Anda di halaman 1dari 4

MODUL 11

INTERFEROMETER

1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum modul 11 - Interferometer ini adalah:
1.1 Menentukan nilai rasio pergeseran cermin terhadap pergeseran micrometer sekrup.

2. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
2.1 ALAT
1. Set interferometer presisi (1 set)
2. He-Ne laser (1 set)

3. TEORI DASAR
Interferensi adalah suatu peristiwa superposisi dari dua gelombang yang menghasilkan pola
dengan intensitas yang bervariasi secara periodik sebagai akibat terjadinya superposisi konstruktif dan
destruktif. Jika gelombang tersebut adalah gelombang cahaya, maka dapat diamati pola terang gelap
yang berulang. Interferometer adalah suatu konfigurasi yang terdiri dari susunan cermin dan sumber
cahaya koheren untuk menghasilkan pola interferensi. Salah satu jenis interferometer yang terkenal
adalah interferometer Michelson. Michelson awalnya mengembangkan interferometer ini untuk
menyelidiki pertanyaan tentang sifat gelombang cahaya, khususnya untuk menjawab pertanyaan
hipotesis apakah penjalaran cahaya membutuhkan medium, yang diduga sebagai eter. Eter sendiri
merupakan sebuah material tak kasat mata yang pada masanya dianggap sebagai sebuah media dimana
gelombang cahaya merambat.
Interferometer Michelson tersusun dari dua cermin datar dan sebuah pembagi cahaya ( beam
splitter ), seperti diilustrasikan dalam Gambar 3.1. Seperti terlihat pada gambar tersebut, interferometer
ini memisahkan satu berkas cahaya menjadi dua berkas cahaya dengan intensitas yang berimbang,
dengan memanfaatkan pembagi berkas cahaya BS dan menggabungkan kembali kedua berkas cahaya
tersebut pada layar. Cahaya yang dipantulkan (berkas 1) akan dipantulkan oleh cermin M 1 kembali
menuju pembagi berkas dan kemudian menuju layar. Demikian pula berkas cahaya yang ditransmisikan
(berkas 2), berkas tersebut akan dipantulkan kembali menuju beam splitter oleh cermin M 2, dan
kemudian menuju layar. Cermin M2 diatur menggunakan mikrometer sekrup dan menggunakan prinsip
Whitworth sebagai alat untuk mengatur jarak M2 ke BS lebih presisi dan detail lagi. Pada layar, akan
terjadi superposisi konstruktif dan destruktif yang membentuk suatu pola interferensi tergantung pada
perbedaan fasa di antara kedua berkas cahaya tersebut saat tiba di layar.

M11: Interferometer 1
Gambar 3.1. Susunan Interferometer Michelson

Kedua berkas tersebut mengalami pergeseran fase sebesar ketika mengalami pemantulan di
cermin M1 dan M2 dan tambahan fase pergeseran fasa akibat penjalaran di dalam medium pembagi
berkas. Total perbedaan fasa di antara kedua berkas tersebut ketika sampai di layar adalah :
𝛷 = 𝜑 ′ + 2𝑘 (𝐿1 − 𝐿2 )
Dimana k adalah bilangan gelombang serta L1 dan L2 adalah panjang lintasan berkas 1 dan 2 di
antara pembagi berkas dan cermin M1 dan M2. Pada layar, akan terbentuk pola gelap terang yang
bergantung pada karakteristik berkas dan orientasi cermin. Jika berkas yang digunakan berasal dari laser
dan arah berkas saat jatuh ke cermin selalu tegak lurus, maka dapat diamati pola cincin terang gelap
berbentuk lingkaran pada layar. Jika sudut cermin sedikit diubah, sehingga arah berkas datang tidak
tegak lurus terhadap cermin, maka bentuk lingkaran berubah menjadi bentuk elips.
Nilai rasio pergeseran cermin terhadap pergeseran mikrometer sekrup (k) berbeda beda
tergantung pada alat yang digunakan. Rasio ini dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

Keterangan:
k = Rasio pergeseran cermin terhadap pergeseran mikrometer sekrup
n = jumlah perulangan pola identik
λ = panjang gelombang laser (nm)
∆𝑥 = selisih jarak pada mikrometer sekrup (nm)

Terjadinya pola gelap terang pada layer disebabkan oleh proses superposisi 2 gelombang
(gelombang cahaya dari cermin 1 dan cermin 2), yang dapat bersifat konstruktif yang menyebabkan pola
terang dan bersifat destruktif yang menyebabkan pola gelap. Hasil superposisi dari alat ini berupa lapisan
cincin, atau disebut Newton’s ring.

M11: Interferometer 2
Gambar 3.2. Hasil superposisi pada layar

4. BAHAN LATIHAN
4.1 Turunkan persamaan (1) dan jelaskan syarat untuk terjadinya interferensi konstruktif dan
destruktif !
4.2 Terkait dengan persamaan (2), jelaskan mengapa setiap pergesearn sebesar setengah
gelombang akan mengembalikan pola interferensi ke bentuk semulanya ! Jelaskan bagaimana
persamaan (2) dapat diperoleh!
4.3 Jelaskan apa yang terjadi jika berkas cahaya tidak terbagi dua secara berimbang intensitasnya
(50% : 50%) !
4.4 Jelaskan mengapa pola interferensi yang akan teramati berbentuk cincin terang gelap ! Apakah
di pusat seharusnya terbentuk spot terang atau spot gelap ?
4.5 Turunkan persamaan (2)!

5. LANGKAH PERCOBAAN
Percobaan ini hendaknya dilakukan oleh minimal 2 orang tiap satu kelompok kecil, di mana satu
orang berperan sebagai pencatat data dan satu orang lainnya berperan sebagai orang yang mengamati
perubahan pola interferensi dan memutar mikrometer sekrup.

4.1 PERCOBAAN 01: MENYUSUN DAN MENGATUR SETUP INTERFEROMETER


1. Susun setup komponen pada pelat dasar dan laser He-Ne pada dudukannya seperti dalam
Gambar 4.1. Pasang pula mikrometer sekrup, yang berguna untuk mengatur posisi cermin
M2 secara presisi, pada posisinya seperti dalam gambar tersebut.
2. Atur posisi laser He-Ne sehingga berkas laser masuk ke cermin divergen dan dipantulkan
kembali oleh cermin M2, masuk ke cermin divergen ditengah-tengahnya.
3. Kendurkan sekrup dari cermin divergen dan putar cermin sekitar 90 ° keluar dari garis yang
dibentuk oleh sinar laser, sehingga berkas laser jatuh ke cermin M2. Atur posisi pembagi
berkas cahaya (dengan mengendurkan sekrupnya lebih dahulu), sehingga berkas 1 dan 2
jatuh pada posisi yang sama di layar (saling overlap dengan sempurna). Oleh karena spot
berkas laser ini kecil, maka pola interferensi belum bisa dilihat.
4. Kembalikan cermin divergen ke posisi semula, sehingga berkas cahaya laser melalui cermin
tersebut.
5. Lakukan pengaturan cermin secara halus hingga teramati pola interferensi (cincin terang
gelap) secara jelas.
M11: Interferometer 3
Gambar 4.1. Setup Interferometer Michelson

4.2 PERCOBAAN 02: PENGUKURAN PERGESERAN CERMIN


1. Setelah diperoleh pola cincin terang gelap yang jelas, catat banyaknya cincin yang terbentuk.
Cobalah ubah posisi mikrometer sekrup pengatur dan amati bagaimana perubahan yang
terjadi!
2. Set posisi mikrometer di sekitar 20 mm dan lakukan pengaturan halus agar pola terang di
pusat berbentuk sempurna. Catatlah posisi mikrometer sekrup pengatur itu (nyatakan
sebagai xi).
3. Ubahlah posisi cermin M2 dengan memutar mikrometer sekrup pengatur secara perlahan-
lahan dan kontinu sembari mengamati berapa kali pola interferensi kembali seperti pola
awalnya. Lakukanlah agar terjadi sebanyak n tertentu perulangan. Catatlah bacaan posisi
mikrometer sekrup pengatur sekarang (nyatakan sebagai Xf).
4. Untuk mengurangi kesalahan dalam menghitung cincin dan menetapkan posisi Xi dan Xf,
ulangi langkah (3) di atas minimal 3 kali.

6. TUGAS ANALISIS
5.1 Apa arti fisis dari rasio pergeseran (k) dalam percobaan ini?
5.2 Berdasarkan percobaan, berapa nilai k yang didapatkan? Mengapa terjadi?
5.3 Bagaimana proses terbentuknya pola terang-gelap pada interferometer Michelson?
5.4 Bagaimana cara mendapatkan pola interferensi yang jelas untuk diamati?
5.5 Apa yang akan terjadi jika sudut pemasangan beam splitter diubah-ubah?

7. DAFTAR PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. 2006. Fundamentals of Physics 6th Edition. John Wiley & Sons.
Mikhailov, E.E. 2013. Physics 251 Atomic Physics Lab Manual, College of William and Mary.
Aether Archived December 3, 2005, at the Wayback Machine.", American Heritage Dictionary of the
English Language.

M11: Interferometer 4

Anda mungkin juga menyukai