Oleh
Nama/NIM : Herlina Widya Isyaura / 201810201056
Kelompok : B-3
Tanggal Eksperimen : 13 Maret 2023
Nama Asisten : Agus Rahmatullah
DAFTAR GAMBAR
2.1 Pola Interferenci Cahaya Interferensi Michelson .......................................... 4
2.2 Skema kerja Percobaan Interferometer Michelson ....................................... 4
3.1 Diagram Alir Rancangan Penelitian.............................................................. 8
3.2 Skema kerja Percobaan Interferometer Michelson ....................................... 11
3.3 Susunan Percobaan Interferometer Michelson.............................................. 12
3.4 Grafik Hubungan Pergeseran Cermin terhadap Jumlah Frinji .............................. 14
3.5 Grafik Error Hubungan Pergeseran Cermin terhadap Jumlah Frinji ..................... 14
1
Page
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan yang dapat dituliskan berdasarkan rumusan masalah eksperimen efek
fotolistrik diatas adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pola interferensi pada interferometer michelson.
2. Mengetahui panjang gelombang sumber cahaya
dengan pola interferensi.
3. Mengetahui tetapan kalibrasi interferometer michelson menggunakan
interferometer michelson.
1.4 Manfaat
Salah satu penerapan percobaan interferometer michelson dalam kehidupan
sehari-hari dapat dijumpai pada dunia optic. Dengan bantuan peralatan interferensi
cahaya, terdapat penemuan untuk menstabilkan dan menyempurnakan kabel fiber
optic. sinyal ini kembali terbaca pada proses efek fotolistrik dan sinyal diperkuat
dengan adanya amplifier tabung sehingga menghasilkan film yang telah bersuara.
Optical coherence tomography (OCT) adalah teknik pencitraan diagnostik medis yang
memanfaatkan fotonik (photonics) dan serat optik untuk mendapatkan gambar dan
karakterisasi jaringan mata.
Page|3
2.2 Interferensi
Interferensi adalah penggabungan superposisi dua gelombang atau lebih yang
bertemu pada satu titik ruang. Hasil interfrensi yang berupa pola-pola cincin dapat
digunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang berkaitan dengan
interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber cahaya, indeks bias, dan
ketebalan bahan. Untuk memahami fenomena interferensi harus berdasar pada
prinsip optika fisis, yaitu cahaya dipandang sebagai perambatan gelombang yang
tiba pada suatu titik yang bergantung pada fase dan amplitude gelombang tersebut.
Page|4
(2.1)
Keterangan : Δd = Perubahan lintasan optis
λ = Panjang gelombang sumber cahaya
ΔN= Peruabahan jumlah cincin
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika
panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah
pola-pola cincin akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan
mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang
lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif
yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh λ/4 yang sama
artinya dengan berkas menempuh lintasan λ/2 maka akan terlihat pola gelap.
(Oktavia, 2006).
2.3 Koherensi
Koherensi adalah salah satu sifat gelombang yang dapat menunjukkan sifat
interferensi, yaitu gelombang tersebut selalu sefase maupun arah penjalarannya
berbeda karena berasal dari sumber yang sama yang dibagi menjadi dua. Untuk
menghasilkan cincin-cincin interferensi, sangat diperlukan syarat-syarat agar
gelombang-gelombang yang berinterferensi tersebut tetap koheren selama priode
waktu tertentu. Salah satu gelombang jika berubah fasenya, cincin akan berubah
menurut waktu. Laser merupakan contoh sumber cahaya tunggal dari radiasi
tampak koheren. Pada panjang gelombang yang lebih panjang, mudah untuk
menghasilkan gelombang koheren. Cahaya keluaran laser mempunyai koherensi
Page|6
Identifikasi Permasalahan
Kajian Pustaka
Variabel Penelitian
Kegiatan Eksperimen
Data
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Eksperimen Interferometer Michelson.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam eksperimen interferometer michelson adalah posisi
micrometer. posisi micrometer sebagai variable bebas karena dm ini tidak
dipengaruhi oleh apapun justru berpengaruh terhadap hasil percobaan.
Posisi micrometer yang digunakan ada sepuluh variasi
Page|9
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam eksperimen interferometer michelson adalah jumlah
cincin. jumlah cincin sebagai variable terikat karena tergantung variasi posisi
micrometer yang digunakan ketika praktikum.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam eksperimen interferometer michelson adalah panjang
gelombang. panjang gelombang sebagai variable control dikarenakan
panjang gelombang mempengaruhi yang lainnya.
(𝛴𝑑𝑚𝑖 − 𝑑𝑚)2
∆𝑑𝑚 = √
𝑛(𝑛 − 1)
𝑁𝜆
𝑘
𝑁 𝑁 𝑁
1
∆𝑦 = √ ( ∑ 𝑦𝑖 2 − 𝐴 ∑ − 𝐵 ∑ 𝑦𝑖 )
𝑁−2 𝑥𝑖𝑦𝑖
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1
∆𝑚 = (𝑛𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥𝑖)2)1/2
𝑖
P a g e | 10
Mulai
Persiapan Alat
Pemutaran Micrometer
Pola Interferensi
Pengulangan
Selesai
3.4.1.1 DesainPercobaan
Langkah kerja dalam eksperimen Interferometer Michelson adalah sebagai
berikut :
1. Susunlah peralatan eksperimen seperti pada gambar 1.3. (Ini mirip dengan
gambar 1.1). Kompensator dapat ditiadakan jika sumber yang digunakan
adalah laser.
2. Siapkanlah interferometer dengan memposisikan laser He-Ne pada
kedudukan di depan lensa sejajar bangku interferometer Michelson.
Dengan menutup M2, atur posisi M1 sehingga berkas pantulannya dapat
dilihat di layar. Dengan cara sama atur posisi M2, sehingga cahaya dari M2
berimpit dengan cahaya dari M1. (Ada beberapa trik untuk mendapat
berkas dari M1 dan M2 terkumpul di satu titik. Jika saudara tidak dapat
mencarinya, dapat didiskusikan dengan asisten).
8. Catat posisi d25 ini sehingga jarak mikrometer dapat saudara hitung
menurut poin 8 dan 9 di atas. Ingat setiap garis pada skala mikrometer
2 dm/λ
Gambar 3.4 grafik hubungan pergeseran cermin terhadap jumlah frinji
2 dm/λ
Gambar 3.5 grafik err6r bar hubungan pergeseran cermin terhadap jumlah frinji
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari eksperimen interferometer michelson dapat
dituliskan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
P a g e | 14
120
f(x) = 1677.52626692926 x + 12.8965200114525
100 R² = 0.975487830709092
80
60
40
20
0
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran frinji.
P a g e | 15
Gambar 4.2 Grafik hubungan error bar antara jumlah frinji dan pergeseran frinji.
4.2 Pembahasan
Eksperimen interferometer michelson perlakuan ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pergeseran micrometer skrup dengan jumlah frinji yang
dihasilkan. Jumlah frinji yang divaiasi yaitu kelipatan dari 25 dengan sebanyak 10.
Berdasarkan hasil yang dilampirkan pada tabel data diatas, dapat diketahui bahwa
semakin besar pergeseran micrometer skrup maka akan semakin besar pula jumlah
frinjinya. Hasil yang didapatkan ini bsa dibilang berbanding lurus. Hal ini
dikarenakan Laser He-Ne memancarkan cahaya ke arah lensa pembagi
berkas(Beam Splitter) yang menyebabkan sinar akan terbagi dua, yaitu sebagian
menuju cermin M1 dan sebagian yang lain menuju cermin M2. Pantulan cahaya
masing-masing dari M1 dan M2 akan bersatu kembali pada lensa pembagi(Beam
Splitter) dan diteruskan ke layar pengamatan dengan menghasilkan pola
gelapterang berbentuk cincin yang disebut Frinji. Dengan menggerakkan cermin
perlahan-lahan sejauh dm dan menghitung N yaitu banyaknya pola interferensi
yang kembali ke kondisi awal, maka panjang gelombang cahaya dapat dihitung.
Eksperimen ini diberi perlakuan yang sama sebanyak tiga kali pengulangan.
Hasil yang didapat tetapan kalibrasi juga dibilang berbanding lurus dengan jumlah
P a g e | 17
frinji yang dihasilkan, jadi jika semakin besar jumlah frinji maka semakin besar
pula tetapan kalibrasi yang dihasilkan. Panjang gelombang yang didapat dari
perhitungan data yang didapat yaitu semakin besar jumlah frinji maka semakin
kecil nilai panjang gelombang yang didapat, hal ini dikarenakan dalam persamaan
nilai perubahan pergeseran frinji dibagi dengan jumlah frinji atau bias dikatakan
berbanding terbalik. Data yang didapatkan yaitu data yang linier, hal ini
dikarenakan data grafik yang dihasilkan yaitu lurus atau linier.
Eksperimen dengan interferometer michelson digunakan untuk menentukan
Panjang gelombang. Panjang gelombang yang didapat dengan cara melihat jarak
antara titik terang dengan titik gelap. Tidak ada petunjuk dalam praktikum untuk
mencari panjang gelombang. Tujuan dalam percobaan ini seharusnya juga untuk
mencari panjang gelombang juga, agar data yang didapat semakin lengkap.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen interferometer michelson yang telah dilakukan,
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh pergeseran micrometer skrup yang digunakan terhadap jumlah
frinji ditunjukkan bahwa semakin besar pergeseran micrometer skrup akan
menghasilkan jumlah frinji yang semakin membesar.
2. Pengaruh jumlah frinji yang digunakan terhadap tetapan kalibrasi yang
diperoleh ditunjukkan bahwa jumlah frinji semakin besar akan menghasilkan
nilai tetapan kalibrasi yang semakin membesar juga.
3. Pengaruh jumlah frinji yang digunakan terhadap panjang gelombang yang
diperoleh ditunjukkan bahwa jumlah frinji semakin besar akan menghasilkan
nilai panjang gelombang yang semakin kecil juga.
5.2 Saran
Hal utama yang diperlukan dalam eksperimen interferometer michelson
adalah laser yang masuk melalui beam spliter yang digunakan oleh praktikan.
P a g e | 18
Praktikan diharuskan tepat untuk meletakkan agar laser yang digunakan tepat
mengenai beam spliter. Pratikan harusnya berhati-hati untuk menggunakan laser
karena laser yang dgunakan jika mengenai mata akan menyebabkan buta.
Praktikan harus benar-benar melakukan percobaan dengan disesuaikan modul agar
percobaan dapat dikatakan berhasil.
P a g e | 19
DAFTAR PUSTAKA
Tippler, P.A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.