Diketahui Oleh,
Munawwarah,S.Pd.,M.Pd.
Pembuatan Larutan
B. TUJUAN PERCOBAAN
C. LANDASAN TEORI
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
dalam komposisi yang bervariasi ( Bambang Supriadi:2017:147). Campran zat-zat
terlarut dan pelarut yang komposisinya merata atau serba sama (homogen) disebut
larutan. Suatu larutan dapat terdiri dari satu zat terlarut atau lebih dan satu macam
pelarut, tetapi umumnya terdiri dari satu jenis zat terlarutt dan satu pelarut
(Rusman:2018:1). Larutan adalah campuran dua macam zat atau lebih membentuk
satu fase atau campuran homogen (Yayan Sunarya:2016:1). Campuran homogen
antara dua zat atau lebih deikenal sebagai larutan. Suatu campuran dikatakan
homogen karena susunannya seragam sehingga tidak teramati adanya bagian –
bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optik (Damin
Sumardjo:2008:489). Sedangkan menurut Chang:2005, larutan adalah campuran
yang homogen dari dua atau lebih zat.
Zat-zat yang dilarutkan dapat memiliki sifat-sifat yang sama atau berbeda
dengan sifat-sifat zat sebelum dicampurkan. Contoh, NaCl adalah zat padat ionik
yang jika dilarutkan dalam pelarut air akan meimiliki sifat yang tidak berbeda
dengan sebelumya, yakni larutan ionik. Akan tetapi, jika HCl yang merupakan
senyawa kovalen polar dilarutkan dalam air, sifat kovalennya hilang yang
kemudian berubah menjadi sifat ionik (Yayan Sunarya:2016).
Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi
larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut
( Bambang Supriadi:2017:147). Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat
terlarut, sedangkan yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut (Chang:2005).
Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal juga sebagai
zat pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat
terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut (Damin Sumardjo:2008:489).
Peristiwa yang terjadi ketika suatu zat dicampurkan membentuk suatu larutan
bergantung pada struktur dan sifat yang akan dicampurkan. Zat- zat yang
memiliki struktur sama atau mirip dengan zat yang akan dicampurkan akan mudah
saling melarutkan, sebaliknya zat-zat yang berbeda struktur satu dengan lainnya,
tidak akan saling melarutkan. Selain itu, kepolaran suatu zat akan membantu
meramalkan kelarutan zat (Yayan Sunarya:2016:7). Kelarutan merupakan ukuran
banyaknya zat terlarut yang akan melarut dalam pelarut pada suhu tertentu
(Chang:2005:5).
Dalam menerangkan pelarutan zat cai dalam zat cair lainnya, pakar kimia
menggunakan istilah “like dissolved like” sebagai prinsip umum untuk
menyatakan pelarutan. Istilah ini mempunyai makna bahwa zat-zat yang
mempunyai struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala
perbandingan, sebab molekul-molekul zat cair yang dicampurkan mempunyai
gaya tarik antar molekul yang sama atau hampir sama dalam hal jenis maupun
kekuatan ikatannya. Perbedaan kepolaran yang kurang signifikan antara zat-zat
terlarut dan pelarut tidak mempengaruhi proses pelarutan. Pelarutan padat dalam
cair, zat padat umumnya mempunyai kelarutan terbatas dalam pelarut cair.
Perbedaan gaya tarik antarmolekul menyebabkan zat padat mempunyai kelarutan
terbatas di dalam suatu pelarut. Gaya tarik antarmolekul dalam zat padat lebih
besar daripada gaya tarik antarmolekul dalam zat cair untuk suhu yang sama
(Yayan Sunarya:2016:7-9)
Molaritas (M)
Satuan molaritas telah didefinisikan sebagai banyaknya mol zat terlarut dalam
1 L larutan: artinya
Molalitas (m)
Molalitas (molality) ialah banyaknya mol zat terlarut yang dilarutkan dalam
1kg (1000 g) pelarut, artinya
Kepekatan suatu larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam suatu larutan.
Larutan pekat adalah larutan yang memiliki kepekatan tinggi, yaitu larutan yang
mengandung cukup banyak zat terlarut per satuan jumlah larutan (Damin
Sumardjo:2008:489).
Hasilnya adalah jumlah mol zat terlarut di dalam larutan. Jika M1 menyatakan
konsentrasi molar awal ( sebelum pengenceran) dan V1 untuk volume larutan
awal, maka:
Jika larutan diencerkan dengan menambahkan pelarut, yaitu air, konsentrasi dan
volume larutan berubah menjadi M 2 ( konsentrasi setelah diencerkan) dan V2
(volume pengenceran). Mol zat terlarut menjadi:
Oleh karena jumlah mol zat terlarut tidak berubah selama pengenceran (tidak ada
zat terlarut yang ditambahkan), maka:
M1 x V1= M2 x V2
E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari kristal ( zat padat ) NaOH
a. Massa NaOH yang akan dipakai dihitung untuk membuat 50 mL
larutan NaOH 2M.
b. Padatan NaOH ditimbang pada gelas kimia 50 mL (terlebih dahulu
gelas kimia kosong ditimbang).
c. Padatan NaOH yang dilarutkan dengan sedikit aquades, diaduk
hingga larut.
d. Padatan NaOH yang telah dilarutkan dimasukkan ke dalam labu
takar 50 mL, kemudian gelas kimia dibilas dengan aquades dan
bilasan dimasukkan ke dalam labu takar.
e. Aquades ditambahkan melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes, ditambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok
dengan cara labu takar dibolak-balik.
2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. Larutan HCl diukur sebanyak 16,6 mL dengan menggunakan pipet
ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL.
b. Aquades ditambahkan melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes, ditambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok
dengan cara dibolak-balik.
c. Larutan HCl 2M diukur sebanyak 25 mL dengan menggunakan
pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL.
d. Aquades ditambahkan dengan botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes ditambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok
dengan cara dibolak-balik.
e. Larutan HCl 1M diukur sebanyak 5 mL dengan menggunakan
pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL.
f. Aquades ditambahkan melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes ditambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas.
g. Larutan dikocok dengan cara dibolak – balik.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan larutan NaOH 2M
Massa NaOH yang akan digunakan: 4 gram
Massa gelas kimia kosong : 0,00 gram
Aktifitas Hasil
Aktifitas Hasil
NaOH + Aquades(H2O) Bening
Aktifitas Hasil
Aktifitas Hasil
G. ANALISIS DATA
1. Pembuatan larutan NaOH 2M dari Kristal (zat padat) NaOH
Dik : Volume NaOH = 50 mL
MrNaOH = 40 g/mol
MNaOH = 2 mol/Liter
Dit : massa NaOH . . . ?
Massa 1000
Jawab: Molar NaOH = ×
Mr V
Massa 1000
2M = ×
40 g/mol 50 mL
2 M ×40 g /mol
Massa =
20 mL
8
Massa = gram
2
= 4 gram
H. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini terdapat dua kegiatan, yaitu membuat pembuatan larutan dari
padatan Natrium Hidroksida dan pembuatan larutan 2M, 1M,dan 0.1M dari
larutan HCl 6N. Larutan merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih
yang terdispers sebagai molekul ataupun ion yang komposisisnya dapat bervariasi.
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang melepaskan kalor atau energi
dari suatu sistem ke lingkungan. Sedangkan reaksi endoterm ialah reaksi kimia
yang menyerap kalor atau energi dari lingkungan ke sistem. Kegiatan ini
dibutuhkan padatan natrium hidroksida, hal ini dilakukan karena padatan natrium
hidroksida mudah menguap karena natrium hidroksida bersifat panas. Jadi reaksi
lingkungan.
dengan cara pertama menghitung jumlah mol zat terlarut per liter larutan. Setelah
itu kalikan jumlah mol zat terlarut tersebut dengan massa relatif NaOH. Setelah
hasil akhir di dapatkan yaitu 4 gram, bahan ditimbang dengan menggunakan gelas
kimia pada timbangan analitik dan dimasukkan ke dalam labu takar dan
ditambahkan dengan aquadest hingga tanda batas. Aduk dengan batang pengaduk.
aquades di dalam gelas kimia. Saat pengadukan, padatan tersebut berubah warna
menjadi putih dan bersuhu panas karena larutan bersifat eksoterm. Setelah
diaduk, larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu takar, tetapi tidak mencapai
tanda batas, hal ini bertujuan agar volume dan konsentrasi natrium hidroksida
tidak melampaui batas maksimal yang tertera pada labu takar. Selanjutnya
ditambahkan setetes demi setetes aquades sampai berimpit dengan tanda batas
yang akan dibuat tepat 50 mL. Kemudian lakukan pengocokan larutan dengan
natrium hidroksida ini terlihat bening yang menandakan bahwa larutan Natrium
hidroksida menjadi homogen. Pada larutan NaOH ini terdapat gelembung karena
natrium hidroksida sangat mudah larut dalam air yang disebabkan adanya H 2 yang
terbentuk sehingga suhu dan larutan dalam labu takar menjadi berkurang karena
larutan ini bersifat volatil atau mudah menguap. Reaksi pembentukan NaOH
Kegiatan yang kedua yaitu membuat larutan HCl 2M, 1M, dan 0,1M dari
larutan HCl 6N yang menggunakan prinsip pengenceran. Pengenceran adalah
pencampuran larutan pekat (berkonsentrasi tinggi) dengan pelarut umum yang
bertujuan untuk meningkatkan volume dari larutan dan menurunkan kepekatan
larutan. Asam klorida ( Hydrochloric acid ) adalah asam kuat yang tidak
berwarna dan memiliki bau seperti klorin pada konsentrasi yang tinggi dengan
rumus molekulHCl..
Proses pertama yaitu pembuatan larutan HCl 2N, sebanyak 16,66 mL
H2O sampai penunjukkan tanda batas yang ada pada labu takar. Setelah itu larutan
volumenya tetap.
kemudian ditambahkan H2O hingga tanda batas yang ada pada labu takar setelah
itu dikocok dengan cara labu takar dibolak-balik. Pada saat pengocokkan, larutan
dan volumenya berkurang. Proses yang terakhir yaitu pembuatan larutan HCl
mL kemudian ditambahkan H2O hingga mencapai tanda batas yang ada pada labu
takar, setelah itu dikocok dengan cara labu takar dibolak-balikkan. Pada saat
digolongkan larutan elektrolit. Hasil larutan HCl 0,1M berwarna bening, dan
volumenya tetap
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Pembuatan larutan NaOH 2M dari kristalnya dilakukan dengan
penambahan aquades hingga menghasilkan larutan tak berwarna dan
terjadi reaksi eksoterm dan terjadi larutan homogen.
b. Pembuatan larutan HCl 2M, 1M, dan 0,1 M dari konsentrasi larutan
yang lebih tinggi dilakukan dengan menambahkan aquades sehingga
larutan nya menjadi lebih encer.
2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dan berhati-hati saat melakukan percobaan
dan menguasai prosedur kerja agar tidak mengalami kesalahan saat
melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. (2005). Kimia Dasar konsep-konsep inti edisi ketigii jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar konsep-konsep inti edisi ketiga jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Irfan Purnawan, S. (2016). PENGARUH KONSENTRASI NAOH TERHADAP
RENDEMEN -NAFTOL. Konversi , 36.
Rusman. (2018). Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh: Syiah kuala unuversity
press.
Jawaban
1. Larutan induk adalah larutan yang dapat dibuat dengan mengencerkan larutan
yang konsentrasinya lebih besar.
2. Untuk mengencerkan asam sulfat, tidak boleh air ditambahkan kedalam asam
sufat karena pencampuran asam sulfat dengan air sangat eksoterm dan massa
jenis asam sulfat pekat lebih besar daripada air. Jika air ditambahkan kedalam
asam sulfat, maka akan membentuk lapisan dengan asam sulfat dilapisan
bawah. Ketika sam sulfat dan air bercampur, terbentuk panas yang dapat
menyebabkan air dibagian atas meluap.
3. Dik : massa NaOH = 0,04 gram
ρ air = 1 gram/mol
Mr NaOH = 40 gram/mol
Volume NaOH = 1 L = 1000 ml
Dit: (a) % massa ……?
(b) bpj………….?
(c) molar………...?
Penyelesaian:
Massa air = ρ air . V
= 1 gram/ml . 1.000ml
= 1.000 gram
massa zat terlarut
(a) % massa= x 100%
massa total larutan
0,04 gram
= x 100%
0,04+1000 gram
= 0,004%
massa zat terlarut
(b) bpj =
massa larutan
0,04 gram
=
1000 gram
= 40 ppm
massa NaOH
(c) molar (M) =
massa molar NaOH
0,04 gram
=
40 gram/mol
= 0,001 mol
n
M =
V
0,0 01mol
=
1L
= 0,001M
DOKUMENTASI
Larutkan NaOH padat kemudian isi labu takr dengan larutan tersebut
Tambahkan aquades sampai mendekati tanda batas