oleh
Interferensi cahaya adalah sifat cahaya hasil dari perpaduan atau superposisi dua
atau lebih gelombang dapat bersifat saling membangun atau saling melemahkan .
Pola interferensi ini dapat terbentuk dari perpaduan cahaya yang koheren. Pada
percobaan ini, data akan diambil secara langsung dan berulang. Percobaan ini
terdiri dari dua percobaan yaitu, percobaan interferensi cahaya dengan
interferometer Michelson-Morley dan percobaan difraksi cahaya dengan prinsip
Babinet. Data yang diperoleh dari percobaan interferometer Michelson-Morley
adalah nilai awal dan nilai akhir yang ditunjukkan oleh mikrometer sekrup setelah
diputar, kemudian data ini akan diolah sehingga diperoleh nilai rasio pergeseran
Frinji sedangkan pada percobaan difraksi prinsip Babinet diperoleh data jarak
antara pola gelap pada layar, kemudian data ini akan diolah sehingga diperoleh
plot grafik jarak sumber ke layar terhadap nilai rata-rata dari selisih jarak antar
gelap, lalu dari grafik tersebut akan diperoleh lebar celah sempit atau ketebalan
dari benda yang ditinjau.
ABSTRAK .........................................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan...........................................................................................1
Bab II Dasar Teori.............................................................................................3
II.1 Interferensi.....................................................................................3
II.2 Interferometer Michelson-Morley..................................................3
II.3 Metode Pembagian Cahaya............................................................4
II.4 Prinsip Babinet...............................................................................5
Bab III Metode dan Hipotesis.............................................................................6
III.1 Metode...........................................................................................6
III.2 Hipotesis.........................................................................................6
Bab IV Hasil dan Pembahasan...........................................................................7
IV.1 Hasil Eksperimen...........................................................................7
IV.1.1 Eksperimen Interferensi Cahaya dengan Interferometer
Michelson-Morley..............................................................7
IV.1.2 Eksperimen Difraksi Cahaya dengan Prinsip Babinet.......8
IV.2 Pembahasan..................................................................................12
IV.2.1 Pertanyaan........................................................................12
IV.2.2 Analisis.............................................................................13
IV.2.3 Open Problem..................................................................14
Bab V Kesimpulan...........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
ii
Bab I Pendahuluan
Pada tahun 1902, gelombang yang ada di alam diketahui memerlukan gelombang
medium untuk penjalarannya. Oleh sebab itu, diprediksi bahwa cahaya juga
memerlukan sebuah medium untuk penjalarannya yang disebut eter walaupun
diketahui bahwa cahaya dapat menjalar di dalam vakum melalui luar angkasa.
Eter diketahui memiliki sifat unik yaitu, kerapatan yang rendah dan sifat
elastisitas nya yang kuat. Pada tahun 1873, Maxwell mengusulkan bahwa sifat-
sifat dari eter harus konsisten dengan teori elektromagnetik dan akhirnya pada
tahun 1880 konsep eter diterima dengan baik. Albert Michelson (1852-1931) dan
Edward Morley (1838-1923) adalah ilmuwan yang berjuang mendeteksi
keberadaan eter dengan menggunakan interferometer, yaitu alat yang dapat
digunakan untuk mengukur perbedaan fasa antara dua gelombang cahaya. Pada
percobaan ini, apabila didapati adanya pergeseran pola frinji maka keberadaan
eter adalah benar, namun hasil yang diperoleh pada percobaan Michelson-Morley
adalah didapati tidak ada pola pergeseran frinji yang diharapkan. Maka dari
eksperimen ini, Michelson-Morley menyimpulkan bahwa keberadaan eter tidaklah
benar(Inge,2016).
Prinsip Babinet dirumuskan oleh fisikawan Prancis Jacques Babinet, Prinsip ini
Babinet adalah metode yang dapat digunakan untuk mengukur ketebalan dari
benda-benda yang tipis, prinsip ini menyatakan bahwa pola difraksi yang
menggunakan celah sempit akan menghasilkan pola yang sama bila celah tersebut
diganti dengan komplemennya.
1
Tujuan pecobaan interferometer dan prinsip Babinet adalah :
Asumsi yang digunakan pada pecobaan interferometer dan prinsip babinet adalah:
2
Bab II Dasar Teori
II.1 Interferensi
Sifat gelombang yang paling unik dan membedakannya dengan partikel adalah
superposisi gelombang. Interferensi adalah perpaduan atau superposisi dua atau
lebih gelombang yang memiliki sifat dapat membangun atau melemahkan. Sifat
interferensi cahaya ini dapat diperoleh dengan memandang cahaya sebagai
gelombang. Interferensi dapat dibentuk oleh perpaduan cahaya yang koheren,
yaitu cahaya yang memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama serta fasa awal
atau beda fasa yang konstan.
3
percobaan Michelson-Morley adalah didapati tidak ada pola pergeseran frinji yang
diharapkan. Maka dari eksperimen ini, Michelson-Morley menyimpulkan bahwa
keberadaan eter tidaklah benar(Inge,2016).
NΛ
K= (1)
2 ΔX
Sumber cahaya koheren dari sumber yang berbeda sangat sulit diperoleh.
Pembagian metode gelombang cahaya dilakukan untuk memperoleh dua berkas
cahaya dari satu sumber. Oleh karena itu, pada percobaan ini diperlukan metode
pembagian gelombang dari suatu sumber cahaya agar karateristik koherensi
cahaya dapat dipenuhi. Metode pembagian cahaya terdiri atas pembagian muka
gelombang dan pembagian amplitudo.
4
II.4 Prinsip Babinet
Pola gelap pada difraksi celah sempit dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan (2) dan jika jarak layar ke celah difraksi adalah L, maka jarak antar
terang pusat (untuk sudut difraksi kecil) dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan (3).
d
L= ΔX (3)
Λ
Dengan θadalah sudut difraksi, n adalah pola terang ke-n, L adalah jarak sumber
ke layar, Δ X adalah perubahan lintasan optik (nm) dan d adalah lebar celah
sempit (nm) serta Λ adalah panjang gelombang (nm).
5
Bab III Metode dan Hipotesis
III.1 Metode
Pada percobaan ini, dilakukan dua variasi percobaan yaitu percobaan interferensi
dengan menggunakan interferometer Michelson-Morley dan percobaan difraksi
yang menggunakan prinsip Babinet.
III.2 Hipotesis
6
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan ini, data yang diperoleh adalah nilai awal dan nilai akhir dari
mikrometer sekrup setelah diputar dengan pengambilan 10 data pada acuan satu
pola interferensi bergerak menuju pusat. Data pada percobaan ini disajikan pada
Tabel III.1.
7
Nilai rasio pergesaran pola Frinji dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan 1. Pada percobaan ini diperoleh adanya galat dari rasio pergeseran
hasil percobaan terhadap rasio pergeseran teoritis sebesar 4,831%.
Pada percobaan ini, data yang diperoleh adalah jarak antara pola gelap. Pada
percobaan ini digunakan sehelai rambut laki-laki dan perempuan serta kawat
email dan akan divariasikan jarak antara layar dengan bangku optik. Data pada
percobaan ini disajikan pada Tabel III.2.1 sampai Tabel III.2.3.
8
Dari data diatas, dapat diperoleh hubungan semakin besar jarak sumber ke layar
maka semakin besar perubahan lintasan optik yang diperoleh. Hubungan ini
sesuai dengan persamaan matematis pada persamaan (3). Data pada percobaan ini
dapat dibuat dalam plot grafik jarak sumber ke layar terhadap perubahan lintasan
optik seperti pada Gambar III.2.1.
1200
f(x) = 30 x + 570
1100 R² = 1
1000
L (mm)
900
800
700
600
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
|(Δ𝑋avg)|
Gambar IVI.2.1 Plot grafik dengan sumbu x adalah rata-rata selisih dari jarak
antara pola gelap dan sumbu y adalah jarak sumber ke layar
dengan menggunakan objek rambut perempuan.
Plot grafik diatas diperoleh dari data pada Tabel III.2.1. Dari grafik tersebut
diperoleh nilai gradien sebesar 125,77 dan diperoleh nilai kelinearan sebesar
0,997. Dari hubungan nilai gradien hasil plot grafik jarak sumber ke layar
terhadap perubahan lintasan optik diperoleh ketebalan rambut secara eksperimen
adalah 79,58 mm sedangkan ketebalan rambut secara teoritis adalah 75,48 mm.
Sehingga diperoleh galat sebesar 5,43%
9
3 5,5 5 5,25
4 5 5 5
5 5,5 5,5 5,5
1 5 5 5
2 7 6 6,5
900 3 5,5 7 6,25 6,2
4 6 6,5 6,25
5 7 7 7
1 6,5 6 6,25
2 6 8 7
1050 3 7 7 7 6,95
4 7 8 7,5
5 7 7 7
1 7 7 7
2 8,5 8 8,25
1200 3 8 9 8,5 8,1
4 8,5 8 8,25
5 8,5 8,5 8,5
Dari data diatas, dapat diperoleh hubungan semakin besar jarak sumber ke layar
maka semakin besar perubahan lintasan optik yang diperoleh. Hubungan ini
sesuai dengan persamaan matematis pada persamaan (3). Data pada percobaan ini
dapat dibuat dalam plot grafik jarak sumber ke layar terhadap perubahan lintasan
optik seperti pada Gambar III.2.2.
1200
f(x) = 30 x + 570
1100 R² = 1
1000
900
L (mm)
800
700
600
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3. 5. 7. 9. 11. 13. 15. 17. 19. 21. 23. 25.
|(Δ𝑋avg)|
Gambar IVI.2.2 Plot grafik dengan sumbu x adalah rata-rata selisih dari jarak
antara pola gelap dan sumbu y adalah jarak sumber ke layar
dengan menggunakan objek rambut laki-laki.
10
Plot grafik diatas diperoleh dari data pada Tabel III.2.2. Dari grafik tersebut
diperoleh nilai gradien sebesar 155,56 dan diperoleh nilai kelinearan sebesar
0,995. Dari hubungan nilai gradien hasil plot grafik jarak sumber ke layar
terhadap perubahan lintasan optik diperoleh ketebalan rambut secara eksperimen
adalah 98,44 mm sedangkan ketebalan rambut secara teoritis adalah 112,2 mm.
Sehingga diperoleh galat sebesar 12,26%
Dari data diatas, dapat diperoleh hubungan semakin besar jarak sumber ke layar
maka semakin besar perubahan lintasan optik yang diperoleh. Hubungan ini
sesuai dengan persamaan matematis pada persamaan (3). Data pada percobaan ini
dapat dibuat dalam plot grafik jarak sumber ke layar terhadap perubahan lintasan
optik seperti pada Gambar III.2.3.
11
1200
1100
L (mm) 1000
900
800
700
f(x) = 30 x + 570
600 R² = 1
2 2.5 3 3.5 4
|(Δ𝑋avg)|
Gambar IVI.2.3 Plot grafik dengan sumbu x adalah rata-rata selisih dari jarak
antara pola gelap dan sumbu y adalah jarak sumber ke layar
dengan menggunakan objek kawat.
Plot grafik diatas diperoleh dari data pada Tabel III.2.3. Dari grafik tersebut
diperoleh nilai gradien sebesar 389,61 dan diperoleh nilai kelinearan sebesar
0,987. Dari hubungan nilai gradien hasil plot grafik jarak sumber ke layar
terhadap perubahan lintasan optik diperoleh ketebalan kawat secara eksperimen
adalah 246,54 mm sedangkan ketebalan kawat secara teoritis adalah 209 mm.
Sehingga diperoleh galat sebesar 17,96%
IV.2 Pembahasan
Pada bagian ini akan dijawab soal-soal yang ada pada modul 06 : Interferometer
dan Prinsip Babinet yang meliputi pertanyaan, analisis dan open problem.
IV.2.1 Pertanyaan
Makna fisis rasio pergeseran pada interferometer merupakan nilai satu skala
milimeter pada alat yang berhubungan dengan pergeseran cermin sebesar 1
milimeter dan rasio pergeseran adalah faktor dari interferometer.
Prinsip Huygens adalah prinsip yang menyatakan bahwa setiap muka gelombang
dapat menghasilkan gelombang-gelombang yang baru dengan panjang gelombang
yang sama dengan panjang gelombang sebelumnya. Prinsip Huygens ini dapat
12
menunjukkan sifat difraksi cahaya pada celah yang sempit. Pada saat cahaya
melewati celah sempit, muka gelombang akan menimbulkan gelombang-
gelombang baru yang jumlahnya sangat banyak, sehingga gelombang akan
menyebar dan akan terbentuk pola gelap terang. Sedangkan prinsip Babinet adalah
prinisp yang menyatakan bahwa pola difraksi pada celah sempit akan
menghasilkan pola difraksi yang sama apabila celah sempit diganti dengan
komplemennya. Komplemen yang dimaksud adalah penghalang yang memiliki
ukuran yang sama dengan celah sempit. Kaitan antara prinsip Huygens dan
prinsip Babinet adalah kedua prinsip ini menyatakan bahwa pola difraksi
terbentuk ketika suatu sumber gelombang cahaya melewati celah sempit, dan pada
prinsip Babinet, celah sempit dapat diganti dengan komplemennya.
Cahaya refleksi yang masuk kedalam cavity laser akan mempengaruhi stabilitas
intensitas keluaran cahaya laser. Hal ini ini disebabkan karena didalam cavity
laser terdapat 3 kompponen utama yaitu, medium laser, pemompa energi, dan
sepasang cermin. Cermin dan pengganda keluaran akan memantulkan radiasi
cahaya yang diemisikan. Gelombang cahaya laser yang masuk kedalam cavity
laser otomatis akan berinteraksi dan akan melemahkan intensitas keluaran cahaya
dari cavity laser.
IV.2.2 Analisis
13
kesalahan dari alat interferometer yang digunakan seperti dudukan mikrometer
sekrup yang tidak stabil.
Adanya perbedaan ketebalan rambut dan kawat email tembaga pada percobaan
dengan referensi adalah adanya kesalahan paralaks dalam menentukan garis jarak
pola antar gelap dan adanya sumber cahaya yang menyebar, kemudian perbedaan
pada pengukuran lebar kawat juga dapat disebabkan oleh temperatur yang
mempengaruhi koefisien muai tembaga.
Garis-garis tipis yang dihasilkan pada pola difraksi dihasilkan oleh adanya
pantulan dari gelombang yang tidak sempurna atua dapat juga dihasilkan dari sisa
gelombang pantulan. Garis-garis tipis yang terbentuk sesuai dengan prinsip
Huygens yang dihasilkan dari peristiwa interferensi dari dua muka gelombang
yang diberikan penghalang.
14
Bab V Kesimpulan
1. Besar nilai rasio pergeseran pola frinji dapat dilihat pada Tabel III.1. Besar
nilai rasio pergeseran pola frinji secara eksperimen diperoleh sebesar 1084,
931 nm/mm sedangkan nilai rasio pergeseran pola frinji secara teoritis
diperoleh sebesar 1140 nm/mm. Dari perbandingan nilai rasio pergeseran pola
frinji secara eksperimen dan teoritis diperoleh galat sebesar 4,831%. Galat
yang diperoleh dapat diakibatkan oleh kedaan dari alat percobaan
interferometer Michelson-Morley, yaitu tidak stabilnya dudukan tempat
mikrometer sekrup, adanya kesalahan pembacaan nilai yang tertera pada
mikrometer sekrup dan adanya kesalahan melihat pola interferensi yang
bergerak menuju pusat serta adanya penyebaran dari sumber cahaya laser.
2. Besar nilai ketebalan dari sehelai rambut perempuan secara percobaan
diperoleh 79,58 mm sedangkan nilai ketebalan rambut perempuan secara teori
diperoleh 75,48 mm. Sehingga diperoleh galat sebesar 5,43%. Galat yang
diperoleh dapat diakibatkan adanya kesalahan dalam menentukan pola terang
ke-n dari difraksi yang dihasilkan, adanya kesalahan paralaks serta adanya
penyebaran dari sumber cahaya laser.
3. Besar nilai ketebalan dari sehelai rambut laki-laki secara percobaan diperoleh
98,44 mm sedangkan nilai ketebalan rambut perempuan secara teori diperoleh
112,2 mm. Sehingga diperoleh galat sebesar 12,26%. Galat yang diperoleh
dapat diakibatkan adanya kesalahan dalam menentukan pola terang ke-n dari
difraksi yang dihasilkan, adanya kesalahan paralaks serta adanya penyebaran
dari sumber cahaya laser.
4. Besar nilai ketebalan dari kawat secara percobaan diperoleh 246,54 mm
sedangkan nilai ketebalan kawat secara teori diperoleh 209 mm. Sehingga
diperoleh galat sebesar 17,96%. Galat yang diperoleh dapat diakibatkan
adanya kesalahan dalam menentukan pola terang ke-n dari difraksi yang
dihasilkan, adanya kesalahan paralaks.
DAFTAR PUSTAKA
15
Sutjahja, Inge M., (2016) : Fisika Modern Teori dan Contoh Aplikasi Fenomena
Tunneling, ITB Press, Bandung, 2, 17.
16