Anda di halaman 1dari 28

EKSPERIMEN INTERFEROMETER MICHELSON

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA II

Oleh :
Nama : Lailatul Faizah
Nim : 161810201018
Tanggal Praktikum : 18 Maret 2019
Kelompok : A5

LABORATORIUM FISIKA MODERN


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
RINGKASAN

Eksperimen Interferometer Michelson, Lailatul Faizah, 161810201018; 2019;


22 halaman; Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember

Interferometer yang dikembangkan oleh A.A. Michelson pada tahun 1881


menggunakan prinsip membagi amplitudo gelombang cahaya menjadi dua bagian
yang berintensitas sama. Percobaan interferometer Michelson ini menggunakan
sebuahi interferometer, dimana interferometer itu sendiri berasal dari kata
interferensi dan meter yang berarti suatu alat yang digunakan unutuk mengukur
panjang atauperubahan panjang dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan
penentuangaris-garis interferensi. Suatu alat ukur agar mendapatkan hasil yang
akurat diperlukan pengkalibrasian. Eksperimen Interferometer yang dilakukan
bertujuan untuk mencari tetapan kalibrasi dari sebuah interferometer. Eksperimen
dimulai dengan memposisikan laser He-Ne sejajar dengan bangku interferometer
Michelson. Posisi movable mirror (M1) diletakkan secara tegak lurus (sudut 90)
dengan adjustable mirror (M2). Berkas dari 𝑀1 dan 𝑀2 diatur sehingga
terkumpul pada satu titik. Pengamatan dilakukan dengan memutar mikrometer
dengan menghitung posisi mikrometer terhadap perubahan frinji yang terjadi.
Posisi mikrometer dihitung untuk setiap 𝑑15 . Data yang didapatkan bahwa
penambahan dari banyaknya jumlah frinji (N) berbanding lurus dengan
pergeseran Movable mirror yang dilakukan atau terhadap posisi mikrometer.
Grafik hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran Movable mirror
menunjukkan bahwa grafik yang terbentuk cenderung linear walaupun beberapa
selisih data yang didapat nilainya sedikit jauh. Nilai tetapan kalibrasi k1 dan k2
dari analisa grafik maupun penurunan kuantitatif yang dilakukan berturut-turut
adalah k1 yaitu 0,894 dan k2 rata-rata adalah 0,86.

Kata kunci: Interferensi cahaya, Interferometer, Interferometer Michelson.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i


RINGKASAN ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................... 2
BAB 2. DASAR TEORI ............................................................................ 3
2.1 Interferensi ................................................................................ 3
2.2 Interferometer ............................................................................ 4
2.3 Interferometer Michelson .......................................................... 5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM ........................................................... 7
3.1 Rancangan Praktikum ............................................................... 7
3.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 8
3.2.1 Jenis Data ................................................................... 8
3.2.2 Sumber Data ............................................................... 8
3.3 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran ........ 8
3.3.1 Variabel Bebas ........................................................... 8
3.3.2 Skala Pengukuran ....................................................... 9
3.4 Kerangka Pemecahan Masalah ............................................. 10
3.4.1 Alat dan Bahan ........................................................... 10
3.4.2 Tata Laksana Eksperimen .......................................... 11
3.4.3 Langkah Kerja ............................................................ 12
3.4.4 Metode Analisis Data ................................................. 13
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 14
4.1 Hasil ........................................................................................... 14

iii
4.2 Pembahasan ................................................................................ 16
BAB 5. PENUTUP..................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 18
5.2 Saran ............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 19
LAMPIRAN ............................................................................................... 20

iv
DAFTAR GAMBAR

2.1 Skema interferometer ............................................................................ 5


2.2 Pola interferensi gelap terang ................................................................ 6
3.1 Rancangan eksperimen interferometer Michelson ................................ 7
3.2 Susunan eksperimen interferometer Michelson .................................... 11
3.3 Diagram alir eksperimen interferometer Michelson ............................. 12
3.4 Grafik hubungan pengaruh jumlah frinji (N)terhadap posisi
mikrometer (𝑑𝑚 ) .................................................................................. 13
4.1 Grafik hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran frinji.................. 15
4.2 Grafik error bar hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran frinji ... 16

v
DAFTAR TABEL

3.1 Pengaruh jumlah frinji (N) terhadap posisi mikrometer (𝑑𝑚 ) .............. 13
4.1 Hasil pengamatan dan ralat deviasi ....................................................... 14
4.2 Hasil berdasarkan perhitungan grafik ................................................... 14
4.3 Nilai kalibrasi ........................................................................................ 15

vi
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Interferensi dan difraksi merupakan fenomena penting yang membedakan
gelombang dari partikel. Interferensi ialah penggabungan secara superposisi dua
gelombang atau lebih yang bertemu dalam satu titik di ruang. Suatu alat yang
dirancang untuk menghasilkan pola interferensi dari perbedaan panjang lintasan
disebut interferometer optik. Kedua gelombang yang berinterferensi pada
interferometer diperoleh dengan jalan membagi intensitas gelombang semula.
Salah satunya adalah interferometer Michelson yang menghasilkan kesimpulan
negatif tentang adanya eter, interferometer ini juga sangat berguna dalam
pengukuran indeks bias dan jarak. Interferometer Michelson merupakan
seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip interferensi
adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji
(Resnick, 1993).
Percobaan Interferometer Michelson dilakukan memposisikan laser He-Ne
sejajar dengan bangku interferometer Michelson. Posisi movable mirror (M1)
diletakkan secara tegak lurus (sudut 90) dengan adjustable mirror (M2) yang
ditengahi oleh beam spliter serta diatur posisi M1 hingga pantulannya terlihat
dilayar dan posisi M2 diatur hingga cahaya M2 berimpit dengan cahaya dari M1.
Skrup pada adjustable mirror diputar secara perlahan sehingga terlihat pola
interferensinya. Posisi yang demikian, akan terjadi perbedaan lintasan yang
diakibatkan oleh pola reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang masuk
melewati lensa. Perbedaan lintasan ini akan menyebabkan adanya beda fase dan
penguatan fase (yang biasa disebut sebagai interferensi) yang selanjutnya
menyebabkan munculnya pola-pola pada frinji.
Pengembangan interferometer Michelson dapat diaplikasikan dalam
penentuan sifat-sifat gelombang seperti pada penentuan panjang gelombang, pola
penguatan interferensi, dll. Pelaksaanaan eksperimen membantu kita untuk
menambah wawasan tentang prinsip kerja interferometer Michelson dan
2

fenomena fisis dari interferensi. Hasilnya dapat sebagai kalibrasi alat optik dan
dapat sebagai dasar pembuatan spektrometer.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan petunjuk pada modul yang telah diuraikan,
didapatkan rumusan masalah eksperimen interferometer Michelson diantaranya:
1. Bagaimana hubungan pengaruh variasi jumlah frinji (N) terhadap posisi
mikrometer (𝑑𝑚 )?
2. Bagaimana pola grafik hubungan variasi jumlah frinji (N) terhadap posisi
mikrometer (𝑑𝑚 )?
3. Bagaimana hasil tetapan kalibrasi 𝑘1 dan 𝑘2 berdasarkan analisa grafik dan
penurunan kuantitatifnya?

1.3 Tujuan
Pelaksanaan eksperimen interferometer Michelson bertujuan untuk:
1. Mengamati hubungan pengaruh variasi jumlah frinji (N) terhadap posisi
mikrometer (𝑑𝑚 ).
2. Dapat menggambar pola grafik hubungan variasi jumlah frinji (N) terhadap
posisi mikrometer (𝑑𝑚 ).
3. Mengetahui hasil tetapan kalibrasi 𝑘1 dan 𝑘2 berdasarkan analisa grafik dan
penurunan kuantitatifnya?

1.4 Manfaat
Manfaat dari dilaksanakannya eksperimen interferometer Michelson dapat
menambah wawasan mengenai fenomena fisis dari interferensi dan prinsip kerja
interferometer Michelson, sebagai kalibrasi alat optis dan sebagai dasar dalam
pembuatan spektrometer. Wawasan dari interferometer Michelson turut
mendukung pengembangan bidang optika dan gelombang dalam keilmuan fisika.
Aplikasi lebih lanjut dapat diterapkan pada teknologi film tipis.
3

BAB 2. DASAR TEORI

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat dapat


merambat. Cahaya yang merambat melalui dua medium berbeda akan mengalami
pembiasan. Pembiasan merupakan perubahan kecepatan cahaya akibat perbedaan
medium yang menyebabkan perubahan lintasan cahaya. Indeks bias dari sebuah
material didefinisikan sebagai perbandingan (rasio) antara kecepatan cahaya
dalam ruang hampa terhadap kecepatan cahaya dalam suatu zat (Apriyanto, 2012).
Interferometer yang dikembangkan oleh A.A. Michelson pada tahun 1881
menggunakan prinsip membagi amplitudo gelombang cahaya menjadi dua bagian
yang berintensitas sama. Pembelahan amplitudo gelombang menjadi dua bagian
dilakukan dengan menggunakan pemecah sinar (beam splitter). Pola interferensi
yang terbentuk pada interferometer Michelson lebih tajam, lebih jelas dan jarak
antar frinjinya lebih sempit dibanding interferometer yang lain, baik
interferometer Fabry Perot maupun Twymen Green (Halliday, 1986).

2.1 Interferensi
Fenomena interferensi selalu berkaitan dengan teori gelombang cahaya.
Cahaya memiliki besar amplitudo, panjang gelombang, fase dan kecepatan.
Cahaya yang melewati suatu medium maka kecepatannya akan mengalami
perubahan. Perubahan tersebut memberikan informasi tentang keadaan
objek/medium yang bersangkutan misal indeks bias, tebal medium dari bahan
yang dilewatinya dan panjang gelombang sumbernya (Tipler, 1991).
Interferensi gelombang dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara dua
gelombang atau lebih pada daerah tertentu pada saat yang bersamaan. Interferensi
dua gelombang yang mempunyai frekuensi, amplitude, dan arah getaran sama
yang merambat menurut garis lurus dengan kecepatan yang sama tetapi
berlawananarahnya, menghasilkan gelombang stasioner atau dengan kata lain
disebut dengan gelombang diam. Interferensi terdapat dua macam yaitu
interferensi destruktif dan interferensi konstruktif. Interferensi desdruktif yaitu
saling meniadakan yang terjadi bila gelombang-gelombang yang mengambil
4

bagian dalam interferensi memiliki fase berlawanan. Interferensi konstruktif yaitu


saling menguatkan yang terjadi jika gelombang-gelombangyang mengambil
bagian dalam interferensi memiliki fase yang sama. Interferensi
konstruktif dalam sebutan lain dinamakan dengan superposisi gelombang
(Bahrudin, 2006:140).
Menurut Tipler (1991), perbedaan fase antara dua gelombang yang terjadi
pada proses interferensi sering disebabkan oleh adanya perbedaan panjang
lintasan yang ditempuh oleh kedua gelombang. Perbedaan lintasan dengan satu
panjang gelombang menghasilkan perbedaan fase 360°, yang ekivalen atau sama
dengan tidak ada perbedaan fase sama sekali. Perbedaan lintasan dengan setengah
panjanggelombang menghasilkan perbedaan fase 180°. Interferensi menghasilkan
pola – pola interferensi yang digunakan dalam penentuan indeks bias. Umumnya,
perbedaan lintasan yang sama dengan ∆𝑑 menyumbang suatu perbedaan fase δ
yang diberikan oleh :
∆𝑑 ∆𝑑
𝛿= ∙ 2𝜋 = ∙ 360° (2.1)
𝜆 𝜆

2.2 Interferometer
Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi
polainterferensi tersebut adalah interferometer. Alat ini dapat dipegunakan
untuk mengukur panjang gelombang atau perubahan panjang gelombang
denganketelitian sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi.
Walaupunpada awal mula dibuatnya alat ini dipergunakan untuk membuktikan
ada tidaknya eter. (Halliday,1994:715).
Pola interferensi tersebut dapat terbentuk dengan menggunakan
interferometer. Interferometer memiliki berbagai macam susunan seperti
interferometer Michelson, Fabry Perot dan Mach Zehnder. Interferometer
Michelson memiliki susunan paling sederhana dan memiliki akurasi yang sangat
tinggidiantarainterferometer yang lain. Interferometer Michelson disusun oleh
sumber cahaya yang koheren, dua cermin, beam splitter dan detector. (Nguyen &
Kim, 2012).
5

2.3 Interferometer Michelson


Interferometer Michelson merupakan seperangkat peralatan yang
memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip interferensi adalah kenyataan bahwa
beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji. Percobaan interferometer
Michelson ini menggunakan sebuahi interferometer, dimana interferometer itu
sendiri berasal dari kata interferensi dan meter yang berarti suatu alat yang
digunakan unutuk mengukur panjang atau perubahan panjang dengan ketelitian
yang sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi (Halliday,
1994).

Gambar 2.1 Skema interferometer


(Sumber: Soedojo, 1992)
Gambar merupakan diagram skematik interferometer Michelson. Proses pada
permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser, sebagian dipantulkan ke
kanan dansisanya ditransmisikan ke atas. Bagian yang dipantulkan ke kanan oleh
suatucermin datar (cermin 1) akan dipantulkan kembali ke beam splitter yang
kemudian menuju ke screen (layar). Bagian yang ditransmisikan ke atas oleh
cermindatar (cermin 2) juga akan dipantulkan kembali ke beam splitter, kemudian
bersatu dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar akan
6

berinterferensiyang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-terang


(frinji) (Soedojo,1992). Pola interferensi (gelap-terang) yang terjadi seperti
gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Pola interferensi gelap terang


(Sumber: Soedojo, 1992)
Prinsip reflektansi dan transmisivitas yang terjadi pada percobaan
Interferometer Michelson ini dapat diuraikan sebagai berikut yaitu sinar dikirim
mundur maju melalui gas beberapa kali oleh sepasang cermin sejajar, sehingga
seperti merangsang emisi berdasarkan sebanyak mungkin atom yang tereksitasi.
Salah satu cermin tembus cahaya sebagian, sehingga sebagian dari berkas sinar
muncul sebagai berkas sinar ke luar. (Zemansky, 1994 : 1087-1088)
Micrometer yang digerakkan secara perlahan-lahan sehingga pada jarak
dm tertentu serta menghitung jumlah lingkaran N, berapa kali pola frinji kembali
pada pola awal, maka panjang gelombang cahaya (λ) akan dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan:
2𝑑
𝜆= (2.2)
𝑁
𝑙 =𝑘∙𝑑 (2.3)
Sehingga
𝑁𝜆 (2.4)
𝑘=
2𝑑
Dimana 𝑘 merupakan ketetapan kesebandingan (kalibrasi). Kalibrasi yang
diketahui tersebut maka interferometer dapat digunakan untuk mengukur panjang
gelombang (Hariharan, 2007: 47).
7

BAB 3. METODE PERCOBAAN

Metode eksperimen disebut sebagai tahapan-tahapan sistematis dalam


melakukan eksperimen. Metode penelitian untuk kegiatan eksperimen
interferometer Michelson ini menguraikan komponen-komponen yang terdiri dari
rancangan praktikum, jenis dan sumber data eksperimen, variabel eksperimen dan
skala pengukuran, metode analisis data dan kerangka pemecahan masalah.

3.1 Rancangan Praktikum


Skema rancangan praktikum pada eksperimen interferometer Michelson
direpresentasikan melalui bentuk diagram alir sebagai berikut:

Identifikasi Permasalahan

Tujuan Praktikum

Kajian Pustaka

Variabel Penelitian

Kegiatan Eksperimen

Pengambilan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Rancangan praktikum interferometer Michelson.


8

3.2 Jenis dan Sumber Data


3.2.1 Jenis Data
Data yang didapatkan dalam eksperimen interferometer Michelson yang
akan dilaksanakan adalah data kuantitatif berupa jumlah frinji (N), posisi
mikrometer dan posisi 𝑑25 . Data yang diambil yaitu pengaruh perubahaan jumlah
frinji terhadap posisi mikrometer. Perubahan jumlah frinji dapat dibuat kelipatan
25. Pengambilan data bisa dilakukan hingga 10 sehingga ketelitian hasil
percobaan yang sedang dilakukan lebih maksimal.

3.2.2 Sumber Data


Data yang diperoleh berdasarkan sumber datanya termasuk data primer yang
diperoleh secara eksperimental. Eksperimen dilakukan dengan menngunakan alat
dan bahan dari eksperimen interferometer Michelson sesuai dengan langkah-
langkah kerja dan prosedur praktikum yang tersaji di dalam modul.

3.3 Definisi Variabel Eksperimen dan Skala Pengukuran


Definisi variabel eksperimen dan skala pengkuran pada eksperimen
interferometer Michelson adalah sebagai berikut:
3.3.1 Operasional Variabel
Praktikum interferometer Michelson dalam proses pelaksanaannya
menggunakan 3 operasional variabel, dimana definisi dari ketiga variabel tersebut
yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan faktor-faktor yang nantinya akan diukur, dipilih
dan dimanipulasi atau divariasi oleh peneliti untuk melihat hubungan di antara
fenomena atau peristiwa yang diteliti atau diamati. Variabel bebas pada
eksperimen interferometer Michelson yakni adalah perubahan posisi mikrometer.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan faktor-faktor yang diamati dan diukur oleh
peneliti dalam sebuah penelitian, untuk menentukan ada tidaknya pengaruh dari
variabel bebas. Variabel terikat pada eksperimen interferometer Michelson yaitu
9

perubahan jumlah frinji (N). Perubahan jumlah frinji dipengaruhi posisi


mikrometer.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang dibuat konstan untuk setiap
perlakuan pada objek penelitian. Variabel kontrol pada interferometer Michelson
adalah posisi 𝑑15 .

3.3.2 Skala Pengukuran


Skala pengukuran pada eksperimen interferometer Michelson adalah
posisi mikrometer, jumlah frinji (N) dan tetapan kalibrasi. Berdasarkan data yang
telah diperoleh dapat di cari tetapan kalibrasinya 𝑘1 dari grafik untuk 𝑁=𝑓
(𝑑𝑚 ) dimana N adalah fungsi dari 𝑑𝑚 . Variabel-varibel yang dapat diidentifikasi
adalah:
𝑁𝜆
𝑘1 =
2𝑑𝑚
𝜆
𝑘2 = 𝑘1
2
Dimana 𝑘1 = 𝑚
𝑑𝑚
𝜆 = 2𝑘2
𝑁
𝑘2
𝜆=2
𝑘1
Keterangan: N = jumlah frinji
𝜆 = panjang gelombang laser HeNe 623,8 nm
𝑑𝑚 = pergeseran cermin (m)

Ralat pengukuran pada eksperimen interferometer Michelson :


1
𝜎 2𝑦 = ∑(𝑦𝑖 − 𝑐 𝑚𝑥)2
𝑁
2
𝑁𝜎𝑦 2
𝜎 𝑚=
𝑁(∑ 𝑥𝑖 2 ) − (∑ 𝑥𝑖 2 )
𝜎 2 𝑦(∑ 𝑥𝑖 2 )
𝜎 2𝑐 =
𝑁(∑ 𝑥𝑖 2 ) − (∑ 𝑥𝑖 2 )
10

𝑚𝜆
𝑘2 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2

3.4 Kerangka Pemecahan Masalah


Kerangka pemecahan masalah yang digunakan pada eksperimen
interferometer Michelson adalah sebagai berikut:
3.4.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum interferometer Michelson
yaitu :
1. Meja interferometer (precision interferometer, OS-2955A) yang berfungsi
sebagai tempat meletakkan perlengkapan interferometer Michelson.
2. Sumber laser He-Ne (OS-9171) berfungsi sebagai sumber cahaya yang akan
digunakan dalam eksperimen interferometer Michelson.
3. Bangku lase He-Ne (OS-9172) berfungsi sebagai tempat meletakkan laser
He-Ne.
4. Perlengkapan interferometer Michelson :
a. Beam splitter sebagai pemisah berkas cahaya menjadi dua bagian.
Sebagian menuju Movable mirror (M1) dan sebagian lagi menuju
Adjustable mirror (M2).
b. Compensator memilki fungsi menyamakan fasa gelombang yang berasal
dari suber cahaya (laser He-Ne).
c. Movable mirror (M1) berfungsi sebagai transmisi berkas menuju pemisah
bekas dan dari pemisah berkas, sebagian dari berkas cahaya tersebut akan
direfleksikan oleh pemisah berkas menuju layar pengamatan dengan
posisinya yang berubah-ubah.
d. Adjustable mirror (M2) berfungsi sebagai pereflaksi berkas menuju
pemisah bekas dan dari pemisah berkas, sebagian dari berkas cahaya
tersebut akan ditransmisikan oleh pemisah berkas menuju layar
pengamatan dengan posisinya yang tetap.
e. Convex lens 18 nm memiliki fungsi sebagai pemfokus serta penyebar
berkas cahaya yang berasal dari sumbercahaya (laser HeNe).
11

3.4.2 Tata Laksana Eksperimen


Eksperimen interferometer Michelson dilakukan pada Senin, 18 Maret
2019 pukul 07.00-08.40 WIB bertempat di Laboratorium Fisika Modern Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Langkah awal pada eksperimen interferometer Michelson yaitu
mengidentifikasi permasalahan dalam eksperimen interferometer Michelson
berdasarkan latar belakang. Kajian pustaka dilakukan mengenai teori, konsep fisis
serta cara pengukuran pada eksperimen interferometer Michelson. Alat dan bahan
disiapkan dan mulai merangkai alat yang digunakan pada eksperimen
interferometer Michelson (lihat gambar 3.2). Eksperimen dilakukan dengan
pengambilan data dengan variasi jumlah frinji terhadap posisi mikrometer. Data
yang diperoleh saat eksperimen yang kemudian data diolah dan dihitung. Tahap
terakhir dapat menyimpulkan hasil eksperimen efek fotolistrik.

Gambar 3.2 Desain eksperimen interferometer Michelson


(Sumber: Tim Penyusun, 2019)
12

3.4.3 Langkah Kerja


Langkah kerja direpresentasikan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut:

Mulai

Rangkaian disusun

Laser He-Ne diposisikan sejajar bangku interferometer Michelson

𝑀1 dan 𝑀2 diposisikan hingga berkas terkumpul di satu titik

Skrup pengatur 𝑀2 diputar perlahan sehingga pola interferensi pada


layar pengamatan

Posisi mikrometer diatur setengah skala utama

Mikrometer diputar hingga angka nol pada knop berimpit dengan garis tanda

Frinji dipilih dan diberi garis tanda

Posisi awal mikrometer dicatat

Knob mikrometer diputar perlahan hingga 25 frinji

Posisi mikrometer yang baru dicatat

Pengulangan 10 pasang
data posisi mikrometer-
frinji yang berbeda

Selesai

Gambar 3.3 Diagram alir eksperimen interferometer Michelson.


13

3.4.4 Metode Analisi Data


Analisa data yang dilakukan dalam pengambilan data eksperimen
interferometer Michelson dilakukan dengan mengidentifikasi data-data yang akan
yang didapat yaitu pengaruh variasi jumlah frinji (N) terhadap posisi mikrometer
untuk mencari nilai tetapan kalibrasi (𝑘1 ). Data yang akan didapat ditabulasikan
dan digrafikkan sebagai berikut:
1. Tabel Pengamatan
Tabel 3.1 Pengaruh variasi jumlah frinji (N) terhadap posisi mikrometer
Jumlah frinji (N) Posisi mikrometer (𝑑𝑚 )
15
30
45
dst..

2. Grafik
Grafik hubungan jumlah frinji (N) terhadap posisi mikrometer (𝑑𝑚 ) yang
didapatkan dari data eksperimen yang diperoleh adalah:

𝑑𝑚

Gambar 3.4 Grafik hubungan hubungan jumlah frinji (N) terhadap posisi
mikrometer (𝑑𝑚 ).
14

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil pengukuran dan perhitungan yang didapatkan dari eksperimen
Interferometer Michelson, yaitu:
Tabel 4.1 Hasil pengamatan dan ralat deviasi
dm (µm) 𝑑𝑚 rata-
No. N Σ(𝑑𝑚 − ̅̅̅̅
𝑑𝑚)2 ∆dm
dm1 dm2 dm3 rata
1 15 6 7 7 6,67 0,67 0,09
2 30 12 12 12 12,00 0,00 0,00
3 45 17 17 18 17,33 0,67 0,09
4 60 22 21 22 21,67 0,67 0,09
5 75 26 25 26 25,67 0,67 0,09
6 90 31 30 33 31,33 4,67 0,23
7 105 37 36 37 36,67 0,67 0,09
8 120 40 41 41 40,67 0,67 0,09
9 135 50 49 49 49,33 0,67 0,09
10 150 56 55 56 55,67 0,67 0,09

Tabel 4.2 Hasil berdasarkan perhitungan grafik


m=k ∆m c ∆c xi yi xi^2 yi^2 xiyi ∆y
21,1 15 444,0 225 316,1
37,9 30 1438,4 900 1137,8
54,8 45 3001,2 2025 2465,2
68,5 60 4689,3 3600 4108,7
- 81,1 75 6580,6 5625 6084,1
0,894 0,027 105,44
1,406 99,0 90 9807,1 8100 8912,8 4,12
115,9 105 13429,8 11025 12168,1
128,5 120 16519,8 14400 15423,5
155,9 135 24311,3 18225 21049,3
175,9 150 30954,1 22500 26390,6
Jumlah 938,7 825 111175,5 86625 98056,3
15

Tabel 4.2 Nilai kalibrasi

No. N k2 ̅̅̅̅
𝑘2 ∆k2 pergeseran
1 15 0,71 21,07
2 30 0,79 37,93
3 45 0,82 54,78
4 60 0,88 68,48
5 75 0,92 81,12
0,86 0,278
6 90 0,91 99,03
7 105 0,91 115,89
8 120 0,93 128,53
9 135 0,87 155,92
10 150 0,85 175,94

180
160 y = 0.8939x - 1.4055
R² = 0.9927 150
140 135
Jumlah Frinji (N)

120 120
100 105
90
80 75
60 60
40 45
30
20 15
0
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00
Pergeseran Frinji (2dm/λ)

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran frinji
16

180
160
Jumlah Frinji (N) 140
120
100
80
60
40
20
0
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
Pergeseran Frinji (2dm/λ)

Gambar 4.2 Grafik error bar hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran frinji

4.2 Pembahasan
Pola interferensi pada Interferometer Michelson terjadi karena adanya
perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang
telah disatukan. Panjang lintasan yang dirubah dengan diperpanjang maka yang
akan terjadi adalah pola-pola frinji akan masukke pusat pola. Jarak lintasan yang
lebihpanjang akan mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila
pergeseran beda panjang lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan
terjadi interferensi konstruktif yaituterlihat pola terang, namun bilapergeserannya
hanya sejauh λ /4 yangsama artinya dengan berkas menempuh lintasan
λ/2 maka akan terlihat pola gelap.
Eksperimen Interferometer Michelson dilakukan dengan pengamatan
terhadap dua variable, yaitu pengamatan terhadap penambahan jumlah frinji dan
pengamatan terhadap pergeseran Movable mirror dari titik acuan awal
perhitungan. Pergeseran pada Movable mirror tersebut dilakukan dalam orde
mikrometer sehingga diperlukan kehati-hatian untuk mendapatkan data yang
valid. Data yang didapatkan setelah melakukan pengamatan dan pencatatan
terhadap mikrometer pada interferometer, diolah melalui perhitungan matematis
terhadap penentuan nilai yang pasti dan pengkalibrasian titik awalnya. Data yang
didapatkan bahwa penambahan dari banyaknya jumlah frinji (N) berbanding lurus
17

dengan pergeseran Movable mirror yang dilakukan atau terhadap posisi


mikrometer. Hal ini dapat terlihat dari semakin besarnya nilai N (banyaknya
frinji), maka nilai dm (jarak pergeseran Movable mirror terhadap titik acuan) juga
menunjukkan angka yang semakin besar. Gambar 4.1 memperlihatkan grafik yang
naik menunjukkan nilai pergeseran frinji yang juga naik seiring bertambahnya
jumlah frinji (N). Grafik hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran Movable
mirror menunjukkan bahwa grafik yang terbentuk cenderung linear walaupun
beberapa selisih data yang didapat nilainya sedikit jauh. Terbukti bahwa
penambahan dan banyaknya jumlah frinji (N) berbanding lurus dengan pergeseran
Movable mirror yang dilakukan atau terhadap posisi mikrometer (𝑑15 ).
Eksperimen ini juga dilakukan analisa grafik maupun matematis terhadap
nilai 𝑘1 dan 𝑘2. Nilai 𝑘1 menunjukkan hipotesis tetapan kalibrasi awal yang
dicoba ditentukan kepastian nilai kuantitatifnya dengan penurunan rumus yang
didasarkan pula pada data yang diperoleh. 𝑘2 menunjukkan kalibrasi olahan
dalam bentuk setengah panjang gelombang dari nilai 𝑘1. Nilai 𝑘1 bergantung dari
pemosisian Adjustable Mirror dan Movable Mirror. Pemosisian yang dimaksud
berkaitan dengan jarak Adjustable Mirror maupun Movable Mirror terhadap split
dan posisi sudut kedua mirror tersebut terhadap split. Posisi sudut yang paling
tepat dalam memperoleh nilai kalibrasi awal 𝑘1 yang valid adalah ketika
Adjustable Mirror dan Movable Mirror dalam keadaan tegak lurus atau 90
dengan posisi split ditengah sebagai titik nol.
Nilai 𝐾2 memiliki hubungan yang spesifik terhadap nilai 𝑘1. Secara teoritis,
hubungan tersebut bergantung dari jenis warna gelombang cahaya masukan. Jenis
warna gelombang cahaya masukan tersebut berkaitan dengan panjang gelombang
maupun frekuensinya. Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan adanya
keselarasan antara nilai 𝑘2 dengan nilai setengah panjang gelombang dari
kalibrasi awal 𝑘1. Berdasarkan analisa diatas, maka dapat ditentukan hubungan
antara jumlah frinji (N) dengan pergeseran cermin 𝑑𝑚 dilihat dari bentuk dan pola
pengamatan grafik yang terbentuk, serta nilai tetapan kalibrasi dan hubungan
antara 𝑘1 dan 𝑘2 dari analisa grafik maupun penurunan kuantitatif yang
dilakukan.
18

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil dilaksanakannya eksperimen
Interferometer Michelson, adalah:
1. Penambahan dan banyaknya jumlah frinji (N) berbanding lurus dengan
pergeseran Movable mirror 𝑑𝑚 yang dilakukan. Hal tersebut dapat terlihat
dari semakin besarnya nilai N (banyaknya frinji), maka nilai 𝑑𝑚 (jarak
pergeseran Movable mirror terhadap titik acuan) juga menunjukkan angka
yang semakin besar.
2. Grafik hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran Movable mirror
cenderung linear walaupun beberapa selisih data yang didapat nilainya sedikit
jauh.
3. Nilai tetapan kalibrasi 𝑘1 dan 𝑘2 dari analisa grafik maupun penurunan
kuantitatif yang dilakukan berturut-turut adalah 𝑘1 yaitu 0,894 dan 𝑘2 rata-
rata adalah 0,86
19

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, D. K. (2012). Alat Pengukur Indeks Bias dan Viskositas Cairan


dengan Meneraokan Hukum Snellius Berbasis Mikrokontroler AVR
ATMEGA 8535. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Bahrudin, Drs. MM. 2006. Kamus Fisika Plus. Bandung: Epsilon Group.
Halliday, Resnick.1986. Fisika jilid 2 edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Hariharan, P. 2007. Basic Of Interferometry. Sydney: Academic Press.
Nguyen, C., & Kim, S. (2012). Theory, Analysis and Design of RF
Interferometric Sensors. London: Springer.
Soedojo, P. 1992. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid 4 Fisika Modern. Yogyakarta :
Gadjah MadaUniversity press.
Tim Penyusun. 2019. Buku Panduan Praktikum Eksperimen Fisika 1. Jember:
Universitas Jember press.
Tipler, P. A. 1991. Fisika Untuk Sains danTehnik Jilid 2. Penerbit
Erlangga:Jakarta
Zemansky, Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3 Optika Fisika Modern.
Bandung: Binacipta
20

LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil berdasarkan pengamatan


dm (µm)
No. N dm rata-rata k2 rata-rata
dm1 dm2 dm3
1 15 6 7 7 6,67
2 30 12 12 12 12,00
3 45 17 17 18 17,33
4 60 22 21 22 21,67
5 75 26 25 26 25,67
0,86
6 90 31 30 33 31,33
7 105 37 36 37 36,67
8 120 40 41 41 40,67
9 135 50 49 49 49,33
10 150 56 55 56 55,67

Tabel 2. Ralat deviasi


dm (µm) 2
No. N dm rata-rata Ʃ(𝑑𝑚 − ̅̅̅̅
𝑑𝑚) ∆dm
dm1 dm2 dm3
1 15 6 7 7 6,67 0,67 0,09
2 30 12 12 12 12,00 0,00 0,00
3 45 17 17 18 17,33 0,67 0,09
4 60 22 21 22 21,67 0,67 0,09
5 75 26 25 26 25,67 0,67 0,09
6 90 31 30 33 31,33 4,67 0,23
7 105 37 36 37 36,67 0,67 0,09
8 120 40 41 41 40,67 0,67 0,09
9 135 50 49 49 49,33 0,67 0,09
10 150 56 55 56 55,67 0,67 0,09
21

Tabel 3. Hasil berdasarkan perhitungan grafik


m=k ∆m c ∆c xi yi xi^2 yi^2 xiyi ∆y
21,1 15 444,0 225 316,1
37,9 30 1438,4 900 1137,8
54,8 45 3001,2 2025 2465,2
68,5 60 4689,3 3600 4108,7
- 81,1 75 6580,6 5625 6084,1
0,894 0,027 105,44
1,406 99,0 90 9807,1 8100 8912,8 4,1
115,9 105 13429,8 11025 12168,1
128,5 120 16519,8 14400 15423,5
155,9 135 24311,3 18225 21049,3
175,9 150 30954,1 22500 26390,6
Jumlah 938,7 825 111175,5 86625 98056,3

Tabel 4. Kalibrasi

No. N k2 k2 bar ̅̅̅)2


(𝑘2 − ̅𝑘2 ̅̅̅)2
Ʃ(𝑘2 − ̅𝑘2 ∆k2 pergeseran
1 15 0,71 0,0217 21,07
2 30 0,79 0,6257 37,93
3 45 0,82 0,6747 54,78
4 60 0,88 0,7677 68,48
5 75 0,92 0,8548 81,12
0,86 6,940 0,278
6 90 0,91 0,8259 99,03
7 105 0,91 0,8209 115,89
8 120 0,93 0,8717 128,53
9 135 0,87 0,7497 155,92
10 150 0,85 0,7269 175,94
22

180
160 y = 0.8939x - 1.4055
R² = 0.9927 150
140 135
Jumlah Frinji (N)

120 120
100 105
90
80 75
60 60
40 45
30
20 15
0
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00
Pergeseran Frinji (2dm/λ)

Gambar 1. Grafik hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran frinji


180
160
140
Jumlah Frinji (N)

120
100
80
60
40
20
0
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
Pergeseran Frinji (2dm/λ)

Gambar 2. Grafik error bar hubungan antara jumlah frinji dan pergeseran frinji

Anda mungkin juga menyukai