Anda di halaman 1dari 5

JPSE (Journal of Physical Science and Engineering)

http://journal2.um.ac.id/index.php/jpse

JPSE
EISSN: 2541-2485

(Journal of Physical Science and Engineering)

Interferometer Michelson

Fina Nur Azizah1*, Annisa Puspitasari1, Putri Alifiyani Maulidiasti1


1.
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang,
Jl.Semarang No.5, Malang, 65145, Indonesia

*E-mail: finanurazizah.1803226@students.um.ac.id

Abstract
The Michelson Interferometer Experiment aims to understand the working principle of the
Michelson Interferometer and measure the wavelength of the He-Ne laser. The working
This work is licensed
principle of this tool is to utilize the interference pattern that occurs in 2 light waves
under a Creative
originating from a monochromatic light source. This light source is initially fired at the
Commons Attribution- interferometer and will experience focusing through a convex lens. Furthermore, it will be
ShareAlike 4.0
International License. forwarded to the beam splitter or light-breaker so that the light will be divided into two parts
that are reflected and partly transmitted. The two results of solving are then reflected back
and fused to a screen so that interference patterns occur due to differences in the length of the
path taken by the two beams of light that have been joined together. When referring to the
theory, the wavelength value at the light source, the He-Ne laser, is 650 nm. But in this
experiment the value of 671 nm was obtained with an error of 0.17%.
Keywords: Michelson Interferometer, Interference, Wavelength

Abstrak
Eksperimen Interferometer Michelson bertujuan untuk memahami prinsip kerja
Interferometer Michelson dan mengukur panjang gelombang laser He-Ne. Prinsip kerja alat
ini adalah memanfaatkan pola interferensi yang terjaid pada 2 buah gelombang cahaya yang
berasal dari sumber cahaya monokromatik. Sumber cahaya ini awalnya ditembakkan ke
interferometer dan akan mengalami pemfokusan melalui lensa cembung. Selanjutnya akan
diteruskan ke beam splitter atau pemecah cahaya sehingga cahaya akan terbagi 2 yakni
sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan. Dua hasil pemecahan ini kemudian
dipantulkan kembali dan menyatu pada sebuah layar sehingga terjadi pola interferensi yang
terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang
cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika merujuk pada teori, maka nilai panjang gelombang
pada sumber cahaya yakni laser He-Ne adalah 650 nm. Namun pada eksperimen
ini diperoleh nilai 671 nm dengan besar kesalahan 7,01%.
Kata Kunci: Interferometer Michelson, Interferensi, Panjang Gelombang

1. Pendahuluan
Percobaan tentang interferensi celah ganda pada cahaya merupakan percobaan monumental yang
dilakukan Thomas Young. Sejak saat itulah konsep tentang gelombang cahaya diterima secara utuh.
Sebelum percobaan Young, konsep gelombang cahaya belum diterima oleh semua ilmuwan karena
tidak ada eksperimen yang secara langsung membuktikan sifat gelombang cahaya. Akibatnya, teori
partikel cahaya yang dirumuskan oleh Newton masih diterima sebagian orang. Kesulitan dalam
melakukan eksperimen tersebut muncul akibat panjang gelombang cahaya yang terlalu pendek dan
peralatan yang ada saat itu tidak mendukung untuk mengukur panjang gelombang cahaya secara
langsung [2].
Interferometer michelson merupakan seperangkat alat yang memanfaatkan gejala dari sifat
cahaya yaitu interferensi cahaya [3]. Dalam Eksperimennya, bertujuan untuk memahami prinsip kerja
dari Interferometer Michelson dan mengukur panjang gelombang laser He-Ne. Prinsip kerja alat ini
JPSE (Journal of Physical Science and Engineering)

adalah memanfaatkan pola interferensi yang terjaidi pada 2 buah gelombang cahaya yang berasal dari
sumber cahaya monokromatik [7].
Dalam percobaannya Michelson mencoba untuk menemukan “ether” yang berada di bumi.
Andaikan mula-mula pusat dari pola garis interferensi yang terjadi di layar kelihatan terang, apabila
M 2 digeser sedemikian rupa ke M 2’ sehingga cincin terang berubah ke terang berikutnya, maka
lintasan cahaya yang menumbuk M 2 telah bergeser sejauh satu panjang gelombang atau sejauh S.
Pergeseran M 2 ke belakang atau ke depan sama akibatnya. Karena cahaya dua kali (bolak-balik)
melalui lapisan udara yang sama, berarti cermin M 2 telah mundur sejauh setengah panjang
gelombang ke M 2’.
Dapat disimpulkan dari kejadian ini bahwa gerakan bumi relatif terhadap ether yang sudah
dipostulatkan tidak bisa dibuktikan. Einstein lah yang pertama kali mengajukan postulat relativitas
khususnya yang kontra dengan hasil-hasil negatif ini. Sehingga, kini cahaya dipahami sebagai
gelombang elektromagnetik yang tidak membutuhkan medium untuk merambat, dan anggapan bahwa
gelombang merambat di dalam ether menjadi tidak lagi penting. Oleh karena itu, kita sebagai
mahasiswa fisika penting untuk melakukan praktikum Interferometer Michelson ini, dengan
peralalatan miniatur yang didesain sedemikian rupa menyerupai aslinya untuk lebih mengetahui
tentang cara kerja dan kegunaannya.
Praktikum Interferometer Michelson ini menggunakan set alat interferometer. Praktikum ini
menggunakan sinar laser merah dari He-Ne sebagai sumber cahayanya. Dalam praktikum ini
fusngsinya yaitu untuk mencari panjang gelombang sinar laser merah dari He-Ne. Sinar laser yang
diarahkan menuju cermin, kemudian sinar laser akan dipantulkan menuju M 2 dan akan diteruskan
menuju M1. Sinar yang sudah dipantulkan oleh masing-masing cermin M1 dan M2 kembali lagi ke
cermin, kemudian sinar laser akan diarahkan menuju layar agar terlihat perubahan pola gelap terang
yang dihasilkannya. Setelah diberi tanda pada layar sebagai patokannya menggunakan spidol, vernier
digerakkan perlahan-lahan dan dihitung banyaknya perubahan pergeseran pola gelap terang setiap
satu skala terlampaui pada pusat frinji. Posisi perubahan M 2 bisa diamati berdasarkan pembacaan
skala pada vernier dan begitu pula seterusnya maksimal sepuluh data.
Dalam Abbasian dan Abdollahi International Nano Letters tahun 2013, dijelaskan mengenai
cara penggunaan Interferometer Michelson sebagai basis detektor gas menggunakan transparansi yang
diinduksi secara elektromagnetik. Disini hanya digunakan satu lengan cermin mekanik yang bergerak,
dimana terdapat kelemahan pada panjang waktu respon dapat mencapai transien antara tingkat energi
atom dan kecepatan gerakan yang tidak tetap. Namun telah mencapai banyak modifikasi antara lain
respon waktu dalam sub nanosekon, resolusi dan tingkat akurasi yang tinggi.
Sebuah sensor berbasis Interferometer Michelson juga digunakan untuk memantau perpindahan
dan getaran pada suatu permukaan [4]. Gangguan sinyal yang terdeteksi dalam quadrate diproses
menggunakan analog elektronik untuk menemukan arah permukaan yang bergetar. Instrumentasi dan
pemrosesan sinyal diterapkan untuk interpretasi amplitudo sebagai perjalanan positif-negatif dalam
siklus getaran. Pada penggunaan sensor ini, telah dilakukan pengukuran getaran mekanik yang
memiliki besaran orde nanometer dan frekuensi di kisaran 50 -500 Hz. Pembuatan perubahan kecil di
sirkuit elektroniknya, dapat terapkan untuk rentang frekuensi dan amplitudo yang diperluas.
Interferometer Michelson juga dioptimalkan implementasinya dalam nanomekanis perpindahan
permukaan film tipis berbahan emas 40 nm yang menyala pada substrat silikon selama iradiasi laser
dengan skala waktu nanosekon [5]. Pengaturannya dilakukan terhadap dua detektor menggunakan
sinyal interferensi terbalik dan menjelaskan perubahan reflektivitas sementara selama iradiasi. Tiga
faktor yang berpengaruh dalam dicirikan oleh perilaku reflektivitas sementara, prosos pengeringan,
dan detasemen film. Kecepatan perpindahan maksimumnya ditentukan menjadi 0,6 m/s dan 1,9 m/s
dibawah dan diatas ambang lebur logam. Kecepatan pemisahan cairan dalam film berkisar antara 30-
70 m/s pada orde nanosekon.

2. Metode Penelitian

2.1 Metode Eksperimen


Fina Nur Azizah, et al, Interferometer Michelson

Pada percobaan Interferometer Michelson, peralatan dan bahan yang digunakan berupa set-up
Interferometer Michelson, laser He-Ne, dan layar putih/kertas putih.

Gambar 1. Set Alat Interferometer Michelson.

Percobaan yang pertama yang telah dilakukan adalah meletakkan LASER He-Ne pada letak
posisi yang tidak mudah goyang dan mengarahkan cahayanya pada set-up (set alat) percobaan
interferometer Michelson. Menyalakan LASER He-Ne dan mengatur letak posisi cermin setengah
mengkilat sampai berkas (cahaya) dari LASER He-Ne terbelah menjadi dua bagian yang saling tegak
lurus. Kemudian, mengatur letak cermin M 2 sampai terjadi bayangan di layar yang berbentuk cincin
lingkaran. Kemudian, mencatat posisi M 2, dan menggerakkan perlahan-lahan vernier dan menghitung
banyaknya perubahan pergeseran terang-gelap-terang (n = 1) pada pusat frinji. Serta mencatat posisi
M 2 ' (berdasarkan pergeseran pembacaan skala pada vernier). Demikian seterusnya sampai
mendapatkan beberapa data dan ditulis pada tabel data pengamatan.

2.2 Metode Teoritis


Untuk menentukan panjang gelombang cahaya LASER He-Ne yang digunakan dalam percobaan
interferometer Michelson yaitu dengan menurunkan persamaan panjang gelombang. Dengan
penurunannya sebagai berikut,
2|M '2−M 2|
λ= (1)
n
2∆M2
λ=
n
2
n= ∆ M 2 (2)
λ
Persamaan diatas setara dengan persamaan grafik garis lurus, yang dapat dituliskan dengan
y=a+bx (3)
Maka berdasarkan persamaan (2) didapatkan bahwa
x=∆ M 2 (4)
y=n (5)
2
b= (6)
λ
Analisis data dilakukan dengan mencari nilai b menggunakan teori ralat kuadrat terkecil. Oleh
karena nilai b masih belum menunjukkan nilai panjang gelombang (λ) dari LASER He-Ne maka nilai
panjang gelombang (λ) dapat diperoleh dari
2
λ= (7)
b
JPSE (Journal of Physical Science and Engineering)

Dengan penyimpangan nilai panjang gelombang

√| |
2
∂λ (8)
S λ= Sb
∂b

Dan ralat relatif = x 100 % (9)
λ

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Tabel Data Pengamatan Percobaan 1


Tabel 1. Data pengamatan Percobaan Interferometer Michelson

No Posisi M2 (mm) Posisi M2' (mm) N


1 0.0 ± 0.5 1.0 ± 0.5 1
2 0.0 ± 0.5 2.0 ± 0.5 3
3 0.0 ± 0.5 3.0 ± 0.5 5
4 0.0 ± 0.5 4.0 ± 0.5 7
5 0.0 ± 0.5 5.0 ± 0.5 11
6 0.0 ± 0.5 6.0 ± 0.5 12
7 0.0 ± 0.5 7.0 ± 0.5 16
8 0.0 ± 0.5 8.0 ± 0.5 19
9 0.0 ± 0.5 9.0 ± 0.5 22
10 0.0 ± 0.5 10.0 ± 0.5 30

Nst skala Vernier : 1 μm=1 x 10−3 mm

Percobaan Interferometer Michelson dapat digunakan untuk menentukan besar panjang


gelombang cahaya sinar LASER He-Ne yang digunakan. Interferometer sendiri merupakan sebuah
alat yang dapat digunakan dalam pengukuran panjang gelombang (λ) dengan ketelitian yang tinggi
berdasarkan dari garis-garis interferensi. Adanya garis-garis interferensi ini karena adanya perbedaan
panjang lintasan yang ditempuh dua berkas cahaya yang telah dipadankan (disatukan).
Panjang gelombang cahaya sinar LASER He-Ne yang digunakan pada percobaan
Interferometer Michelson ini dapat diketahui berdasarkan terjadinya pola gelap terang pada gejala
interferensi. Adanya berkas cahaya monokromatik (satu warna) yang pada percobaan ini berupa
warna merah dipisahkan menjadi dua bagian yang dibuat dengan melewati dua lintasan yang berbeda
dan kemudian di padu-padankan kembali. Adanya perbedaan panjang lintasan yang di tempuh oleh
kedua berkas, maka akan terjadinya suatu pola interferensi. Dalam percobaan ini didapatkan
perhitungan panjang gelombang ( λ ) dari Laser He-Ne adalah λ=( 0.761 ±0.047 ) x 10 mm dengan
−3

ralat relatif sebesar 7.01% (2 AP). Nilai panjang gelombang ini apabila ditransformasikan ke besaran
nanometer yakni 671 nm. Jika panjang gelombang ini kita cocokkan pada tabel panjang gelombang
beberapa spektrum gelombang elektromagnet, maka akan didapat bahwa cahaya dengan panjang
gelombang 761 nm berada dalam rentang panjang gelombang warna merah (620-750 nm). Hal ini
telah sesuai dengan percobaan yang dilakukan. Pada percobaan yang dilakukan, pola gelap-terang
yang terbentuk pada layar berwarna merah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa percobaan yang
dilakukan ini telah sesuai dengan realita (fakta ilmiah) yang ada.

4. Kesimpulan dan Saran

Interferometer merupakan suatu percobaan yang dilakukan dengan membagi sebuah gelombang
cahaya. Setelah itu akan dipantulkan kembali kedua gelombang cahaya tersebut dengan menggunakan
cermin yang diam dan cermin yang dapat digerakkan. Kedua gelombang cahaya tersebut kemudian
Fina Nur Azizah, et al, Interferometer Michelson

menyatu kembali. Pada percobaan ini terjadi interferensi berkas cahaya yang koheren dikarenakan
adanya perbedaan lintasan perjalanan optik dua berkas cahaya yang berinteraksi, sehingga
membentuk pola gelap-terang-gelap-terang, apabila dua berkas cahaya tersebut tepat berinterferensi.
Nilai panjang gelombang ( λ ) Laser He-Ne dalam percobaan Inferometer Michelson ini adalah
−3
λ=( 0.761 ±0.047 ) x 10 mm dengan ralat relatif sebesar 7.01%. ). Nilai panjang gelombang ini
apabila ditransformasikan ke besaran nanometer yakni 671 nm yang mana panjang gelombang ini
memenuhi panjang gelombang sinar merah berdasarkan teori. Dalam percobann ini agar dilakukan
dengan cermat dan berhati-hati, oleh karena set alat ini mudah berubah apabila terkena gesekan atau
gerakan sehingga dapat mempengaruhi hasil data pengamatan yang diperoleh. Yang berpengaruh
langsung pada nilai hasil perhitungan panjang gelombang.

Ucapan Terimakasih
Tiada kata yang pantas terucap selain rasa syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan kuasa-Nya kami dapat menyelesaikan artikel yang berjudul “Interferometer
Michelson” dengan baik. Kami menyadari dalam proses penulisan artikel ini banyak
mengalami kendala. Namun atas berkat Allah SWT dan bantuan berbagai pihak sehingga
kendala-kendala tersebut dapat diatasi.
Pada kesempatan yang berbahagia ini,tak lupa kami menghaturkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan,pengarahan, nasehat dan pemikiran dalam
penulisan ini, terutama kepada:
1. Bapak Parno, Dr., Msi selaku dosen pengajar mata kuliah Praktikum Fisika Modern
2. Ajeng Ristantia selaku asistan laboratorium Praktikum Interferometer Michelson
Fisika Modern

Daftar Rujukan
[1] Abbasian dan Abdollahi. 2013. Electromagnetically InducedTransparency Based Gas
Detector Design Using Michelson Interferometer (International Nano Letters 3:34).
Tabriz : School of Engineering Emerging-Technologies University of Tabriz, Iran.
(diakses online pada tanggal 27 April 2020)
[2] Abdullah, Mikrajuddin. 2017. Fisika Dasar II . Bandung ; Penerbit ITB
[3] Halliday, D. dan Resnick, R. 1993. Fisika Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta
[4] Hussain Babar, dkk. 2013. Analog ProcessingBased Vibration Measurement Technique
Using Michelson Interferometer (Photonic Sensors Vol 3, No 2:137-143). Islamabad :
National Institute of Lasers and Optronics, 45650, Islamabad, Pakistan. (diakses online
pada tanggal 27 April 2020)
[5] Kneiner. F, dkk. 2012. Nanosecond Laser Pulse Induced Vertical Movement of Thin Gold
Films on Silicon Determined by a Modified Michelson Interferometer. Konstanz :
University of Konstanz, Universitätsstrasse 10, 78457 Konstanz, Germany. (diakses
online pada tanggal 27 April 2020)
[6] Tim Praktikum Fisika Modern.2019. Modul Praktikum Fisika Modern.
Malang:Universitas Negeri Malang Fakultas MIPA Jurusan Fisika
[7] Tipler, P. A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Tehnik Jilid 2 (alih bahasa Dr.Bambang
Soegijono). Penerbit Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai