Anda di halaman 1dari 25

i

EKSPERIMEN INTERFEROMETER MICHELSON


LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA II

Oleh
Nama/NIM : Herlina Widya Isyaura / 201810201056
Kelompok : B-3
Tanggal Eksperimen : 13 Maret 2023
Nama Asisten : Agus Rahmatullah

LABORATORIUM FISIKA MODERN


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2023
RINGKASAN

Eksperimen kali ini berjudul interferometer michelson. Interferometer


Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu suatu alat yang
digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi. Percobaan ini dilakukan
dengan menembakkan laser HeNe yang nantinya cahayanya akan dipecah menjadi
2 agar muncul pola gelap terang. Dimana pada ekperimen ini bertujuan untuk
melihat pengaruh pergeseran scrup mikrometer terhadap jumlah frinji yang
dihasilkan, jumlah frinji dan jara antara gelap ke terang digunakan untuk
menentukan Panjang gelombang dari laser HeNe. Eksperimen ini mencari besar
etetapan kalibrasi alat interferometer michelson.
Percobaan interferometer michelson ini dilakukan di ruang gelap agar
mudah melihat interferensi cahayanya. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan alat interferometer, lalu dihidupkan. Langkah kedua yaitu dilakukan
dengan pemutaran micrometer skrup sehingga terjadi perubahan pola interferensi.
Variasi yang dilakuan yaitu 3 kali pengulangan dengan tiap pengulangan yaitu
kelipatan 25 jumlah frinji.
Hasil praktikum yang dapat diperoleh analisis data dalam percobaan kali ini sesuai
teori. Hasil yang didapat yaitu dengan variasi pemutaran micrometer skrup yang
digunakan terhadap perubahan jumlah frinji ditunjukkan bahwa semakin besar
pergeseran micrometer skrupnya maka perubahan jumlah frinjinya juga semakin
besar, sehingga bisa dikatakan berbanding lurus. Hasil dengan variasi yang
didapat yaitu juga diatak berbanding lurus dikarenakan jumlah frini semakin
banyak maka ketetapan kalibrasinya juga semakin besar juga. Panjang gelombang
yang didapat yaitu semakin besar jumlah frinji maka semakin kecil nilai Panjang
gelombang, atau bias dikatakan berbanding terbalik, data yang didapatkan yaitu
data yang linier.
Hal diatas dikarenakan Laser He-Ne memancarkan cahaya ke arah lensa
pembagi berkas(Beam Splitter) yang menyebabkan sinar akan terbagi dua, yaitu
sebagian menuju cermin M1 dan sebagian yang lain menuju cermin M2. Pantulan
cahaya masing-masing dari M1 dan M2 akan bersatu kembali pada lensa pembagi
(Beam Splitter) dan diteruskan ke layar pengamatan dengan menghasilkan pola
gelap-terang berbentuk cincin yang disebut Frinji. Dengan menggerakkan cermin
perlahan-lahan sejauh dm dan menghitung N yaitu banyaknya pola interferensi
yang kembali ke kondisi awal, maka panjang gelombang cahaya dapat dihitung
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


RINGKASAN........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................ 2
BAB 2. DASAR TEORI .................................................................................... 3
2.1 Sejarah Interferometer Michelson ................................................... 3
2.2 Pengertian Interferensi ..................................................................... 3
2.3 Pengertian Koherensi ....................................................................... 5
2.4 Aplikasi Interferometer Michelson .................................................. 6

BAB 3. METODE PERCOBAAN ................................................................... 8


3.1 Rancangan Eksperimen ................................................................... 8
3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 9
3.3 Definisi Operasional Variabel ......................................................... 9
3.4 Kerangka Pemecahan Masalah ........................................................ 11
3.5 Metode Analisis Data ...................................................................... 13

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 15


4.1 Hasil ................................................................................................. 15
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 17

BAB 5. PENUTUP ............................................................................................. 18


5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 18
5.2 Penutup ............................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19
DAFTAR TABEL

4.1.1 Tabel Pengaruh Pergeseran Mikrometer terhadap Jumlah Frinji ............... 15


4.1.2 Tabel Tetapan Kalibrasi ............................................................................. 16
4.1.3 Tabel Grafik ............................................................................................... 16

DAFTAR GAMBAR
2.1 Pola Interferenci Cahaya Interferensi Michelson .......................................... 4
2.2 Skema kerja Percobaan Interferometer Michelson ....................................... 4
3.1 Diagram Alir Rancangan Penelitian.............................................................. 8
3.2 Skema kerja Percobaan Interferometer Michelson ....................................... 11
3.3 Susunan Percobaan Interferometer Michelson.............................................. 12
3.4 Grafik Hubungan Pergeseran Cermin terhadap Jumlah Frinji .............................. 14
3.5 Grafik Error Hubungan Pergeseran Cermin terhadap Jumlah Frinji ..................... 14
1

Page

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu
suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi.
Interferometer Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam
mengukur pola interferensi untuk bidang optik yang ditemukan oleh Albert
Abraham Michelson pada tahun 1881. Sebuah pola interferensi dihasilkan dengan
membagi seberkas cahaya menggunakan sebuah alat yang bernama pembagi sinar
(beam splitter). Interferensi terjadi ketika dua buah cahaya yang telah dibagi
digabungkan kembali.Interferensi Michelson menghasilkan interferensi dari
pembelokkan sinar cahaya dalam dua bagian. Setiap bagian dibuat melalui bagian
yang berbeda dan membawa kembali semuanya menurut intreferensi panjang
gelombang yang berbeda (Tippler,1991).
Eksperimen interferometer michelson bertujuan untuk menentukan tetapan
kalirasi interferometer Michelson menggunakan laser HeNe. Percobaan
interferometer michelson ini dilakukan di ruang gelap agar mendukung ketika
pengamatan menggunakan laser. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
meletakkan beam spliter lurus dengan laser, lensa, compensator dan movale
mirror sejajar, lalu layar dan mirror M2 diatur tegak lurus pada beam spliter.
Langkah selanjutnya yaitu menutup m2 sehinggga terihat berkas sinarnya terlihat
pada screen. Putar scrup pada M2 dan atur sesuai kebutuhan. Memuat batas garis
pada pada lingkaran frinji, lalu catat posisi awal micrometer dan posisi d25.
Ulangi percobaan untuk jumlah frinji yang berbeda dengan kelipatan 25 dengan
10 pasang data yang diamil. .
Penerapan interferometer michelson dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapannya. Penerapan interferometer Michelson paling banyak ditemukan
dalam bidang optic. Interferometer Michelson telah digunakan untuk mendeteksi
gelombang gravitasi sebagai inti spektroskopi transformasi fourier. Aplikasi lain
Page|2

dari interferometer Michelson adalah pada OCT (optical coherence tomography)


yang merupakan teknik pencitraan medis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang eksperimen interferometer michelson diatas,
maka dapat dituliskan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pola
interferensi pada interferometer michelson?
2. Bagaimana menentukan panjang gelombang sumber cahaya dengan pola
interferensi?
3. Bagaimana menentukan tetapan kalibrasi interferometer michelson
menggunakan interferometer michelson?

1.3 Tujuan
Tujuan yang dapat dituliskan berdasarkan rumusan masalah eksperimen efek
fotolistrik diatas adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pola interferensi pada interferometer michelson.
2. Mengetahui panjang gelombang sumber cahaya
dengan pola interferensi.
3. Mengetahui tetapan kalibrasi interferometer michelson menggunakan
interferometer michelson.

1.4 Manfaat
Salah satu penerapan percobaan interferometer michelson dalam kehidupan
sehari-hari dapat dijumpai pada dunia optic. Dengan bantuan peralatan interferensi
cahaya, terdapat penemuan untuk menstabilkan dan menyempurnakan kabel fiber
optic. sinyal ini kembali terbaca pada proses efek fotolistrik dan sinyal diperkuat
dengan adanya amplifier tabung sehingga menghasilkan film yang telah bersuara.
Optical coherence tomography (OCT) adalah teknik pencitraan diagnostik medis yang
memanfaatkan fotonik (photonics) dan serat optik untuk mendapatkan gambar dan
karakterisasi jaringan mata.
Page|3

BAB 2. DASAR TEORI

Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu


suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi.
Interferometer Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam
mengukur pola interferensi untuk bidang optik. Interferensi adalah penggabungan
superposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu pada satu titik ruang
(Halliday, 1978).

2.1 Sejarah Interferometer Michelson


Penemuan Interferometer Michelson ditemukan pada tahun 1881 , 78 tahun
setelah percobaan young tentang celah ganda. Michelson mendisain dan membuat
seuah interferometer dengan prinsip kerja yang sama. Michelson membuat alat ini
pertama yaitu bertujuan untuk mengetahui ether, ether yaitu medium yang dapat
digunakan untuk penjalaran cahaya dan dapat menentukan panjang gelombang
yang akhirnya ether tidak dapat dibuktikan. Perkembangan selanjutnya alat ini
dapat digunakan untuk melihat panjang gelombang cahaya. Panjang gelombang
jika sudah diketahui maka akan bisa melihat level yang sangat pendek sehingga
mempermudah memahami sifat medium optic. Interferometer Michelson dapat
menghasilkan sebuah pola interferensi dengan membagi seberkas cahaya
menggunakan sebuah alat yang bernama pembagi sinar (beam splitter).
Interferensi terjadi ketika dua buah cahaya yang telah dibagi digabungkan
kembali. Interferensi Michelson menghasilkan interferensi dari pembelokkan sinar
cahaya dalam dua bagian(Oktavia, 2006).

2.2 Interferensi
Interferensi adalah penggabungan superposisi dua gelombang atau lebih yang
bertemu pada satu titik ruang. Hasil interfrensi yang berupa pola-pola cincin dapat
digunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang berkaitan dengan
interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber cahaya, indeks bias, dan
ketebalan bahan. Untuk memahami fenomena interferensi harus berdasar pada
prinsip optika fisis, yaitu cahaya dipandang sebagai perambatan gelombang yang
tiba pada suatu titik yang bergantung pada fase dan amplitude gelombang tersebut.
Page|4

Gambar 2.1 Pola Interferensi Cahaya pada Interferometer Michelson


(Sumber : Fallah, 2008)

Untuk memperoleh pola-pola interferensi cahaya haruslah bersifat koheren, yaitu


gelombang-gelombang harus bersalah dari satu sumber cahaya yang sama.
Koherensi dalam optika sering dicapai dengan membagi cahaya dari sumber celah
tunggal menjadi dua berkas atau lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk
menghasilkan pola interferensi. Satu berkas cahaya dapat dipandang sebuah
gelombang dari medan listrik magnetic yang berosilasi. Ketika dua berkas cahaya
atau lebih bertemu dalam maka medan-medan tersebut akan saling menambahkan
dengan mengikuti prinsip superposisi. (Setyaningsih, 2009).

Gambar 2.2 Skema Percobaan Interferometer Michelson


(Sumber : Fallah, 2008)
Gambar di atas menggambarkan skema alat yang digunakan Michelson
untuk mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas laser HeNe seagai sumber
cahaya yang dilengkapi dengan lensa. permukaan beam splitter (pembagi berkas)
cahaya laser, sebagian dipantulkan ke M1 dan sisanya ditransmisikan ke M2.
Page|5

Bagian yang dipantulkan ke M1 akan dipantulkan kembali ke beam splitter yang


kemudian menuju ke layar. Adapun bagian yang ditransmisikan oleh M 2 juga akan
dipantulkan kembali ke beam splitter, kemudian bersatu dengan cahaya dari M1
menuju layar, sehingga kedua sinar akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan
adanya pola-pola cincin gelap terang. Pengukuran jarak yang tepat dapat diperoleh
dengan menggerakkan M2 pada interferometer Michelson dan menghitung cincin
yang bergerak atau berpindah, dengan acuan suatu titik pusat. Sehingga diperoleh
jarak pergeseran yang berhubungan dengan perubahan cincin :

(2.1)
Keterangan : Δd = Perubahan lintasan optis
λ = Panjang gelombang sumber cahaya
ΔN= Peruabahan jumlah cincin
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika
panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah
pola-pola cincin akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan
mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang
lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif
yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh λ/4 yang sama
artinya dengan berkas menempuh lintasan λ/2 maka akan terlihat pola gelap.
(Oktavia, 2006).

2.3 Koherensi
Koherensi adalah salah satu sifat gelombang yang dapat menunjukkan sifat
interferensi, yaitu gelombang tersebut selalu sefase maupun arah penjalarannya
berbeda karena berasal dari sumber yang sama yang dibagi menjadi dua. Untuk
menghasilkan cincin-cincin interferensi, sangat diperlukan syarat-syarat agar
gelombang-gelombang yang berinterferensi tersebut tetap koheren selama priode
waktu tertentu. Salah satu gelombang jika berubah fasenya, cincin akan berubah
menurut waktu. Laser merupakan contoh sumber cahaya tunggal dari radiasi
tampak koheren. Pada panjang gelombang yang lebih panjang, mudah untuk
menghasilkan gelombang koheren. Cahaya keluaran laser mempunyai koherensi
Page|6

terhadap waktu dan ruang sangat besar dibandingkan dengan sumber-sumber


cahaya yang lain. Ada dua konsep koherensi yang tidak begantung satu sama lain,
yaitu koherensi ruang dan koherensi waktu. Koherensi ruang adalah sifat yang
dimiliki dua gelombang yang berasal dari sumber yang sama, setelah menempuh
lintasan yang berbeda akan tiba di dua titik yang sama jauhnya dari sumber
dengan fase dan frekuensi yang sama. Sedangkan koherensi waktu adalah sifat
yang dimiliki dua gelombang yang berasal dari sumber sama, yang setelah
menempuh lintasan yang berbeda tiba di titik yang sama dengan beda fase tetap.
Koherensi waktu dari sebuah gelombang menyatakan kesempitan spectrum
frekuensinya dan tingkat keteraturan dari barisan gelombang. Cahaya koheren
sempurna ekivalen dengan sebuah barisan gelombang stu frekuensi dengan
spectrum frekuensinya dapat dinyatakan hanya dengan satu garis, sehingga
menunjukkan seberapa monokromais suatu sumber cahaya. Dengan kata lain,
koherensi waktu mengkarakterisasi seberapa baik suatu gelombang dapat
berinterferensi pada waktu yang berbeda(Tippler,1991).
Page|7

BAB 3. METODE EKSPERIMEN

Eksperimen yang dilakukan adalah untuk menentukan tetapan kalibrasi.


Sebelum memulai eksperimen, diberikan beberapa metode sebagai pendukung
agar eksperimen dapat dilakukan secara terstruktur dan sistematis. Percobaan ini
dilakukan dengan beberapa metode eksperimen, yaitu :

3.1 Rancangan Penelitian


Eksperimen dilaksanakan di Laboratorium Fisika Modern, Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember pada hari
Senin, 13 Maret 2023 pukul 13.40 – 14.50 WIB. Berdasarkan eksperimen
interferometer michelson yang akan dilakukan, maka rancangan penelitian akan
dirangkai sebagai berikut :

Identifikasi Permasalahan

Kajian Pustaka

Variabel Penelitian

Kegiatan Eksperimen

Data

Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Eksperimen Interferometer Michelson.

Permasalahan dalam percobaan eksperimen interferometer michelson adalah


untuk mengetahui tetapan kalibrasi. Menunjang percobaan yang akan dilakukan
untuk mengetahui rasio perbandingannya maka kajian pustaka sangat diperlukan
untuk mengetahui dasar percobaan. Variabel percobaan kemudian ditentukan
untuk mengetahui jenisnya baik itu terikat, bebas, dan kontrol. Setelah mengetahui
Page|8

variabelnya, maka alat dan bahan disiapkan untuk melakukan kegiatan


eksperimen. Kegiatan eksperimen yang telah dilakukan akan menghasilkan data
yang kemudian dapat diolah. Analisis data digunakan sebagai bantuan untuk
mengolah data untuk dibaca kembali. Setelah data di analisis, maka hasil yang
didapatkan dapat dijadikan kesimpulan. Sehingga tujuan akhir dari percobaan ini
dapat dijelaskan dengan kesimpulan yang didapatkan.

3.2 Jenis dan Sumber Data Eksperimen


Data yang akan diambil berupa data kuantitatif yaitu jumlah frinji dengan
variasi relative transmission yang digunakan. Penggunaan beam spliter ini
digunakan untuk melihat pola interferensi frinji. Sehingga dapat diketahui
bagaimana pengaruh posisi micrometer terhadap jumlah frinji. Sumber diperoleh
dari data hasil eksperimen dan perhitungan dengan ralat.

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran


Variabel dan Pengukuran yang dilakukan dalam eksperimen interferometer
michelson adalah sebagai berikut :

3.3.1 Variabel Eksperimen


Variabel yang digunakan dalam eksperimen interferometer michelson adalah
sebagai berikut :

1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam eksperimen interferometer michelson adalah posisi
micrometer. posisi micrometer sebagai variable bebas karena dm ini tidak
dipengaruhi oleh apapun justru berpengaruh terhadap hasil percobaan.
Posisi micrometer yang digunakan ada sepuluh variasi
Page|9

2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam eksperimen interferometer michelson adalah jumlah
cincin. jumlah cincin sebagai variable terikat karena tergantung variasi posisi
micrometer yang digunakan ketika praktikum.

3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam eksperimen interferometer michelson adalah panjang
gelombang. panjang gelombang sebagai variable control dikarenakan
panjang gelombang mempengaruhi yang lainnya.

3.3.2 Skala Pengukuran


Berdasarkan eksperimen interferometer michelson yang akan dilakukan,
maka dapat dituliskan skala pengukuran yang digunakan, yaitu sebagai berikut :
1. Menghitung perubahan lintasan optis
𝛴𝑑𝑚
𝑑𝑚 =
𝑛
2. Ralat hitung

(𝛴𝑑𝑚𝑖 − 𝑑𝑚)2
∆𝑑𝑚 = √
𝑛(𝑛 − 1)

𝑁𝜆
𝑘

𝑁 𝑁 𝑁
1
∆𝑦 = √ ( ∑ 𝑦𝑖 2 − 𝐴 ∑ − 𝐵 ∑ 𝑦𝑖 )
𝑁−2 𝑥𝑖𝑦𝑖
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1

∆𝑚 = (𝑛𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥𝑖)2)1/2
𝑖
P a g e | 10

3.4 Kerangka Pemecahan Masalah


Eksperimen dilaksanakan dengan kerangka pemecahan masalah pada
eksperimen interferometer Michelson. Eksperimen dilakukan dengan
digambarkan oleh skema percobaan seperti berikut :

Mulai

Persiapan Alat

Pemutaran Micrometer

Pola Interferensi

Penghitungan Jumlah Frinji

Pengulangan

Selesai

Gambar 3.2 Skema Percobaan Interferometer Michelson

3.4.1 Prosedur Kerja


Berdasarkan skema diatas, maka prosedur kerja yang dilakukan dalam
eksperimen Interferometer Michelson adalah sebagai berikut:
3.4.1.1 Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen Interferometer Michelson
adalah sebagai berikut :

1. Meja interferometer (precision interferometer, OS-9255A), sebagai


penahan.
2. Sumber laser He-Ne (OS-9171), sebagai sumber cahaya
P a g e | 11

3. Bangku laser (OS-9172), sebagai penahan laser


4. Perlengkapan interferometer Michelson: Beam Splitter, Compensator,
Movable Mirror, Adjustable Mirror, Convex Lens 18 nm, sebagai alat
utama ketika praktikum.

3.4.1.1 DesainPercobaan
Langkah kerja dalam eksperimen Interferometer Michelson adalah sebagai
berikut :

1. Susunlah peralatan eksperimen seperti pada gambar 1.3. (Ini mirip dengan
gambar 1.1). Kompensator dapat ditiadakan jika sumber yang digunakan
adalah laser.
2. Siapkanlah interferometer dengan memposisikan laser He-Ne pada
kedudukan di depan lensa sejajar bangku interferometer Michelson.
Dengan menutup M2, atur posisi M1 sehingga berkas pantulannya dapat
dilihat di layar. Dengan cara sama atur posisi M2, sehingga cahaya dari M2
berimpit dengan cahaya dari M1. (Ada beberapa trik untuk mendapat
berkas dari M1 dan M2 terkumpul di satu titik. Jika saudara tidak dapat
mencarinya, dapat didiskusikan dengan asisten).

Gambar 3.3 Susunan alat eksperimen interferometer michelson.


(Sumber : Tim Penyusun, 2018).
P a g e | 12

3. Putar secara perlahan-lahan skrup pengatur pada M2 (horizontal dan


vertikal) sehingga pola interferensinya (seperti gambar 1.2) dapat dilihat
jelas pada layar pengamatan.
4. Aturlah posisi mikrometer skrup pada setengah skala utama (dua kali
putaran = 2 x 25 skala). Amati perubahan frinji yag terjadi.
5. Putar mikrometer satu putaran penuh berlawanan arah jarum jam. Secara
perlahan putar sekali lagi sampai angka nol pada knob berimpit dengan
garis tanda.
6. Catat posisi awal mikrometer sebelum memulai menghitungnya (tidak
harus dimulai dari skala nol).
7. Putar terus sampai anda dapat menghitung sekitar N = 25 frinji. Baca posisi
mikrometer yang baru.

8. Catat posisi d25 ini sehingga jarak mikrometer dapat saudara hitung
menurut poin 8 dan 9 di atas. Ingat setiap garis pada skala mikrometer

bersesuaian dengan jarak ~ 1 μm 10 6


mete  lintasan cermin (asumsi
belum dikalibrasi).
9. Ulangi langkah 9 dan 10 untuk jumlah frinji yang berbeda. Jumlah frinji
dapat dibuat kelipatan 25. Lakukan pengamatan untuk mendapatkan 10
pasang data posisi mikrometer-frinji yang berbeda.

3.5 Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam eksperimen interferometer
michelson adalah bersifat interval atau melalui pengukuran. Metode pengukuran
ini berupa pengukuran jumlah frinji. Pengukuran secara langsung dilakukan untuk
mengetahui panjang gelomang. Sehingga data yang diperoleh berupa nilai
pengaruh panjang gelombang terhadap jumlah frinji.

Tabel 3.1 Pengaruh filter transmisi terhadap potensial penghenti


P a g e | 13

No Jumlah frinji Posisi micrometer


1
2
3

Penyajian data dalam bentuk grafik digambarkan sebagai berikut :

2 dm/λ
Gambar 3.4 grafik hubungan pergeseran cermin terhadap jumlah frinji

2 dm/λ
Gambar 3.5 grafik err6r bar hubungan pergeseran cermin terhadap jumlah frinji

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari eksperimen interferometer michelson dapat
dituliskan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
P a g e | 14

Tabel 4.1.1 Pengaruh dm terhadap N


No N Frinji d0(mm) d1(mm) dr= d1-d0(mm)
1 20 0.05 0.059 0.009
2 25 0.059 0.069 0.010
3 30 0.069 0.082 0.013
4 35 0.082 0.096 0.014
5 40 0.096 0.112 0.016
6 45 0.112 0.129 0.017
7 50 0.129 0.152 0.023
8 55 0.152 0.175 0.023
9 60 0.175 0.199 0.024
10 65 0.199 0.229 0.030
11 70 0.229 0.264 0.035
12 75 0.264 0.3 0.036
13 80 0.3 0.337 0.037
14 85 0.337 0.375 0.038
15 90 0.375 0.417 0.042
16 95 0.417 0.468 0.051
17 100 0.468 0.52 0.052
18 105 0.52 0.579 0.059
19 110 0.579 0.639 0.060
20 115 0.639 0.701 0.062

Grafik Hubungan N dan dr


140

120
f(x) = 1677.52626692926 x + 12.8965200114525
100 R² = 0.975487830709092

80

60

40

20

0
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran frinji.
P a g e | 15

Tabel 4.1.2 Tabel tetapan kalibrasi

λ(mm) m grafik k1 k1 rata Δk1 k2 rata Δk2 k1 ± Δk1


0.000633 0.703 0,527 ± 0,061
0.000633 0.791 0,527 ± 0,061
0.000633 0.730 0,593 ± 0,061
0.000633 0.791 0,452 ± 0,061
0.000633 0.791 0,527 ± 0,061
0.000633 0.838 0,593 ± 0,061
0.000633 0.688 0,583 ± 0,061
0.000633 0.757 0,506 ± 0,061
0.000633 0.791 0,407 ± 0,061
0.000633 0.686 0,416 ± 0,061
1677.526267 0.693 0.082 0.531 0.020
0.000633 0.633 0,446 ± 0,061
0.000633 0.659 0,452 ± 0,061
0.000633 0.684 0,467 ± 0,061
0.000633 0.708 0,503 ± 0,061
0.000633 0.678 0,424 ± 0,061
0.000633 0.589 0,429 ± 0,061
0.000633 0.608 0,448 ± 0,061
0.000633 0.563 0,452 ± 0,061
0.000633 0.580 0,442 ± 0,061
0.000633 0.587 0,406 ± 0,061
P a g e | 16

Gambar 4.2 Grafik hubungan error bar antara jumlah frinji dan pergeseran frinji.

4.2 Pembahasan
Eksperimen interferometer michelson perlakuan ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pergeseran micrometer skrup dengan jumlah frinji yang
dihasilkan. Jumlah frinji yang divaiasi yaitu kelipatan dari 25 dengan sebanyak 10.
Berdasarkan hasil yang dilampirkan pada tabel data diatas, dapat diketahui bahwa
semakin besar pergeseran micrometer skrup maka akan semakin besar pula jumlah
frinjinya. Hasil yang didapatkan ini bsa dibilang berbanding lurus. Hal ini
dikarenakan Laser He-Ne memancarkan cahaya ke arah lensa pembagi
berkas(Beam Splitter) yang menyebabkan sinar akan terbagi dua, yaitu sebagian
menuju cermin M1 dan sebagian yang lain menuju cermin M2. Pantulan cahaya
masing-masing dari M1 dan M2 akan bersatu kembali pada lensa pembagi(Beam
Splitter) dan diteruskan ke layar pengamatan dengan menghasilkan pola
gelapterang berbentuk cincin yang disebut Frinji. Dengan menggerakkan cermin
perlahan-lahan sejauh dm dan menghitung N yaitu banyaknya pola interferensi
yang kembali ke kondisi awal, maka panjang gelombang cahaya dapat dihitung.
Eksperimen ini diberi perlakuan yang sama sebanyak tiga kali pengulangan.
Hasil yang didapat tetapan kalibrasi juga dibilang berbanding lurus dengan jumlah
P a g e | 17

frinji yang dihasilkan, jadi jika semakin besar jumlah frinji maka semakin besar
pula tetapan kalibrasi yang dihasilkan. Panjang gelombang yang didapat dari
perhitungan data yang didapat yaitu semakin besar jumlah frinji maka semakin
kecil nilai panjang gelombang yang didapat, hal ini dikarenakan dalam persamaan
nilai perubahan pergeseran frinji dibagi dengan jumlah frinji atau bias dikatakan
berbanding terbalik. Data yang didapatkan yaitu data yang linier, hal ini
dikarenakan data grafik yang dihasilkan yaitu lurus atau linier.
Eksperimen dengan interferometer michelson digunakan untuk menentukan
Panjang gelombang. Panjang gelombang yang didapat dengan cara melihat jarak
antara titik terang dengan titik gelap. Tidak ada petunjuk dalam praktikum untuk
mencari panjang gelombang. Tujuan dalam percobaan ini seharusnya juga untuk
mencari panjang gelombang juga, agar data yang didapat semakin lengkap.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen interferometer michelson yang telah dilakukan,
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh pergeseran micrometer skrup yang digunakan terhadap jumlah
frinji ditunjukkan bahwa semakin besar pergeseran micrometer skrup akan
menghasilkan jumlah frinji yang semakin membesar.
2. Pengaruh jumlah frinji yang digunakan terhadap tetapan kalibrasi yang
diperoleh ditunjukkan bahwa jumlah frinji semakin besar akan menghasilkan
nilai tetapan kalibrasi yang semakin membesar juga.
3. Pengaruh jumlah frinji yang digunakan terhadap panjang gelombang yang
diperoleh ditunjukkan bahwa jumlah frinji semakin besar akan menghasilkan
nilai panjang gelombang yang semakin kecil juga.

5.2 Saran
Hal utama yang diperlukan dalam eksperimen interferometer michelson
adalah laser yang masuk melalui beam spliter yang digunakan oleh praktikan.
P a g e | 18

Praktikan diharuskan tepat untuk meletakkan agar laser yang digunakan tepat
mengenai beam spliter. Pratikan harusnya berhati-hati untuk menggunakan laser
karena laser yang dgunakan jika mengenai mata akan menyebabkan buta.
Praktikan harus benar-benar melakukan percobaan dengan disesuaikan modul agar
percobaan dapat dikatakan berhasil.
P a g e | 19

DAFTAR PUSTAKA

Falah, M. 2008. Analisis Pola Interferensi pada Interferometer Michelson Untuk


Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya.
Semarang : Skripsi S1 FMIPA UNDIP.

Halliday. 1978. Fisika Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Oktavia, A. 2006. Penggunaan Interferometer Michelson Untuk Menentukan


Panjang Gelombang Laser Dioda dan Indeks Bias Bahan Transparan.
Semarang : Skripsi S1 FMIPA UNDIP.

Setyaningsih, Agustina. 2009. Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser


Menggunakan Interferometer Michelson. Semarang : Skripsi S1 FMIPA
UNDIP.

Tippler, P.A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Tim Penyusun. 2018. Buku Panduan Praktikum Eksperimen Fisika I. Jember :


Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai