Anda di halaman 1dari 58

ASAM BASA

Defenisi Asam Basa dari waktu ke waktu


Asam-Basa
Asam Arrhenius
– Tiap senyawa yang dapat membentuk ion hidrogen
(sering disebut sebagai ion hidronium atau oksonium,
H3O+) dalam larutan berair
Basa Arrhenius
– membentuk ion hidroksida dalam larutan berair

ion hidrogen dan ion hidroksida bereaksi membentuk air


(merupakan reaksi universal larutan berair asam basa )

H+ + Cl- + Na+ + OH- → Na+ + Cl- + H2O

Tidak bisa menjelaskan reaksi pada larutan tak berair,


serta pada fase gas dan padat dimana H+ dan OH- tidak
terbentuk.
• Asam/basa kuat: mudah terdisosiasi dalam air
• Asam/basa lemah: sulit terdisosiasi dalam air
Asam-Basa
Asam Bronsted
– Tiap senyawa yang mampu menyumbang proton

Basa adalah akseptor proton

HF(g) + H2O(l) ↔ H3O+(aq) + F-(aq)


Transfer proton antara asam dan basa berlangsung cepat,
menghasilkan kesetimbangan dinamis.

Kekuatan asam/basa Bronsted dalam satu larutan


ditentukan oleh Ka dan Kb
[H3O+][F-]
Ka = ----------------
[HF]
Kesetaraan pelarut
Satu asam yang lemah dalam pelarut air, bisa menjadi
kuat dalam pelarut yang bersifat akseptor proton.
Misalnya: pada pelarut yang bersifat basa seperti amonia cair, sangat
mustahil menyusun sederet asam berdasarkan kekuatan asamnya, karena
seluruhnya akan terprotonasi.
Dalam pelarut air:
Tiap asam yang lebih kuat dari H3O+ akan menyumbang
proton pada H2O membentuk H3O+
Akibatnya: tidak ada asam yang lebih kuat dari H3O+
yang tetap utuh (protonnya tidak lepas) dalam air

Air mempunyai efek penyetaraan yang membuat semua asam kuat setara
dengan H3O+
Kekuatan asam HI dan HBr tidak bisa dibedakan
dalam pelarut air (keduanya terprotonasi dengan
sempurna)

Dalam asam asetat: HI


dan HBr bertindak sebagai
Menggunakan pelarut asam lemah.
yang sedikit lebih asam Maka kekuatannya dapat
dari air (kurang basa dibedakan
dari air)
Efek penyetaraan asam dapat dijelaskan oleh pKa.
Contoh: HCN dilarutkan dalam pelarut HSol
asam kuat bila pKa < 0, dimana Ka adalah konstanta
keasaman HCN dalam pelarut HSol.
[H2Sol+][CN-]
HCN(sol) + HSol(l) H2Sol+(sol) + CN-(sol) Ka =
[HCN]

Maka: semua asam dengan pKa < 0 menunjukkan


keasaman H2Sol+ jika asam tersebut dilarutkan dalam
pelarut HSol
Hal serupa berlaku untuk basa.
[NH4+][Sol-]
NH3(sol) + HSol(l) NH4+(sol) + Sol-(sol) Kb =
[NH3]
• Basa dengan pKb < 0 bertindak seperti Sol-
(dalam hal kesediaan menerima proton) dalam
pelarut Hsol

• Karena pKa + pKb = pKsol, maka semua basa


dengan pKa > pKsol bersifat seperti Sol-

• Maka: karena semua asam setara dalam HSol


jika pKa < 0 dan semua basa setara dalam
HSol jika pKa > pKsol, maka daerah keasaman
yang tidak disetarakan dalam pelarut HSol
adalah asam-asam dengan pKa = 0 sampai
pKsol.
• Untuk amonia:
2NH3(l) ↔ NH4+(am) + NH2-(am) pKam = 33

• Maka asam dan basa dapat dibedakan dengan baik bila


dilarutkan dalam amonia karena rangenya besar (window),
bandingkan dengan air dengan pKw = 14 (hanya
membedakan asam-basa pada pKa = 0 sampai pKw = 14)

• Pelarut amonia dapat digunakan untuk membedakan


asam dan basa dari pKa = 0 sampai pK sebesar 33,
maka amonia dapat digunakan untuk membedakan
keasaman H2SO4 sampai PH3
• Untuk asam-asam kuat (dalam air), maka dapat
digunakan pelarut seperti asam asetat atau asam
sulfat.
Deret Keasaman Bronsted
(dalam pelarut air)
Terdapat tiga kelas:
1. Asam akua, dimana proton asam (berbeda dari
proton lain yang mungkin ada di satu senyawa mis:
CH3COOH) berada pada molekul air yang terikat
(koordinasi) pada ion logam pusat
[Fe(OH2)6]3+(aq) + H2O ↔ [Fe(OH2)5(OH)]2+(aq) + H3O+
merupakan karakteristik dari logam pusat dengan bilangan oksidasi
rendah (blok s dan d) dan logam-logam di sebelah kiri blok p
2. Asam-Hidrokso, dimana proton asam berada pada
gugus hidroksil, tanpa kehadiran gugus fungsi okso
(=O),
Si(OH)4 yang sangat penting pada pembentukan mineral
3. Asam okso, dimana proton asam berada pada gugus
hidroksil, dan terdapat gugus okso yang terikat pada
atom yang sama, umumnya terdapat pada logam
dengan bilangan oksidasi tinggi

- 2H+ - H+
H2O-E-H2O → HO-E-OH2- → HO-E=O3-

Misal:
4+ 2+ +
OH2 OH O
- 2H+ - H+
Ru Ru Ru
+ 2H+ + H+
OH2 OH OH
• Kekuatan asam akua biasanya meningkat
dengan bertambahnya muatan positif dari
ion logam pusat dan dengan menurunnya
jari-jari ion. (akibat dari delokalisasi
muatan positif pada logam pusat dan
ligan, sehingga muatan positif pada
satu waktu terdapat pada atom yang
dekat dengan proton asam)

• Proton lebih mudah dilepaskan dari ion


logam bermuatan positif tinggi (bilangan
oksidasi tinggi) dan jari-jari yang kecil.
Contoh:
Jelaskan deret asam berikut,
[Fe(OH2)6]2+ < [Fe(OH2)6]3+ < [Al(OH2)6]3+ ≈ [Hg(OH2)6]2+.

Jawab:
Asam terlemah adalah kompleks Fe2+ karena jari-jarinya
yang relatif besar dan muatannya rendah. Pertambahan
muatan menjadi 3+ meningkatkan kekuatan asam.
Tingginya keasaman Al3+ dapat dijelaskan dari kecilnya
jari-jari. Pengecualian terdapat pada kompleks Hg2+,
dimana terdapat transfer muatan positif yang cukup besar
kepada oksigen sebagai akibat dari ikatan kovalen.

Susun berdasarkan kenaikan kekuatan asam: [Na(OH2)n]+,


[Sc(OH2)6]3+, [Mn(OH2)6]2+, [Ni(OH2)6]2+
• Pada asam okso, penggantian satu gugus OH
pada atom pusat mengakibatkan berubahnya
kekuatan asam.

• Penambahan gugus bersifat elektronegatif seperti fluorin,


misal O2SF(OH), mengakibatkan bertambahnya muatan
positif pada atom pusat. Akibatnya, proton bertambah
asam (lebih mudah lepas)

• Penambahan gugus dengan pasangan elektron bebas (atau


elektropositif), misal NH2, mengakibatkan bertambahnya
muatan negatif pada atom pusat (terbentuknya ikatan ),
sehingga keasaman proton berkurang.
Asam Lewis
• Asam Lewis: senyawa atau zat yang
bertindak sebagai akseptor (penerima)
pasangan elektron bebas
• Basa Lewis: donor pasangan elektron
bebas
• Reaksi asam-basa Lewis: terbentuknya
kompleks (adduct), A-B, dimana A dan :B
membentuk ikatan dengan pemakaian
bersama elektron yang disumbang oleh
basa. Dengan kata lain, terbentuk
senyawa koordinasi.
• Asam Lewis:
– H+
– Ion logam memiliki orbital kosong
– Molekul yang kekurangan elektron.
BF3
– Asam Lewis tersembunyi (masked),
CO2
– Non logam dengan orbital d berenergi
rendah (low lying d orbitals)
– Molekul dengan orbital molekul *
berenergi rendah (low lying * orbital)
Konsep asam-basa Lewis:
Contoh BF3-NH3

LUMO
HOMO
• Contoh lain: BF3 dan dietil eter

C2H5
B + O B O
C2H5

TD: -99.9 oC TD: 34.5 oC TD: 125 to 126 oC


Molekul dengan * berenergi rendah

M + C O M C O

Orbital d kosong interaksi sangat


Asam Lewis lemah karena CO
juga memiliki orbital
molekul *.

CO bertindak sebagai basa Lewis, menyumbang


elektron pada orbital kosong logam pusat (densitas
elektron atom pusat bertambah)
• Logam pusat bertindak sebagai basa Lewis.

M + C O M C O

Basa Lewis Asam  back bonding/back donation

• Ikatan yang terbentuk antara M dan CO akan


mengakibatkan lemahnya ikatan antara C dengan O
(pada C≡O)
• Spektrum IR untuk CO bebas 2149 cm-1, saat berikatan
dengan logam transisi menjadi sekitar 1860 cm-1

Contoh lain asam-basa Lewis, lihat orbital molekul FHF-


(terbentuknya ikatan hidrogen)
Asam Super

• Larutan asam yang lebih kuat dibandingkan asam sulfat,


dikatakan sebagai asam super (George Olah menerima
nobel kimia tahun 1994)
• Diukur dengan persamaan keasaman Hammett:

[BH+]
Ho = pKBH+ - log
[B]

• B dan BH+ adalah indikator nitroanilin dan asam


konjugasinya.
• Semakin kuat asam, nilai Ho bertambah negatif (asam
sulfat memiliki nilai Ho = -11.9)
Asam Ho

Asam Sulfat H2SO4 -11.9


Asam Hidroflorida HF -11.0
Asam Perklorat HClO4 -13.0
Asam Florosulfonat HSO3F -15.6
Asam Triflorometanasulfonat HSO3CF3 -14.6
Magic Acid HSO3F-SbF5 -21.0 to -25
Asam Floroantimoni HF-SbF5 -21 to -28
Konsep Sistem Pelarut

• Larutan non-aqueus aprotik memerlukan pendekatan


yang sama dengan sistem aqueus protik
• Defenisi asam basa berbeda dari sistem protik
• Sistempelarut merujuk pada tiap pelarut yang dapat
terdisosiasi membentuk kation dan anion
(otodisosiasi)
• Kation hasil otodisosiasi bertindak sebagai asam, dan
anion adalah basa
• Solut yang meningkatkan jumlah kation dari pelarut
didefenisikan sebagai asam, yang meningkatkan
jumlah anion disebut basa
Konsep sistem pelarut

• Sistem pelarut klasik adalah air yang dapat


mengalami otodisosiasi:
2 H2O  H3O+ + OH-
• Kation H3O+ adalah asam, dan anion OH- adalah
basa
• Pada reaksi:
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-
• Asam sulfat (sebagai solut) adalah asam karena
meningkatkan jumlah kation H3O+ (tentu saja
merupakan asam menurut tiga teori asam-basa
sebelumnya)
Konsep sistem pelarut

• Untuk pelarut tanpa hidrogen, contoh BrF3


2 BrF3  BrF2+ + BrF4-
• Solut yang meningkatkan jumlah asam, BrF2+,
dikategorikan sebagai asam
• SbF5 adalah asam dalam BrF3
SbF5 + BrF3 → BrF2+ + SbF6-
• KF adalah basa dalam BrF3
F- + BrF3 → BrF4-
• Reaksi asam basa dalam sistem pelarut adalah
kebalikan dari otodisosiasi
H3O+ +OH- → 2H2O
BrF2+ + BrF4- → 2BrF3
Konsep sistem pelarut
• Perbandingan reaksi netralisasi
Arrhenius: asam + basa → garam + air
Bronsted: asam 1 + basa 2 → basa 1 + asam 2
sistem pelarut: asam + basa → pelarut
Asam-Basa Keras dan Lunak/HSAB
(Hard Soft Acids Bases)
• Konsep ini muncul pada tahun 1960.

• Ar-OH adalah asam Lewis dan Me2S adalah basa


Lewis
Ar-OH (keras) + Me2S (lunak) -∆H = 20 kJ/mol
I2 (lunak) + Me2S (lunak) -∆H = 32.7 kJ/mol
Kesimpulannya: I2 lebih asam

• Bila basanya diganti:


Ar-OH + O(CH2CH2)2O -∆H = 24 kJ/mol
I2 + O(CH2CH2)2O -∆H = 14.5 kJ/mol
Kesimpulannya: Ar-OH lebih asam
A. Faktor selain kekuatan asam/basa yang menentukan
kereaktifan asam/basa

1. Kelarutan Perak Halide


– AgX(s) + H2O → Ag+(aq) + X-(aq)
– Ksp’s: AgF = 205, AgCl = 1.8 x 10-10,
AgBr = 5.2 x 10-13, AgI = 8.3 x 10-17

2. Penjelasan mengenai kelarutan


– Pelarutan: F- terlarutkan dengan baik (kecil, muatan
tinggi)
– Derajat interaksi Ag—X pasti berperan penting
3. Teori HSAB dapat menjelaskan data tersebut di atas:
– Asam/basa keras adalah atom kecil dan tidak
terpolarisasi
– Asam/basa lunak adalah atom besar dan
terpolarisasi
– Interaksi keras/keras dan lunak/lunak lebih disukai
– Polarisasi = kemudahan distorsi oleh ion lain yang
bermuatan
4. Data AgX dan HSAB
– Ag+ besar dan terpolarisasi = Lunak
– Kelunakan Halida: I- > Br- > Cl- > F-
– AgI memiliki interaksi terkuat, maka kelarutan
rendah
– Kelunakan dihubungkan dengan ikatan kovalen,
bukan ikatan ionik
5. Warna tergantung dari perbedaan HOMO dan LUMO
– Perbedaan besar = diperlukan energi cahaya yang tinggi
untuk transisi = UV = tidak berwarna
»AgCl, AgF melibatkan ion keras (Cl/F)
»Lebih suka dengan interaksi ionik = transfer elektron antara
energi level yang sangat berbeda
»Senyawa tidak berwarna atau putih

– Perbedaan kecil = perlu energi cahaya yang rendah untuk


transisi = Visible/tampak = berwarna
»AgI, AgBr melibatkan interaksi lunak, kovalen
»Kovalensi merujuk pada penggunaan elektron bersama oleh
orbital berenergi sama/mirip
»Dihasilkan senyawa berwarna (kuning)

– Ciri senyawa kompleks (warna) dijelaskan oleh teori HSAB


6. Kelarutan LiX : LiBr > LiCl > LiI > LiF
– Li+ adalah ion keras
– LiF dapat diharapkan sangat ionik dan larut
– Sangat menyukai interaksi LiF keras-keras bahkan
melampau nilai kelarutan
– LiBr, LiCl lebih larut karena interaksinya kurang disukai

7. Polarisabilitas
= derajat distorsi awan elektron pada
satu atom oleh interaksi dengan ion
lain
– Keras = kecil, muatan tinggi, takterpolarisasi = M3+, O2-
– Lunak = besar, terpolarisasi = M0, S2-
Kesimpulan:
Asam basa keras:
– Atom kecil (contoh O)
– Muatan tinggi (biloks tinggi)
– Ionik
– Tidak dapat dipolarisasi
Kebalikannya adalah ciri-ciri lunak,
– Ukuran atom besar (contoh S)
– Muatan rendah
– Senyawa kovalen
– Dapat dipolarisasi
Perbandingan kecenderungan asam dan
basa keras terhadap asam dan basa lunak

Sifat Asam dan basa keras Asam dan basa lunak


jari-jari atom/ion kecil besar
tingkat oksidasi tinggi rendah atau nol
polarisabilitas rendah tinggi
elektronegativitas (basa) tinggi rendah
energi HOMO basa rendah tinggi
rendah (tetapi > HOMO
energi LUMO asam tinggi
basa lunak)
afinitas ikatan ionik ikatan kovalen
Contoh asam dan basa keras dan lunak
Asam Basa
keras lunak keras lunak
CH3Hg+,
Hidronium H3 O+ Raksa Hidroksida OH− Hidrida H−
Hg2+, Hg22+
Logam Li+,Na
+,K+ Platinum Pt2+ Alkoksida RO− Tiolat RS−
alkali
Paladiu
Titanium Ti4+ Pd2+ Halogen F−,Cl− Halogen I−
m
Cr3+,
Kromium Perak Ag+ Amonia NH3 Fosfina PR3
Cr6+
Boron Karboksila CH3C
BF3 Borana BH3 Tiosianat SCN−
trifluorida t OO−
Karbokatio P- Karbon
R3C+ Karbonat CO32− CO
n kloranil monoksida
Logam
Lantanida Ln3+ M0 Hidrazina N2H4 Benzena C6H6
curah
Torium, Ura Th4+,
Emas Au+
nium U4+
B. Asam/Basa Keras dan Lunak Pearson (1963)
• Umumnya ion logam adalah asam keras (kelas a) ; beberapa
berada di zona “antara” tergantung muatan
• Ion logam besar terpolarisasi adalah lunak (kelas b)
• Basa Lewis juga dapat dikategorikan sebagai keras atau
lunak
• Reaksi lebih menyukai pasangan keras
• Keras/keras lebih disukai ketimbang lunak/lunak
HSAB Pearson

• Ag+(lunak) + I- (lunak) AgI (sangat tidak larut)


(disukai) Kovalen
• Li+(keras) + F- (keras) LiF (hanya sedikit larut)
(disukai) Ionik
• Ag+(lunak) + F- (keras) AgF (cukup larut)
(tidak disukai)
• Li+(keras) + I- (lunak) LiI (larut)
(tidak disukai)
Daftar asam basa keras dan lunak Pearson
C. Kekerasan Absolut Pearson = h
• Metode kuantitatif untuk mengukur kekerasan dan
kelunakan, pendugaan pasangan hasil reaksi
• Formula menggunakan energi Ionisasi (I) dan
Afinitas Elektron (A)
I−A
η=
2
• Berhubungan dengan defenisi elektronegativitas
Mulliken
I+A
χ=
2
• Mendefenisikan kekerasan sebagai perbedaan yang
besar antara I dan A
– I = energi HOMO
– A = energi LUMO
• kelunakan = s = 1/h
• Halogen sebagai contoh:
a) Trend pada h paralel
dengan energi HOMO
(energi LUMO hampir selalu
sama)
b) F = sangat elektronegatif,
kecil, kurang terpolarisasi =
paling keras
c) Cl→Br→I h menurun saat
energi HOMO meningkat
• Masalah: nilai h tidak selalu
sesuai dengan kereaktifan
(keras, tetapi masih asam
lemah)
D. Pendekatan Kuantitatif Drago
1. -DH = EAEB + CACB
– DH = entalpi untuk reaksi A + B → AB
– E = kapasitas untuk interaksi ionik (dihitung dari
berbagai jenis reaksi)
– C = kapasitas untuk interaksi kovalen (untuk berbagai
reaksi)
– Semakin tinggi -DH, semakin baik reaksinya
– interaksi keras/keras dan lunak/lunak disukai

• I2 digunakan sebagai referensi E = 2.05 (atau 1.00),


C = 2.05 (atau 1.00)
• Umumnya asam menurut Drago bersifat kovalen, sehingga
nilai E > 2.05 (atau 1), dan umumnya nilai C < 2.05 (atau
1)
bandingkan dengan data di bawah ini
E C
Asam
Antimoni pentaklorida 15.1 10.5
Boron triflorida 20.2 3.31
Iodin 2.05 2.05
Iodine monoklorida 10.4 1.7
Phenol 8.86 0.90
Sulfur dioksida 1.88 1.65
Triklorometana 6.18 0.32
Trimetilboron 12.6 3.48

Basa
Aseton 2.02 4.67
Ammonia 2.78 7.08
Benzene 0.57 1.21
Dimetil sulfida 0.70 15.26
Dimetilsulfoksida 2.76 5.83
Metilamin 2.66 12.00
ρ-dioksan 2.23 4.87
Piridina 2.39 13.10
Trimetilfosfina 17.20 13.40
2)Contoh: I2 (as.lunak) + C6H6 (bs.lunak) → I2 • C6H6
-DH = EAEB + CACB
= (2.05 x 0.57 + 2.05 x 1.21)
= 3.65 kcal/mol (lemah)

3)Keuntungan sistem Drago


– Penekanan pada 2 faktor penting yang terlibat pada
penentuannkekuatan asam-basa
» Elektrostatik
» Kovalen
– Kekerasan Pearson hanya melibatkan kovalen
– Sangat mudah diprediksi bila nilai E dan C telah ditabulasi
– Jika data tidak tersedia, HSAB metode Pearson masih
dapat digunakan untuk perkiraan kasar mengenai
kekuatan hasil reaksi asam-basa
Contoh kasus:
• I2 (lunak) + piridina (lunak)
-∆H = (2.05)(2.39) + (2.05)(13.10) = 31.57
kkal/mol
• Fenol (keras) + piridina (lunak)
-∆H = 33.02 kkal/mol

Mengapa nilai keras-lunak lebih baik dari lunak-


lunak?
Persamaan Drago-Wayland tidak dapat
menjawab fenomena ini.
Drago tidak bisa menjelaskan mengapa interaksi antara
trimetilamina dan boron trimetil sangat lemah meski
amina (N) adalah basa keras dan boron trimetil adalah
asam keras.
H3C CH3

H3C N B CH3

H3C CH3

Penjelasan yang bisa diberikan adalah: ikatan B-N


dilemahkan oleh enam buah gugus metil. Keenam gugus
metil memerlukan ruang yang cukup besar sehingga terjadi
tolakan antar metil (steric effect). Drago tidak bisa
menjelaskan steric effect.
• Lunak dan keras bukanlah dua properti yang
berbeda, melainkan satu sifat hanya berbeda
deretnya saja.
• Harus mengikutsertakan sifat kuat-lemah
disamping keras-lunak.
• Maka nilai E + C, mengandung kedua sifat
tersebut: lunak-keras dan lemah-kuat.

• -∆H menjadi:
-∆H = (CB+ EB {[CA+EA/2] + [[CA – EA/2]RB]}

Dimana RB = CB – EB/CB + EB
The Great E + C Plot
EB CB
Tinggi, mewakili
kekuatan
M2S
Slope, mewakili
Me3P kelunakan (+ :
piridina lunak)

-∆H Dioksan
Bila terdapat
CA + EA asam lunak (RA
mendekati +1),
maka interaksi
dengan M2S >
Me3P > piridina >
Dioksan

-1 RA +1
II. Frontier Orbitals (orbital gugus depan) dan Kimia
Asam-Basa
– Kombinasi HOMO-LUMO
• Reaksi Asam-Basa menghasilkan produk
dengan frontier orbitals baru

• Contoh: NH3 + H+ → NH4+


a. NH3 PEB berada di a1 MO = HOMO
(basa)
b. H+ hanya memiliki orbital kosong 1s AO =
LUMO (acid)
Catatan: MO (orbital molekul), AO (orbital atom)
c) Gabung kedua orbital
tersebut membentuk
pasangan Bonding/
Antibonding

d) PEB distabilkan pada orbital


bonding yang baru

e) NH4+ lebih stabil daripada


pasangan NH3 dan H+

f) Pilih orbital dengan energi


dan simetri yang mirip untuk
digabungkan

g) Bila tidak ada pasangan


simetri (energi), tidak
terbentuk adduct asam-
basa
• Simetri, Energi, dan Pengisian Frontier Orbital
memungkinkan kita untuk menduga hasil dari suatu
reaksi
– 2 H2O + Ca → Ca2+ + H2(g) + 2 OH-
» HOMO Ca >> LUMO H2O
» Tidak terlalu sesuai untuk pembentukan adduct asam basa
» Reaksi diduga melibatkan transfer elektron (oksidasi Ca oleh H2O)

– n H2O + Cl- → [Cl(H2O)n]-


» Energi sesuai untuk pembentukan adduct asam-basa
» Air sebagai asam (LUMO), dan basanya adalah (Cl-) (HOMO)

– 6 H2O + Mg2+ → [Mg(H2O)6]2+


» Energi sesuai untuk pembentukan adduct asam-basa
» Air sebagai basa (HOMO), dan Mg2+ sebagai asam (LUMO)

– 2 H2O + 2 F2 → 4 F- + 4 H+ + O2
» HOMO air >> LUMO F2
» Tidak terlalu sesuai untuk pembentukan adduct asam basa
» Reaksi diduga melibatkan transfer elektron (reduksi F2 oleh H2O)
4) Penataan ulang defenisi asam-
basa Lewis:
a) Basa: punya PEB di HOMO
dengan simetri dan energi
yang sesuai
b) Asam: punya LUMO dengan
simetri dan energi yang
sesuai
5) HSAB menggunakan HOMO-
LUMO
a) keras/keras = elektrostatik,
perubahan energi HOMO-
LUMO besar, tetap terpisah
b) Soft/Soft = energi HOMO dan
LUMO dekat bergabung
membentuk MO baru dengan
energi yang lebih stabil
c) Keras/keras biasanya lebih
disukai karena alasan
interaksi tarik menarik muatan
+/-
B. Karbon Monoksida sebagai basa
Lewis
1) Elektronegativitas menunjuk O
sebagai donor pasangan e-

C O C O M+
2) Nyatanya, C selalu jadi donor
a) Muatan Formal

-1 +1
C O

b) Frontier Orbitals MO
i. HOMO lebih berkarakter C
ii.HOMO dari C sebagai
penyumbang pada asam
Lewis M

O C M+
C. Ikatan Hidrogen
• FHF- (simetris, ikatan yang sama terhadap H)
– Dengan HOMO-LUMO, dapat menggunakan HF + F-
– F- HOMO (basa) + HF(LUMO) dan HOMO (asam), membentuk 3 MO
baru
» Bonding MO dengan energi terendah, terisi
» Orbital Nonbonding, terisi
» Orbital antibonding berenergi tinggi yang kosong
– Ikatan 3-pusat 2 elektron, dengan orde ikatan ½ tiap ikatan H—F
D. Spektrum Elektronik untuk adducts I2 (asam) + Donor (basa)
1) gasI2 : violet dari transisi g*→su* (diteruskan: biru dan
merah = ungu)
2) Pelarut Nondonor heksana tidak memberi perubahan =
ungu
3) Pelarut Donor benzena dan metanol
a) Donor HOMO berinteraksi dengan su* LUMO I2
b) Energi HOMO/LUMO baru untuk adduct menggeser
spektrum
c) Warna berubah (cahaya yang diteruskan)
i. Pada benzena merah-violet
ii. Pada metanol kuning-coklat
4) Larutan KI/H2O dengan I2 membentuk I2—I- adduct I3-
a) Energi g*→su* meningkat, energi LUMO tinggi ke
arah biru
b) Muncul transisi s→s* = muncul Transfer Muatan
bila donor yang baik berinteraksi dengan I2
c) Transfer muatan adalah transisi yang terjadi antara
orbital berkarakter donor dan orbital berkarakter
akseptor.

I 2 • Donor ⎯hνν
⎯⎯ CT
→[I 2 ]− [Donor]+
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai