DI SUSUN OLEH:
OSRIN WAHYUNI (N201501148)
AMRIN (N201501079)
JUMRIATI (N201501128)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
stase Manajemen Keperawatan guna memperoleh gelar Ners pada jurusan Ners
Stase Manajemen Keperawatan ini, banyak bimbingan dan saran yang telah
diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu kelompok manajemen ini
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
Keperawatan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran
laporan yang lebih baik. Semoga laporan Stase Manajemen Keperawatan ini
bermanfaat serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pihak yang
membutuhkannya.
DAFTAR
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GRAFIK..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Waktu dan Tempat pelaksanaan.........................................................
C. Tujuan..................................................................................................
D. Cara Pengumpulan Data.....................................................................
E. Peserta Praktek...................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Kota Kendari.....................................
1. Visi.............................................................................................
2. Misi............................................................................................
3. Falsafah....................................................................................
4. Tujuan.......................................................................................
5. Motto.........................................................................................
B. Gambaran Umum Ruang Lavender Rumah Sakit Kota Kendari.........
C. Unsur Input..........................................................................................
1. Row input..................................................................................
2. Instrumental input.....................................................................
3. Kualitas pelayanan....................................................................
D. Unsur Proses.......................................................................................
1. Planning/perencanaan..............................................................
2. Organizing.................................................................................
3. Actuating...................................................................................
4. Controlling.................................................................................
E. Unsur output........................................................................................
1. Mutu asuhan keperawatan.......................................................
2. Efisiensi ruang rawat.................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 4. Kuantitas...................................................................................
Table 11. Daftar...... Inventaris Alat Medis Ruang Lavender Pada Bulan
April
2016..........................................................................................
Table 12. Alat Rumah Tangga Di Ruang Lavender Pada Bulan April
2016..........................................................................................
Table 13. Alat Tenun Ruang Lavender Pada Bulan April 2016................
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari merupakan satu dari sekian
rumah sakit milik Pemerintah Kota Kendari yang berbentuk rumah sakit
umum, dikelola oleh Pemda Kota dan termuat ke dalam rumah sakit tipe C.
Rumah Sakit ini telah teregistrasi semenjak 06/03/2013 dengan Nomor Surat
Sakit..
6. Motto Keperawatan
Motto Rumah Sakit Umum Daerah adalah Senyum, Salam, Sapa,
Santun, Sabar dan empati kepada setiap pengguna jasa rumah sakit umum
daerah Kota Kendari.
C. Unsur Input
1. Row Input
Berdasarkan teori perhitungan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan sebuah
RS tergantung pada tingkat ketergantungan klien, kemampuan perawat, rata-
rata pasien per hari, jumlah jam efektif dan waktu untuk perawatan.
a. Pasien
Pasien yang dirawat di ruang Lavender adalah pasien dengan berbagai
macam jenis penyakit. Rata-rata jumlah pasien pada tanggal 21 November
2016 01 Desember 2016 sebanyak 20 orang
NO PENYAKIT
1 Dyspepsia
2 Febris
3 Gastritis
4 TB Paru
5 ISK
6 PJK
7 Kolik Abdomen
8 Vomitting
9 Anemia
10 Asma
2. Instrumental Input
a. Man/tenaga
1) Kuantitas
No Pendidikan Jumla
. h
1. S1 Keperawatan Ners 2
S1 Keperawatan 2
2.
D3 Keperawatan 12
3. SPK
1
4.
Total 17
iii. Jumlah hari libur (Hari minggu + cuti tahunan + libur nasional) =52
+12 + 15 = 79 hari
Ketenagaan menurut Gillies (x) =
X = (BOR x TT) x jam efektifx hari dalam 1 tahun
(Hari dalam satu tahun hari libur) x 7
X =( 71,6% x24) x2,5 x 365
(365 79 hari)x7
X = 8 orang
Berdasarkan perhitungan Gillies, maka jumlah perawat yang
dibutuhkan di ruang Lavender adalah sebanyak 8 orang ditambah
kepala ruang 1 orang dan 2 orang PP, jadi total tenaga yang
dibutuhkan adalah 11 orang.
2) Kualitas Pelayanan
NO JENIS PENDIDIKAN %
1 SI KEPERAWATAN 2 11,76
+ NERS
2 S1 KEPERAWATAN 2 11,76
3 DIII KEPERAWATAN 12 70,58
4 SPK 1 5,88
Jumlah 17 100
Sumber: Kepegawaian RS KOTA KENDARI 2016
D. UNSUR PROSES
Proses manajemen pelayanan atau operasional keperawatan
1. Planning/Perencanaan
Kajian Teori
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan
untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan
merencanakan diharapkan hasil akhir dapat terwujud dan tidak melenceng
dari harapan awal. Perencanaan yang baik sangat bermanfaat untuk
mempercepat proses mendapatkan hasil yang diinginkan. Perencanaan
meliputi :
a) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
b) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Dalam bidang keperawatan perencanaan berfungsi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien
menjadi puas dan dapat memperbaiki pandangan masyarakat terhadap
perawat. Menurut Swansburg (2000), perencanaan digolongkan sebagai
suatu konseptual yang mencakup unsur pokok (strategis) dan operasional.
Kajian data :
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang Lavender,
belum ada perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah, dan
perencanaan jangka panjang, karena kepala ruang masih baru.
2. Organizing
Kajian Teori
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur formal paling
sederhana dan tertua. Menurut Simon cit Gillies, 1996, dalam organisai
ukuran tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang besar
kemungkinan untuk berkembang melalui proses evolusioner karena dengan
peningkatan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dan jumlah pekerja
yang mengerjakannya ada kecenderungan untuk membagi pekerjaan
kedalam tugas khusus dan untuk mengatur pekerja yang terikat dalam tugas
yang sama ke dalam kelompok yang jelas menurut definisi pekerja yanglogis.
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada
enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer,
model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.
1. Model Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi,
misalnya merawat luka kepada semua pasien di gedung. Model pemberian
asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur
keperawatan.
Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di ruangan. Model ini
digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana
fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap
staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada
semua pasien digedung. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab
untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan
luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan
pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan
tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan
seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat.
Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan
pada model ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan
berdasarkan tingkat kemampuan masing- masing perawat dan dipilih
perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat
yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud.
Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling
tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang
dunia kedua.
Kelebihan :
a) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu
singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
baik.
b) Sangat baik untuk RS yang kekurangan tenaga-Perawat akan trampil
untuk tugas pekerjaan tertentu saja.
c) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
kerja.
d) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
e) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
a) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga
kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
b) Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.
c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja
d) Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
e) Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
f) Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk
2. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah danberpengalaman
kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse).
Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/
ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan
anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan
dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang
tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien.
Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai
pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat
menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya
untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model
fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan
keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang
perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan
dapat bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional.
Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim
dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan
kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan
beRSama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu.
Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan
yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan
rasa kebeRSamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan
keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi
ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang
berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi
dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan
merencanakan perawatan klien.
Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan
perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus
diperhatikan:
a) Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan
bagi anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
b) Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik
atau partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
c) Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan
kepada kelompok pasien.
d) Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.
Komunikasi meliputi: penulisan perawatan klien, rencana perawatan
klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk
mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara
anggota tim.
Kelebihan :
a) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
b) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif
untuk belajar.
c) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan
interpersonal.
d) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda secara efektif.
e) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
f) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan
g) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama
bertugas
Kelemahan :
a) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi
anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik
sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik
b) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total.
c) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
d) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
e) Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
f) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
Tanggung jawab Kepala Ruang:
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan.
b) Mengorganisir pembagian tim dan pasien
c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
d) Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
e) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang
metode/model tim dalam pemberian asuhan keperawatan.
f) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya,
g) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya,
h) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang
lainnya,
i) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudian menindak lanjutinya,
j) Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
k) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
Tanggung jawab ketua tim :
a) Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan,
b) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
c) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya,
d) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
e) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan
bimbingan melalui konferensi.
f) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
g) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan,
h) Menyelenggarakan konferensi
i) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan,
j) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab
timnya,
k) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
Tanggung jawab anggota tim :
a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon klien.
c) Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan
d) Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
e) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
f) Memberikan laporan
3. Metode Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan
beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer
merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana
perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan
pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk
RS sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer
memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat
primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada
perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni
oleh perawat primer.
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab
perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien.
Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan
rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat
membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain
sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut
akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega
yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan
yang yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh
perawat primer.
Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat,
yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat
primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di
antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain.
Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik
dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan
klien.
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-
hati karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam
menetapkan kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta
mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara
maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer
adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master
dalam bidang keperawatan.
Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
a) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai
pemulangan
b) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan
keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan
lain, dan menyusun rencana perawatan.
c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat
primer kepada perawat sekunder selama shift lain. Perawat primer
berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia. Autoritas, tanggung
gugat dan autonomi ada pada perawat primer
Kelebihan :
a) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
b) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
c) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat
primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
d) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional dan administrasi
e) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat
primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan
ilmu pengetahuan.
f) Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi
tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi
dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui
keadaan kliennya.
g) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
h) Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
i) Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu.
j) Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
k) Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan
perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.
l) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
m) Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
n) Metode ini mendukung pelayanan profesional.
o) RS tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan
tetapi harus berkualitas tinggi.
Kelemahan :
a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b) Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan
asuhan keperawatan untuk klien.
c) Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
d) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
e) Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
Ketenagaan metode primer :
a) Setiap perawat primer adalah perawat bedside
b) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer-Penugasan
ditentukan oleh kepala gedung
c) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten
Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer :
a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b) Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
c) Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
- Orientasi dan merencanakan karyawan baru
d) Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
Tanggung jawab perawat primer:
a) Menerima pa sien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif-Membuat tujuan dan rencana keperawatan
b) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
c) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
d) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
e) Menyipakan penyuluhan untuk pulang
f) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga
sosial dimasyarakat
g) Membuat jadual perjanjian klinis
h) Mengadakan kunjungan rumah
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk
satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus
seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas.
Kelebihan :
a) Perawat lebih memahami kasus per kasus
b) Sistem evaluasi
Kekurangan :
a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penangung jawab
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan
dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000),
MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya
manusia yang ada, antara lain adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan
keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga
perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang
berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset serta memanfaatkan hasil- hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II.
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu
tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi
tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area
spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat
spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area
spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat
spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen
utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek
Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk
menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama
yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.
Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 21 November 2016 -
01Desember 2016 dapat disimpulkan bahwa ruang Lavender
menerapkan metode MPKP dengan metode modifikasi, Metode
modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer.
Skoring penilaian hasil evaluasi menggunakan skala ordinal yang
dikatagorikan dengan interpretasi nilai sebagai berikut (Nursalam,
2009):
56 % : kategori rendah
56-75% : kategori sedang
76-100% : kategori tinggi/baik
Analisa Data
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Lavender
RSUD Kota Kendari
No. Uraian Tugas Sll Srg Kdg Tp
1 Membagi staf ke dalam grup metode tim sesuai
dengan kemampuan dan beban kerja
2 Membuat jadwal dinas koordinasi
3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien
dan ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk
laporan dinas malam
4 Kepala ruang melakukan meeting morning untuk
menindak lanjuti masalah yang ada yang diawali
dan diakhiri dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam grup metode tim sesuai
dengan kemampuan dan beban kerja
6 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas
7 Melakukan supervisi dan member motifasi seluruh
staf keperawatan untuk mencapai kinerja yang
optimal
8 Memberikan reinforcement positif kepada semua
staf termasuk pada saat mengakhiri meeting
morning pada dinas malam dan dinas pagi
9 Mendelegasikan tugas kepada koordinator shift
pada jaga sore dan malam
10 Berperan sebagai konsultan
11 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf
melalui daftar yang ada di ruang
12 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
dan keluarga
13 Mengadakan CNE (Conituining Nursing Education)
JUMLAH 4 7 2 0
SUB TOTAL 12 14 2 0
TOTAL 28/39=71,7%
Interpretasi data:
Tugas kepala ruang di ruang Lavender dalam kategori cukup dengan prosentase
sebesar 71,7%, sehingga perlu di tingkatkan. Kepala ruang perlu mengefektifkan
kerjanya sesuai tugas dan peran sebenarnya sebagai supervise dan
mengkoordinasikan kegiatan kepada perawat yang lain untuk mengevaluasi kinerja
anggotanya dan melakukan meeting morning serta pre post conference.
Intepretasi Data :
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada perawat primer atau
koordinator shift didapatkan bahwa koordinator shift melaksanakan tugas
sudah baik sebagai koordinator shift dengan hasil penilaian 60 %, tetapi
kinerja koordinator shift perlu ditingkatkan. Penyelenggaraan diskusi terhadap
suatu masalah yang dilakukan rutin setiap minggu dengan tim kesehatan lain
perlu diadakan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan Tugas Perawat Assosiete
Di Ruang Lavender RSUD Kota Kendari
No. Variabel yang dinilai SL SR KD TP
1 Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga
dari dan kepada PA yang ada dalam satu group
2 Melakukan konfirmasi atau supervise tentang kondisi
pasien segera setelah selesai operan pasien
3 Mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiap
awal tugas
4 Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas
dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas
jaga
5 Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
6 Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di
rekam keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga
kepada PP
8 Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan
ada bukti di rekam keperawatan
9 Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha
mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi catatan asuhan keperawatan pada
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
12 Melakukan post conference yang diadakan oleh PP
pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi dan
perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PP
13 Bila tidak ada PP wajib mengenalkan PA yang ada
dalam group yang akan memberikan asuhan
keperawatan pada jaga berikutnya kepada
pasien/keluarga baru
14 Melaksanakan pendelegasian tugas PP pada sore
malam libur
15 Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan
lainnya bila ada masalah pasien pada sore malam libur
16 Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatn lain
setiap seminggu sekali
17 Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruangan
18 Melaksanakan tugas lain sesuai tugas PA
Jumlah 7 5 2 5
SUB TOTAL 33/54x100% = 61,1%
TOTAL 61,1%
Intepretasi Data :
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan PA
di ruang Lavender, secara keseluruhan item pelaksanaan tugas PA di ruang
Lavender sudah dilaksanakan dengan hasil penilaian 61,1 % dengan kategori
cukup. Hal ini menunjukkan bahwa tugas dan peran PA perlu ditingkatkan
terutama berkaitan dengan diskusi masalah yang rutin diadakan.
3. Actuating
Kajian teori
Menurut Douglas, actuating adalah pengeluaran penugasan, instruksi
yang memungkinkan pekerja memahami apa yang diharapkan dari klien dan
pedoman serta pandangan sehingga ia berperan secara efektif dan efisien
untuk mencapai obyektif organisasi.
E. UNSUR OUTPUT
1. Mutu asuhan keperawatan
a. Hasil evaluasi penerapan SAK dengan instrument A Kajian Teori
Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya di tingkat
kesakitan pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi
keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk
perkembangan keperawatan, khususnya proses profesinalisis
keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan
akuntabilitas perawat dan keperawatan. Dalam membuat dokumentasi
harus memperhatikan aspek-aspek seperti keakuratan data, breavity
(ringkas), legability (mudah membaca). Adapun unsur dokumentasi
keperawatan.
1) Pengkajian
Meliputi pengumpulan data dan pengorganisasian data.
Pengumpulan data bisa didapatkan dari hasil wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan penunjang.
2) Diagnosa Keperawatan
Menggambarkan masalah pasien baik actual, resiko, maupun
potensial berdasarkan hasil pengkajian.
3) Rencana keperawatan
Menentukan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan dan
metode pendekatan pemecahan masalah.
4) Implementasi/tindakan
Merupakan proses pemberian tindakan keperawatan.
5) Evaluasi
Merupakan suatu proses memeriksa kembali hasil pengkajian awal
dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana
keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan yang telah
diberikan untuk memecahkan masalah pasien.
6) Catatan Asuhan Keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien dan
perkembangan pasien selama dalam proses pemberian asuhan
keperawatan.
3. Lama dirawat
a) 2 7 hari : 100%
b) > 7 hari : 0%
Responde Presentase(%)
1n 86,67
2 90
3 90
4 93,3
5 100
6 93,3
7 86,67
8 73,3
9 86,67
1 90
0
Rata-rata 88,9%
Analisa Data
Setelah dilakukan pembagian kuisioner mengenai kepuasan pasien
terhadap kinerja perawat yang dilakukan pada 10 pasien yang dirawat di
ruang Lavender, dapat disimpulkan pasien merasa puas terhadap kinerja
perawat dengan presentase rata-rata 88,9%, sehingga masuk kategori
tinggi. Pasien merasa puas dengan pelayanan perawat yang ramah. Hal
ini karena pasien menilai perawat selalu ramah, peduli terhadap pasien
dan tidak membeda-bedakan status pasien. Selain itu juga pasien
merasa puas terhadap informasi yang diberikan dan pasien merasa puas
terhadap penanganan keluhan.
c. Hasil evaluasi penerapan SAK dengan instrument C
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan
keperawatan. Observasi yang dilakukan adalah tindakan keperawatan
yang dilakukan selama 3 hari yaitu Tindakan keperawatan pada
tanggal 21 November 2016 - 01Desember 2016.
Kajian data
Observasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 21
November 2016 - 01Desember 2016 adalah sebagai berikut:
Kajian Perawatan Infus
Di Ruang Lavender RSUD Kota Kendari
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
. n % n %
1 Memeriksa daerah pemasangan infus, apabila 20 100 0 0%
bengkak atau plebitis cabut kateter infus %
kemudian berikan kompres hangat dan dingin
secara bergantian.
2 Meletakkan pengalas dibawah area yang 0 0% 20 100
diinfus. %
3 Menutup klem infus. 14 70% 6 30%
4 Membuka plester povidon iodin dengan kapas 18 90% 2 10%
alkohol.
5 Mengganti plester povidon iodin setiap hari 0 0% 20 100
dengan hati-hati agar jarum infus tidak sampai %
lepas.
6 Mengganti set infus dan kateter intravena tiap 3 0 0% 20 100
hari. %
7 Mengatur tetesan sesuai instruksi dokter. 20 100 0 0%
%
Pencapaian rata-rata (%) 11 55% 9 45%
Sumber : Studi Observasi tanggal 21 November 2016 01 Desember 2016
Interpretasi Data :
Berdasarkan data tabel diatas dapat di ketahui bahwa perawatan infus tidak pernah
dilakukan di gedung Lavender. Infus diganti jika infus rusak atau macet.
Kajian Teori:
Berdasarkan (WHO, 2016) perawat memiliki peranan penting untuk mencegah
terjadinya infeksi salah satunya dengan melakukan pengkajian infus secara teratur
kepada pasien. Pengkajian teRSebut meliputi memeriksa daerah pemasangan infuse
apabila terdapat nyeri, kemerahan, pembengkakan, phlebitis maka segera untuk
diganti, saat sedang melakukan pemasangan infus berikan pengalas pada daerah
yang akan dipasang infus, menutup klem infuse, menutup dengan iodine pada
daerah yang terpasang infuse, dan melakukan dokumentasi.
Analisis Data
BOR (pemakaian tempat tidur) ruang Lavender RSUD Kota Kendari selama
bulan Maret tahun 2016 sudah memenuhi angka standar nasional yaitu
71,6%. Nilai LOS (lama rata-rata hari perawatan) pasien diruang Lavender
adalah 4,77% hari jadi dapat disimpulkan pelayanan perawatan yang
diberikan masih kurang baik, TOI (waktu rata-rata tempat tidur kosong) di
Ruang Lavender yaitu 1,89 % hal ini mengindikasikan lama waktu tempat
tidur kosong sesuai dari standar nasional. BTO (frekuensi pemakaian
tempat tidur) di ruang Lavender yaitu 54,75% hal ini menunjukkan
frekuensi pemakaian tidur sesuai standar nasional.
2. Patient Safety
a. Pengkajian Fall Risk
Tgl
NO Kamar Tanggal pengkajian Dilakukan Pengkajian
masuk
1 A1 28 28 ,29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 2x
2 A2 29 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
3 A3 28 28 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
4 A4 28 28 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
5 A5 18 18 23 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 6x
6 A6 28 28 ,29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 2x
7 A7 29 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
8 A8 28 28 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
9 B1 28 28 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
10 B2 29 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
11 B3 29 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
12 B4 29 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
13 B5 28 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 2x
14 B6 29 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
15 B7 28 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
16 B8 28 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
17 C1 28 29 Desember 2016 Tidak dilakukan pengkajian
18 C2 26 26, 27, 28 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 3x
19 C3 28 28 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 2x
20 C4 28 28 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
21 C5 28 28 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 3x
22 C6 26 28 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 2x
23 C7 28 28 29 Desember 2016 Dilakukan pengkajian 1x
24 C8 28 28 Desember 2016 Tidak dilakukan pengkajian
Total 24 - - 2*100/24=8,3%
22*100/24=91,7%
Analisa Data:
Berdasarkan hasil studi dokumentasi rekam medis pengkajian resiko
jatuh pada pasien di ruang Lavender dari 22 pasien yang dilakukan
pengkajian resiko jatuh sebesar 91,7 % sedangkan yang tidak dilakukan
pengkajian resiko jatuh sebesar 8,3%.
Kajian Teori:
Analisa Data:
Dari hasil observasi teRSebut didapatkan bahwa pemasangan side trail
pada bed pasien dilakukan 100%, materi edukasi pada ruangan sebesar 0%,
pencahayaan redup sebesar 0%, dan keadaan lantai kering sebesar 100%.
b. Safety Injections
TABEL OBSERVASI PEMBERIAN OBAT INTRAVENA SESUAI SOP
N RESPONDEN PROSENTASE
O
1 Responden 1 54,2 %
2 Responden 2 58,3 %
3 Responden 3 54,2 %
4 Responden 4 54,2 %
5 Responden 5 62,5 %
6 Responden 6 58,3 %
7 Responden 7 54,2 %
8 Responden 8 50 %
9 Responden 9 45,8 %
10 Responden 10 45,8 %
Rata-rata 53,7 %
c. Therapeutic Communication
TABEL OBSERVASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
NO PERAWAT SKOR
1 Perawat 1 68 %
2 Perawat 2 49 %
3 Perawat 3 67 %
4 Perawat 4 66 %
5 Perawat 5 49 %
6 Perawat 6 72 %
7 Perawat 7 44 %
8 Perawat 8 42 %
9 Perawat 9 61 %
10 Perawat 10 49 %
Rata-rata 56,7 %
d. Universal Precaution
Lembar Observasi Universal Precaution
Analisa Data
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan Universal
Precaution yaitu 75%. Dalam standar Depkes hasil tersebut masuk dalam kategori
baik. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu peningkatan pada pelaksanaan
Universal Precaution untuk mencegah perlindungan dan penularan.
digunakan
untuk banyak
pasien
Tidak ada tanda
khusus pada
pasien dengan
high infectious
transmission
(HIV dan
hepatitis)
Belum melakukan
cuci tangan
sebelum
injection.
Safe injection
practice belum
dilakukan
secara
maksimal.
Masih ada
perawat yang
melakukan
tindakan tidak
menggunakan
sarung tangan.
Tidak semua
ruangan pasien
terdapat
handrub
f. Identifikasi Masalah
1. Komunikasi terapeutik belum maksimal
2. Pencegahan infeksi belum maksimal
3. Patient safety belum maksimal
g. Prioritas Masalah
SASARA WAKTU/
MASALAH KEGIATAN TUJUAN INDIKATOR METODE BIAYA PJ
N TEMPAT
Pencegaha Berkolaborasi Untuk Perawat 30 % perawat Selasa, Diskusi - Pagi:
n infeksi dengan PPI meminimalk Lavender melihat role Ruang A Tanya jawab Diana
FGD
dalam an terjadinya di ruang A play gedung Siang:
melakukan role infeksi gedung 30% perawat Lavende Fallaq
Untuk Lavender aktif r Malam:
play injection
safety. menurunkan menggunakan Gesta
Pelengkapan resiko satu bak injeksi
data medical transmisi untuk satu
record tentang penyakit pasien
early detection menular
infectious.
Fall Risk Memberikan Untuk Pasien di 30% perawat Rabu, Diskusi - Pagi:
motivasi dan mengurangi ruang A melakukan Ruang A Tanya jawab tika
FGD
supervisi. terjadi resiko gedung pengkajian gedung Siang:
jatuh Lavender resiko jatuh Lavende any
Untuk 30% perawat r Malam:
memberikan melakukan eko
pelayanan identifikasi
yang optimal
untuk identitas pasien
pasien. secara lengkap
Komunikasi Role play Untuk Perawat di 30% perawat Senin, Diskusi - Pagi:
terapeutik. komunikasi mengevalua gedung melihat role Ruang B Tanya jawab Diana
FGD
terapeutik si Lavender play gedung Siang:
komunikasi 30% perawat Lavende gesta
terapeutik aktif r Malam:
pada menggunakan riza
perawat komunikasi
terhadap terapeutik
pelayanan
keperawatan
.
Untuk
menjalin
hubungan
saling
percaya
antara
pasien dan
perawat
BAB IV
IMPLEMENTASI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. IMPLEMENTASI KEGIATAN
1. Komunikasi terapeutik belum maksimal
a. Persiapan
Mencari refrensi tentang komunikasi terapeutik
b. Implementasi
1. Mengobservasi pelaksanaan komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh
perawat.
2. Melakukan role play terkait komunikasi terapeutik
c. Evaluasi
Berdasarkan observasi didapatkan bahwa pelaksanaan komunikasi
terapeutik belum maksimal.
2. Injection Safety belum maksimal
a. Persiapan
Mencari jurnal terkait injection safety
b. Implementasi
Role play terkait injection safety berkolaborasi dengan PPI/IPCN.
c. Evaluasi
Belum dapat diterapkan secara maksimal perawat hanya melakukan
ketika ada karu dan diminta oleh mahasiswa praktikkan.
3. Pengkajian Fall Risk belum maksimal
a. Persiapan
Mencari refrensi tentang fall risk
b. Implementasi
1) Mengobservasi pelaksanaan pengkajian fall risk oleh perawat
2) Melakukan role play terkait pengkajian fall risk dan pengisian data.
c. Evaluasi
Berdasarkan observasi didapatkan bahwa pelaksanaan pengkajian fall
risk hanya dilakukan pada saat malam hari
B. PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Studi literatur oleh kelompok 3 untuk melaksanakan rencana praktek di
Ruang Lavender tanggal 9 Desember 2016.
2) Melaksanakan koordinasi dengan Karu dan PN untuk pelaksanaan
pada tanggal 6 Desember 2016.
3) Melakukan pelaksanaan MPKP oleh mahasiswa kelompok 3 kepada
perawat ruangan mulai tanggal 9 Desember 2016.
b. Implementasi / Pelaksanaan
Melakukan role play pelaksanaan MPKP di Ruang Lavender oleh
kelompok 3 pada tanggal 29 Desember 2016 s.d 12 Januari 2016.
2. Hasil Evaluasi Intervensi
a. Injection safety
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
Pengkajian
40.00%
Evaluasi
30.00% Column1
20.00%
10.00%
0.00%
Injection Safety
Analisa:
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan Evaluasi Injection Safety
selama 2 minggu didapatkan hasil sebesar 68,75% perawat sudah
melakukan sesuai dengan SOP. Menurut Nursalam (2009) masuk dalam
kategori sedang. Terjadi peningkatan dari 53,7 %. Bagian yang mengalami
peningkatan adalah perawat melakukan hand hygiene sebelum melakukan
tindakan, penggunaan satu bak steril untuk satu pasien, dan sudah
melakukan metode recapping.
30.00%
25.00%
20.00%
Pengkajian
Evaluasi
15.00%
Column1
10.00%
5.00%
0.00%
Fall Risk
Analisa:
Terjadi peningkatan secara langsung kepada pasien dari 0 %
menjadi 30 %.
70.00%
60.00%
50.00%
Pengkajian
40.00%
Evaluasi
30.00% Series 3
20.00%
10.00%
0.00%
Therapeutic
Analisa:
BAB V
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan kegiatan praktik manajemen keperawatan di ruang Lavender
RS Kota Kendari dari tanggal 21 November 2016 sampai tanggal 17 Desember
2016 didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan pelaksanaan injection safety sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan dari 53,7 % menjadi 68,75 % setelah dilakukan role play selama 1
minggu.
2. Terjadi peningkatan pelaksanaan pengkajian fall risk secara langsung kepada
pasien setelah dilakukan role play selama 1 minggu.
3. Terjadi peningkatan
Saran
1. Direktur RS Kota Kendari
Diaharapkan dapat memberikan dukungan dalam memotivasi dan
penghargaan kepada setiap ruang di RSUD Kota Kendari dalam
mengembangkan asuhan keperawatan professional sesuai standar MPKP
dan SAK serat memfasilitasi sesuai kebutuhan ruangan.
2. Bidang Keperawatan
Memberikan bimbingan dan pelatihan apabila ada pembaruan terhadap
kepala ruang, perawat primer dan perawat pelaksanan dalam penerapan
injection safety dan patient safety guna meningkatkan mutu pelayanan
3. Ruang Lavender
a. Allternatif pemecahan masalah yang telah ditemukan dan belum
terealisasi baik secara penuh atau sebagian dapat dijadikan menjadi
agenda ruang Lavender
b. Penerapan injection safety tetap dipertahankan atau ditingkatkan secara
maksimal.
c. Penerapan patient safety tetap diterapkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan diruang Lavender.
d. Penerapan therapeutic communication tetap diterapkan untuk
meningkatkan kepuasan pasien.
4. Profesi Ners
Diharapkan mampu mengkaji lebih mendalam lagi untuk mendapatkan hasil
yang lebih maksimal dan dapat menerapkan hasilnya pada ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
Douglas cit Ilyas 2000.Perencanan SDM RS: teori, Metoda, Dan Formula. Pusat
Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
LAMPIRAN
1. Judul : Assessment of Knowledge and Practices regarding Injection Safety and
Related Biomedical Waste Management amongst Interns in a Tertiary Care
Teaching Hospital, Delhi
Penulis : Anita Shankar Acharya, Priyanka, Jyoti Khandekar, and Damodar
Bachani
Tahun : 2014
2. Background
Injeksi merupakan prosedur medis yang sering digunakan di seluruh dunia.
Pemberian obat ke pasien kebanyakan diberikan melalui injeksi. Pemberian obat
melalui injeksi mendapat perhatian lebih karena injeksi yang tidak yang tidak
sehat dapat menyebabkan infeksi bagi pasien maupun tenaga kesehatan. WHO
memperkirakan bahwa hampir 3 juta masalah terjadi akibat kesalahan dalam
melakukan injeksi, jarum injeksi merupakan media transmisi virus seperti HIV
dan hepatitis.
3. Research Question
Bagaimana pengaruh Information Education dan Communication terhadap safety
injection bagi pasien dan tenaga kesehatan?
4. Study Design
Desain penelitian ini menggunakan follow up study.
5. Time, Setting & Sampel Penelitian
Tanggal Penelitian: 31 Desember 2011 31 Desember 2012
Tempat penelitian: Tertiary care teaching hospital and medical college, New
Delhi, India.
Sampel penelitian: A total of 106 interns were enrolled for the study. Out of them
101 completed the posttest assessment questionnaire.
6. Instrumen Penelitian
IEC package in the form of hands, on workshop, power point presentation, video-
films, charts on injection safety, and biomedical waste management was used.
7. Prosedur Penelitian
Subsequently, in the fiRSt week of their posting in community medicine, each
batch (A to F) was given an intervention package consisting of a power point
presentation and a video-film on safe injection practices and biomedical waste
management. Along with it charts and posteRS were shown by a single
investigator during their period of posting in the department throughout the year.
They also got hands-on experience in safe injection practices and biomedical
waste management during their postings in health centeRS and during
immunization sessions.
8. Analisa Data
Analisa data menggunakan SPSS 16.
9. Hasil
A highly significant ( < 0.001) improvement in the knowledge of interns was
observed after intervention with respect to the three criteria of a safe injection
and cleaning of injection site.Thus, the baseline knowledge of interns was good
in certain aspects of injection safety, namely, diseases transmitted by unsafe
injections and their prevention.
10. Diskusi
The present study showed that the IEC intervention package was effective in
significantly improving the knowledge and practical aspects of injection safety
and related biomedical waste management. A highly statistically significant
improvement was observed in many variables related to knowledge about
injection safety
Referensi lain: