Anda di halaman 1dari 35

PERCOBAAN III

INTERFEROMETER MICHELSON
LAPORAN LENGKAP
EKSPERIMEN FISIKA OPTIK

RYAN H RANONTO

G 101 14 022

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

DESEMBER 2016
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ryan H.Ranonto

Stambuk : G 101 14 022

Kelompok : V (Lima)

Judul : Interferometer Michelson

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui

Palu, Desember 2016

Mengetahui,

Kordinator Asisten Asisten

Fazri Mangendre Rany Khaeroni


Nim G 101 12 001 Nim G 101 13 023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Yang telah

memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul Interferometer Michelson ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen, para asisten serta teman-

teman yang telah banyak membantu melaksanakan praktikum ini dari awal sampai

akhir praktikum.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan

belum sesuai dengan yang di harapkan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan sumbangan ide, kritik serta saran yang bersifat membangun,

sehingga pada penyusunan laporan selanjutnya sesuai dengan apa yang di

harapkan. Terlepas dari kesalahan, kiranya pembaca dapat memaklumi jika dalam

penulisan laporan masih terdapat kekeliruan. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Palu, Desember 2016

Penulis

iii
ABSTRAK

Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu suatu
alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi. Interferometer
Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam mengukur pola
interferensi untuk bidang optik. Prinsip interferensi yaitu seberkas cahaya
monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga masing-masing
berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian
disatukan kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak
lurus dengan titik pembagi berkas tersebut. Pada percobaan ini didapatkan bentuk
princing yang merupakan bentuk dari pola Interferometer Michelson. Princing
terbentuk akan terjadi apabila posisi laser, cermin dan layar diletakan secara
simitris. Tujuan percobaan ini yaitu untuk memahami prinsip interferometer
michelson dan dapat menentukan panjang gelombang yang dihasilkan pada
interferometer michelson tersebut. Dari hasil pengamatan saat praktikum
berlangsung, terlihat pola interferensi atau perincing dengan pola gelap terang,
namun tidak terbentuk sempurna. Hal ini disebabkan karena cahaya tidak benar-
benar tepat di tengah kaca pembagi sinar melainkan di sudut kaca, selain itu
cahaya yang masuk ke lensa divergen tidak fokus, karena cahaya yang dibagi
tidak koheren, sehingga data yang di dapatkan kurang akurat.

Kata kunci : Interferometer Michelson, Interferensi, Princing.

iv
DAFTAR ISI

Isi Halaman

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………….i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

DAFTAR SIMBOL.............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Percobaan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Percobaan ............................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3

2.1 Interferensi ............................................................................................................. 3


2.2 Macam-macam interferometer ............................................................................. 7
2.3 Prinsip Kerja Interferometer ................................................................................. 9

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 13

3.1 Waktu dan Tempat............................................................................................... 13


3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................................... 13
3.3 Prosedur Kerja ...................................................................................................... 14

v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 17

4.1 Hasil Pengamatan ................................................................................................ 17


4.2 Pembahasan .......................................................................................................... 19

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 22

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 22


5.2. Saran ..................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

vi
DAFTAR GAMBAR

isi Halaman

Gambar 2.1 Alat Interferometer Michelson……………….………….……..5

Gambar 2.2 Interferometer Michelson…………………………………….…6

Gambar 2.3 Interferometer Mach-Zehnder……………………………….....7

Gambar 2.4 Interferometer Fabry-Perot………………………………….......7

Gambar 2.5 Interferometer Sagnac……………………………………..........8

Gambar 2.6 Sistematika Percobaan Interferometer Michelson…………….10

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Interferometer………………………….13

Gambar 3.2 Rangkaian alat tabung laser pointer…………………………....14

Gambar 3.3 Rangkaian alat kaca pembagi sinar…………………………….14

Gambar 3.4 Rangkaian alat permukaan bidang kaca…………………...…..14

Gambar 4.1 Princing pertama yang terbentuk pada layar……………....…..16

Gambar 4.2 Princing kedua yang terbentuk pada layar………………....…..16

Gambar 4.3 Bentuk Princing interferometer Michelson………………...…..17

vii
DAFTAR SIMBOL

d = Beda lintasan optic (m)

M1 = Movable mirror

M2 = Adjustable mirror

Ms = Michelson mirror

λ = Panjang gelombang (m)

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Fotokopi Laporan Sementara................................................................................23

Fotokopi Kartu Kontrol..........................................................................................24

Biografi..................................................................................................................25

Lembar Asistensi....................................................................................................26

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Michelson dan Morley melakukan percobaan dengan menggunakan sebuah

Interferometer yang diharapkan dapat menghasilkan pola interferensi - interferensi

yang terjadi ketika dua buah gelombang datang bersama pada suatu tempat. Hasil

interferensi dapat diamati Jika syarat yang harus dipenuhi adalah dua sumber

cahaya harus koheren dan memiliki beda fase yang selalu tetap (memiliki

frekuensi dan amplitudo harus sama). Interferometer adalah alat yang digunakan

untuk mengukur panjang atau perubahan panjang dengan ketelitian yang sangat

tinggi berdasarkan penentuan garis - garis interferensi yang ditemikan oleh

Michelson pada tahun 1881.

Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui cara kerja dari alat inferometer, dan

dapat melihat langsung bentuk princing yang terbentuk serta membandingkan

bentuk princing yang terbentuk dengan teori, maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan yaitu :

1. Bagaimana merangkai komponen interferometer dengan tepat sehingga

menghasilkan sebuah princing ?

2. Bagaimana mengamati princing-princing yang terbentuk ?

3. Bagaimana membandingkan bentuk princing yang terbentuk dengan teori?

1
1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan Interferometer Michelson adalah sebagai berikut :

1. Merangkai komponen interferometer dengan tepat sehingga menghasilkan

sebuah princing.

2. Mengamati princing-princing yang terbentuk.

3. Membandingkan bentuk princing yang terbentuk dengan teori.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan Interferometer Michelson adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat merangkai komponen interferometer dengan tepat sehingga

menghasilkan sebuah princing

2. Mahasiswa dapat mengamati princing-princing yang terbentuk.

3. Mahasiswa dapat membandingkan bentuk princing yang terbentuk dengan

teori.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interferensi

Menurut, interferensi adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu daerah.

Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika

beda fase kedua gelombang sama dengan nol, sehingga gelombang baru yang

terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak

jika beda fasenya adalah 180 derajat, sehingga kedua gelombang saling

menghilangkan.Interferensi merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih

gelombang cahaya dapat menghasilkan suatu pola yang teratur terang-gelap.

Intererensi adalah hasil kerja sama dua gelombang atau lebih yang bertemu pada

satu titik di dalam ruang dan menimbulkan fenomena fisik yang dapat diamati

(Amin, 2013).

Interferensi adalah penggabungan superposisi dua gelombang atau lebih yang

bertemu pada satu titik ruang. Hasil interferensi yang berupa pola-pola cincin

dapat digunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang berkaitan dengan

interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber cahaya, indeks bias, dan

ketebalan bahan. Interferensi terjadinya jika memenuhi suatu syarat untuk bisa

terjadinya interferensi yaitu sebagai berikut:

a. Kedua sumber cahaya harus koheren yaitu keduanya harus memiliki beda

fase yang selalu tetap, karena itu keduanya harus memiliki frekuensi yang

sama, kedua ini boleh nol tetapi tidak harus nol.

3
b. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama jika

tidak interferensi yang di hasilkan kurang kontras.

Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi pola interferensi

tersebut adalah interferometer. Alat digunakan untuk mengukur panjang

gelombang atau perubahan panjang gelombang dengan ketelitian sangat tinggi

berdasarkan penentuan garis-garis interferensi. Walaupun pada awal mula

dibuatnya alat ini dipergunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter

(Halliday,1994).

B. Interferometer Michelson

Interferometer adalah alat yang di gunakan untuk mengukur panjang gelombang

atau perubahan panjang gelombang dengan ketelitian yang sangat tinggi

berdasarkan penentuan garis - garis interferensi. Interferometer Michelson

merupakan seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip

interferensi adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk

suatu frinji. Pada tahun 1887,Albert A. Michelson (1852-1931) dan Edward W.

Morley (1838-1932) mencoba mengukur aliran eter dengan menggunakan

interferometer optis yang sangat peka yang dikenal dengan interferometer

Michelson (Rosana, dkk, 2003). Jika benar bahwa ada eter, maka seharusnya

seorang pengamat di bumi yang bergerak bersama eter akan merasakan adanya

angin eter. Suatu alat yang cukup sensitif untuk mendeteksi adanya pergerkan eter

telah dikembangkan oleh Michelson pada tahun 1881, dan disempurnakan

4
kembali oleh Michelson-Morley pada tahun 1887. Hasil penelitian

mereka menunjukkan bahwa tidak ada gerakan eter yang menuju eter yang

terdeteksi (Resnick, 1993).

Menurut Halliday (1994), Michelson melakukan percobaan dengan desain dan

prinsip yang sama seperti milik Young berupa percobaan celah ganda, awalnya

percobaan interferometer Michelson di gunakan untuk membuktikan adanya eter,

namun tidak terbukti, akhirnya interferometer Michelson di gunakan untuk

menentukan panjang gelombang cahaya dan untuk menentukan jarak yang sangat

pendek serta untuk mengamati sifat medium optik. Sebuah berkas cahaya dari

laser di pancarkan menuju beam spliter, sehingga berkas cahaya sebagian di

transmisikan menuju movable mirror (M1) dan sebagian lagi di refleksikan

menuju adjustable mirror (M2) kemudian kedua berkas cahaya tersebut

merefleksikan cahaya menuju beam spliter, sebagian cahaya dari M1 di

refleksikan oleh beam spliter menuju layar pengamatan dan sebagian yang lain

cahaya dari M2 di transmisikan oleh beam spliter menuju layar pengamatan dan

menghasilkan frinji. Dalam hal ini akan di peroleh perbedaan fasa relatif yang

bergantung pada perbedaan panjang lintasan masing-masing berkas sebelum

mencapai titik pertemuan yang dapat dilihat pada gambar 2.1

5
Gambar 2.1 Alat Interferometer Michelson (Halliday, 1994)

Interferometer Michelson adalah contoh terbaik dari apa yang disebut

interferometer amplitudo – membelah yang digunakan untuk mengukur meter

standar dalam satuan panjang gelombang garis merah dari spektrum cadmium.

Dengan interferometer optik, seseorang dapat mengukur jarak secara langsung

dalam hal panjang gelombang cahaya yang digunakan, dengan menghitung

pinggiran interferensi yang bergerak ketika satu atau yang lain dari dua cermin

dipindahkan. Dalam interferometer Michelson, balok koheren diperoleh dengan

memisahkan berkas cahaya yang berasal dari satu sumber dengan cermin sebagian

mencerminkan disebut beam splitter. Sehingga gelombang yang dipantulkan dan

ditransmisikan kemudian kembali diarahkan oleh cermin biasa ke layar dimana

mereka menempatkan di untuk membuat pinggiran. Hal ini dikenal sebagai

gangguan dengan pembagian amplitudo. Interferometer ini, digunakan pada tahun

1817 dalam percobaan Michelson-Morley yang menunjukkan tidak ada

keberadaan elektromagnetik gelombang pembawa eter, sehingga membuka jalan

bagi teori relativitas khusus (Resnick, 1993).

6
2.2 Macam-macam interferometer

Menurut Halliday (1994), Interferometer adalah alat yang di gunakan untuk

mengukur panjang gelombang atau perubahan panjang gelombang dengan

ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan penentuan garis - garis interferensi.

Setelah penemuan interferometer yang pertama kali ditemukan oleh Michelson,

banyak ilmuan-ilmuan yang memodifikasi temuan yang dibuat oleh Michelson

sehingga terciptalah macam-macam interferometer yaitu:

a. Interferometer Michelson

Gambar 2.2 Interferometer Michelson (Halliday, 1994)

Interferometer ini menggunakan sinar splitter tunggal untuk memisahkan dan

mengkombinasikan sumber cahaya. Jika dua cermin diselaraskan untuk kejadian

tegak lurus yang tepat (lihat gambar 2.2), hanya satu output dapat diakses, dan

cahaya output lainnya kembali ke sumber cahaya.

b. Interferometer Mach-Zehnder

photodetectors

Beam Splitter = BS

Gambar 2.3 Interferometer Mach-Zehnder (Halliday, 1994)


7
Interferometer ini dikembangkan oleh fisikawan Ludwig Mach dan Ludwig

Zehnder yang menggunakan dua splitter balok terpisah (BS) untuk membagi dan

mengabungkan kembali balok tersebut(lihat gambar 2.3), serta memiliki dua

output, yang dapat dikirim ke photodetectors (Halliday, 1994).

c. Interferometer Fabry-Perot

Cermin 1

Cermin 2

Gambar 2.4 Interferometer Fabry-Perot (Bahrudin, 2006).

Interferometer ini terdiri dari dua cermin paralel, memungkinkan untuk perjalanan

beberapa putaran cahaya. Alat ini dapat memiliki resonansi yang sangat tajam

yaitu menunjukkan transmisi tinggi(lihat gambar 2.4), namun ini hanya untuk

frekuensi optik yang cocok dengan nilai-nilai tertentu (Bahrudin, 2006).

d. Interferometer Sagnac

Gambar 2.5 Interferometer Sagnac (Bahrudin, 2006)

8
Interferometer Sagnac (dinamai fisikawan Perancis Georges Sagnac)

menggunakan empat (4) cermin di setiap sudutnya (seperti pada gambar 2.5) atau

dengan serat optik. Jika seluruh interferometer diputar misalnya sekitar sumbu

yang tegak lurus terhadap bidang gambar, ini memperkenalkan pergeseran fasa

relatif dari balok counter propagating (efek Sagnac). Sensitivitas untuk rotasi

tergantung pada daerah yang ditutupi oleh ring, dikalikan dengan jumlah

perjalanan pulang pergi (Bahrudin, 2006).

2.3 Prinsip Kerja Interferometer

Seperti yang telah diketahui bahwa Michelson menciptakan alat yang di namakan

interferometer yang menggunakan prisma dan cermin untuk membagi seberkas

cahaya ini bergerak saling tegak lurus sebelum keduanya bersatu lagi dan saling

tumpang tindih. Jika salah satu berkas cahaya bergerak sedikit lebih cepat (atau

lebih jauh) daripada yang lain, kedua sinar yang tumpang tindih itu menghasilkan

pola bidang gelap dan terang pada layar karena proses interferensi. Prinsip kerja

interferometer ini dapat digunakan untuk melakukan pengukuran yang tepat dari

perbedaan kecepatan kedua berkas cahaya atau perbedaan jarak yang ditempuh

kedua berkas cahaya itu (Maretasari, dkk, 2010).

Percobaan Michelson-Morley juga membuktikan hal lain, bahwa kecepatan

cahaya selalu sama, siapapun yang mengukurnya atau bagaimana cara

mengukurnya, ketika kecepatan cahaya bergerak melalui ruang hampa (ruang

kosong), dengan kecepatannya adalah 300.000 km per detik. Menurut para

astronom mengukur jarak yang sangat jauh tergantung pada seberapa jauh cahaya

9
bergerak dalam waktu tertentu, satu detik cahaya adalah jarak yang ditempuh

dalam satuk detik 300.000 km sedangkan sau tahun cahaya adalah jarak yang

ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun 9,7 juta km (Bahrudin, 2006).

Ketika cahaya monokromatik dari satu titik pada sumber yang dipanjangkan pada

percobaan Michelson maka akan terlihat menimpa cermin yang setengahnya

dilapisi perak Ms . Cermin pembagi berkas Ms ini memiliki lapisan tipis perak

yang hanya memantulkan setengah dari cahaya yang jatuh padanya, sehingga

setengah berkas akan lewat ke cermin tetap M1, dimana berkas tersebut

dipantulkan kembali. Pada saat kembalinya, dipantulkan oleh Ms ke mata. Jika

panjang koheren yang memasuki mata akan berinterferensi konstruktif dan akan
4
terlihat terang. Jika cermin yang daat digerakkan dipndahkan sejauh 𝜆, satu berkas

2
akan menempuh jarak ekstra yang sama dengan (karena bergerak mundur maju
𝜆

4
sepanjang jarak ). Dalam hal ini, kedua berkas akan berinterferensi destruktif
𝜆

dan akan terlihat gelap. Sementara M2 bergerak menjauhi, akan terlihat terang

(ketika perbedaan lintasan sebesar λ), kemudian gelap, dan seterusnya.

Pengukuran panjang gelombang yang sangat tepat dapat dilakukan dengan


4
interferometer. Gerakan cermin M2 sejauh saja menghasilkan perbedaan yang
𝜆

jelas antara terang dang gelap. Untuk λ = 400 nm, ini berarti ketepatan 100 nm

atau 10-4 mm. Jika cermin M2 dimiringkan, rangkaian titik terang dan gelap akan

terlihat menggantikan serangkaian pinggiran, dengan menghitung jumlah

pinggiran, atau sebagainya, pengukuran panjang yang sangat tepat dapat

dilakukan dan dapat dilihat seperti pada gambar 2.6.

10
Gambar 2.6 Sistematika Percobaan Interferometer Michelson(Maretasari, dkk,
2010).

Menurut Michelson bahwa interferometer dapat digunakan untuk menentukan

panjang meter standar untuk panjang gelombang cahaya tertentu. Pada tahun

1960, standar itu dipilih sebagai garis jingga tertentu pada spektrum kripton-86

(atom kripton dengan massa atom 86). Pengukuran berulang yang teliti dari meter

standar yang lama (jarak antara dua tanda menetukan 1 meter sebesar

1.650/763,73 panjang gelombang cahaya ini, yang didefinisikan sebagai meter).

(Giancoli, 2001).

Menurut sumber yang lain adalah yaitu seberkas cahaya monokromatik yang

dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga masing-masing berkas dibuat melewati

dua panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui

pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi

berkas tersebut. Setelah berkas cahaya monokromatik tersebut disatukan maka

akan didapat pola interferensi akibat penggabungan dua gelombang cahaya

tersebut. Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan

11
yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika

panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah

pola-pola cincin akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan

mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang

lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif

yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh λ/4 yang sama

artinya dengan berkas menempuh lintasan λ/2 maka akan terlihat pola gelap.

(Maretasari, dkk, 2010).

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu:

Hari/tanggal : Jumat, 16 Desember 2016

Pukul : 16.00 WITA - Selesai

Tempat : Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNTAD

3.2 Alat dan Bahan

Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:

1. Bangku optik berfungsi sebagai tempat penyangga komponen-komponen

optik lainnya.

2. Laser pointer berfungsi sebagai sumber cahaya.

3. Permukaan bidang kaca pertama berfungsi untuk menangkap sumber cahaya

tetap.

4. Permukaan bidang kaca kedua berfungsi sebagai cermin yang bergerak.

5. Kaca pembagi sinar berfungsi sebagai pembelok atau pembagi sinar dari

sumber cahaya ke sumber cermin M1.

6. Lensa konvergen berfungsi sebagai pemfokus cahaya agar lebih mudah

diteruskan ke layar.

7. Layar berfungsi sebagai sumber cahaya dan sebagai penyatu dua sumber

cahaya yang membentuk pola gelap terang berbentuk princing.

13
3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:

1. Merangkai komponen interferometer seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Interferometer


Michelson (Hecht, 1992)

Keterangan gambar :

A. Papan optik

B. Laser pointer

C. Permukaan bidang kaca pertama

D. Permukaan bidang kaca kedua

E. Kaca pembagi sinar

F. Lensa konvergen

G. Layar

14
a. Tabung laser pointer

Gambar 3.2 Rangkaian alat tabung laser pointer (Hecht, 1992)

b. Kaca pembagi sinar

Gambar 3.3 Rangkaian alat kaca pembagi sinar (Hecht, 1992)

c. Permukaan bidang kaca

Gambar 3.4 Rangkaian alat permukaan bidang kaca (Hecht, 1992)

15
2. Mengatur Interferometer

a. Memasukkan laser pointer metrologik ke dalam tabung laser pointer

kemudian mengatur posisi dan mengusahakan agar sinar yang keluar

sudah sejajar.

b. Mengatur ketinggian cermin pertama sehingga sinar pantulan laser dari

cermin pertama tepat mengenai laser pointer

c. Memasang kaca pembagi sinar ke U-shapped carrier dan menggeser 45o

terhadap sinar datang. Mengatur ketinggian kaca sehingga bagian sinar

yang akan ditransmisikan menembus pusat splitter dan bagian lain

direfleksikan sebesar 40o.

d. Mengatur ketinggian cermin kedua sehingga bagian lain dari kaca pembagi

sinar menembus cermin dan dipantulkan kembali oleh kaca pembagi sinar.

Sinar akan diteruskan menembus pusat lensa konvergen yang membentuk

dua titik terang merah pada layar.

e. Mengatur posisi sinar dari cermin pertama agar sinar yang menembus kaca

pembagi sinar menghasilkan sua titik terang merah tepat pada pusat lensa

konvergen.

f. Mengusahakan agar kedua titik terang merah dari kaca pertama dan kaca

kedua tergabung menjadi satu pada layar sehingga terbentuk princing-

princing pada layar.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

a. Hasil pengamatan pertama pada interferometer Michelson

Gambar 4.1 Princing pertama yang terbentuk pada layar

b. Hasil pengamatan kedua pada interferometer Michelson

Gambar 4.2 Princing kedua yang terbentuk pada layar

17
c. Hasil pengamatan menurut referensi

Gambar 4.3 Bentuk Princing interferometer Michelson (Thomas, 1801).

18
4.2 Pembahasan

Interferometer Michelson merupakan salah satu jenis dari interferometer, yaitu

suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi.

Interferometer Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam

mengukur pola interferensi untuk bidang optik yang ditemukan oleh Albert

Abraham Michelson. Sebuah pola interferensi dihasilkan dengan membagi

seberkas cahaya menggunakan sebuah alat yang bernama pembagi sinar (beam

splitter). Interferensi terjadi ketika dua buah cahaya yang telah dibagi

digabungkan kembali. Seperti halnya celah ganda Young, interferometer

Michelson mengambil cahaya monokromatik yang berasal dari sebuah sumber

tunggal dan membaginya ke dalam dua gelombang yang mengikuti lintasan -

lintasan yang berbeda (Zemansky, 1994).

Pada percobaan Interferometer Michelson dilakukan dengan meletakkan secara

tegak lurus posisi movable cermin dan cermin adjustable yang ditengahi oleh

split. Pada posisi demikian, akan terjadi perbedaan lintasan yang diakibatkan oleh

pola reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang masuk melewati lensa.

Selanjutnya, perbedaan lintasan ini akan menyebabkan adanya beda fase dan

penguatan fase (yang biasa disebut sebagai interferensi) yang selanjutnya

menyebabkan munculnya pola - pola pada cincin.

Pada percobaan ini, digunakan basik interferometer, dengan cahaya laser yang

mengenai cermin M2 harus terfokus (cahaya kembali ke sumber) sehingga sumber

19
cahaya yang melewati tepat terfokus pada beam Splitter dan pola yang terbentuk

pada layar lebih terlihat dengan jelas.

Pada percobaan di peroleh princing yang terbentuk pada layar tidak sempurna,

sedangkan pada teori pola cahaya yang terbentuk sempurna membentuk sebuah

lingkaran - lingkaran. Pada referensi yang ada dinyatakan bahwa pola interferensi

yang terbentuk dari interferometer Michelson, yaitu berupa lingkaran yang terdiri

dari poal-pola gelap dan terang. Namun, dari hasil pengamatan saat percobaan

berlangsung, terlihat pola interferensi atau princing dengan pola gelap terang,

namun tidak terbentuk sempurna seperti referensi yang ada. Hal ini disebabkan

cahaya tidak benar-benar tepat di tengah kaca pembagi sinar melainkan di sudut

kaca, selain itu cahaya yang masuk ke lensa konvergen tidak fokus, karena cahaya

yang dibagi tidak koheren, sehingga data yang di dapatkan kurang akurat.

Dari percobaan yang dilakukan, dapat dikemukakan bahwa prinsip dari percobaan

interferometer michelson, yaitu seberkas cahaya monokromatik yang dipisahkan

di suatu titik tertentu sehingga masing-masing berkas dibuat melewati dua

panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui pantulan

dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas

tersebut. Setelah berkas cahaya monokromatik tersebut disatukan maka akan

didapat pola interferensi akibat penggabungan dua gelombang cahaya tersebut.

Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang

ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Pola

interferensi tersebut membentuk sebuah pola terang gelap berbentuk lingkaran-

20
lingkaran dan nilai ketelitianya rendah karena pada saat proses pemutaran

micrometer terhadap pola fringes yang terbentuk pada layar pengamatan bisa saja

lebih 0,1 mm atau kurang telitinya praktikan untuk menyesuaikan antara ketepatan

mengubah fringes.

21
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa princing yang terbentuk berasal dari transmisi dan refleksi sinar yang

melalui lensa konvergen dengan satu sumber sinar yang sama dengan beda fase

dan penguatan fase yang saling menguatkan, sehingga akan muncul pola-pola

berbentuk cincin. Cicin yang terbentuk dalam percobaan ini tidaklah sempurna

seperti lingkaran yang linier melainkan berbentuk pola garis terang gelap yang

jika dihubungkan akan membentuk lingkaran. Hal ini diakibatkan posisi laser,

cermin dan layar yang tidak simetris.

2. Hasil percobaan dapat diamati bahwa princing berbentuk bulat yang tidak

sempurna dan bergaris-garis, namun terlihat pola interferensi atau princing

dengan pola gelap terang pada layar.

3. Menurut teori, perincing yang terbentuk sebuah lingkaran – lingkaran yang

sangat jelas sedangkan pada hasil percobaan perincing yang dihasilkan kurang

jelas sehingga membutuhkan bantuan pelat.

5.2. Saran

Sebaiknya peralatan yang digunakan diperiksa terlebih dahulu kelayakannya

terutama pada komponen-komponen utama interferometer supaya hasil yang

diperoleh dari percobaan lebih sesuai dengan literatur yang ada.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amin., 2013. Interferensi Gelombang .(http://www.scribd.com/null/ 438781992).


diakses tanggal 19 Desember 2016.

Bahrudin, 2006, Kamus Fisika Plus, Epsilon Group ; Bandung.

Resnick dan Halliday., 1993, Fisika jilid 2 edisi kedua, Erlangga ; Jakarta.

Resnick dan Halliday, 1994, Fisika jilid 2 edisi ketiga, Erlangga ; Jakarta.

Hecht, E., 1992, Optics, 2edition, Addison Wesley.

Giancoli., D C., 2001, Fisika Edisi Ke Lima, Erlangga ; Jakarta.

Maretasari, Pradana, Purwanti, Rofiqoh, 2010, Laporan Praktikum Gelombang :


Interferometer Michelson, FMIPA UNS ; Semarang.

Rosana, Solihin, dan Abdus, 2003, Eksperimen Interferometer Michelson Laporan


Eksperimen Fisika II, Laboraturium Optoelektronika dan Fisika Modern
Jurusan Fisika Universitas Negeri Jember ; Kota Jember.

Thomas, 1801, Fisika Untuk Sains dan Tehnik Jilid 1, Erlangga ; Jakarta.

Zemansky, 1994, Fisika Untuk Universitas Jilid 2, ITS ; Surabaya.

23
BIOGRAFI

Penulis bernama Ryan Hankey Ranonto. Penulis

lahir pada tanggal 24 Januari 1996 di desa Pendolo.

Penulis merupakan putra tunggal dari bapak

Ch.Ranonto dan Ibu Y.Toloke’e. Penulis

berpendidikan sekolah dasar di SD GKST 1 Tentena

pada tahun 2002 dan selesai pada tahun 2008.

Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMP

N 1 Pamona Utara pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011. Setelah itu

penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Pamona Utara pada tahun 2011 dan

selesai pada tahun 2014. Setelah itu penulis melanjutakn pendidikan di perguruan

tinggi Negeri di Universitas Tadulako dan dan mengambil kosentrasi di jurusan

Fisika Fakultas Matematia Dan Ilmu Pengetahuan Alam.

24
LEMBAR ASISTENSI

Nama : Ryan Hankey Ranonto

Stambuk : G 101 14 022

Kelompok : V (Lima)

Percobaan : Interferometer Michelson

Asisten : Rany Khaeroni

Hari/Tanggal Koreksi Paraf

25

Anda mungkin juga menyukai