Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PRAKTIKUM EKSPERIMEN 1

JUDUL PERCOBAAN : INTERFEROMETER MICHELSON

HARI / TANGGAL PERC. : RABU, 24 NOVEMBER 2021

NAMA : NURFADILLAH S AMIRULLAH

NIM : 60400119013

JURUSAN : FISIKA

KELOMPOK : II (DUA)

DOSEN PEMBIMBING : AKHMAD YANI, S.SI

LABORATORIUM OPTIK

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR


2021
INTERFEROMETER MICHELSON

Nurfadillah S Amirullah1, Edysul Isdar2, Ida MAsiani3, Sabri Yunus4

Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

Email : dillaji42@gmail.com

ABSTRAK
Interferometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengetahui polapola
interferensi suatu gelombang. Dalam eksperimen ini dilakukan percobaan
terhadap salah satu jenis interferometer, khususnya interferometer Michelson.
Metode pada percobaan ini adalah dengan menggunakan sinar laser hijau yang
kemudian akan terjadi penumbukan cahaya yang berasal dari cermin 1 dan
cermin 2. Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah didapatkan pada hasil
pengukuran data untuk jumlah frinji (N) berturut-turut yaitu 14, 13, 12, 10,11 dan
11, dengan nilai �� yaitu 5.08 × 10−6 �, 5.16 × 10−6 �, 5.21 × 10−6 �,
5.27 × 10−6 �, 5.3 × 10−6 �, dan 5.33 × 10−6 �. Dengan hasil analisis data
dengan panjang gelombang yaitu masing-masing 725.7 nm, 793.8 nm, 868,3 nm,
1054 nm, 963.6 nm, dan 969.1 nm. Kemudian di dapatkan nilai % error yaitu
1.32 %, 0.51 %, 0.66 %, 1.01 %, 0.84 %, dan 0,85 %. Ditinjau dari data bahwa
semakin banyak gelombang yang terbentuk maka semakin kecil panjang
gelombangya, begitupula sebaliknya.
Kata kunci : Frinji, Interferometer Michelson, Prinsip Interferensi

PENDAHULUAN
Interferometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengetahui polapola
interferensi suatu gelombang. Salah satu jenis interferometer tersebut adalah
Interferometer Michelson. Percobaan Interferometer Michelson pertama kali
dilakukan pada akhir abad ke-19 oleh Michelson dan Morley untuk membuktikan
keberadaan eter yang saat itu diduga sebagai medium perambatan gelombang
cahaya. Dari eksperimen yang didasarkan pada prinsip resultan kecepatan cahaya
tersebut didapati bahwa keberadaan eter ternyata tidak ada.
Percobaan Interferometer Michelson dilakukan dengan meletakkan secara
tegak lurus (sudut 90 ) posisi Movable mirror dan adjustable mirror yang
ditengahi oleh split. Dengan posisi demikian, akan terjadi perbedaan lintasan yang
diakibatkan oleh pola reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang masuk
melewati lens 1,8 nm. Selanjutnya, perbedaan lintasan ini akan menyebabkan
adanya beda fase dan penguatan fase (yang biasa disebut sebagai interferensi)
yang selanjutnya menyebabkan munculnya pola-pola pada frinji.
Dalam perkembangan selanjutnya, Interferometer Michelson tidak hanya
dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter, akan tetapi dapat pula
digunakan dalam penentuan sifat-sifat gelombang lebih lanjut, misalnya dalam
penentuan panjang gelombang cahaya tertentu, pola penguatan interferensi yang
terjadi, dan sebagainya. Sehingga, mengingat nilai guna dari eksperimen ini yang
sedemikian luasnya, maka percobaan Interferensi Michelson ini menjadi penting
untuk dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Ayat yang berhubungan pada percobaan Interferometer Michelson adalah
Q.S Al-Ahzar ayat 43:

‫َِ نََناَن ِنٱ ؤْ مِ ؤْ نِِنيَن‬


‫ِ ِنْنى لِْن ن‬ ‫َُن ؤي مَ ؤم نَ نِ مُلنِن نَُمُمۥ نْيم ؤْ نِ نََمم ن َِّن لْ ن‬
‫ُّم م نِ ن‬ ‫َ نُّى ن‬
‫مُ نَ لْلِنى يم ن‬
Terjemah: Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu
dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

Menurut tabsir ilmu katsirApabila kalian telah melakukan hal tersebut,


tentulah Allah akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian dan para
malaikat-Nya akan memohonkan ampunan bagi kalian. Hadis–hadis dan ayat-ayat
serta asar-asar yang menganjurkan untuk banya berzikir kepada Allah
sebanyak-banyaknya tidak terhitung jumlahnya, dan dalam ayat ini terkandung
anjuran untuk memperbanyak berzikir. Sejumlah ulama telah menulis kitab–kitab
yang berisikan tentang zikir–zikir yang diucapkan, baik di malam hari maupun di
siang hari, antara lain Imam Nasai dan Al-Ma’mari serta selain keduanya. Dan
termasuk kitab yang paling baik dalam subjek zikir ini ialah karya tulis Syekh
Muhyid Din An-Nawawi rahimahullah, yang dikenal dengan judul Al-Azkar.
Interferometer Michelson merupakan suatu perangkat optik yang
memanfaatkan gejala interferensi. Interferometer yang dikembangkan oleh A. A.
8 Michelson pada tahun 1881 menggunakan prinsip pembagi amplitudo
gelombang cahaya menjadi dua bagian yang berintensitas sama. Pembelahan
amplitudo gelombang menjadi dua bagian dilakukan dengan menggunakan
pembagi berkas atau biasa disebut dengan beam splitter. Interferometer Michelson
dapat menghasilkan pola interferensi yang lebih tajam, jelas dan jarak antar
frinjinya lebih sempit dibandingkan dengan interferometer yang lain, baik
interferometer FebryPerot maupun Twymwn-Green (H. Fitriana, 2017:47-49).
Interferometer dibagi menjadi dua jenis, yaitu interferometer pembagi
muka gelombang (wave front splitting) dimana kedua berkas gelombang yang
berinterferensi diperoleh dari gelombang semula tanpa mengurangi intensitasnya,
dan interferometer pembagi amplitudo (amplitudo splitting) yakni kedua
gelombang yang berinterferensi diperoleh dengan membagi intensitas gelombang
semula. Adapun yang termasuk interferometer pembagi amplitudo ialah
interferometer Michelson, dimana interferometer ini sangat berguna dalam
pengukuran indeks bias, panjang gelombang, dan getaran (vibrasi) dan dapat juga
digunakan untuk pengukuran simpangan permukaan (B. Setyahandana, 2013:
64-70).
Mekanisme kerja interferometer michelson dengan memancarkan
seberkascahaya monokromatik (satu warna) ke dalam set alat interferometer dan
dipisahkanmenjadi dua berkas yang dibuat dengan melewati dua lintasan yang
berbeda sertadipadukan kembali pada titik yang sama. Perbedaan panjang lintasan
yang ditempuholeh kedua berkas inilah yang mengakibatkan terciptanya suatu
pola interfensitertentu. Pertama cahaya dipancarkan ke set alat interferometer
Michelson mengenaikaca setengah mengkilat biasa disebut beam splitter Sebagian
cahaya tersebut sebagian dipantulkan menuju M1 dan sebagiannya lagi diteruskan
menuju M2. OlehM1 dan M2, cahaya tersebut dipantulkan kembali kebeam
splitter yang kemudian diteruskan dan dipantulkan ke layar. Karena kedua cahaya
tersebut merupakan sinar koheren yang berasal dari satu sumber, maka kedua
cahaya tersebut dapat berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola
cincin gelap-terang (frinji). Lebih jelasnya dapat di tujukan pada skema percobaan
michelson:

Gambar 1: Skema percobaan interferometer Michelson


Sumber: (Amelia, 2012: 131)

Misalkan awal mula pusat cincin gelap terang akibat interferensi yang
terlihatdi layar adalah gelap. Bila M2 digeser hingga M2’ cincin gelap berubah ke
cincingelap selanjutnya, maka lintasan cahaya yang menumbuk M2 telah bergeser
sejauhsatu panjang gelombang
Oleh karena cahaya dua kali (bolak-balik) melalui lapisanudara yang sama,
berarti cermin M2 telah berpindah sejauh setengah panjanggelombang ke M2’.
Dengan demikian besar adalah:

S=nℷ ……………………………… (1)

di mana n adalah jumlah perubahan cincin terang-gelap-terang atau


gelap-terang-gelap di pusat lingkaran, ℷ adalah panjang gelombang laser. Untuk
menganalisis pola interferensi pada interferometer Michelson untuk menentukan
indeks bias bahan transparan berbasis image processing. Nilai indeks
biasdipengaruhi oleh panjang gelombang cahaya dan keadaan suatu medium
sepertitemperatur dan kerapatan (Amelia, 2015 : 131).
Fenomena interferensi terjadi apabila gelombang-gelombang terpadu
bersifat koheren, yaitu memiliki perbedaan fase yang konstan. Salah satu
gelombang yang bersifat koheren dimiliki oleh sinar laser disamping memiliki
sifat polymated dan monokromatik. Oleh sebab itu, melihat pola interferensi
cahaya dengan menggunakan sinar laser dalam eksperimen sangat tepat. Pola
interferensi dapat dibentuk dengan menggunakan interferometer. Interferometer
memiliki berbagai jenis susunan, seperti Interferometer Michelson, Fabry Perot
dan Mach Zender (M. falah, 2006: 34).
Pengamatan gejala interferensi berdasarkan prinsip superposi si pertama
kali dilakukan oleh Thomas Young. Dalam eksperimennya, Young meloloskan
seberkas cahaya pada celah tunggal yang sempit dan jatuh pada dua celah yang
berdekatan. Di belakang kedua celah tersebut, Young menempatkan sebuah layar
untuk menangkap gejala interferensi yang dihasilkan. Percobaan ini menegaskan
sebuah bukti penting bahwa cahaya pada hakikatnya merupakan sebuah
gelombang (Prinsip Huygens). Tahun 1881, Albert Abraham Michelson
membangun interferometer berdasarkan prinsip percobaan Young. Interferometer
ini akan digunakan untuk menguji keberadaan “eter”, yaitu sebuah media
hipotetik yang dianggap sebagai medium perambatan cahaya. Bersama Morley,
hasil percobaan Michelson menunjukkan bahwa hipotesis eter tidak dapat diterima
(Freedman, 2000: 126).

METODE PENELITIAN
Percobaan dengan judul “Interferometer Michelson” ini dilakukan pada
hari Rabu, 24 November 2021 puku 10:00 - 11:00 WITA, yang dilaksanakan di
Laboratorium Optik, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Alat yang digunakan saat percobaan yaitu laser, lensa, 2 buah cermin,
beam splitter, viewing screen, dan mikrometer sekrup.

Prosedur Kerja

Gambar 2. Diagram Sistematik Interferometer Michelson


1. Mengatur posisi laser dan interferometer untuk modus Michelson (lakukan
atas bantuan pembimbing). Menyusun dengan benar seperti pada gambar.
2. Mengatur tombol micrometer pada penunjuk tengah (misal 50 ��).
3. Memutar tombol micrometer satu putaran berlawanan arah jarum jam
hingga titik nol pada micrometer sejajar dengan tanda indeks. Mencatat
penunjuk micrometer pada posisi tersebut.
4. Mengatur posisi viewing screen sehingga salah satu tanda pada skala
milimeter segaris dengan frinji pada pola interferensi.
5. Memutar tombol micrometer searah jarum jam. Menghitung jumlah frinji
yang melewati tanda referensi yang telah dibuat (minimal 20 frinji).
6. Mencatat dm ingat, setiap devisi kecil pada micrometer sebanding dengan
10-6 meter pada jarak gerakan cermin.
7. Mencatat N, jumlah tranmisi frinji.
8. Mengulangi langkah (3) sampai (7) minimal 5 kali.
9. Membuat tabel pengamatan.
10. Menghitung dan rata-ratalah nilai λ yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengukuran


NST Skala Utama : 0,5 Skala, NST Skala Nonius : 0,01 Skala, dan λliteratur : 523 nm
No. N Penunjuk SU (mm) Penunjuk SN (mm) Dm (10-6)
1. 14 10 8 5,08 x 103
2. 13 10 16 5,16 x 103
3. 12 10 21 5,21 x 103
4. 10 10 27 5,27 x 103
5. 11 10 30 5,3 x 103
6. 11 10 33 5,33 x 103
Tabel 2. Hasil Analisis Data
NST Skala Utama : 0,5 Skala, NST Skala Nonius : 0,01 Skala, dan λliteratur : 523 nm
No. N Penunjuk SU Penunjuk Dm λ % Error
(mm) SN (mm) (10-6m)
1. 14 10 8 5,08 x 103 725,7 0,38%
2. 13 10 16 5,16 x 103 793,8 0,51%
3. 12 10 21 5,21 x 103 868,3 0,66%
4. 10 10 27 5,27 x 103 1054 1,01%
5. 11 10 30 5,3 x 103 963,6 0,84%
6. 11 10 33 5,33 x 103 969,1 0,85%

Analisis Data
Spesifikasi Komponen:
NST SU = 0,5 skala, NST SN = 0,01 skala, dan λ literatur = 5,32 nm
Menghitung beda lintasan optik (dm)

dm = NST SU (PSU) + NST SN (PSN)

dm = 0,5 (10) + 0,01 (8)

dm = 5 + 0,08

dm = 5,08 x 10-6 m x 109

dm = 5,08 x 103 nm

dm = 5080 nm

Menghitung panjang gelombang ( λ )

2 ��
λ= �

2 � 5080
λ= 14

λ = 725,7
� ��������� − �ℎ�����
% Error = � ���������
� 100%

523−725,7
% Error = 523
� 100%

% Error = 0,38 %

Pembahasan
Interferometer Michelson merupakan suatu perangkat optik yang
memanfaatkan gejala interferensi. Interferometer yang dikembangkan oleh A. A.
Michelson pada tahun 1881 menggunakan prinsip pembagi amplitudo gelombang
cahaya menjadi dua bagian yang berintensitas sama. Eksperimen Michelson ini
dilakukan dengan menggeser skala nonius micrometer sebesar 0,01 µm dari
pergeseran ini dapat terlihat jumlah frinji pada layar. Hal ini terjadi karena
seberkas cahaya monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga
masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda dan
kemudian disatukan kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya
saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas tersebut.
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika
panjang lintasan diubah dengan memperpanjang lintasan tersebut, maka yang
akan terjadi pola-pola frinji akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih
panjang akan mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran
beda panjang lintasan gelombang cahaya mencapai maka akan terjadi interferensi
konstruktif yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh 1/4
yang sama artinya dengan berkas menempuh lintasan 1/2 maka akan terlihat pola
gelap.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan sebanyak lima kali pengambilan
data, Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah didapatkan pada hasil
pengukuran data untuk jumlah frinji (N) berturut-turut yaitu 14, 13, 12, 10,11 dan
11, dengan nilai dm yaitu 5.08 × 10−6 m, 5.16 × 10−6 m, 5.21 × 10−6 m,
5.27 × 10−6 m, 5.3 × 10−6 m, dan 5.33 × 10−6 m. Dengan hasil analisis data
dengan panjang gelombang yaitu masing-masing 725.7 nm, 793.8 nm, 868,3 nm,
1054 nm, 963.6 nm, dan 969.1 nm. Kemudian di dapatkan nilai % error yaitu
1.32 %, 0.51 %, 0.66 %, 1.01 %, 0.84 %, dan 0,85 %. Ditinjau dari data bahwa
semakin banyak gelombang yang terbentuk maka semakin kecil panjang
gelombangya, begitupula sebaliknya.

PENUTUP
Kesimpulan
Ditinjau dari data bahwa semakin banyak gelombang yang terbentuk maka
semakin kecil panjang gelombangya, begitupula sebaliknya, yakni jika semakin
sedikit gelombang yang terbentuk maka semakin besar panjang gelombangnya.
Jumlah celah, jarak layar, dan jarak antar celah tidak mempengaruhi pola
interferensi cahaya yang terbentuk baik pada laser He-Ne dan laser dioda. Jumlah
celah mempengaruhi amplitudo interferensi yang terbentuk. Semakin banyak
jumlah celah, semakin banyak sumber gelombang cahaya mengakibatkan pola
interferensi cahaya yang terbentuk semakin jelas.

Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya harus disediakam laser lebih dari
satu agar praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa terkendala.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Riza. Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk
Menentukan Indeks Bias Bahan Transparan Berbasis Image Processing.
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika. Vol. 03, No. 02, Juli 2015.

B. Setyahandana, Martanto, R. D. Agusulistyo dan A. B. S. Utomo. “Sistem


Interferometer Michelson untuk Mengukur Regangan pada Mesin Uji
Tarik”. Jurnal Teknik Mesin, vol. 14, no. 2, hal. 64–70, 2013.
Freedman, Roger. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Erlangga:
Jakarta.
H. Fitriana, S. Yuliatun, T. M. ‘Adhimah dan W. M. Sholih. “Pengaruh Suhu
Terhadap Perubahan Pola Interferensi Pada Fiber Optik”. Unnes Physics
Journal, vol. 6 no. 1, hal. 45-49, 2017.

M.Falah. 2006 “Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk


Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya”. Universitas
Diponegoro.
LAMPIRAN GAMBAR
A. Lampiran gambar alat

Alat Gambar

Laser

Cermin 2 buah

Bean spelitter

Layar

Mikrometer sekrup

Lensa
B. Lampiran gambar hasil praktikum

Percebaan ke- gambar

Anda mungkin juga menyukai