Anda di halaman 1dari 25

CATATAN

ASAM BASA
DAN
KESETIMBANGAN ASAM BASA
Divisi Akademik FMIPA – Cabang Kimia
ASAM-BASA
Asam Basa Brønsted-Lowry
✓ Asam adalah pendonor proton
✓ Basa adalah penerima proton
Contoh 1 :

HCl adalah asam karena mendonorkan proton (H+) ke basa (NaOH)


NaOH adalah basa karena menerima proton (H+) dari asam (HCl)
Contoh 2 :
Di dalam air,

HCl adalah asam karena mendonorkan proton (H+) ke H2O


H2O adalah basa karena menerima proton (H+) dari asam (HCl)

Pasangan Asam-Basa Konjugasi


➢ Pasangan asam-basa konjugasi hanya dibedakan oleh satu H+.
➢ Asam memiliki lebih banyak satu H+ dibandingkan basa konjugasi.
Contoh 1 :

HCN = Asam
CN- = Basa konjugasi dari HCN
OH- = Basa
H2O = Asam konjugasi dari OH-
Contoh 2 :

HCHO2 = Asam
CHO2- = Basa konjugasi dari HCHO2
H2O = Basa
H3O+ = Asam konugasi dari H2O

Spesi-Spesi yang Bersifat Amfoter


❖ Spesi yang bersifat amfoter adalah spesi yang mampu bertindak sebagai Asam Brønsted-Lowry atau
Basa Brønsted-Lowry.
Contoh 1 :
HCO3- adalah spesi yang bersifat amfoter. Bila dalam kondisi basa (direaksikan dengan basa), HCO3- akan
bertindak sebagai asam.

Bila dalam kondisi asam (direaksikan dengan asam), HCO3- akan bertindak sebagai basa.
Contoh 2 :
H2O adalah spesi yang juga bersifat amfoter. Bila H2O direaksikan dengan asam, maka H2O akan bertindak
sebagai basa

Bila H2O direaksikan dengan basa, maka H2O akan bertindak sebagai asam

Kekuatan Asam-Basa Brønsted-Lowry


▪ Suatu asam HA dikatakan asam kuat jika asam HA terurai sempurna menjadi H+ dan A- di dalam air
menurut persamaan reaksi berikut :

▪ Suatu asam HA dikatakan asam lemah jika asam HA tidak terurai sempurna menjadi H+ dan A- di dalam
air menurut persamaan reaksi berikut :

▪ Jika suatu spesi asam HA semakin mudah melepaskan H+, artinya semakin banyak H+ yang dilepaskan
oleh asam HA, maka semakin kuat sifat asam dari asam HA tersebut.
▪ Jika suatu spesi asam HA semakin sulit melepaskan H+, artinya semakin sedikit H+ yang dilepaskan oleh
asam HA, maka semakin lemah sifat asam dari asam HA tersebut.
▪ Suatu basa B dikatakan sebagai basa kuat jika basa B bereaksi sempurna dengan air membentuk BH+
dan OH- menurut persamaan reaksi berikut :

▪ Suatu basa B dikatakan sebagai basa lemah jika basa B tidak bereaksi sempurna dengan molekul H2O
membentuk BH+ dan OH- menurut persamaan reaksi berikut :

▪ Jika suatu asam HA bersifat asam kuat, maka basa konjugasinya adalah basa lemah dan jika suatu basa
adalah basa kuat, maka asam konjugasinya adalah asam kuat. Jika suatu asam adalah asam lemah,
maka basa konjugasinya adalah basa kuat dan jika suatu basa adalah basa lemah, maka asam
konjugasinya adalah asam kuat → Hubungan Resiprok Kekuatan Asam-Basa
▪ Hubungan resiprok kekuatan asam-basa dapat digunakan untuk meramalkan arah kesetimbangan
suatu reaksi kesetimbangan asam-basa, dimana arah kesetimbangan reaksi tersebut selalu berada
pada bagian yang terdapat asam lemah dan basa lemah.
Contoh :

HC2H3O2 (asam asetat) merupakan asam lemah. Maka basa konjugasinya, C2H3O2- bersifat basa kuat. Dan
H2O dalam kasus ini adalah basa lemah dan asam konjugasinya, H3O+ adalah asam kuat. Sehingga pada
bagian kanan (produk) terdapat asam kuat dan basa kuat, sedangkan pada bagian reaktan terdapat asam
lemah dan basa lemah, sehingga arah kesetimbangan adalah ke arah kiri.
▪ Kekuatan relatif asam – basa Brønsted-Lowry
Tabel 1. Kekuatan Relatif Asam Basa Brønsted-Lowry
ASAM BASA KONJUGASI
Asam perklorat HClO4 Ion perklorat ClO4-
Asam Iodida HI Ion iodide I-
Asam Bromida HBr Ion Bromida Br-
Asam Klorida HCl Ion Klorida Cl-
Asam Sulfat H2SO4 Ion Hidrogen Sulfat HSO4-
Asam Nitrat HNO3 Ion Nitrat NO3-
+
Ion Hidronium H3O Air H2O
-
Ion Hidrogen Sulfat HSO4 Ion Sulfat SO42-
Asam Nitrit HNO2 Ion Nitrit NO2-
Asam Asetat CH3COOH Ion Asetat CH3COO-
Asam Karbonat H2CO3 Ion Hidrogen Karbonat HCO3-
Ion Amonium NH4+ Amonia NH3
-
Ion Hidrogen Karbonat HCO3 Ion Karbonat CO32-
Air H2O Ion Hidroksida OH-
Metanol CH3OH Ion Metoksida CH3O-
Amonia NH3 Ion Amida NH2-
aKombinasiIon hidronium – air terjadi karena proton dilewatkan dari molekul air yang satu ke molekul air yang lainnya
menurut persamaan reaksi

▪ Dari bawah ke atas (dari ammonia ke asam perklorat), kekuatan asam semakin kuat
▪ Dari atas ke bawah (dari ion perklorat ke ion amida), kekuatan basa konjugasi semakin kuat

▪ Asam biner (binary acid) biasanya terbentuk dari hidrogen dan unsur golongan 16 atau 17, biasanya
dilambangkan dengan H2X atau HX, seperti H2O, H2S, H2Se, H2Te, HF, HCl, HBr, HI.
▪ Kekuatan asam biner bertambah dari kiri ke kanan dalam periode yang sama pada tabel sistem
periodik unsur. Padas asam HnX, semakin ke kanan, atom X bersifat semakin elektrongatif, sehingga
elektron yang dipakai bersama untuk berikatan kovalen dengan atom hidrogen akan lebih tertarik ke
atom X, dan atom H akan menjadi lebih bermuatan parsial positif. Akibatnya, atom H akan lebih
mudah lepas sebagai H+, dan sifat asam dari spesi HnX akan semakin kuat.
▪ Kekuatan asam biner bertambah dari atas ke bawah dalam golongan yang sama pada tabel sistem
periodik unsur. Pada asam biner HnX, semakin ke bawah, jari-jari atom X semakin besar, sehingga
panjang ikatan H-X semakin besar. Akibatnya atom H mudah putus sebagai ion H+, dan sifat asam HnX
akan semakin kuat.
Contoh Soal 1
Urutkan asam-asam di bawah ini mulai dari asam yang paling lemah sampai asam yang paling kuat:
a. HI, HF, HBr
b. HCl, PH3, H2S
c. H2Te, H2O, H2Se
d. AsH3, HBr, H2Se
e. HI, PH3, H2Se
Jawab :
a. Dalam tabel sistem periodik, atom F, Br, dan I berada dalam 1 golongan, yaitu golongan 17. Urutan
dari atom-atom tersebut dari atas ke bawah : F, Br, dan I, sehingga urutan untuk kekuatan asam
binernya mulai dari yang paling lemah adalah
HF < HBr < HI
b. Atom Cl, P, dan S berada dalam satu periode, yaitu periode 3. Pada asam HnX, bila X semakin
elektronegatif, maka semakin kuat asam HnX. Dalam satu periode pada tabel sistem periodik,
semakin ke kanan sifat keelektronegatifan atom X akan semakin besar. Elektron yang dipakai
bersama untuk ikatan kovalen antara atom H dan X semakin tertarik ke atom X. Akibatnya, atom
H akan lebih mudah lepas sebagai ion H+, dan sifat asam HnX akan semakin kuat. Urutan atom Cl,
P, dan S dalam satu periode pada tabel sistem periodik dari kiri ke kanan adalah P, S, Cl. Urutan
kekuatan asam mulai dari yang paling lemah sampai yang paling kuat adalah
PH3 < H2S < HCl
c. Atom Te, O, dan Se berada dalam satu golongan yaitu golongan 16. Sama seperti nomor a, dalam
satu golongan, semakin ke bawah, kekuatan ikatan H-X pada asam HnX akan semakin lemah, dan
atom H akan semakin mudah terlepas menjadi ion H+, akibatnya kekuatan asam HnX akan semakin
kuat. Urutan atom-atom tersebut dari atas ke bawah adalah O, Se, Te, sehingga urutan kekuatan
asam mulai dari yang paling lemah sampai yang paling kuat adalah
H2O < H2Se < H2Te
d. As, Br, dan Se berada dalam satu periode, yaitu periode 4. Urutan atom-atom tersebut dari kiri ke
kanan adalah As, Se, dan Br, sehingga urutan kekuatan asamnya adalah
AsH3 < H2Se < HBr
e. Pada kasus ini, kita meninjau dua hal, yaitu keelektronegatifan dan ukuran atom. Urutan
keelektronegatifan atom I, P, dan Se mulai dari yang keelektronegatifan paling kecil sampai yang
paling besar adalah P, Se, dan I, dan urutan ukuran atom mulai dari yang ukurannya paling kecil
sampai yang paling besar adalah P, Se, dan I. Dari urutan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
urutan kekuatan asam mulai dari yang paling lemah sampai yang paling kuat adalah
PH3 < H2Se < HI
Karena semakin elektronegatif atom X pada asam HnX, kekuatan asam HnX akan semakin kuat,
dan semakin besar ukuran atom X pada asam HnX, kekuatan asam HnX akan semakin kuat.
Contoh Soal 2
Hanya dengan menggunakan tabel sistem periodik, pilihlah asam yang lebih kuat pada pasangan asam
berikut :
a. H2Se atau HBr
b. H2Se atau H2Te
c. H2O atau H2S
Jawab :
a. HBr, karena Br lebih elektronegatif dibandingkan Se.
b. H2Te, karena ukuran atom Te lebih besar jika dibandingkan dengan atom Se.
c. H2S, karena ukuran atom S lebih besar jika dibandingkan atom O.

Kekuatan Asam Okso


▪ Contoh Asam Okso
Tabel 2. Beberapa Contoh Asam Okso Nonmetal dan Metalloid
Golongan 14 Golongan 15 Golongan 16 Golongan 17
H2CO3 (Asam Karbonat) HNO3 (Asam Nitrat) HFO ( Asam Hipofluorit)
HNO2 (Asam Nitrit)
H3PO4 (Asam Fosfat) H2SO4 (Asam Sulfat) HClO4 (Asam Perklorat)
H3PO3 (Asam Fosfit) H2SO3 (Asam Sulfit) HClO3 (Asam Klorat)
HClO2 (Asam Klorit)
HClO (Asam Hipoklorit)
H3AsO4 (Asam Arsenat) H2SeO4 (Asam Selenat) HBrO4 (Asam Perbromat)
H3AsO3 (Asam Arsenit) H2SeO3 (Asam Selenit) HBrO3 (Asam Bromat)
Te(OH)6 (Asam Tellurat) HIO4 (Asam Periodat)
H2TeO3 (Asam Tellurit) HIO3 (Asam Iodat)

▪ Contoh struktur molekul asam okso

▪ Asam Sulfat Asam Selenat

Bila keelektronegatifan atom X bertambah, densitas elektron pada ikatan O-H akan tertarik ke atom
X, sehingga ikatan O-H akan melemah, dan atom H mudah putus sebagai ion H+. Akibatnya, sifat asam
akan semakin kuat.
Ketika atom pusat X mengikat jumlah oksigen yang sama, kekuatan asam bertambah dari bawah
ke atas dalam golongan yang sama dan dari kiri ke kanan dalam periode yang sama pada tabel
sistem periodik.
Contoh :
HIO4 < HBrO4 < HClO4
H3PO4 < H2SO4 < HClO4
Contoh Soal 1
Yang manakah asam yang lebih kuat : (a) HClO3 atau HBrO3; (b) H3PO4 atau H2SO4?
Jawab :
(a) HClO3, karena atom Cl lebih elektronegatif jika dibandingkan atom Br
(b) H2SO4, karena atom S lebih elektronegatif jika dibandingkan dengan atom P
Contoh Soal 2
Pada pasangan asam berikut, manakah asam yang lebih lemah? (a) H3PO4 atau H3AsO4, (b) HIO4 atau
H2TeO4?
Jawab :
(a) H3AsO4, karena atom As kurang elektronegatif jika dibandingkan dengan atom P
(b) H2TeO4, karena atom Te kurang elektronegatif jika dibandingkan dengan atom I
▪ Untuk suatu atom pusat X pada asam okso, kekuatan asam bertambah seiring bertambahnya
jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat X. Definisi oksigen bebas adalah oksigen yang
tidak mengikat atom H.
Contoh :

HNO2 (Asam Nitrit) < HNO3 (Asam Nitrat)

HClO < HClO2 < HClO3 < HClO4

Contoh Soal
Pada pasangan asam berikut, asam manakah yang lebih kuat : (a) HIO3 atau HIO4; (b) H2TeO3 atau H2TeO4;
(c) H3AsO3 atau H3AsO4 ?
Jawab :
(a) HIO4, karena jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat I lebih banyak.
(b) H2TeO4, karena jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat Te lebih banyak.
(c) H3AsO4, karena jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat As lebih banyak.
Kekuatan Asam Organik

Semakin elektronegatif atom X, densitas elektron yang terdapat pada ikatan O-H akan semakin tertarik ke
atom X, kepolaran ikatan O-H semakin bertambah, ikatan O-H semakin lemah, atom H semakin mudah
putus menjadi ion H+, dan kekuatan asam semakin bertambah.
Contoh :
CH3COOH < CH2ClCOOH < CHCl2COOH < CCl3COOH
Contoh Soal
Bagaimana kekuatan asam berikut jika dibandingkan satu dengan yang lainnya :
CH2ClCOOH; CH2FCOOH; CH2BrCOOH
Jawab :
CH2BrCOOH < CH2ClCOOH < CH2FCOOH
Karena atom keelektronegatifan atom F > Cl > Br

Asam Basa Lewis


▪ Asam lewis adalah spesi ion atau molekul yang dapat menerima pasangan elektron dalam
pembentukan ikatan kovalen koordinasi.
▪ Basa Lewis adalah spesi ion atau molekul yang dapat mendonorkan pasangan elektron dalam
pembentukan ikatan kovalen koordinasi.
▪ Netralisasi adalah pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara donor (basa) dan akseptor (asam)
Tabel 3. Tipe Spesi yang bersifat Asam-Basa Lewis
Asam Lewis
✓ Spesi molekul atau ion dengan kulit valensi yang tidak sempurna (belum duplet atau oktet).
Contohnya BF3 dimana atom pusat B hanya memiliki 6 buah elektron (belum oktet) dan masih
memiliki 1 orbital kosong 2p yang dapat ditempati pasangan elektron dari spesi lain (basa
Lewis). Contoh lainnya adalah H+, dimana atom H kehilangan 1 elektron, sehingga orbital 1s
dari atom H kosong dan dapat diisi oleh pasangan elektron dari spesi basa Lewis.
✓ Spesi molekul atau ion dengan kulit valensi yang lengkap, tetapi memiliki ikatan rangkap yang
dapat “dipindah” untuk membuat ruang kosong bagi pasangan elektron yang didonorkan oleh
spesi basa Lewis. Contohnya CO2.
✓ Spesi molekul atau ion yang memiliki atom pusat yang mampu menampung kelebihan
elektron, yang mana atom pusatnya melebihi oktet (biasanya unsur-unsur periode 3 sampai
7. Contohnya SO2.
Basa Lewis
✓ Spesi molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan elektron dan yang memiliki kulit
valensi yang lengkap (Contohnya NH3, O2-)
Contoh-contoh reaksi Asam – Basa Lewis
1. Reaksi Kalsium Oksida dan Silikon Dioksida menghasilkan Kalsium Silikat

2. Reaksi NH3 dan BF3 menghasilkan NH3-BF3

3. Reaksi CO2 dan OH- menghasilkan HCO3-

4. Reaksi SO2 dan CaO membentuk CaSO3

Yang bertindak sebagai Asam Lewis adalah SO2 dan yang bertindak sebagai basa Lewis adalah Ion Oksida
(O2-).
Contoh Soal 1
Identifikasi asam Lewis dan basa Lewis pada reaksi-reaksi berikut

Jawab :
(a) Asam Lewis = H+ ; Basa Lewis = NH3
(b) Asam Lewis = SeO3 ; Basa Lewis = Na2O
(c) Asam Lewis = Ag+ ; Basa Lewis = NH3
Contoh Soal 2
(a) Apakah ion Fluorida lebih suka bertindak sebagai asam Lewis atau basa Lewis? Jelaskan!
(b) Apakah molekul BeCl2 lebih suka bertindak sebagai asam Lewis atau basa Lewis? Jelaskan!
(c) Apakah molekul SO3 lebih suka bertindak sebagai asam Lewis atau basa Lewis? Jelaskan!
Jawab :
(a) Ion Fluorida lebih suka bertindak sebagai basa Lewis karena kulit valensinya telah terisi elektron
sampai oktet sehingga dapat bertindak sebagai pendonor elektron.
(b) Molekul BeCl2 lebih suka bertindak sebagai asam Lewis karena kulit valensi atom pusat Be belum terisi
penuh oleh elektron (belum oktet) sehingga Be masih dapat menerima pasangan elektron dari spesi
basa Lewis.
(c) Molekul SO3 dapat bertindak sebagai basa Lewis, karena struktur molekul SO3 terdiri dari 3 buah atom
oksigen yang masing-masing memiliki pasangan elektron bebas dan muatan parsial negatif sehingga
berpotensi untuk mendonorkan elektron. Namun, SO3 akan lebih efektif bertindak sebagai asam
Lewis, karena atom pusat S bermuatan parsial positif.
Keasaman Ion Logam Terhidrasi
▪ Ketika senyawa ionik dilarutkan di dalam air, senyawa ionik tersebut akan terionisasi dan ion-ion dari
senyawa ionik tersebut akan dikelilingi oleh molekul air atau ion-ion tersebut terhidrasi oleh molekul
air membentuk M(H2O)n+, dimana n dapat bervariasi bergantung pada muatan ion Mn+.
▪ Spesi M(H2O)n+ bersifat asam Brønsted-Lowry sesuai persamaan reaksi berikut
Muatan positif dari ion logam M menarik molekul air dan densitas elektron dari ikatan O-H pada
molekul air, menyebabkan ikatan O-H tersebut menjadi lebih polar, muatan parsial positif atom H
akan bertambah, ikatan O-H melemah dan atom H mudah putus sebagai ion H+ dimana ion H+ tersebut
ditransfer ke molekul air terdekat membentuk ion hidronium.

Kekuatan asam spesi M(H2O)n+ dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu muatan ion logam M dan
ukuran ion logam M.
Semakin besar muatan positif ion logam Mn+, kekuatan asam M(H2O)n+ semakin kuat.
Semakin kecil ukuran ion logam Mn+, kekuatan asam M(H2O)n+ semakin kuat.
Kekuatan asam M(H2O)n+ juga dipengaruhi oleh densitas muatan, dimana densitas muatan
dinyatakan sebagai muatan ion per volum ion. Semakin besar densitas muatan ion logam Mn+,
kekuatan asam M(H2O)n+ semakin kuat.

Contoh Soal 1

Kebanyakan garam kromium mengkristal dalam bentuk hidrat yang mengandung ion Cr(H2O)63+. Larutan
dari garam ini cenderung bersifat asam. Mengapa?
Jawab :
Ion logam Cr3+ dapat menarik densitas elektron ikatan O-H pada molekul air dan ikatan O-H menjadi
lebih polar. Hal tersebut menyebabkan ikatan O-H melemah dan atom H dapat mudah putus sebagai ion
H+ dan ion H+ tersebut kemudian ditransfer ke molekul air terdekat membentuk ion hidronium menurut
persamaan reaksi kesetimbangan berikut :

Contoh Soal 2

Ion yang mana yang diharapkan memberikan larutan yang bersifat lebih asam, Fe2+ atau Fe3+ ? Jelaskan!
Jawab :
Ion Fe3+, karena memiliki densitas muatan yang lebih besar jika dibandingkan ion Fe2+.

Contoh Soal 3

Diberikan oksida sebagai berikut : CrO, Cr2O3, CrO3


(a) Oksida mana yang paling asam?
(b) Oksida mana yang paling basa?
(c) Oksida mana yang bersifat amfoter?
Jawab:
(a) CrO3, karena bilangan oksidasi Cr paling tinggi, yaitu +6.
(b) CrO, karena biloks Cr paling rendah, yaitu +2.
(c) Cr2O3, biloks Cr adalah +3.

KESETIMBANGAN ASAM BASA


Tools Untuk Menyelesaikan Perhitungan Kesetimbangan Asam-Basa
✓ Tetapan Ionisasi Air
Kw = [H+][OH-] atau Kw = [H3O+][OH-]
Pada temperatur 25 oC, nilai Kw adalah 1.0 x 10-14. Persamaan ini, dapat kita gunakan untuk
mengkonversi konsentrasi ion hidrogen (ion hidronium) dan konsentrasi ion hidroksida. Telah
dibuktikan secara eksperimen bahwa konsentrasi ion hidrogen (ion hidronium) berbanding terbalik
dengan konsentrasi ion hidroksida.
✓ Fungsi p
pX = -log X
✓ pH
pH = -log [H+]
✓ pOH
pOH = -log [OH-]
✓ pKw
pKw = -log Kw
Pada temperatur 25 oC, nilai Kw adalah 1.0 x 10-14 sehingga nilai pKw = -log (1.0 x 10-14) = 14
✓ Hubungan pH, pOH, dan pKw
pH + pOH = pKw
Pada temperatur 25 oC, nilai pH + pOH = 14. Dengan persamaan ini, kita dapat dengan mudah
mengkonversi nilai pH dan pOH.
✓ Persamaan Umum Ionisasi Asam Lemah di dalam Air

atau

Dengan nilai tetapan kesetimbangan ionisasi asam lemah di dalam air yaitu

atau

✓ Persamaan Umum Ionisasi Basa Lemah di dalam Air

Dengan nilai tetapan kesetimbangan ionisasi basa lemah di dalam air yaitu
✓ Hubungan Ka, Kb, Kw, pKa, pKb, pKw

✓ Persen Ionisasi

✓ Kriteria untuk Menyederhanakan Perhitungan

Pendekatan ini dapat digunakan dengan error maksimum sebesar 5% untuk [H+] atau [OH-].
✓ Asam Poliprotik
Salah satu contohnya adalah H3PO4 yang memiliki tiga atom H yang dapat terionisasi dalam 3 tahap.

Dimana Ka1 > Ka2 > Ka3. Untuk menentukan pH, kita dapat menggunakan penyederhanaan perhitungan
dimana semua H3O + dihasilkan pada tahap 1 karena nilai Ka1 >> Ka2 (Ka1 bernilai 100000 x lebih besar
dari Ka2) dan [H2PO4-] = [H3O+].
Tips dan Trik menyelesaikan Perhitungan Kesetimbangan Asam Basa
1. Identifikasi spesi-spesi yang terdapat dalam larutan yang memiliki konsentrasi yang signifikan
(kecuali molekul H2O)!
2. Tulislah persamaan yang melibatkan spesi-spesi tersebut. Tentukan spesi yang konsentrasinya
tidak diketahui (spesi unknown). Persamaan tersebut ada tiga tipe, yaitu
a. Persamaan tetapan kesetimbangan
b. Persamaan mass balance
c. Persamaan kondisi elektronetralitas dimana total konsentrasi spesi bermuatan positif = total
konsentrasi spesi bermuatan negatif.
3. Selesaikan semua persamaan untuk mendapatkan nilai konsentrasi spesi unknown tersebut.
Contoh :
Tentukan konsentrasi larutan H2SO4 yang memiliki pH =2,15
pH larutan = 2.15, [H3O+] = 10-pH = 10-2.15 = 0,0071M.
1. Spesi-spesi yang terlibat di dalam sistem :
H2SO4, H3O+, HSO4-, SO42-, OH-
Kita dapat mengeliminasi spesi H2SO4, karena spesi tersebut terionisasi sempurna pada tahap
pertama, dan juga kita dapat mengeliminasi OH- karena [OH-] sangat kecil dalam larutan dengan pH
2,15.
2. Spesi Unknown
[HSO4-], [SO42-], dan M (molaritas H2SO4(aq))
3. Persamaan
a. Persamaan kesetimbangan tahap Ii penguraian HSO4- menjadi H3O+ dan SO42-

(a)
b. Persamaan mass balance
[HSO4-] + [SO42-] = M (b)
c. Persamaan elekronetralitas
[H3O+]= [HSO4-] + (2 x [SO42-]) = 0,0071 (c)
+ 2-
Dibutuhkan dua molekul H3O untuk berikatan dengan SO4 untuk menghasilkan molekul netral
sehingga konsentrasi H3O+ yang diperlukan untuk berikatan dengan SO42- adalah 2 x [SO42-].
4. Selesaikan ketiga persamaan tersebut
Selesaikan persamaan c, dan diperoleh
[HSO4-] = 0,0071 – 2[SO42-] (d)
+
Substitusi persamaan (c) ke persamaan (a) dan gunakan nilai [H3O ] = 0,0071 M, sehingga diperoleh

(e)
Selesaikan persamaan (d) untuk mendapatkan [SO42-], yang mana diperoleh [SO42-]= 0,0027 M.
Kemudian substitusi nilai [SO4 ] ke persamaan (c) untuk mendapatkan [HSO4 ] dan diperoleh [HSO4-]
2- -

= 0,0017M. Untuk mendapatkan konsentrasi [H2SO4], selesaikan persamaan (b) dengan memasukkan
nilai [SO42-] dan [HSO4-] dan didapatkan [H2SO4] = 0,0044 M.
✓ Hidrolisis dan pH Larutan Garam
1. Garam dari basa kuat dan asam kuat (seperti NaCl), TIDAK TERHIDROLISIS, dan pH larutan = 7.
2. Garam dari basa kuat dan asam lemah (seperti CH3COONa) akan terhidrolsis dan pH larutan > 7
(anion bertindak sebagai basa).
3. Garam dari basa lemah dan asam kuat (seperti NH4Cl) akan terhidrolisis dan pH larutan < 7 (kation
bertindak sebagai asam).
4. Garam dari basa lemah dan asam lemah (seperti NH4CH3COO) akan terhidrolisis dan pH larutan
bergantung pada nilai Ka atau Kb kedua ion. (Kation bertindak sebagai asam dan anion bertindak
sebagai basa).
✓ Larutan Buffer
Larutan buffer terbentuk dari campuran asam lemah dan garamnya (basa konjugasi) atau campuran
basa lemah dan garamnya (asam konjugasi). Contohnya : Larutan yang terdiri dari campuran
CH3COOH dan CH3COO-. Berikut skema cara kerja larutan buffer dalam mempertahankan pH ketika
larutan buffer ditambahkan asam atau basa.
Persamaan Henderson-Hasselbalch

atau

Skema Perhitungan Perubahan pH pada Larutan Buffer

Skema Pembuatan Larutan Buffer dengan pH Tertentu yang Diinginkan


▪ Titrasi Asam-basa
1. Titrasi asam kuat oleh basa kuat
2. Titrasi basa kuat oleh asam kuat
3. Titrasi asam lemah oleh basa kuat
4. Titrasi basa lemah oleh asam kuat
1. Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
Terdapat 4 keadaan, yaitu :
1. Sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH asam kuat
2. Saat titrasi berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH asam kuat
yang tidak bereaksi dengan basa kuat.
3. Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = 7.
4. Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat yang berlebih.
Contoh kasus :
Titrasi 50 mL HCl 0,1 M dengan 0,2 M NaOH.
Tahap pertama adalah menentukan volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.
Pada titik ekivalen,
Mol HCl = Mol NaOH
atau
MaVa = MbVb
Dimana subscript ‘a’ mengindikasikan asam, HCl dan subscript ‘b’ mengindikasikan basa, NaOH.
Volume NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen adalah
M aVa (0,1M )(50mL)
Veq = Vb = = = 25 mL
Mb (0, 2 M )
Keadaan I, sebelum titrasi dimulai
pH = -log [H3O+] = -log[HCl] = -log(0,1) = 1
Keadaan II, saat titrasi sedang berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen (penambahan 10
mL NaOH
mol HCl yang berlebih M aVa − M bVb
[HCl]= =
volume total Va + Vb
(0,1 M)(50 mL) - (0,2 M)(10 mL)
= = 0, 05 M
50 mL + 10 mL
pH = -log(0,05) = 1,3
Keadaan III, saat tercapai titik ekivalen (penambahan 25 mL NaOH)
pH = 7
Keadaan IV, saat melewati titik ekivalen (penambahan 30 mL NaOH)
mol NaOH berlebih M bVb − M aVa
[OH - ] = =
volum total Va + Vb
(0,2 M)(30 mL) - (0,1 M)(50 mL)
= = 0, 0125 M
50 mL + 30 mL
Kw 1 10−14
[H 3O + ] = = = 8  10−13
[OH - ] 0, 0125
pH = − log(8  10−13 ) = 12,10

Volume Titran pH
0.00 1.00
5.00 1.14
10.00 1.30
15.00 1.51
20.00 1.85
22.00 2.08
24.00 2.57
25.00 7.00
26.00 11.42
28.00 11.89
30.00 12.50
35.00 12.37
40.00 12.52
45.00 12.62
50.00 12.70
2. Titrasi Basa Kuat oleh Asam Kuat
Sama seperti titrasi asam kuat oleh basa kuat, pada titrasi basa kuat oleh asam kuat juga terdapat
4 keadaan, yaitu :
1. Sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH basa kuat
2. Saat titrasi berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat
yang tidak bereaksi dengan asam kuat
3. Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = 7.
4. Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH asam kuat yang berlebih
Contoh kasus :

Kurva Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat


14
12
10
8
pH

6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60
Volum Titran

Hitunglah pH larutan selama titrasi 50 mL NaOH 0,05 M dengan 0,1 M HCl setelah penambahan
HCl sebanyak a. 0 mL; b. 10 mL; c. 25 mL; dan 30 mL.
Volum Titran pH
0.00 12.70
5.00 12.56
10.00 12.40
15.00 12.19
20.00 11.85
22.00 11.62
24.00 11.13
25.00 7.00
26.00 2.88
28.00 2.41
30.00 2.20
35.00 1.93
40.00 1.78
45.00 1.68
50.00 1.60

Titik ekivalen pada saat volum HCl mencapai


Vb x Mb = Va x Ma
Vb  M b (50 mL) (0,05 M)
Va = = = 25 mL
Ma (0,1 M)
Keadaan I, pH larutan pada saat sebelum HCl ditambahkan (penambahan 0 mL HCl).
pOH = -log [OH-] = -log (0,05) = 1,3
pH = 14 -1,3 = 12,7
Keadaan II, pH larutan pada saat titrasi berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen
(penambahan 10 mL HCl)
( M bVb ) − ( M aVa ) (0, 05 M  50 mL) - (0,1 M 10 mL)
[OH - ] = = = 0, 025 M
Va + Vb 50 mL + 10 mL
pOH = - log (0,025) = 1,6
pH = 14 - 1,6 = 12,4
Keadaan III, pada saat tercapai titik ekivalen (pada penambahan 25 mL HCl)
pH = 7
Keadaan IV, pada saat melewati titik ekivalen (pada penambhaan 30 mL HCl)
( M aVa ) − ( M bVb ) (0,1 M  30 mL) - (0,05 M  50 mL)
[H + ] = = = 0, 00625
Va + Vb 30 + 50
pH = − log(0, 00625) = 2, 2

Kurva Titrasi Basa Kuat oleh Asam Kuat


14.00
12.00
10.00
8.00
pH

6.00
4.00
2.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60
Volum Titran

3. Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat


Sama seperti titrasi asam kuat oleh basa kuat dan titrasi basa kuat oleh asam kuat, pada titrasi
asam lemah oleh basa kuat juga terdapat 4 keadaan, yaitu :
1. Saat sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH asam lemah.
2. Saat titrasi berlangsung, sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH larutan buffer
yang dibentuk oleh sisa asam lemah yang tidak bereaksi dengan basa kuat dan garam hasil
reaksi asam lemah dan basa kuat.
3. Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH hidrolisis garam hasil reaksi asam lemah
dengan basa kuat.
4. Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat yang berlebih.
Contoh kasus :
Titrasi 50 mL asam asetat 0,1 M dengan 0,1 M NaOH.
Volum Titran pH
0.00 2.88
5.00 3.81
10.00 4.16
15.00 4.39
20.00 4.58
25.00 4.76
30.00 4.94
35.00 5.13
40.00 5.36
45.00 5.71
48.00 6.14
50.00 8.73
52.00 11.29
55.00 11.68
60.00 11.96
65.00 12.12
70.00 12.22
75.00 12.3
80.00 12.36
85.00 12.41
90.00 12.46
95.00 12.49
100.00 12.52

Tentukan volume NaOH pada titik ekivalen,


Mol CH3COOH = mol NaOH
MaVa = MbVb
M aVa (0,1 M)(50 mL)
Veq = Vb = = = 50 mL
Mb (0,1 M)
Keadaan I, sebelum penambahan NaOH , pH larutan = pH larutan asam asetat 0,1 M
CH3COOH(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
Mula-mula 0,1 M
Bereaksi x x x
Sisa 0,1 - x x x
[ H 3O + ][CH 3COO − ] ( x)( x)
Ka = = = 1, 75 10−5
[CH 3COOH ] (0,1 − x)
x = [ H 3O + ] = 1,32 10−3
pH = 2,88

Kurva Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat


14
12
10
8
pH

6
4
2
0
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
Volum Titran

Keadaan II, Saat titrasi sedang berlangsung pada penambahan 10 mL NaOH, pH larutan = pH
larutan buffer yang terbentuk dari asam lemah dan garamnya
[CH 3COO − ]
pH = pK a + log
[CH 3COOH ]
M aVa − M bVb (0,1M )(50mL) − (0,1M )(10mL)
[CH 3COOH ] = = = 0, 0667 M
Va + Vb 50mL + 10mL
M bVb (0,1M )(10mL)
[CH 3COO − ] = = = 0, 0167 M
Va + Vb 50mL + 10mL
0, 0167
pH = 4, 76 + log = 4,16
0, 0667
Dengan menggunakan cara yang sama seperti di atas, pada penambahan 20 mL NaOH, pH larutan
= 4,58.
Keadaan III, Saat tercapai titik ekivalen, pada penambahan 50 mL NaOH, pH larutan = pH hidrolisis
larutan garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat, dimana yang terhidrolisis adalah
spesi yang berasal dari asam lemah.
CH3COO-(aq) + H2O(l) OH-(aq) + CH3COOH(aq)
[OH − ][CH 3COOH ] ( x)( x)
Kb = −
= = 5, 7110−10
[CH 3COO ] (0, 05 − x)
x = [OH − ] = 5,34 10−6 M
[ H 3O + ] = 1,87 10−9
pH = 8, 73
Keadaan IV, Setelah melewati titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat yang berlebih
Pada penambahan 60 mL NaOH, konsentrasi OH- adalah
(0,1M )(60mL) − (0,1M )(50 mL)
[OH − ] = = 0, 00909 M
50mL + 60mL
pH = 11,96
4. Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat
Ada 4 keadaan juga :
1. Saat sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH basa lemah.
2. Saat titrasi berlangsung, sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH larutan buffer
yang dibentuk oleh sisa basa lemah yang tidak bereaksi dengan asam kuat dan garam hasil
reaksi basa lemah dan asam kuat.
3. Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH hidrolisis garam hasil reaksi basa lemah
dengan asam kuat.
4. Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH asam kuat yang berlebih.
Contoh kasus :
50 mL aliquot larutan NaCN 0,05 M dititrasi dengan HCl 0,1 M. Reaksi nya adalah sebagai berikut:
CN- + H3O+ HCN + H2O
Hitunglah pH larutan setelah penambahan a. 0,00; b. 10,00; c. 25,00 dan d. 26 mL asam
Volum Titran pH
0.00 10.95
5.00 9.81
10.00 9.38
15.00 9.03
20.00 8.61
22.00 8.34
24.00 7.83
25.00 5.34
26.00 2.88
28.00 2.41
30.00 2.20
40.00 1.78
50.00 1.60
60.00 1.50
70.00 1.43
80.00 1.37
90.00 1.33
100.00 1.30

Keadaan I, penambahan 0,00 mL HCl


CN- + H2O HCN + OH-
[OH − ][ HCN ] K w 110−14
Kb = −
= = −10
= 1, 61 10−5
[CN ] K a 6, 2 10
[OH − ] = [ HCN ]
[CN − ] = [ NaCN ] − [OH − ]  [ NaCN ] = 0, 05M
[OH − ] = K b [ NaCN ] = 1, 6110−5  0, 05 = 8,97 10 −4
pH = 14 − (− log 8,97 10 −4 ) = 10,95

Keadaan II, pada penambahan 10 mL HCl


(50  0, 05) − (10  0,1) 1,5
[ NaCN ] = = M
60 60
10  0,1 1
[ HCN ] = = M
60 60
[ HCN ] (1/ 60)
[ H 3O + ] = K a −
= 6, 2  10−10  = 4,13  10 −10
[CN ] (1,5 / 60)
pH = − log(4,13 10−10 ) = 9,38
Keadaan III, pada penambahan 25 mL HCl (pada titik ekivalen)
25  0,1
[ HCN ] = = 0, 03333M
75
[ H 3O + ] = K a [ HCN ] = 6, 2 10−10  0, 03333 = 4, 45 10 −6 M
pH = − log(4, 45 10−6 ) = 5,34
Keadaan IV, pada penambahan 26 mL HCl
(26  0,1) − (50  0, 05)
[ H 3O + ] = [ HCl ] = = 1,32 10 −3 M
76
−3
pH = − log(1,32 10 ) = 2,88

Kurva Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat


12.00

10.00

8.00
pH

6.00
4.00

2.00
0.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
Volum Titran
1.2 Indikator Titrasi Asam Basa
Indikator Warna di larutan asam Warna di larutan basa pH Range pKa
Kresol merah Merah Kuning 0,2-1,8 -
Timol biru Merah Kuning 1,2-2,8 1,7
Bromfenol biru Kuning Biru 3,0-4,6 4,1
Metil Jingga Merah Jingga 3,1-4,4 3,7
Kongo merah Biru Merah 3,0-5,0 -
Bromcresol hijau Kuning Biru 3,8-5,4 4,7
Metil merah Merah Kuning 4,2-6,3 5,0
Bromcresol ungu Kuning Ungu 5,2-6,8 6,1
Litmus Merah Biru 5,0-8,0 -
Bromtimol biru Kuning Biru 6,0-7,6 7,1
Fenol merah Kuning Merah 6,8-8,4 7,8
Kresol merah Kuning Merah 7,2-8,8 8,2
Timol biru Kuning Biru 8,0-9,6 8,9
Phenolphthalein Tidak berwarna Merah 8,3-10,0 9,6
Alizarin kuning R Kuning Jingga/merah 10,1-12,0 -

Pemilihan indikator dalam titrasi asam basa harus memperhatikan range pH dari indikator
tersebut dan pH titik ekivalen dalam titrasi asam basa, supaya eror (kesalahan pengukuran) antara
perbedaan titik ekivalen dan titik akhir titrasi dapat diminimalisasi. Misalkan dalam kasus titrasi
asam lemah dengan basa kuat, yaitu titrasi 50 mL asam asetat 0,1 M dengan NaOH 0,1 M (seperti
pada contoh di atas), dimana pH pada titik ekivalen adalah 8,73. Perhatikan kurva titrasi di bawah
untuk kasus titrasi 50 mL asam asetat 0,1 M dengan NaOH 0,1 M.

Kurva titrasi di atas membandingkan penggunaan 2 indikator pada titrasi asam asetat oleh NaOH, yaitu
bromtimol biru dan phenolphthalein. Indikator yang paling tepat untuk digunakan pada titrasi tersebut
adalah phenolphthalein karena range pH untuk phenolphthalein adalah 8,3 -10,0. Sedangkan range pH
untuk bromtimol biru adalah 6,0-7,6. Jadi, bila digunakan bromtimol biru sebagai indikator, maka akan
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru ketika pH larutan belum mencapai titik ekivalen dan
range pH bromtimol biru masih jauh dari titik ekivalen. Pada kurva di atas terlihat bahwa range pH untuk
phenolphthalein berada pada daerah yang “sharp” (curam), sedangkan untuk bromtimol biru berada pada
daerah yang lebih landai jika dibandingkan phenolphthalein. Dengan demikian, pada penggunaan
phenolphthalein sebagai indikator, perbedaan antara volum titran pada titik ekivalen dan titik akhir titrasi
akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan bromtimol biru sebagai indikator, sehingga
kesalahan pengukuran yang dihasilkan pada penggunaan phenolphthalein sebagai indikator juga akan
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kesalahan pengukuran pada penggunaan bromtimol biru
sebagai indikator. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa phenolphthalein adalah indikator yang
paling tepat untuk kasus titrasi 50 mL asam asetat 0,1 M dengan NaOH 0,1 M.

Anda mungkin juga menyukai