Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH

ANALISIS KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM PRODUK


FARMASI MENGGUNAKAN INSTRUMEN

Disusun oleh :
Kelompok 8 Farmasi B 2019
1. Amanda Idelia Verina (08061381924098)
2. Cyntia Claudia Pratiwi (08061181924008)
3. Khodijah (08061181924006)
4. M. Adam Rizky (08061381924090)
5. Muhammad Arif Maulana (08061281924024)
6. Maysa Yulianti (08061381924082)
7. Naida Nuraina (08061381924108)
8. Noor Amira Maulida T. (08061281924036)
9. Putri Candra Resiana D. (08061381924116)
10. Rizqy Fadhilah Putri (08061281924030)
11. Wanda Noviandhani (08061281924022)
Dosen pengampu : Laida Neti Mulyani, M. Si.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Analisa Farmasi dengan judul “Analisis Klorfeniramin Maleat Dalam Produk
Farmasi Menggunakan Instrumen”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Kemudian apabila
terdapat kesalahan dalam makalah ini maka penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih khusunya pada dosen mata kuliah Analissa
Farmasi ibu Laida Neti Mulyani, M. Si. Yang telah membimbing dalam penulisan
makalah ini. Semoga Makalah Analisa Farmasi mengenai analisis klorfeniramin maleat
dalam produk farmasi menggunakan isntrumen dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Terima kasih.

Indralaya, 24 November 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................I
DAFTAR ISI.....................................................................................................................II
BAB 1PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Landasan teori.......................................................................................................1
1.1.1 Spektrofotometri Uv-Vis............................................................................1
1.1.1.1 Definisi spektrofotometri Uv-Vis.....................................................1
1.1.1.2 Prinsip Kerja spektrofotometri Uv-Vis.............................................2
1.1.1.3 Mekanisme spektrofotometri Uv-Vis...............................................2
1.1.1.4 Komponen alat spektrofotometer Uv-Vis.........................................3
1.1.2 Spektrometri massa (MS)..........................................................................4
1.1.2.1 Definisi spektrometri massa (MS)....................................................4
1.1.2.2 Prinsip Kerja spektrometri massa (MS)............................................5
1.1.2.3 Mekanisme spektrometri massa (MS)..............................................5
1.1.2.4 Komponen alat spektrometri massa (MS)........................................8
1.1.3 High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)...............................10
1.1.3.1 Definisi High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)........10
1.1.3.2 Prinsip Kerja High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)11
1.1.3.3 Mekanisme High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC). .11
1.1.3.4 Komponen High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC). .12
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................14
1.3 Tujuan.................................................................................................................14
1.4 Manfaat...............................................................................................................15
BAB 2 PEMBAHASAN JURNAL.................................................................................16
2.1 Spektrofotometri Uv-Vis....................................................................................16
2.1.1 Prosedur analisis.......................................................................................16
2.1.2 Hasil analisis dan interpretasi data...........................................................16
2.2 High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)..........................................17
2.2.1 Prosedur analisis.......................................................................................17
2.2.2 Hasil analisis dan interpretasi data...........................................................19
2.3 Spektrometri massa (SM)...................................................................................22
2.3.1 Prosedur analisis.......................................................................................22

II
2.3.2 Hasil analisis dan interpretasi data...........................................................23
2.4 Perbandingan hasil..............................................................................................24
2.5 Hal yang harus diperhatikan pada penentuan instrumen dan metode analisa....25
2.6 Pendekatan analitik dalam pemecahan masalah.................................................28
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................30
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31
LAMPIRAN....................................................................................................................33

III
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Landasan teori

1.1.1 Spektrofotometri Uv-Vis

1.1.1.1 Definisi spektrofotometri Uv-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang


memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190 –380) dan sinar
tampak (380 –780) dengan menggunakan instrumen spetrofotometer.
Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spetrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai
ntuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif. Instrumentasi dari spektrofotometer
UV-Vis ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah
spektrum yang mana alat tersebut dirancang untuk beroperasi.
b. Suatu monokromator, yakni sebuah piranti untuk memencilkan pita sempit
panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber
cahaya.
c. Suatu wadah untuk sampel (dalam hal ini digunakan kuvet).
d. Detektor, yang berupa transduser yang merubah energi cahaya menjadi suatu
isyarat listrik.
e. Suatu amplifier (pengganda) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat
isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.
f. Suatu sistem baca dimana diperagakan besarnya isyarat listrik yang ditangkap
(Henry, 2002).

1.1.1.2 Prinsip Kerja spektrofotometri Uv-Vis

Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya


monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut

1
diserap (I), sebagian dipantulkan (lr), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi
rumus tersebut dalam pengukuran kuantitatif dilaksanakan dengan cara
komparatif menggunakan kurva kalibrasi dari hubungan konsentrasi deret larutan
alat untuk analisa suatu unsur yang berkadar rendah baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif, pada penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-
puncak yang dihasilkan spektrum dari suatu unsur tertentu pada panjang
gelombang tertentu.
Penentuan secara kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan
dari spektrum dengan adanya senyawa pengompleks sesuai unsur yang
dianalisisnya. Adapun yang melandasi pengukuran spektrofotometer ini dalam
penggunaannya adalah hukum Lambert-Beer yaitu bila suatu cahaya
monokromatis dilewatkan melalui suatu media yang transparan, maka intensitas
cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan tebal dan kepekaan media larutan
yang digunakan (Fatimah, 2008).

1.1.1.3 Mekanisme spektrofotometri Uv-Vis

Cara kerja spektrofotometer yaitu sinar dari sumber radiasi diteruskan


menuju monokromator. Cahaya dari monokramator diarahkan terpisah melalui
sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel
secara bergantin secara berulang-ulang, sinyal listrik dari detector diproses,
diubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan dilakukan dengan
komputer yang sudah terprogram. Gambar di bawah ini merupakan cara kerja dari
spektrofotometri uv-vis :

2
1.1.1.4 Komponen alat spektrofotometer Uv-Vis

Sumber Cahaya
Sumber cahaya dapat berupa lampu tungsten (wolfram) dan lampu deuterium.
Lampu tungsten (wolfram) dengan panjang gelombang antara 350-2200 nm
digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip
dengan bola lampu pijar biasa. Spektrum energi radiasinya berupa garis lengkung
dan umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian. Lampu deuterium dengan
panjang gelombang 190-380 nm dan digunakan untuk mengukur sampel yang
terletak pada daerah UV. Spektrum energi radiasinya lurus dan memiliki waktu
500 jam pemakaian.
Monokromator
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah
cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya
monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan
gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika digunakan grating maka cahaya
akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa
berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang
dikenai cahaya. Monokromator terdiri atas prisma untuk mendispersikan radiasi
elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari
radiasi polikromatis; kisi difraksi untuk menghasilkan penyebaran dispersi sinar
secara merata dan juga dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum; celah
optis untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber
radiasi; filter untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang
diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang
yang dipilih.
Tempat Sampel
Kuvet digunakan sebagai wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet biasanya
terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika
memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan
plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (Vis). Kuvet biasanya berbentuk persegi panjang
dengan lebar 1 cm. Syarat kuvet yang baik yaitu permukaannya harus sejajar

3
secara optis, tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan, tidak
ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia, tidak rapuh, dan bentuknya sederhana.
Detektor
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik dan kemudian diproses oleh sebuah amplifier
(penguat arus) sehingga dapat di interpretasikan lebih lanjut. Detektor yang biasa
digunakan yaitu phototube dan photomultiplier. Syarat sebuah detektor yaitu
memiliki kepekaan yang tinggi, perbandingan isyarat atau signal dengan bising
tinggi, respon konstan pada berbagai panjang gelombang, waktu respon cepat dan
signal minimum tanpa radiasi, signal listrik yang dihasilkan harus sebanding
dengan tenaga radiasi.
Read Out
Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik
yang berasal dari detektor (Suarsa, 2015).

1.1.2 Spektrometri massa (MS)

1.1.2.1 Definisi spektrometri massa (MS)

Spektrometer massa adalah suatu alat yang dapat menyeleksi molekul-


molekul gas bermuatan berdasarkan massa atau beratnya. Umumnya spectrum
massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu sampel menjadi ion-ion yang
bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan massa terhadap
muatan. Proses ionisasi menghasilkan partikel-partikel bermuatan positif, dimana
massa terdistribusi adalah spesifik terhadap senyawa induk. Spektrofotometri
massa selain untuk penentuan struktur molekul, digunakan pula untuk penentuan
analisis kuantitatif (Sastrohamidjojo, 2001).

1.1.2.2 Prinsip Kerja spektrometri massa (MS)

Prinsip spektofotometri massa yaitu dengan menggunakan alat


spectrometer, suatu zat uji menghasilkan berkas ion, memilah ion tersebut

4
menjadi spectrum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan
merekam kelimpahan relative tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif
yang dipelajari karena ion negative yang dihasilkan dari sumber tumbukan
umumnya sedikit (Khopkar, 1990).

1.1.2.3 Mekanisme spektrometri massa (MS)

Mekanisme dari spectrometer massa terdiri dari empat tahapan, yaitu


proses ionisasi, akselerasi, deflekso, dan deteksi. Proses ionisasi diawali dengan
penguapan sampel. Partikel sampel yang berasal dari proses penguapan kemudian
bertumbukan dengan aliran elektron yang berasal dari pemanasan metal coil
menuju electron trap. Melalui proses tumbukan tersebut, memungkinkan
terjadinya proses pertukaran energi sehingga beberapa elektron dapat keluar dan
membentuk ion positif.

Ion positif yang keluar dari ionization chamber kemudian melewati tiga
celah. Celan pertama, ion dikenakan tegangan 1.000 volt sampai melewati celah
ketiga dengan tegangan 0 volt. Celah kedua yang merupakan celah pertengahan
memiliki tegangan di antara 1.000-0 volt. Semua ion yang melalui celah ini
dipercepat untuk mendapatkan berkas cahaya yang fokus.

5
Setelah melalui proses percepatan, kemudian ion positif, kemudian ion
positif dibelokkan oleh medan magnet. Jumlah medan magnet yang digunakan
bergantung pada massa ion. Ion yang ringan mengalami pembelokkan yang lebih
dibandingkan dengan ion yang berat. Faktor kedua yang mempengaruhi jumlah
medan magnet yang digunakan yaitu muatan ion. Cara untuk mempermudah,
muatan ion biasanya diasumsikan bermuatan +1 sehingga perbandingan antara
massa dan muatan ion (m/z) sama dengan massa ion.

Gambar di bawah merupakan sistem dari proses defleksi. Melalui gambar


tersebut dapat dilihat bahwa terdapat tiga aliran ion, aliran ion A, B, dan C. aliran
elektron yang dapat dideteksi berdasarkan gambar tersebut hanya aliran ion B.
aliran elektron tersebut masuk ke sistem pendekteksi berupa metal box.
Tumbukan antara ion dengan metal box mengakibatkan ion yang berasal dari
aliran B ternetralisasi oleh elektron yang berasal dari logam. Sebagian elektron
menjnggalkan daerah antara ion dan elektron logam, sebagian lagi mengisi daerah
di sekitar kawat pendeteksi. Ion positif atau sampel yang bertubukan dengan
aliran elektron pada kawat pendeteksi sebagai arus. Arus ini kemudian diperkuat
dan direkam.

6
Aliran ion A dan C juga dapat dideteksi dengan cara memvariasikan
medan magnet pada proses pembelokan. Aliran ion A karena lebih ringan dari
aliran ion B, maka dibutuhkan medan magnet yang lebih besar. Seentara aliran
ion C dibutuhkan medan magnet yang lebih kecil karena sifat karena sifat dari
aliran ini yang lebih berat (Jim, 2000).

1.1.2.4 Komponen alat spektrometri massa (MS)

Solvent Manager
Solvent manager terdiri dari wadah fase gerak dan pompa fase gerak. Wadah fase
gerak harus bersih dan inert. Reservoir ini dilengkapi dengan sistem penghilangan
gas dan penyaring khusus untuk mengisolasi fase gerak dari pengaruh
lingkungan. Pompa berfungsi untuk mengalirkan fase gerak dari reservoir secara
konstan dan berkelanjutan ke dalam sistem. Pompa harus mampu menghasilkan
tekanan 500 sampai 15000 psi dan menjamin penghantaran fase gerak
berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan dan bebas dari gangguan. Pompa
tekanan tetap adalah jenis pompa yang paling umum digunakan karena harganya

7
yang relatif tidak mahal dan dapat bekerja pada berbagai laju alir. Pompa ini
terdiri dari kepala pompa (terdapat piston dan seal), badan pompa, katup check-
valve yang dilengkapi inlet dan outlet untuk memungkinkan fase gerak masuk dan
keluar ruang pompa dan cam-drive.
Sample Manager
Sample manager terdiri dari tempat meletakkan vial sampel dan jarum injektor
yang berfungsi untuk menyuntikkan sampel ke dalam kolom. Suhu di dalam
sample manager dapat diatur sesuai kondisi yang diinginkan. Injektor berfungsi
memasukkan cuplikan ke dalam kolom, injektor dilakukan secara otomatis
menggunakan autosampler. Injektor loop-katup adalah jenis yang paling umum
digunakan. Sampel disuntikkan ke loop setidaknya lebihkan 20% tetapi dijaga
tidak lebih dari 75% dari volume loop. Selanjutnya, injektor diaktifkan ke posisi
inject. Autoinjektor sampel umumnya menggunakan jenis susunan loop dan katup
ini, dengan sistem menarik sampel ke dalam loop. Autoinjektor menggunakan
berbagai skema pencucian untuk menghindari kontaminasi dari sampel yang
terbawa ketika bergerak dari vial ke vial untuk inject berikutnya.
Kolom
Kolom berfungsi untuk memisahkan komponen di dalam senyawa yang
dianalisis. Kolom dibuat dari bahan yang kokoh seperti stainless steel atau
campuran logam dengan gelas untuk menahan tekanan tinggi. Penghubung atau
sambungan harus dirancang tanpa ruang kosong. Isi kolom harus homogen dan
stabil secara mekanik. Diameter partikel pengisi kolom pada KCKUT berkisar
pada ukuran 2,0 μm dan tekanan yang dihasilkan mencapai 15.000 psi, dengan
panjang kolom umumnya berkisar antara 5-15 cm. Fase diam pada kolom yang
digunakan untuk KCKUT sudah dikembangkan dengan menjembatani matriks
silika dengan gugus etena yang dikenal juga bridged ethylene hybrid (BEH).
Ukuran partikel kolom BEH berkisar 2,0 µm dengan ukuran pori 130 – 300 Å.
Beberapa kolom pada KCKUT yang menggunakan teknologi BEH diantaranya
kolom C18 dan C8 BEH, kolom HILIC (Hydrophilic Interaction
Chromatography) BEH, kolom fenil BEH, kolom amida BEH.
Ion Source (Sumber Pengion)

8
Ada berbagai macam teknik ionisasi yang digunakan pada spektrometri massa
yang pemilihannya mempertimbangkan energi internal yang dipindahkan pada
saat proses ionisasi dan sifat fisikokimia dari analit yang dapat diionisasi. Metode
ionisasi yang berkembang antara lain electrospray ionization (ESI), atmospheric
pressure chemical ionization (APCI), Atmospheric pressure photo-ionization
(APPI), dan matrix-assisted laser desorption/ionization (MALDI).
Mass Analyzer (Penganalisis Massa)
Setelah terbentuk ion fase gas, maka ion-ion dipisahkan berdasarkan massa
masing-masing, sifat fisika ion yang diukur oleh mass analyzer adalah rasio
massa terhadap muatan (m/z). Karenanya, untuk ion bermuatan ganda, nilai m/z
adalah bagian farksional dari massa 69 aktual. Mass analyzer yang umum
digunakan meliputi quadrupole, ion trap, time-of-flight (TOF).

Detektor
Detektor berfungsi untuk merekam muatan yang diinduksi atau arus yang
dihasilkan ketika ion lewat atau mengenai permukaan yang akhirnya
menghasilkan spektrum massa. Macam-macam detektor yang tersedia meliputi
electron multiplier (EM), Faraday cup, negative-ion detector, post-acceleration
detector, channelelectron multiple array (CEMA), daly detector, dan array
detector (Harmita, 2019).

1.1.3 High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)

1.1.3.1 Definisi High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)

HPLC singkatan dari High Perfomance Liquid Chromatography atau


High Pressure Liquid Chromatography, kadang-kadang HPLC diistilahkan LC
(Liquid Chromatography) atau di Indonesia diistilahkan KCKT (Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi). Sistem peralatannya, HPLC termasuk kromatografi kolom
karena dipakai fase diam yang diisikan atau terpacking didalam kolom. Tetapi
bila ditinjau dari pemisahannya, HPLC termasuk kromatografi adsorpsi atau
kromatografi partisi atau asas lainnya tergantung jenis kolom yang dipakai dan

9
analit yang ditentukan. Jadi tergantung pada butiran-butiran fasa diam yang ada
didalam kolom apakah sebagai fasa padat murni atau disebut cairan.
Perkembangan HPLC berawal dari proses pemisahan yang berazaskan
absorpsi dari partisi ke arah yang lebih luas yaitu proses pemisahan yang
berazaskan afinitas, filtrasi gel dan ion yang berpasangan, akan tetapi proses
pemisahannya tetap dilaksanakan didalam kolom disertai pemakaian pelarut
pengembang dengan tekanan tinggi. Maksud dan tujuan analisis dengan HPLC
hanya ada dua hal yaitu didapatkannya pemisahan yang baik dan proses analisis
barlangsung dalam waktu relatif singkat.
Pencapaian maksud dan tujuan tersebut diperlukan penataan yang betul-
betul sudah dipersiapkan dan diperhitungkan antara lain pemilihan pelarut
pengembang atau pengembang campuran yang sesuai untuk komponen yang
dipisahkan; pemilihan kolom yang dipakai; detektor yang memadai; pengetahuan
dasar HPLC yang baik serta pengalaman dan keterampilan kerja yang baik. HPLC
memiliki beberapa keuntungan antara lain dapat dilakukan pada suhu kamar;
kolom dan pelarut pengembang dapat digunakan berkali-kali; detektor HPLC
dapat divariasi dan banyak jenisnya; waktu analisis pada umumnya singkat;
ketepatan dan ketelitiannya yang relatif tinggi; mudah dioperasikan secara
otomatis (Sari, 2010).

1.1.3.2 Prinsip Kerja High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)

Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit berdasarkan


kepolarannya, setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan
direkam dalam bentuk kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah
komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran. Hal yang paling membedakan HPLC dengan kromotografi lainnya
adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak.
Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya dan kecepatannya untuk
sampai ke detector (waktu resistensi) akan berbeda, hal ini akan teramati pada
spectrum yang puncak-puncaknya terpisah (Hendayana, 2006).

10
1.1.3.3 Mekanisme High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)

HPLC atau High Performance Liquid Chromatography adalah sebuah


instrumen yang menggunakan prinsip kromatografi (pemisahan) dengan
menggunakan fase gerak cair yang dialirkan melalui kolom yang merupakan fase
diam menuju ke detektor dengan bantuan pompa. Sampel dimasukkan ke dalam
aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan
senyawa-senyawa dalam kolom akan keluar atas dasar kepolaran yang berbeda,
sehingga akan mempengaruhi kekuatan interaksi antara senyawa terhadap fase
diam.
Senyawa-senyawa yang kurang kuat interaksinya dengan fase diam akan
keluar terlebih dahulu, dan sebaliknya senyawa yang berinteraksi kuat dengan
fase diam akan keluar lebih lama. Senyawa yang keluar dari kolom akan dideteksi
oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Dari kromatogram
tersebut akan dapat di identifikasikan waktu retensi (tR) dan luas area/tinggi
puncak. Informasi tR digunakan untuk analisis kualitatif, sedangkan informasi
luas area atau tinggi puncak untuk analisis kuantitatif. HPLC terdiri dari fase
gerak, pompa, injektor, kolom, detektor dan pengolah data.

11
1.1.3.4 Komponen alat High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)

Microprosesor Control
Bagian ini merupakan mikro komputer, suatu bagian yang sangat penting untuk
mengontrol atau membuat program mengatur kecepatan aliran pelarut (flow rate)
sebagaimana yang diinginkan, mengatur tekanan (pressure), mengatur komposisi
(perbandingan) pelarut, mengatur suhu injektor dan jumlah sampel yang akan
diinjeksikan bila menggunakan "automatic injection", mengatur suhu oven
termasuk suhu kolom, mengatur panjang gelombang pada detektor dan
memprogram waktu analisa yang diperlukan apabila menggunakan HPLC sistem
gradien.
Pompa
Pompa dibutuhkan untuk memompakan pelarut dari reservoar ke kolom dengan
tekanan paling sedikit 100 arm (1500 psi) dan paling tinggi 400 arm (6000 psi)
sesuai dengan besar aliran ("flow rate" berkisar antara 0,5-2 ml/min), tipe dari
kolom, ukuran partikel adsorban dalam kolom (mesh) dan panjang kolom yang
digunakan. Pompa akan bekerja memompakan pelarut secara terus menerus
dengan kecepatan aliran yang tetap, sambil membawa sampel dari injektor
melewati kolom analitik terus ke detektor dan akhirnya ke pembuangan.
Injektor
Injector adalah alat untuk memasukkan sampel ke dalam kolom yang dapat
dilakukan secara otomatis ataupun manual. Bila alat HPLC dilengkapi dengan
"automatic sample injector" maka pemasukan sample dapat dilakukan secara
otomatis yaitu dengan memprogram pada "microprosesor control" jumlah sampel
(μL) dan jumlah macam sampel (misalnya ada 10 macam sampel yang berbeda)
yang akan dianalisa. Bisa juga dilakukan secara manual dengan cara
menggunakan jarum suntik khusus, diukur volume tertentu antara 10- 20 μL
Kolom
Kolom terbuat dari logam berat, kaca dan logam stainless berbentuk tabung yang
mampu menahan tekanan (setinggi 680 atm) dan tidak bereaksi dengan pelarut
(fasa bergerak). Fasa diam (adsorban) dalam kolom harus halus dengan
keseragaman diameter yang sama (uniform bore diameter). Kolom berbentuk
tabung harus lurus dan diletakkan pada posisi vertikal serta diperlengkapi dengan

12
fitting dan konektor yang didesain sedemikian rupa agar tidak memberikan
kehampaan pada ujung kolom. Panjang kebanyakan kolom antara 10-30 cm.
Ukuran kolom pendek antara 3-8 cm (short, fast columns) sedang panjang kolom
preparatif atau kolom isolasi pada umumnya 50-100 cm. Berbagai jenis kolom
dapat digunakan sesuai dengan keperluannya ataupun jenis senyawa kimia yang
akan dipisahkan. Jenis kolom dapat dibedakan berdasar pada merk dan tipe
adsorbannya. Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan diameter, panjang dan
kegunaannya, menjadi kolom standar, kolom radial compression, kolom narrow-
bore, kolom pendek (cepat), kolom pengaman dan penyaring (guard and filter).
Detektor
Detektor adalah alat untuk mendeteksi komponen-komponen kimia yang telah
terpisah setelah melewati kolom. Detektor yang sensitif untuk HPLC tidak bisa
ditentukan. Jadi perlu dilakukan pemilihan detektor yang sesuai dengan persoalan
yang dihadapi saat itu. Untuk melakukan berbagai pemisahan atau analisis
mungkin diperlukan lebih dari satu detektor yang dipergunakan secara
berhubungan (seri). Detektor dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu detector
RI (refractive index) atau disebut juga differential refractometer, bulk property
detector, detektor UV-Vis, solute property detector, fluorescence detector,
detektor elektrokimia (amperometric).
Recorder dan Data Processing
Recorder adalah alat yang paling sederhana untuk mencatat setiap sinyal yang
muncul pada detektor untuk dirubah dalam bentuk kurva atau lebih dikenal
dengan kromatogram. Tinggi rendahnya kurva didasarkan pada pulsa listrik yang
diterima rekorder dari detektor dan tergantung pada sensitivitas detektor yang
digunakan. Kadang-kadang rekorder digabungkan dengan suatu sistem komputer
untuk analisa data atau data prosesor dalam bentuk yang kompak dan dikenal
sebagai "Data Prosesor". Informasi yang disajikan dari hasil prosessing data
antara lain, waktu retensi, peak area, persentase (%) dan jumlah total dari setiap
kurva yang dihasilkan (Murningsih, 2000).

13
1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana prinsip dan mekanisme analisa menggunakan spektrofotometri uv vis,


spektrometri massa (MS), dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC)?
2. Bagaimana komponen dan sampel dari analisa menggunakan spektrofotometri uv
vis, spektrometri massa (MS), dan High Performance Liquid Chromatography
(HPLC)?
3. Bagaimana instrumen mengenai prosedur dan analisis dari spektrofotometri uv vis,
spektrometri massa (MS), dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC)?
4. Bagaimana perbandingan dari ketiga jenis instrumen yang dianalisis?
5. Bagaimana menentukan instrumen, metode analisa, dan pendekatan analitik dalam
pemecahan masalah tersebut?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui prinsip dan mekanisme analisa menggunakan spektrofotometri uv vis,


spektrometri massa (MS), dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
2. Mengetahui komponen dan sampel dari analisa menggunakan spektrofotometri uv
vis, spektrometri massa (MS), dan High Performance Liquid Chromatography
(HPLC).
3. Mengetahui instrumen mengenai prosedur dan analisis dari spektrofotometri uv vis,
spektrometri massa (MS), dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
4. Dapat membandingkan mengenai ketiga jenis instrumen yang telah dianalisis.
5. Dapat menentukan instrumen, metode analisa, dan pendekatan analitik dalam
pemecahan masalah yang dilakukan.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini yaitu memberikan informasi
tentang beberapa instrumen dalam analisis farmasi yang digunakan untuk menganalisa
suatu produk farmasi sehingga dapat dipertimbangkan pemilihan instrumen, metode
analisa, dan pendekatan analitik dalam pemecahan masalah. Penulisan makalah tentang
instrumen analisis berupa Spektrofotometri UV-Vis, spektrometri massa (MS), dan
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) terhadap sampel klorfeniramin

14
maleat diharapkan juga dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
metode, prinsip kerja dan komponen alat, prosedur analisa sampai interpretasi data dari
ketiga instrumen tersebut.

15
BAB 2

PEMBAHASAN JURNAL

2.1 Spektrofotometri Uv-Vis

2.1.1 Prosedur analisis

Penyiapan sampel dan larutan stok, Larutan stok limbah klorfeniramin maleat
dibuat sebagai berikut: 100 mg klorfeniramin maleat dilarutkan dalam 100 ml HCI
0,1 N hingga konsentrasi stok 1 mg/ml. Kemudian 2, 4, 6, 8, 10, 12, 16 dan 20 ml
sampel diencerkan menjadi 100 ml masing-masing untuk mendapatkan 2, 4, 6, 8, 16
dan 20 mg %.

2.1.2 Hasil analisis dan interpretasi data

Pembacaan absorbansi masing-masing sampel diambil dengan


spektrofotometer pada panjang gelombang 270 nm. Hasil yang diperoleh digunakan
dalam memplot kalibrasi. Rentang penerimaan 92,5 - 107,5% digunakan sebagai
dasar untuk tes kandungan obat absolut. Persamaan regresi untuk plot Beer-Lambert
dari chlorpheniramine maleat murni didapatkan y = 0,207x dengan R2 = 0,9916.

16
Kurva diatas merupakan plot kurva serapan chlorpheniramine maleat
(absorbansi) terhadap waktu, pada panjang gelombang 270 nm. Kurva diatas
menunjukkan waktu pelepasan masing-masing sampel chlorpheniramine maleat
pada waktu 0 sampai 120 menit. Masing-masing sampel memberikan puncak
pelepasan pada waktu yang berbeda. Sampel A terdisolusi hampir 60% pada waktu
40 menit, sampel B terdisolusi ±50% pada waktu 20 menit, sampe E terdisolusi
±50% pada waktu 40 menit. Ini menunjukkan setiap sampel terdisolusi pada
interval waktu yang berbeda.

2.2 High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)

2.2.1 Prosedur analisis

1. Preparasi sampel
Tablet individu dihaluskan menggunakan lesung dan alu, dan dipindahkan
seluruhnya ke dalam labu ukur 100 mL. Volumenya disesuaikan dengan air dan
labu dikocok secara mekanis selama 5 menit. 5 mL dari larutan disentrifugasi pada
3000 rpm dalam tabung sentrifus selama 5 menit. 300 µL dipindahkan ke labu ukur
satu mL yang berisi 20 µL larutan stok propil paraben, dan diencerkan sampai
volume dengan asetonitril. Larutan stok propil paraben yang mengandung 10 mg
dalam 100 mL methanol disiapkan mingguan dan disimpan pada 40 ℃. 20 µL

17
dimasukkan ke dalam loop sampel untuk kromatografi. 10 replikasi tablet komersial
chlorpeniramine maleat dianalisis untuk evaluasi statistik uji.

2. Preparasi bahan kimia dan reagent


Chlorpeniramine maleat dan propil paraben digunakan tanpa pemurnian lebih
lanjut. Asetonitril, metanol dan air yang dipakai menentukan kualitas hasil HPLC.

3. Preparasi larutan standar


Larutan stok chlorpeniramine maleat dibuat dengan melarutkan 10 mg
chlorpeniramine maleat dalam 10 mL air. Sepuluh sampel setara dengan 0,5, 1, 2, 4.
6, 8, 10, 12, 15 dan 20 mcg chlorpeniramine maleat ditambahkan ke dalam labu
ukur 1 mL. Setelah sampel dari standar internal setara dengan 2 mcg ditambahkan,
labu dibawa ke volume dengan air dan tercampur rata. 20 µL larutan standar
disuntikkan ke kolom untuk analisis. Rasio area puncak dari standar internal obat
diplot terhadap konsentrasi chlorpeniramine maleat standar. Paling sedikit analisis
regresi linier kuadrat dilakukan untuk menentukan slope, intersep, dan korelasi
koefisien pada standar plot.

4. Preparasi placebo
Sampel plasebo yang mengandung 4 mg chlorpeniramine maleat dan 50 mg
masing-masing pati dan laktosa disiapkan dan analisis dengan HPLC untuk
membandingkan akurasi dan presisi metode.

5. Prosedur HPLC
Media elusi terdiri dari 0,05 M amonium asetat dan asetonitril (60% v/v)
disesuaikan dengan pH 3,5 dengan asam asetat glasial, disiapkan dan dihilangkan
gasnya dengan mendidihkan gas helium selama 5 menit sebelum digunakan. Kolom
kesetimbangan dengan pelarut elusi ditetapkan dengan memompa fase dengan laju
0,2 mL/menit selama 12 jam. Laju aliran diatur pada 1,8 mL/menit selama analisis.
Kromatogram dicatat dan diintegrasikan pada kecepatan 0,3 cm/menit.

18
2.2.2 Hasil analisis dan interpretasi data

Gambar 1 menunjukkan kromatogram yang diperoleh setelah analisis


chlorpeniramine maleat dalam tablet dan propyl paraben sebagai larutan standar
dengan waktu retensinya adalah 5,42 dan 8,45 menit. Untuk kedua senyawa puncak
yang tajam dan simetris diperoleh dengan resolusi dasar yang baik dan tailing
minimal, sehingga memfasilitasi akurasi pengukuran rasio area puncak. Tidak ada
puncak yang mengganggu ditemukan di kromatogram karena eksipien tablet.
Persamaan regresi menunjukkan plot kalibrasi untuk rasio area puncak dari
berbagai jumlah chlorpeniramine maleat (0,5-20 mcg/mL) hingga jumlah propil
paraben yang konstan (2 mcg/mL) adalah linier (r = 0,99985) Y = 0.0677x –
0.0033. Tiga replikasi analisis chlorpheniramine maleat pada konsentrasi 0,5 - 20
mcg/mL dilakukan tiga hari yang berbeda selama periode satu minggu. Hasil
evaluasi ini adalah diringkas dalam Tabel 1.

19
Korelasi rata-rata lebih tinggi dari 0,9998 dan koefisien variasi kemiringan
ketiga garis tersebut <1,54%. Analisis varian dari data menunjukkan tidak ada
perbedaan yang dapat dideteksi pada kemiringan ketiga standar plot. Kesamaan
lereng dan korelasi koefisien yang tinggi menunjukkan bahwa pengujian memiliki
reproduktifitas yang sangat baik dan linearitas yang tinggi. Dengan demikian,
metode ini terbukti akurat dan tepat dalam hari pengujian serta di antara hari
pengujian.

20
Enam tablet plasebo yang mengandung masing-masing 50 mg laktosa dan pati
dan 4 mg chlorpeniramine maleat diuji selama empat hari berturut-turut untuk intra
dan studi presisi antar hari. Persen recovery rata-rata yang ditunjukkan pada Tabel 2
adalah (4,008 mg) dengan koefisien variasi 1,3156%. Nilai F yang dihitung dengan
uji ANOVA menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan yang signifikan untuk assay
yang diuji.

Tabel 3 menunjukkan rata-rata chlorpeniramine maleat dari sampel plasebo


yang mengandung 4 mg chlorpeniramine maleat dan 50 mg menggunakan HPLC.
Recovery rata-rata HPLC adalah 4,008 dan deviasi standar relatif adalah 0,4. Nilai
yang diperoleh dengan metode HPLC yang baik disebabkan oleh tidak hilangnya
sampling selama langkah analisis.Waktu analisis untuk menganalisis 6 tablet
menggunakan prosedur HPLC <1 jam.

21
Analisis tablet chlorpheniramine maleate pada Tabel 1 menyajikan hasil
perbandingan rata-rata % recovery, % CV, dan SD tablet chlorpeniramine maleat
oleh HPLC dan B.P. 93. Rata-rata % recovery dan CV prosedur HPLC adalah
101,350, dan 0,8. Stabilitas yang menunjukkan sifat pengujian belum ditunjukkan
dalam penelitian ini, karena tidak ada tanda-tanda degradasi yang diamati oleh TLC
setelah subjek larutan obat pada pH 3 dan 9 suhu 70 °C selama 2 jam, yang juga
terbukti dari tidak adanya puncak tambahan dalam kromatogram.

2.3 Spektrometri massa (SM)

2.3.1 Prosedur analisis

1. Preprasi kondisi Instrumen dan Kromatografi


Kolom yang digunakan adalah Poroshell 120 EC – C18 (4,6 × 50 mm 2,7 m).
Akuisisi spektrometri massa adalah sebagai berikut, Polaritas ion: Positif model ion,
jenis sumber ion: Ionisasi elektrospray tekanan atmosfer, tegangan kapiler (kv):
3,00, tegangan con (v), suhu gas: 250 (°C), aliran gas: 11 (l/mnt), nebulizer: 45
(psi), pemanas gas selubung: 300 (°C), aliran gas selubung: 9 (l/mnt), dan tegangan
nozzle: 500 (ev).

2. Preparasi larutan standar


Larutan stok standar: Kuantitas yang ditimbang secara akurat (10 mg) dari
CPM dipindahkan ke volumetrik 10,0 ml labu, secara terpisah. Campuran metanol:
air (80:20, v/v) digunakan sebagai pengencer; semua obat dilarutkan dan diencerkan
sampai tanda konsentrasi akhir 1000 mg/ml. Solusi stok ini sesuai diencerkan dan
digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

3. Preparasi larutan sampel


Dua puluh tablet ditimbang secara akurat; berat rata-rata dihitung diikuti
dengan penghalusan. Bubuk tablet setara dengan 1 mg CPM ditimbang secara
akurat dan dipindahkan ke labu ukur 100 ml. Pengencer (70 ml) ditambahkan,
disonikasi selama 30 menit. Volume dibuat sampai tanda dengan pengencer.
Solusinya disaring melalui Kertas saring Whatman no.1, diencerkan dengan tepat,
dan digunakan dalam penelitian.

22
4. Prosedur MS
Semua obat disiapkan dalam metanol: air (80:20 v/v) seperti yang ditemukan
menjadi pelarut umum. Konsentrasi 10 ng/ml dari semua standar adalah digunakan
dan disuntikkan ke kolom untuk pemilihan fase gerak. Air dan metanol dalam rasio
yang berbeda digunakan dalam mode isokratik, tetapi hasilnya ditemukan tidak
dapat direproduksi. Sistem gradien juga dicoba dengan fase gerak yang sama.
Kondisi kromatografi lainnya, terutama komposisi fase gerak, dioptimalkan melalui
beberapa uji coba untuk mencapai bentuk puncak simetris, respons linier untuk
konsentrasi, dan transisi pemantauan reaksi ganda selektif (MRM).

2.3.2 Hasil analisis dan interpretasi data

Produk ion paling melimpah pada m/z 230.0 (CPM) diamati dengan
menggunakan tumbukan energi sebesar 10eV. Kuantisasi dilakukan menggunakan
mode MRM untuk mengetahui transisi ion induk ke produk untuk CPM (m/z
275.0≥230.0). Kuantitas dilakukan atas dasar ion produk utama. Analisa MS :

m/z 275 m/z 230

Spektrum ion produk CPM adalah karena hilangnya dimetil amina (CH3-NH-
CH3) untuk memberikan ion produk pada m/z 230.0.

23
Gambar diatas merupakan grafik parent ion CPM dengan waktu analisa
antara 1.215-3.342 menit dan menghasilkan 206 scan molekul.

Pada waktu 2.108 menit dihasilkan produk ion dengan m/z 230.0 akibat
lepasnya molekul dimetil amina (CH3-NH-CH3).

2.4 Perbandingan hasil

1. Spektrofotometri Uv-Vis
- Teknik yang digunakan menggunakan instrumental UV-Vis ( Destruktif)
- Kecepatan analisis : Dari penggunaan instrument UV-Vis umumya memerlukan
waktu yang cukup singkat, waktu analisa ini terjadi karena metode UV-Vis
memanfaatkan radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat yaitu 190-380 nm.
- Batas konsentrasi analit : Dengan menggunakan instrument UV-Vis yaitu Rentang
penerimaannya berkisar 92,5 - 107,5%
- Tingkat ketelitian : Pembacaan absorbansi masing-masing sampel diambil dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 270 nm, dengan Hasil yang diperoleh
digunakan dalam memplot kalibrasi.

2. High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)


- Teknik yang digunakan menggunakan instrumental HPLC (Non Destruktif) yang
dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.

24
- Kecepatan analisis : Disiapkan dan dihilangkan gasnya dengan mendidihkan gas
helium selama 5 menit sebelum digunakan. Kolom kesetimbangan dengan pelarut
elusi ditetapkan dengan memompa fase dengan laju 0,2 mL/menit selama 12 jam.
Laju aliran diatur pada 1,8 mL/menit selama analisis. Kromatogram dicatat dan
diintegrasikan pada kecepatan 0,3 cm/menit. Nilai yang diperoleh dengan metode
HPLC yang baik disebabkan oleh tidak hilangnya sampling selama langkah
analisis.Waktu analisis untuk menganalisis 6 tablet menggunakan prosedur HPLC
<1 jam.
- Batas konsentrasi analit : 0,5, 1, 2, 4. 6, 8, 10, 12, 15 dan 20 mcg chlorpeniramine
maleat ditambahkan ke dalam labu ukur 1 mL.
- Tingkat ketelitian : Korelasi rata-rata lebih tinggi dari 0,9998 dan koefisien variasi
kemiringan ketiga garis tersebut <1,54%. Analisis varian dari data menunjukkan
tidak ada perbedaan yang dapat dideteksi pada kemiringan ketiga standar plot.
Kesamaan lereng dan korelasi koefisien yang tinggi menunjukkan bahwa pengujian
memiliki reproduktifitas yang sangat baik dan linearitas yang tinggi. Dengan
demikian, metode ini (HPLC) terbukti akurat dan tepat dalam hari pengujian serta
di antara hari pengujian.

2. Spektrometri massa (SM)


- Teknik yang digunakan menggunakan instrumental MS (Destruktif)
- Kecepatan analisis : Waktu analisa antara 1.215-3.342 menit dan menghasilkan 206
scan molekul, dan pada waktu 2.108 menit dihasilkan produk ion dengan m/z 230.0
- Batas konsentrasi analit : Konsentrasi 10 ng/ml dari semua standar yang digunakan
dan disuntikkan ke kolom untuk pemilihan fase gerak.
- Tingkat ketelitian : Studi ini menunjukkan bahwa tidak ada gangguan yang diamati,
metode MS terbukti kuat karena % nilai RSD ditemukan lebih rendah dari 2 %,
metode yang dikembangkan (MS) akurat karena presentase pemulihan antara 98
dan 102 %.

2.5 Hal yang harus diperhatikan pada penentuan instrumen dan metode analisa

Dalam hal tertentu, kimia analisa instrumen melakukan pula upaya pemisahan dan
pemurnian suatu konstituen dari konstituen lainnya atau dari matriks sampelnya.

25
Pekerjaan ini dapat pula dimasukkan dalam tahap preparasi sampel. Namun bila
konstituen yang diinginkan berada dalam matriks sampel yang rumit, maka tahap ini
merupakan suatu bidang pekerjaan kimia analitik tersendiri, yang lebih dikenal dengan
kimia pemisahan analitik. Dari sini munculteknik-teknik analisis baru yang merupakan
gabungan dua atau lebih teknik analisis, misalnyadalam analisa kafein dalam matriks
sampel organik yang dilakukan dengan menggunakanmetode ekstraksi dan
kromatografi. Sifat informasi mengenai komposisi kimia suatu analit penting diketahui
agar dapat merancang skenario analisis beserta peralatan yang digunakan. Berdasarkan
sifat informasinya, analisis kimia dibedakan menjadi :
a. Analisa proksimat : informasi yang diperlukan cukup dengan mengetahui jenis dan
jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu bahan tanpa mengetahui struktur
senyawa yang sesungguhnya.
b. Analisa parsial : analisa yang hanya memerlukan informasi konstituen tertentu
dalam sampel.
c. Analisa konstituen renik : analisa parsial yang khusus memerlukan informasi
keberadaan dan jumlah konstituen renik dalam sampel.
d. Analisa lengkap : analisa ini dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
lengkap tentang keberadaan semua konstituen dalam suatu sampel.
Berdasarkan ukuran sampel yang digunaan, metode analisis dibedakan menjadi :
a. Analisis makro, bilamana ukuran sampel lebih dari 0,1 g.
b. Analisis semi mikro, bila ukuran sampel antara 0,01 hingga 0,1 g.
c. Analisis mikro, bilamana ukuran sampel kurang dari 0,01 g.
Tidak selamanya sampel dapat langsung diukur dengan suatu metode tertentu. Hal
ini disebabkan antara lain oleh :
1. Metode pengukurannya yang tidak memungkinkan untuk pengukuran langsung.
2. Konstituen yang diinginkan berada dalam matriks sampel yang rumit, yang bila
dilakukan pengukuran langsung akan mengganggu pengukuran konstituen yang
diinginkan.
Perlakuan pendahuluan bisa saja dilakukan secara sederhana, namun banyak pula
yangmembutuhkan teknik preparasi yang sangat rumit.Misalnya dalam penetapan kadar
besi dalam air sungai secara spektrofotometri serapan atom hanya memerlukan
penambahan sedikit asamke dlam sampel untuk mencegah terjadinya hidrolisis dari ion

26
besi. Sedangkan peentapan besi dari sampel batuan (misalnya dari granit) memerlukan
perlakuan awal yang lebih rumit, dimana batuan digerus terlebih dahulu hingga ukuran
tertentu, selanjutnya diambil sejumlah kecil melalui prosedur sampling conning and
quartering dan dilanjutkan dengan memperlakukan sampel dengan pelarut asam
(misalnya asam nitrat), dan memisahkan bagianterlarutnya dari yang tidak larut dan
diakhiri dengan menjadikan larutan itu dalam volume tertentu sebelum dilakukan
pengukuran dengan spektrofotometer serapan atom.
Metode penguraian sampel sangat beragam, diantaranya adalah pelarutan dengan
pelarut yang sesuai, peleburan yang diikuti dengan pelarutan dan pelarutan yang diikuti
dengan pemisahan. Pemisahan yang digunakan selain untuk mengisolasi konstituen
yang diinginkan dari konstituen lainnya, juga digunakan sebagai upaya pemekatan.
Cara-cara pemisahan yang kerap digunakan antara lain adalah : distilasi, ektraksi
pelarut, ekstraksi padat-cair, pengendapan, ultrafiltasi, elektroforesis dan kromatografi.
Tahap pengukuran merupakan tahapan yang memerlukan penanganan yang
seksama,agar pekerjaan-pekerjaan sebelumnya dalam mempersiapkan analit tidak sia-
sia. Metode analisis yang digunakan secara umum digolongkan menjadi metode kimia
konvensional dan metode kimia instrumen atau metode modern. Bagi keperluan analisis
kualitatif diperlukan konstituen standar sebagai referensi. Untuk keperluan analisa
kuantitatif ditambah dengankalibrasi. Beberapa kriteria pengukuran diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang valid.
Kriteria tersebut antara lain : replikasi (keterulangan) pengukuran, presisi dan
akurasi(ketepatan dan kecermatan) hasil pengukuran, limit deteksi, limit kuantisasi dan
kepekaan. Pemilihan alat ukur yang memadai serta rancangan pengukuran sangat
berpengaruh terhadap hasil analisis. Informasi awal mengenai kadar suatu konstituen
dalam sampel amat membantu dalam memilih alat dan menentukan metode pengukuran.
Dasar-dasar statistika juga sangat menunjang dan banyak diperlukan dalam
pengambilan keputusan, sehingga setiap langkah analisis diupayakan untuk
menghindari kesalahan sekecil mungkin.
Dalam menganalisa suatu sampel diperlukan penentuan karakteristik dari sampel
tersebut sehingga instrumen dan metode analisa yang digunakan tepat. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penentuan instrumen untuk menganalisa suatu sampel
berupa :

27
1. Kadar zat yang digunakan
Beberapa instrumen memiliki kemampuan menampung sampel yang terbatas apabila
jumlah sampel melebihi batas yang dapat ditampung oleh instrumen makan instrumen
tersebut tidak dapat digunakan untuk menganalisa sampel tersebut
2. Sifat fisikokimia dari sampel
Sampel memiliki karakteristik khusus yang membuatnya tidak dapat dianalisa dengan
sembarang instrumen. Misalnya pada sampel yang bersifat volatil maka sampel lebih
disarankan untuk dianalisa menggunakan GCMS dibandingkan menggunakan HPLC.

2.6 Pendekatan analitik dalam pemecahan masalah

Menurut Hamzah dan Muhlisrarini, pendekatan analitik dimulai dari hal-hal


yang belum diketahui sampai kepada hal yang sudah diketahui dan akhirnya
menghasilkan apa yang ingin diketahui. Maksud dari hal yang belum diketahui
disini adalah sesuatu yang harus dicari dalam permasalahan. Masalah tersebut harus
diuraikan menjadi lebih sederhana, sehingga jelas hubungan antara data yang satu
dengan data yang lain. Masalah yang lebih sederhana akan memudahkan analis
dalam menentukan langkah penyelesaian selanjutnya dan akhirnya didapatkan solusi
yang diinginkan. Hal senada dikemukakan pula oleh Herman Hudojo, yang
menyatakan metode analitik merupakan metode yang berjalan dari yang tidak
diketahui ke yang diketahui.

1. Pendekatan analitik memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:


2. Kelebihannya adalah pendekatan ini merupakan pendekatan yang logik dan
meyakinkan (valid), karena setiap langkah yang dilakukan selalu mempunyai
alasan. Dengan demikian pemahaman dapat tercapai.
3. Kelemahannya adalah tidak semua topik dapat dilaksanakan dengan pendekatan
ini. Terkadang pembahasan dengan pendekatan analitik memerlukan prosedur
yang panjang.

Langkah-langkah pendekatan analitik dalam pemecahan masalah :


1. Penyiapan sampel yang dianalisis
2. Penentuan tujuan analisis
3. Penentuan metode yang akan digunakan pada proses analisis

28
4. Proses analisis sampel
5. Interpretasi hasil analisis
6. Kesimpulan dari hasil analisis

29
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Analisis dengan menggunakan UV-Vis didapat persamaan regresi untuk plot Beer-
Lambert dari chlorpheniramine maleat murni y = 0,207x dengan R2 = 0,9916 dan
diamati pada panjang gelombang 270 nm. Sampel memberikan puncak pelepasan pada
waktu yang berbeda. Sampel A terdisolusi hampir 60% pada waktu 40 menit, sampel B
terdisolusi ±50% pada waktu 20 menit, sampe E terdisolusi ±50% pada waktu 40 menit.
Analisis dengan instrumen MS untuk CPM dengan waktu analisa antara 1.215-
3.342 menit dan menghasilkan 206 scan molekul. Spektrum ion produk CPM pada
waktu 2.108 didapat karena hilangnya dimetil amina (CH3-NH-CH3) pada m/z 230.0.
Untuk analsisis menggunakan HPLC didapat kromatogram setelah analisis
chlorpeniramine maleat dalam tablet dan propyl paraben sebagai larutan standar dengan
waktu retensinya adalah 5,42 dan 8,45 menit. Recovery rata-rata HPLC adalah 4,008
dan deviasi standar relatif adalah 0,4. Nilai yang diperoleh dengan metode HPLC yang
baik disebabkan oleh tidak hilangnya sampling selama langkah analisis.
Berdasarkan hasil yang telah dibahas, untuk analisis menggunakan spektrofotometri
Uv-Vis termasuk ke dalam teknik instrumental UV-Vis (Destruktif),. Untuk analisis
instrumental HPLC termasuk ke da lam Non Destruktif dan dan analisis terakhir
termasuk ke dalam teknik instrumental (Destruktif). Hasil perbandingan kecepatan
waktu analisis yang didapatkan berturut-turut yaitu High Perfomance Liquid
Chromatography (HPLC) > Spektrometri Massa (MS) > Spektrofotometer UV-Vis.
Dalam menganalisa suatu sampel diperlukan penentuan karakteristik dari sampel
tersebut sehingga instrumen dan metode analisa yang digunakan tepat. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penentuan instrumen untuk menganalisa suatu sampel
berupa kadar zat yang digunakan dan sifat fisikokimia dari sampel. Langkah-langkah
pendekatan analitik yang dapat dilakukan dalam pemecahan masalah antara lain
penyiapan sampel yang dianalisis, penentuan tujuan analisis, penentuan metode yang
akan digunakan pada proses analisis, proses analisis sampel, interpretasi hasil analisis,
kesimpulan dari hasil analisis.

30
DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Deeb , et. al. 1997, High Performance Liquid Chromatographic Assay of


Chlorpheniramine Maleate in Tablet Formulations, Journal of Liquid
Chromatography & Related Technologies, Vol. 20, No. 14, Hal. 2221-2231.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Fatimah, S. 2008, Kinerja Spektrofotometer Uv-Vis Menggunakan Metode Quality
Control Chart, PTBN-BATAN, Banten, Indonesia.
Florey, K, 1992, Analytical Profiles Of Drug Subtances, Academic Press New York and
London.
Hendayana, S. 2006, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, Indonesia.
Henry, A., dkk. 2002, Analisis Spektrofotometri Uv-Vis pada Obat Influenza dengan
Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linier, Universitas Gunadarma,
Jakarta, Indonesia.
Hoover, J., 1990, Remington Pharmaceutical Science, 18th Edition, Mack Publishing
Company, Easton Pennsylvania.
Khopkar, S.M. 1990, Konsep Dasar Kimia Anlitik, UI Press, Jakarta, Indonesia.
M. Ezealisiji K., dan E.A. Omotosho. 2014, A Quality Control Assessment of Five
Brands of Chlorpheniramine Maleate Tablets Marketed In Nigeria, Nigerian
Journal of Pharmaceutical and Applied Science Research, Vol. 3, No. 2, Hal. 51-
56.
Murningsih, Tri, dan Chairul, 2000, Mengenal HPLC: Peranannya dalam Analisa dan
Proses Isolasi Bahan Kimia Alam, Berita Biologi, Volume 5 (2).
Potawale, Rani, et. al. 2018, liquid chromatography tandem-mass spectrometry method
development and validation for simultaneous analysis of paracetamol,
guaifenesin, phenylephrine hydrochloride, chlorpheniramine maleate, and
ambroxol hydrochloride in bulk and in tablet dosage form, Asian Journal Of
Pharmaceutical and Clinical Research, Vol. 11, Issue 7, Hal. 375-382.
Sari, N.K. 2010, Analisa Instrumentasi, Yayasan Humaniora, Surabaya, Indonesia.

31
Silverstein, R.M., G.B. Bassler., and T.C.D. Morcill., 1986, Penyelidikan dan
Pengujian Spektrometrik Senyawa Organik, Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Simbolon, B., 2008, Uji Disolusi Klorfeniramin Maleat Secara Spektrofotometri Ultra
Violet, Skripsi, Fakultas Farmasi USU, Medan, Indonesia.
Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, Airlangga University Press,
Surabaya, Indonesia.
Suarsa, Wayan I., 2015, Spektroskopi, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana,
Denpasar, Indonesia.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya, Edisi Kelima, , Direktur Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.

32
LAMPIRAN

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53

Anda mungkin juga menyukai