Anda di halaman 1dari 10

Pengukuran Panjang Gelombang Laser He-Ne Menggunakan Interferometer

Michelson
Isnaini Yuliningtyas1*, Muhammad Ariq Rifqi1, Muhammad Falih Bastanjar Alfad1, Silvia
Nurlaili Agustina1
1
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahua Alam, Universitas Negeri
Malang, Jalan Semarang No. 5, Sumbersari, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur,
Indonesia, 65145
author:*isnaini.yulianingtyas.1903226@students.um.ac.id
Abstrak : Interferometer Michelson merupakan salah satu instrumen yang mempunyai
pengaruh sangat besar pada fisika modern. Pada interferometer ini menggunakan peralatan
yang memenfaatkan interferensi cahaya. Pada praktikum ini, digunakan cahaya monoatomik
yang dipisahkan menjadi dua berkas dan kemudian dipadukan. Untuk pengambilan data
diperoleh dari perbedaan kedua jarak tempuh antara antara keduanya. Alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam percobaan ini adalah skema interferometer Michelson, Laser He-Ne, dan
layar. Pada layar putih/kertas akan terbentuk frinji interferensi sehingga terdapat pola terang-
gelap-terang dengan pusat frinji yaitu terang. Pada percobaan tersebut kami mendapatkan
hasil bahwa panjang gelombang laser He-Ne adalah (670 ± 0,0 ¿ nm dengan ralat relative
sebesar 0% dan ralat akurasi sebesar 88% .
Kata Kunci: interfensi, cahaya, laser
Abstract : The Michelson interferometer is one instrument that has had a profound influence
on modern physics. In this interferometer using equipment that takes advantage of light
interference. In this practicum, a monatomic light is used which is separated into two beams
and then combined. For data retrieval, it is obtained from the difference between the two
distances between the two. The tools and materials needed in this experiment are a Michelson
interferometer scheme, a He-Ne laser, and a screen. In this experiment we get the results that
the He-Ne laser wavelength is (670 ± 0.0) nm with a relative error of 0% and an error of
accuracy of 88%.
Key words : interference, light, laser
Pendahuluan antara keduanya. Adanya perbedaan antara
Kata interfensi selalu berhubungan dengan dua fase gelombang tersebut disebabkan
gelombang cahaya. Interfensi adalah oleh perbedaan panjang lintasan yang
penggabungan interfensi dua gelombang dialami kedua gelombang. Apabila cahaya
atau lebih yang bertemu dalam satu ruang. melewati suatu medium, maka
Apabila dua gelombang yang frekuensi kecepatannya akan berubah. Saat kita
dan panjang gelombangnya sama, maka mendapat perubahan tersebut, maka dapat
gelombang yang dihasilkan yaitu diperoleh indeks bias, tebal medium, dan
amplitudonya bergatung pada beda fase panjang gelombangnya[1].
Untuk mengukur panjang yang tepat didapat dari pergerakan cermin
gelombang bisa menggunakan cara pada Interferometer dan menghitung frinji
interfensi. Salah satu metode yang dipakai yang bergerak (dengan acuan adalah titik
untuk interfensi adalah Interferometer pusat)[1]. Dari hal tersebut, dapat
Michelson, Feby Perot, dan Twymen diperoleh:
Green. Yang akan kita bahas kali ini ΔNλ
Δd =
2
adalah Interferometer Michelson.
Interferometer Michelson adalah alat yang
paling umum yang digunakan untuk
mengukur pola interfensi pada bidang
optic. Pada tahun 1811, Michelson
memakai prinsip membagi amplitudo
menjadi dua. Pembagian amplitudo
tersebut menggunakan pemecah sinar atau
Gambar 1. Skema Interferometer
biasa disebut dengan beam splitter.
Michelson
Manfaat dari penelitian Michelson adalah
Tujuan
lebih mengetahui tentang interfensi dan
Dalam Percoaan Interferometer
memperdalam tentang Interfensi
Michelson diharapkan dapat memahami
Michelson itu sendiri. Pengukuran jarak
cara kerja interferometer Michelson.
yang tepat bisa diperoleh dengan
Selain itu, percobaan ini dilakukan untuk
Interferometer Michelson dengan
menentukan panjang gelombang dari sinar
menghitung frinji interferensi dengan titik
laser He-Ne.
pusat sebagai acuannya[2].
Dasar Teori
Panjang lintasan optik merupakan
1. Laser
hasil perkalian ndeks bias dengan panjang Laser merupakan singkatan dari Light
geometri. Pada interferomater Michelson, Amplification by Stimulated Emission of
panjang lintasan optik dapat dituliskan Radiation, yang artinya penguatan cahaya
sebagai panjang cahaya bergerak sehingga dengan rangsangan pancaran radiasi[3].
bisa diproyeksikan. Panjang lintasan optik Laser merupakan suatu mekanisme alat
bisa berbeda apabila diberi lapisan tipis. dalam memancarkan energy dalam bentuk
Hal tersebut dikarenakan terdapat indeks radiasi elektromagnetik[2].
bias yang berbeda pada lapisan tipis Syarat terbentuknya laser adalah
hingga menyebabkan panjang lintasan sumber cahaya yang monokromatis dan
optiknya lebih panjang Pengukuran jarak
koheren. Laser mempunyai sifat-sifat yang membangun dan ada yang bersifat
tidak dimiliki oleh sumber cahaya lain. merusak. Interferensi yang bersifat
Sifat-sifat khas laser antara lain membangun merupakan interferensi antar
kesearahan, intensitas,monokromatis, dan dua gelombang atau lebih dengan beda
koherensi[4]. fasenya nol. Sehingga, amplitudo antar
Dalam konsep cara kerja laser, dapat gelombang-gelombang tersebut akan
dikatakan bahwa laser merupakan berkas mengalami penjumlahan hingga dihasilkan
cahaya yang memancarkan Panjang amplitudo akhir yang nilainya lebih besar
gelombang yang diidentifikasikan sebagai dari amplitudo awal. Selanjutnya untuk
frekuensi sama dan beda fase yang interferensi yang bersifat merusak terjadi
konstan. Sifat tersebut merupakan sifat ketika beda fase antar dua gelombang atau
dari koheren. lebih sebesar 180°. Interferensi tersebut
Dalam membuat cahaya yang koheren akan menyebabkan amplitudo-amplitudo
perlu dilakukan pengontrolan terhadap yang dimiliki oleh masing-masing
kemurnian berkas, ukuran hingga gelombang akan saling memusnahkan.
bentuknya. Ketika laser memancarkan Sehingga hasil akhir yang didapatkan
radiasinya, maka laser akan melakukan berupa amplitudo yang lebih kecil
relaksasi elektro. Proses tersebut daripada amplitudo terkecilnya[1].
merupakan proses dimana foton akan Interferometer Michelson merupakan
dilepaskan. Yang membedakan pancaran suatu piranti yang dapat menghasilkan
foton pada laser dengan cahaya lampu interferensi pada gelombang cahaya yang
pada umumnya yaitu arah berkasnya. dicetuskan oleh Albert Abraham
Dimana pada laser arah berkasnya dijaga Michelson. Prinsip dari interferometer
agar sejajar. Namun pada cahaya lampu Michelson yaitu dengan membagi dua
pada umumnya arah berkasnya adalah buah gelombang cahaya datang dengan
memancar kesegala arah dan tidak sejajar. menggunakan beam splitter kemudian
Berkas laser sebelum dipancarkan keluar dipertemukan kembali kedua gelombang
akan mengalami yang namanya resonasi. cahaya tersebut. Apabila jarak antar beam
Dimana resonasi terdapat pada resonator splitter dengan pemantul adalah sama,
yang berupa lensa atau cermin[3]. maka akan menghasilkan beda lintasan
2. Interferometer Michelson yang sama dengan nol. Hal lain tentunya
Interferensi merupakan suatu interaksi berbeda ketika salah satu cermin jaraknya
antar dua buah gelombang ataupun lebih, berbeda[2].
Dimana interferensi ada yang bersifat
Kita ambil contoh untuk salah satu Pergeseran M2 ke belakang atau ke
cermin dimundurkan, maka akan depan sama akibatnya. Karena cahaya dua
menghasilkan pola frinji yang lebih rapat kali (bolak-balik) melalui lapisan udara
daripada jarak antar cermin adalah sama. yang sama, berarti cermin M2 telah
Panjang lintasan optik merupakan mundur sejauh setengah panjang
hasil perkalian antara indeks bias dengan gelombang ke M2’[5].
panjang geometri. Pada interferomater Dengan demikian besarnya S adalah:
Michelson, panjang lintasan optik dapat S=nλ
diidentifikasikan sebagai panjang cahaya dimana n = jumlah perubahan cincin
bergerak hingga dapat diproyeksikan. terang gelap-terang (gelap-
Cahaya dari sebuah laser dijatuhkan terang-gelap) di pusat
pada cermin separuh mengkilat M. Cermin lingkaran,
tersebut memiliki lapisan perak yang  = panjang gelombang LASER
tebalnya hanya cukup untuk memantulkan S = 2M2’-M2
sebagian cahaya yang datang dan sebagian = perubahan panjang lintasan
diteruskan lagi. cahaya.
Di M, cahaya terbagi menjadi dua Dengan demikian,
bagian, sebagian ditransmisikan menuju 2|M ' 2−M 2|
λ=
cermin M2 dan sebagian lagi dipantulkan n
menuju cermin M1. Oleh M1 dan M2, Metode Percobaan
cahaya tersebut dipantulkan kembali ke Percobaan ini termasuk jenis
arah M kemudian diteruskan/dipantulkan penelitian dengan menggunakan alat dan
ke layar. Karena keduanya berasal dari bahan sederhana yang sudah tersedia di
satu sumber yaitu laser, maka keduanya laboratorium fisika universitas negeri
merupakan sinar koheren dan dapat malang. Adapun bahan yang digunakan
berinterferensi. adalah skema interferometer Michelson,
Andaikan mula-mula pusat dari pola laser He-Ne, layar.
garis interferensi yang terjadi di layar Percobaan ini, sudah disediakan
kelihatan terang, bila M2 digeser satu set percobaan Interferometer
sedemikian rupa ke M2’ sehingga cincin Michelson yang terdiri dari laser He-Ne,
terang berubah ke terang berikutnya, maka dan layar putih/ kertas. Cahaya laser He-
lintasan cahaya yang menumbuk M2 telah Ne diletakkan sejajar dengan set peralatan
bergeser sejauh satu panjang gelombang interferometer michelson. Setelah sinar
atau sejauh S.
laser dinyalakan, maka sinar akan terang)
melewati cermin setengah mengkilat. 1 0 1 3
2 0 2 6
Pada hal ini sinar akan dibelokkan
3 0 3 9
ke cermin M2 dan diteruskan ke cermin 4 0 4 12
M2’. Selanjutnya oleh cermin M2 sinar 5 0 5 15

dipantulkan dan menuju cermin setengah 2. Analisis data


mengkilat lalu diteruskan sampai sinar
Dalam menganalisis data percobaan
terbentuk di layar . Oleh cermin M2’ sinar
digunakan metode ralat kuadrat terkecil.
dipantulkan dan menuju cermin setengah
Hal ini dilakukan agar mengetahui
mengkilat lalu dibelokkan sampai sinar
hubungan antara posisi M2’ dan jumlah
terbentuk dilayar putih/kertas.
gelombong yang dihasilkan. Metode
Pada layar putih/kertas akan
kuadrat terkecil didefinisikan :
terbentuk frinji interferensi sehingga
y = a + bx ;
terdapat pola terang-gelap-terang dengan
pusat frinji yaitu terang. Dimana :

Dengan memvariasi varnier maka Ʃy Ʃx2 − ƩxƩxy b= nƩxy − ƩxƩy


a= ;
n Ʃx2 −¿ ¿ n Ʃx 2−¿¿
akan diperoleh posisi M2’ dan indeks
Dengan nilai ralat grafik :
biasnya. Percobaan ini mengambil data
dengan variasi posisi M2 sebanyak 5 kali. Ʃx 2 ( Ʃy )2−2 ƩxƩxyƩy +n( Ʃxy )2
Sy=

;
1

n−2
2
Ʃy −
[ n Ʃx2−( Ʃx )2 ]
Dimana :

Ʃx 2
Sa=Sy
√ n Ʃx2−¿¿
¿;

Gambar 2. Skema Set Alat Percobaan


Sb=Sy
√ n Ʃx2 −¿ ¿
¿

Analisis dari persamaan :


Interferometer Michelson
Hasil Percobaan S = nλ

1. Data pengamatan dimana S = 2 [M2’ - M2],


No Posisi Posisi n (terang-
2[M 2’−M 2]
. M2 M2' gelap- sehingga λ= ;
n
dari hasil percobaan nilai M2 = 0; Sλ
X 100 %=0 % sehingga dapat
λ
Maka :
disimpulkan nilai panjang gelombang leser
2[M 2’ ] He-Ne yang digunakan pada percobaan
λ= atau 2 [M2’] = λn
n interferometer michelson adalah (670

Dengan menggunakan prinsip garis linier : ± 0,0 ¿ nm dengan ralat relatif sebesar 0%
dan ralat akurasi
y = a + bx,
λpercobaan 670
×100 %= ×100 %=88 %.
maka, λteori 760

y = 2 [M2’] a = 0, b = λ, dan x = n Pada percobaan kali ini kami sudah


mendapatkan ralat relatif sebesar 0% tetapi
Grafik hubungan 2[M2'] dengan n kami juga mendapatkan ralat akurasi yang
25
lumayan bagus yaitu 88%, mungkin kami
20
f(x) = 0.67 x melakukan kesalahan saat perhitungan
15 R² = 1
data ataupun pembacaan data.
n

10

5 Penutup

0 Interferometer Michelson dapat


0 5 10 15 20 25 30 35
menghasil interferensi pada gelombang
2 [M2']
cahaya dengan menggunakan prinsip
membagi dua buah gelombang cahaya
Berikut ini adalah grafik hubungan
datang dengan menggunakan beam splitter
antara n dan 2M2’ :
kemudian dipertemukan kembalu kedia
Gambar 3. Grafik Hubungan 2[M2']
gelombang cahaya tersebut.
dengan n
Dari data percobaan diatas kami
Pembahasan
mendapatkan Panjang gelombang He-Ne
Pada percobaan kali ini, kelompok
adalah (670 ± 0,0 ¿ nm dengan ralat relative
kami mendapatkan data yang tertulis
sebesar 0% dan ralat akurasi sebesar 88%.
diatas. Dari konstanta a dan b diatas
diperoleh persamaan garis linier hubungan Diperhatikan lagi saat perhitungan
2[M2’] dan n adalah y = 0,67x. Dari dan pembacaan data agar minim terjadinya
persamaan tersebut dapat ditentukan kesalahan. Dilakukan dengan cermat dan
bahwa nilai panjang gelombang berhati-hati, karena set alat mudah berubah
λ=0,67 µm=670 nmdengan ketidakpastian apabila terkena gesekan atau gerakan
Sλ = 0 dan ralat relatif sebesar
sehingga dapat mempengaruhi hasil data
pengamatan yang diperoleh.

Daftar Pustaka
[1] Warsito, S. W. Suciyati, and A. S.
Yusuf, “Analisis Pola Interferensi
Pada Interferometer Michelson
Sebagai Pendeteksi Ketebalan
Bahan Transparan Dengan Metode
Image Processing Menggunakan
Sensor Charge Couple Device
( CCD ),” Teor. dan Apl. Fis., vol.
3, no. 2, pp. 221–226, 2015.
[2] M. I. Alim, D. R. Fadlilah, N. H.
Hafida, and D. Anggoro,
“Pengukuran Ketebalan Lapisan
Tipis ( Film ) Menggunakan
Interferometer Michelson,” J. Teor.
dan Apl. Fis., no. January 2017,
2020, doi:
10.13140/RG.2.2.26218.06083.
[3] A. Setyaningsih, “Penentuan Nilai
Panjang Koherensi Laser
Menggunakan Interferometer
Michelson,” 2009.
[4] S. Puajindanetr, S. M. Best, and W.
Bonfield, “Characterization and
sintering of precipitated
hydroxyapatite,” Br. Ceram. Trans.,
vol. 93, no. 3, pp. 96–99, 1994.
[5] T. P. F. Modern, “Modul Praktikum
Fisika Modern 2020.” Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang, Malang,
2020.
Lampiran
Link Blog Artikel Laporan
https://kelompok5fisikamodernum.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai