Anda di halaman 1dari 5

A.

Surtika Putri / Interferometer Michelson

Interferometer Michelson
A. Surtika Putri
Laboratorium Fisika Modern, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ,Universitas Negeri Makassar
surtikaputriandi@gmail.com

Abstrak – Eksperimen interferometer Michelson ini bertujuan untuk menjelaskan prinsip kerja/konsep interferometer
Michelson dan mengukur panjang gelombang sumber cahaya yang digunakan dalam percobaan. Eksperimen Interferometer
Michelson merupakan eksperimen yang pada awalnya digunakan untuk membuktikan keberadaan eter yang secara hipotetik
dianggap sebagai medium perambatan cahaya. Interferometer ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan
suatu pola interferensi. Prinsip kerja dari interferometer Michelson yaitu cahaya dari laser He-Ne difokuskan oleh lensa
menuju beam splitter kemudian beam splitter membagi berkas cahaya sehingga setengahnya diteruskan ke cermin M 1 dan
sisanya ke cermin M2. Kedua cermin ini memantulkan cahaya kembali ke beam splitter yang kemudian diteruskan ke layar
sehingga nampak pola gelap terang yang disebut frinji. Panjang gelombang yang diperoleh pada eksperimen ini yaitu 639,6 nm
dengan persentase perbedaan dengan teori sebesar 1,07%.

Kata kunci: Interferometer Michelson, Interferensi, Panjang gelombang, Frinji


Abstract – This Michelson interferometer experiment aims to explain the working principle/concept of the Michelson
interferometer and measure the wavelength of the light source used in the experiment. The Michelson Interferometer
Experiment is an experiment that was originally used to prove the existence of ether which is hypothetically considered to be a
medium for light propagation. This interferometer is a tool used to generate an interference pattern. The working principle of
the Michelson interferometer is that the light from the He-Ne laser is focused by the lens onto the beam splitter, then the beam
splitter divides the light beam so that half of it is transmitted to the M1 mirror and the rest to the M2 mirror. These two mirrors
reflect light back to the beam splitter which is then forwarded to the screen so that a bright dark pattern called fringes appears.
The wavelength obtained in this experiment is 639.6 nm with a percentage difference with the theory of 1.07%.

Keywords: Michelson Interferometer, Interference, Wavelenght, Frinji.


tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki frekuensi yang
I. PENDAHULUAN sama. Selain itu, kedua gelombang cahaya harus memiliki
Menurut (Amelia, dkk., 2015), Interferensi amplitudo yang sama. Syarat untuk menghasilkan pasangan
merupakan superposisi dua gelombang atau lebih yang sumber cahaya yang koheren sehingga dapat menghasilkan
bertemu pada satu titik ruang. Apabila perbedaan fase 0° pola interferensi yaitu dengan menyinari dua (atau lebih)
atau bilangan bulat kelipatan 360°, gelombang akan sefase celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal
dan berinterferensi saling menguatkan atau disebut (satu celah) (Tsalasin & Masturi, 2014). Karena adanya
interferensi konstruktif. Sedangkan jika perbedaan fasenya peristiwa interferensi cahaya maka terbentuk pola frinji yang
180°, maka gelombang yang dihasilkan akan berbeda fase terbagi dua yaitu, pola terang dan pola gelap (Warsito, dkk.,
dan berinterferensi saling melemahkan yang disebut dengan 2015).
interferensi destruktif. Interferensi menghasilkan pola-pola Menurut (Setyahandana, dkk., 2013), Interferometer
interferensi. Pola interferensi tersebut dapat terbentuk Michelson adalah alat penelitian yang didasarkan pada
dengan menggunakan interferometer. Interferometer interferensi dua gelombang cahaya dengan lintas optik yang
memiliki berbagai macam susunan seperti interferometer berbeda. Karena itu, kinerja interferometer dikaitkan dengan
Michelson, Fabry Perot dan Mach Zhender. Interferometer pengukuran besaran-besaran yang terkait dengan jarak dan
Michelson memiliki susunan paling sederhana dan memiliki indeks bias bahan. Interferometer adalah alat penting untuk
akurasi yang sangat tinggi diantara interferometer yang lain. menentukan ada atau tidaknya teori relativitas.
Interferometer Michelson disusun oleh sumber cahaya yang II. LANDASAN TEORI
koheren, dua cermin, beam splitter dan detektor. Berkembangnya konsep fisika klasik pada masa lampau
Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat, kedua disebabkan karena gejala-gejala alamiah yang teramati oleh
gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua manusia pada waktu itu dan dapat dijelaskan serta diprediksi
gelombang cahaya harus memiliki beda fase yang selalu secara akurat oleh teori fisika klasik. Gerakan benda dapat

Eksperimen Fisika Modern Laboratorium


Fisika Modern FMIPA Universitas Negeri Makassar
A. Surtika Putri / Interferometer Michelson 2

dijelaskan menggunakan hukum Newton tentang gerak dan menyokong teori relativitas. Akhir-akhir ini, interferometer
gravitasi. Di samping itu, karakteristik cahaya, seperti Michelson telah digunakan untuk melakukan pengukuran
pemantulan dan pembiasan cahaya, difraksi cahaya, yang teliti dari panjang gelombang, dan pengukuran yang
interferensi cahaya, dan polarisasi cahaya dapat dijelaskan teliti dari jarak-jarak yang sangat kecil, seperti perubahan
menggunakan teori elektromagnetik. Kebenaran dari teori ketebalan yang sangat kecil dari sebuah akson (axon) bila
tersebut, membuat kedua teori itu menjadi hukum-hukum sebuah impuls saraf merambat sepanjang saraf itu. Seperti
dasar ilmu fisika, yang dapat menjelaskan semua gejala halnya eksperimen dua celah Young, interferometer
alamiah [1].
Michelson mengambil cahaya monokromatik dari sebuah
Pada pandangan Newton tentang alam ini, yang berasal
sumber tunggal dan membaginya ke dalam dua gelombang
dari Galileo yang mengatakan bahwa ruang dan waktu
yang mengikuti lintasan-lintasan yang berbeda. Dalam
adalah mutlak. Juga dikemukakan bahwa setiap percobaan
eksperimen Young. ini dilakukan dengan mengirimkan
yang dilakukan dalam kerangka acuan (pengamatan) kita
sebagian cahaya itu melalui satu celah dan sebagian melalui
barulah bermakna fisika apabila dapat dikaitkan dengan
celah lainnya. Dalam sebuah infeterferometer Michelson
percobaan serupa yang dilakukan dalam karangka acuan
digunakan sebuah alat yang dinamakan pembelah sinar
mutlak. Kerangka acuan (yang bergerak dengan kecepatan
(beam splitter). Interferensi terjadi dalam kedua eksperimen
tetap) ini disebut Kerangka Inersial. Pembandingan
tersebut bila kedua gelombang cahaya itu digabungkan [4]
pengamatanpengamatanyang dilakukan dalam
Interferometer Michelson adalah sebuat alat untuk
berbagaikerangka inersial, memerlukan transformasi Galileo,
memisahkan cahaya yang berasal dari satu sumber dan
yang mengatakan bahwa kecepatan (relatif terhadap tiap
membuatnya membentuk pola interferensi yang dapat
kerangka inersial) mematuhi aturan jumlah yang paling
diamati. Cara untuk memisahkan cahaya adalah dengan
sederhana. Andaikanlah seorang pengamat O, dalam salah
menggunakan cermin semi transparan dan diatur sehingga
satu kerangka inersial mengukur kecepatan sebuah benda v,
membentuk sudut 45 terhadap sumbu datang cahaya [5]
maka pengamat O1 dalam rangka inersial lain, yang bergerak
dengan kecepatan tetap u relatif terhadap O akan mengukur Dari eksperimen interferometer Michelson, yang
bahwa benda yang sama ini bergerak dengan kecepatan v 1 = megejutkan adalah tidak diperoleh pergeseran frinji pada
pola interferensi yang tampak. Ketika percobaan dilakukan
v – u [2].
pada musim yang berbeda setiap tahun dan ada lokasi yang
Menurut transformasi Galileo yang menyatakan berbeda, dan juga percobaan dari bermacam-macam lain
bahwa kecepatan (termasuk kecepatan cahaya) yang teramati telah dicoba untuk maksud yang sama, kesimpulannya selalu
oleh pengamat yang berada pada dua kerangka acuan yang identik dan tidak bergerak melalui ether yang dideteksi.
berbeda yang saling bergerak relatif satu sama lain Hasil tersebut menjadikan dua kesimpulan. Yang pertama,
tergantung pada kecepatan relatif kerangka acuan tersebut. menjadikan hipotesis ether tidak dapat dipertahankan dan
Sedangkan pada percobaan Michelson-Morley yang ether tidak dapat diukur. Yang kedua, bahwa kelajuan
dilakukan pada tahun 1887 telah membuktikan bahwa cahaya dalam ruang bebas di mana saja tetap sama tanpa
kecepatan cahaya tidak dipengaruhi oleh kerangka acuan. memperhatikan gerak dari sumbernya atau pengamatnya [6]
Dalam mengatasi masalah ini, pada tahun 1905 Einstein Sifat khas dari cahaya adalah dapat menunjukkan
mengajukan 2 postulat berikut: peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi dan difraksi.
1. Asas Relativitas: hukum-hukum fisika Oleh karena itu teori fisika klasik menganggap cahaya
mempunyai bentuk yang sama di dalam setiap adalah gelombang. Kemudian teori Maxwell menyatakan
kerangka acuan inersial. bahwa cahaya (sinar tampak) adalah gelombang
2. Ketidakubahan laju cahaya: laju cahaya elektromagnetik. Maka sehubungan dengan fenomena radiasi
mempunyai nilai yang sama di semua kerangka benda hitam, pada tahun 1990 Max Planck menyatakan
inersial, tidak bergantung dari gerak su,ber bahwa cahaya dianggap sebagai aliran partikel yang terdiri
maupun pengamatnya. dari paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton. Jadi
Pada postulat pertama yang dikemukakan Einstin pada cahaya dipandang selain bersifat sebagai gelombang juga
prinsipnya menegaskan bahwa tidak ada satupun percobaan bersifat sebagai partikel. Dapatlah dikatakan bahwa cahaya
yang mampu mengukur kecepatan secara mutlak, tetapi yang memiliki sifat dualisme, yaitu dalam keadaan tertentu sifat
dapat diukur hanyalah kecepatan relatif dari dua kerangka gelombang cahaya lebih menonjol daripada sifat partikel
acuan inersial. Sedangkan postulat kedua menegaskan cahaya dan dalam keadaan lainnya sifat partikel cahaya lebih
kebenaran dari percobaan Michelson-Morley yang menonjol
menyatakan bahwa laju cahaya adalah sama bagi semua dari pada sifat gelombangnya [7]
pengamat, meskipun mereka dalam keadaan saling bergerak III. METODE PRAKTIKUM
relatif. Maka dapat dikatakan bahwa hal ini bertentangan Pada percobaan inteferometer michelson ada
dengan perkiraan menurut transformasi Galileo[3] bebarapa alat dan bahan seperti Perangkat alat interferometer
Sebuah alat eksperimental penting yang menggunakan Michelson , Set pelengkap alat interferometer , Laser He-Ne
interferensi adalah interferometer Michelson. Seabad yang Model 155,Laser Aligment Benc Posisi ,laser dan
lalu, alat itu menjadi salah satu eksperimen kunci yang interferometer diatur sesuai model percobaan .kemudian

Eksperimen Fisika Modern Laboratorium


Fisika Modern FMIPA Universitas Negeri Makassar
A. Surtika Putri / Interferometer Michelson 3

laser He-Ne Model 155 diaktifkan.Posisi viewing screen 400 |129,5 ± 0,5|
diatur sehingga salah satu tanda pada skala milimeter segaris
dengan frinji pola interferensi. Setelah itu Tombol B. Analisis Data
mikrometer diputar berlawanan arah jarum jam. Nilai dm
1. Plot grafik hubungan antara jumlah frinji dan
pada mikrometer dicatat setiap 20 transmisi
pergeseran cermin dengan menggunakann data yang
frinji.Dilanjutkan dengan memutar tombol mikrometer
anda peroleh
seperti pada langkah sebelumnya dan dicatat setiap
pergeseran cermin serta dilakukan pengambilan data 150

Pergeseran dmµm)
sebanyak 20 dengan jumlah frinji. Prinsip kerja pada

(
eksperimen ini dapat dilihat berdasarkan skema perangkat 100
interferometer Michelson diatas. Mula-mula seberkas cahaya
dari laser Helium-Neon dipancarkan kemudian dikumpulkan y = 0,3198x
50
oleh lensa cembung yang dalam hal ini berfungsi
mengumpulkan cahaya yang kemudian diteruskan menuju ke
beam splitter. Beam Splitter berfungsi sebagai pembagi sinar 0
yang bersifat setengah reflektif sehingga 50% cahaya yang 0 100 200 300 400 500
jatuh padanya dipantulkan dan 50% sisanya diteruskan. Jumlah Frinji (N)
Berkas cahaya yang dipantulkan akan menuju ke cermin 2
kemudian dipantulkan kembali oleh cermin 2 menuju ke Grafik 4.1 Hubungan antara jumlah frinji (N) dengan
beam splitter sedangkan berkas cahaya yang diteruskan akan pergeseran cermin (dm)
menuju ke cermin 1 kemudian dipantulkan kembali oleh 2. Menghitung panjang gelombang sumber cahaya yang
cermin 1 menuju ke beam splitter. Kemudian kedua berkas digunakan berdasarkan grafik 4.1  Persamaan
tersebut diteruskan ke layer pengamatan sehingga terjad panjang gelombang
interferensi yang kemudian dapat teramati pola-pola
interferensi berupa pola lingkaran gelap terang (frinji).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Jumlah frinji dan pergeseran cermin • Berdasarkan grafik diperoleh y = 0,3198x
berdasarkan hasil percobaan. y = mx

Jumlah Frinji (N) Pergeseran Cermin (µm) dm = mN


• Persamaan panjang gelombang disubtitusi dengan
20 |7,0± 0,5|
persamaan berdasarkan grafik dm = dm
40 |14,0 ± 0,5|
60 |21,0 ± 0,5|
80 |28,0 ± 0,5|
100 |34,0 ± 0,5|
120 |41,0 ± 0,5| Maka; m = 0,3198 λ =
2 × m λ = 2 × 0,3198
140 |47,0 ± 0,5|
λ = 0,6396 μm
160 |52,0 ± 0,5| λ = 639,6 nm
180 |59,0 ± 0,5| • Ketidakpastian panjang gelombang (Δλ)
200 |65,5 ± 0,5|
220 |72,5 ± 0,5|
240 |78,5 ± 0,5|
260 |84,5 ± 0,5|
280 |91,0 ± 0,5|
300 |97,0 ± 0,5|
320 |103,0 ± 0,5|
340 |110,5 ± 0,5|
360 |117,5 ± 0,5|
380 |123,5 ± 0,5|

Eksperimen Fisika Modern Laboratorium


Fisika Modern FMIPA Universitas Negeri Makassar
A. Surtika Putri / Interferometer Michelson 4

jumlah frinji (N) dengan pergeseran cermin (dm) diperoleh


panjang gelombang yang didapatkan secara praktikum
sebesar λ=|639,6 ±50,0|nm. Secara teori, panjang gelombang
laser He-Ne adalah 632,8 dan dari hasil eksperimen
diperoleh persentase perbedaan sebesar 1,07 % dengan nilai
teori. Sehingga dari hasil eksperimen berbeda dengan teori,
hal ini terjadi dikarenakan pada saat praktikum dilakukan
kurang telitinya menghitung jumlah frinji dan melihat satu
frinji serta pada saat melakukan pembacaan mikrometer.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan,
diperoleh dua kesimpulan, yakni:
1. Prinsip kerja dari interferometer Michelson yaitu
cahaya dari laser He-Ne difokuskan oleh lensa
• Pelaporan Fisika menuju beam splitter kemudian beam splitter
λ = | λ ± Δλ | λ = | membagi berkas cahaya sehingga setengahnya
639,6 ± 50,0|nm diteruskan ke cermin M1 dan sisanya ke cermin
• Presentase Perbedaan (% diff) M2. Kedua cermin ini memantulkan cahaya
𝜆 Teori 𝜆 Praktikum kembali ke beam splitter yang kemudian
| diteruskan ke layar sehingga nampak pola gelap
terang yang disebut frinji.
2. Diperoleh besar panjang gelombang sumber
cahaya secara praktikum yaitu λ = | 639,6 ±

dengan menggunakan persamaan 𝜆 =


C. Pembahasan
B. Saran
Interferensi merupakan superposisi dua gelombang
a. Untuk asisten, diharapkan untuk mendampingi dan
atau lebih yang bertemu pada satu titik ruang. Hasil dari pola
memperhatikan praktikan selama praktikum
interferensi adalah frinji dimana frinji tersebut merupakan
berlangsung agar praktikum berjalan dengan lancar.
pola gelap terang. Pola terang terjadi jika kedua sumber
b. Untuk praktikan selanjutnya, diharapkan untuk lebih
cahaya memiliki fase yang sama sehingga akan mengalami
teliti pada saat pengambilan data agar diperoleh data
interferensi yang saling menguatkan atau interferensi
yang lebih akurat.
konstruktif. Adapun pola gelap terjadi jika kedua sumber
c. Kepada diri sendiri, agar lebih mendalami teori
cahaya memiliki fase yang berbeda sehingga akan
eksperimen ini dan lebih teliti dalam mengambil data.
mengalami interferensi yang saling melemahkan atau
interferensi destruktif.
Pada eksperimen inferometer Michelson ini, terdapat
UCAPAN TERIMAKASIH
dua tujuan yaitu mengetahui prinsip kerja/konsep
inferometer Michelson dan mengukur panjang gelombang Penulis A. Surtika Putri mengucapkan terimakasih kepada
sumber cahaya yang digunakan dalam percobaan. Adapun asisten pembimbing laboratorium Fisika Modern Imam
prinsip kerja/konsep inferometer Michelson adalah Pada saat Ramadhan atas bimbingannya selama praktikum berlangsung
laser menembakkan sinar He-Ne, sinar tersebut kemudian pada percobaan Interferometer Michelson. Kami selaku
mengenai cermin pemecah berkas (beam splitter) dimana penulis juga berterimakasih kepada dosen mata kuliah
beam splitter merupakan cermin yang memiliki sifat Eksperimen Fisika Modern, yang telah memberikan
mentransmisikan sebagian cahaya datang dan sebagiannya materimateri sebagai penunjang dalam melaksanakan
lagi dipantulkan. Di pemecah berkas 50% cahaya eksperimen serta kerja sama dari teman-teman kelompok
dipantulkan menuju cermin M1 dan 50% diteruskan atau dalam praktikum ini.
dibiaskan menuju cermin M2. Kemudian masing-masing Ucapan terima kasih penulis sampaikan atas kesempatan,
cermin memantulkan kembali cahayanya menuju ke bimbingan, dukungan, fasilitas dalam mengikuti dan
pemecah berkas sehingga gelombang cahaya menyatu dan menyelesaikan eksperimen ini. Ucapan terima kasih ini
terjadilah pola interferensi yang dapat dilihat di layar sebagai apresiasi penulis kepada semua orang yang turut
pengamatan dalam bentuk frinji. berkontribusi pada eksperimen ini.
Sumber cahaya yang digunakan pada eksperimen ini
adalah laser He-Ne. Dari hasil plot grafik hubungan antara

Eksperimen Fisika Modern Laboratorium


Fisika Modern FMIPA Universitas Negeri Makassar
A. Surtika Putri / Interferometer Michelson 5

PUSTAKA
[1] Beiser, A. 1992. Konsep Fisika Modern. Jakarta :
Penerbit Erlangga
[2] Kraftmakher, Y. 2007. Experiments and
Demonstrations in Physics. Singapore : World Scientific
Publishing.
[3] Krane, K. 2014. Fisika Modern. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia (UI -Press)
[4] Rosana, D., dkk. 2000. Konsep Dasar Fisika Modern.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta

[5] Sani, R., dkk. 2017. Fisika Kuantum. Jakarta:Penerbit


Bumi Aksara.
[6] Setyahandana, B., dkk. 2013. Sistem Interferometer
Michelson untuk Mengukur Regangan pada Mesin Uji
Tarik. Jurnal Teknik Mesin. Vol 14, No 2.
[7] Tarmizi. 2016. Fisika Modern. Banda Aceh : Syiah
Kuala Universty Pers Darussalam
[8] Young, D., dkk. 2003. Fisika Universitas. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Eksperimen Fisika Modern Laboratorium


Fisika Modern FMIPA Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai