, dan penggaris. Percobaan ini dilakukan dengan laser,
lensa dan celah disusun secara sejajar. Laser diarahkan ke celah
tunggal yang dibuat dari silet yang dibagi dua lalu bagian tipis
disusun menjadi celah tipis. Diarahkan sampai menghasilkan
bayangan garis dengan pola gelap-terang secara sempurna
sehingga mudah diamati dan diukur. Percobaan dilakukan
dengan melakukan variasi terhadap jarak objek ke layar.
Kesimpulan dalam percobaan ini adalah hasil pelenturan
gelombang cahaya melalui sebuah celah sempit yang
mengakibatkan adanya pola gelombang yang lebih terang
(interferensi maksimum) dan keadaan yang gelap (interferensi
minimum). Dalam percobaan ini didapatkan lebar celah tunggal
yang digunakan sebesar 0,073 mm.
Kata Kuncicelah tunggal, difraksi, laser

I. PENDAHULUAN

D
i akhir tahun 1940-an dan sekali lagi di awal tahun 1960-an,
fisika kuantum membuat dua konstribusi yang sangat besar
kepada teknologi, yakni transistor dan laser. Laser memimpin
jalan ke arah bidang baru yang kadang-kadang dinamakan
fotonik (photonics) yang membahas interaksi (pada tingkat
kuantum) antara foton dan bahan yang besar[2].
Foton adalah sebuah partikel dasar (yang artinya sebuah
partikel yang tidak bisa diuraikan lagi). Foton dikenal juga
sebagai unit terkecil dalam bidang elektromagnetik, yang
menarik dari foton adalah ia mempunyai ciri gelombang dan
juga mempunyai ciri partikel. Artinya, foton bisa dibiaskan
oleh lensa, bisa berinterferensi dengan gelombang lain, dan
dia juga bisa diteksi ketika dianalisis sebagai sebuah partikel.
Dengan demikian, foton juga memiliki sifat dualisme seperti
halnya cahaya[1].
Foton dapat terjadi dalam medan elektromagnetik, pada
rangkaian optik tertutup. Medan yang terksitasi dalam cahaya
adalah terbatas, sehingga diskret. Setiap foton akan memiliki
distribusi spasial dalam sinar yang proposional[4].
Laser (Light Amplification by the Stimulated Emission
of Radiation) merupakan alat yang dapat memancarkan
cahaya (gelombang radioelektromagnetik) pada daerah
infrared, visible atau ultraviolet. Cahaya yang dipancarkan
oleh laser dihasilkan dari stimulasi emisi radiasi dari medium
yang ada di laser, emisi radiasi tersebut dikuatkan sehingga
menghasilkan cahaya yang mempunyai sifat monokromatis
(tunggal/hanya satu), koheren, terarah dan brightness (sifat
kecerahan tinggi).
Proses pembentukan laser dimulai dengan proses
pemompaan yang menyebabakan inversi polulasi pada

tingkat energi rendah menuju ke tingkat energi tinggi (level


energi mekanika kuantum). Setelah itu atom-atom akan
kembali menuju tingkat energi semula dengan memancarkan
foton. Kemudian foton-foton tersebut bergerak ke kanan dan
dipantulkan oleh cermin (R=100%) kemudian bergerak ke kiri
dan dipantulkan kembali oleh cermin (R=80%), begitu
seterusnya berjalan bolak-balik membentuk osilasi. Karena
osilasi foton-foton yang terus menerus sehingga
mengeluarkan foton yang sangat kuat yang menjadi cahaya
keluaran laser[4].
Apabila berkas sinar laser dengan panjang gelombang
yang dilewatkan pada sebuah celah sempit dengan lebar f
akan mengalami difraksi. Pola difraksi ini dapat dilihat pada
layar atau diukur dengan sensor cahaya. Jika antara c dengan
layar jauh lebih besar dari pada lebar celah maka berkas yang
sampai di layar dapat dianggap paralel.
Difraksi gelombang setelah melewati celah sempit, kedua
celah seolah-olah menyebarkan riak-riak gelombang cahaya
hal ini berfungsi sebagai sumber getaran yang lalu
menimbulkan pola sebaran gelombang menyebar (divergen).
Gelombang yang melewati ke-2 celah sempit ini menyebar
dan menempuh jarak yang sama hingga mencapai satu fase.
Saat di mana dari suatu gelombang tiba pada saat yang sama
dengan puncak gelombang yang lain. Amplitudo kedua
gelombang bergabung untuk membentuk amplitudo yang
lebih besar sama dengan interferensi ini dinamakan
interferensi konstruktif.

Gambar 1.1 Difraksi Celah Tunggal

Difraksi cahaya atau lenturan cahaya dapat terjadi karena


pembelokkan arah rambat cahaya oleh suatu penghalang.
Penghalang yang dipergunakan biasanya berupa kisi, yaitu
celah sempit. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang
semakin besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens.
Pada mekanika kuantum, eksperimen celah ganda yang
dilakukan oleh Thomas Young menunjukkan sifat yang tidak
terpisahkan dari cahaya sebagai gelombang dan partikel.
Sebuah sumber cahaya koheren yang menyinari bidang
halangan dengan dua celah akan membentuk pola interferensi
gelombang berupa pita cahaya yang terang dan gelap pada

JURNAL PRAKTIKUM OPTIKA MODERN Vol. 1, No. 3, (2015) 1-4


2
bidang pengamatan, walaupun demikian, pada bidang
Dimana :
pengamatan, cahaya ditemukan terserap sebagai partikel
L = jarak sumber ke layar
diskrit yang disebut foton[1].
P = jarak terang/gelap ke pusat pertama
Untuk memepermudah pemahaman mengenai langkah
II. METODOLOGI PERCOBAAN
kerja pada percobaan interferensi celah tunggal ini, maka
dibuatlah flowchart sebagai berikut :
A. Metodologi Percobaan
Dalam percobaan ini alat dan bahan yang digunakan antara
laser He-Ne, statip, lensa, silet, layar dan penggaris seperti
pada gambar 2.1. Percobaan dilakukan dengan langkah awal
yaitu menyusun rangkaian seperti pada gambar 2.2. Setelah
peralatan sudah dipasang dengan sejajar, kemudian dibuat
celah tunggal dari silet yang telah dibagi 2 bagian lalu bagian
tepi silet yang tipis disusun sejajar membentuk celah. Lalu
power supply dinyalakan untuk menghidupkan laser He-Ne.
Setelah itu laser diarahkan ke celah tunggal yang ditaruh di
statip sampai menghasilkan pola garis gelap terang secara

START

Peralatan dirangkai sesuai gambar 2.2

Sumber tegangan dinyalakan

Pembuatan celah tunggal dengan silet

Celah tunggal diatur posisinya

sempurna agar dapat dilakukan pengamatan dan pengukuran.


(a)

(b)

Gambar 2.1. (a) laser He-Ne dan power supply (b) statip

Bayangan pada layar diamati


Ganti jarak ke layar
Diukur jarak terang/gelap ke pusat

Data dicatat
?

Gambar 2.2 Rangkaian Percobaan

FINISH

B. Metodologi Pengolahan Data


Pada percobaan ini, didapatkan data berupa jarak sumber ke
layar dan jarak terang atau gelap ke pusat. Setelah
mendapatkan data dari percobaan selanjutnya data diolah
untuk mendapatkan jarak antar celah.. Setelah itu dihitung
nilai jarak antar celah (d) dengan menggunakan persamaan
berikut ini :

pd
1
= m+
l
2

( )

Gambar 2.3 Flowchart Percobaan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah dilakukan percobaan analisis interferensi celah
ganda, maka didapatkan nilai jarak terang atau gelap ke pusat.
Data disajikan dalam tabel berikut ini.

(2.1)

Tabel 3.1 Data percobaan celah tunggal


jarak (m)

orde 1 (m)

orde 2 (m)

orde 3 (m)

JURNAL PRAKTIKUM OPTIKA MODERN Vol. 1, No. 3, (2015) 1-4


Kanan

kiri

kanan

kiri

kanan

kiri

0,009

0,008

0,007

0,006

0,007

0,006

0,015

0,015

0,013

0,013

0,01

0,01

0,024

0,024

0,017

0,017

0,016

0,016

0,034

0,034

0,024

0,024

0,023

0,023

Berdasarkan tabel 3.1 jarak pola gelap terang antar orde


jika semakin besar jarak ke layar maka semakin besar pula
besar jarak pola gelap terang ke pusatnya. Hal ini tentu sesuai
dengan teori pada persamaan 2.1. di mana keduanya
sebanding. Dan juga besar pola yang dihasilkan pada layar
juga semakin besar.
Setelah mendapatkan data percobaan maka dilakukan
perhitungan untuk mencari lebar celah yang digunakan
dengan persamaan 2.1
Contoh :
Diketahui : = panjang gelombang sumber (633 nm)
L = 1m
P = 0.007
Dengan persamaan 2.1

pd
1
= m+
l
2

( )

Maka
Nilai d = 0.059 mm
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3.2 Hasil perhitungan celah tunggal
d orde 2 ke 1 (mm)

d orde 3 ke 1 (mm)

kanan

kiri

kanan

kiri

0,059344

0,067821

0,068804

0,079125

0,067821

0,067821

0,083289

0,083289

0,069476

0,069476

0,083289

0,083289

0,065483

0,065483

0,078148

0,078148

Dalam percobaan ini didapatkan lebar celah tunggal yang


digunakan dalam percobaan ini yaitu rata rata sebesar 0,073
mm. Dapat dilihat pula bawa baik dilihat dari sisi kiri maupun
kanan, nilai lebar celah sama, artinya bahwa presisi percobaan
ini tepat dan akurat. Berikut adalah gambar hasil percobaan

Gambar 3.1 Pola pada jarak 1 meter

Gambar 3.4 Pola pada jarak 4 meter

Pada gambar 3.1 sampai 3.4 terlihat bahwa pola gelap


terang sesuai variasi jarak ke layar terlihat jelas bahwa pola
yang dihasilkan akan semakin besar. Sehingga jarak subjek ke
layar dapat mempengaruhi lebar celahnya. Pada percobaan ini
terjadi inteferensi celah tunggal. Di sini gelombang baru yang
terbentuk setelah melewati celah akan mengalami penguatan
dan pelemahan intensitas cahaya sehingga menghasilkan
keadaan yang lebih terang (interferensi maksimum) dan
keadaan yang gelap (interferensi minimum). Pada interferensi
ini syaratnya adalah sumber cahaya bersifat koheren sehingga
digunakanlah laser helium-neon ini yang memiliki sifat
koheren. Koheren disini memiliki artian sumber cahaya atau
lebih yang memiliki frekuensi, amplitudo beda fase yang tetap
sehingga dapat menghasilkan pola-gelap terang. Bila dilihat
pula antara terang pusat dan terang berikutnya semakin lama
semakin pudar hal ini karena intensitasnya semakin lama
semakin berkurang.
Sekilas kejadian fisis dalam percobaan. Ketika arus dan
tegangan datang dan menumbuk atom atom dalam
rangkaian laser, maka atom tersebut akan memiliki energi
yang berlebih dari energi dasarnya ke tingkat yang lebih
tinggi. Dari tingkat energi tersebut, atom atom meluruh ke
keadaan metamantap ( umur rata rata relatif lebih lama dari
peluruhan karena pancaran spontan). Peluruhan yang terjadi
secara cepat ini akan menimbulkan laser,

Gambar 3.2 Pola pada jarak 2 meter


Gambar 3.3 Pola pada jarak 3 meter

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah difraksi celah
tunggal adalah hasil pelenturan gelombang cahaya melalui

JURNAL PRAKTIKUM OPTIKA MODERN Vol. 1, No. 3, (2015) 1-4


sebuah celah sempit yang mengakibatkan adanya pola
gelombang yang lebih terang (interferensi maksimum) dan
keadaan yang gelap (interferensi minimum). Dalam percobaan
ini didapatkan lebar celah tunggal yang digunakan sebesar
0,073 mm.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing Ibu Farida dan Bapak Sudarsono yang telah
membantu dan membimbing kami dalam percobaan ini..
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih juga kepada
teman-teman satu kelompok praktikum ddalam percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Halliday, David. 1999. Fisika Modern. Penerbit Erlangga, Bandung.
[2] Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. UI Press, Jakarta.
[3] Sunarno, Hasto.1986.Deteksi Cahaya. ITS Press,Surabaya
[4] Urone, Paul P.2001.College Physics. Brooks/Cole Thomson Learning,
USA

Anda mungkin juga menyukai