INTERFEROMETER MICHELSON
LAPORAN LENGKAP
EKSPERIMEN FISIKA OPTIK
RYAN H RANONTO
G 101 14 022
DESEMBER 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : V (Lima)
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Yang telah
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen, para asisten serta teman-
teman yang telah banyak membantu melaksanakan praktikum ini dari awal sampai
akhir praktikum.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan
belum sesuai dengan yang di harapkan. Oleh karena itu, penulis sangat
harapkan. Terlepas dari kesalahan, kiranya pembaca dapat memaklumi jika dalam
Penulis
iii
ABSTRAK
Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu suatu
alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi. Interferometer
Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam mengukur pola
interferensi untuk bidang optik. Prinsip interferensi yaitu seberkas cahaya
monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga masing-masing
berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian
disatukan kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak
lurus dengan titik pembagi berkas tersebut. Pada percobaan ini didapatkan bentuk
princing yang merupakan bentuk dari pola Interferometer Michelson. Princing
terbentuk akan terjadi apabila posisi laser, cermin dan layar diletakan secara
simitris. Tujuan percobaan ini yaitu untuk memahami prinsip interferometer
michelson dan dapat menentukan panjang gelombang yang dihasilkan pada
interferometer michelson tersebut. Dari hasil pengamatan saat praktikum
berlangsung, terlihat pola interferensi atau perincing dengan pola gelap terang,
namun tidak terbentuk sempurna. Hal ini disebabkan karena cahaya tidak benar-
benar tepat di tengah kaca pembagi sinar melainkan di sudut kaca, selain itu
cahaya yang masuk ke lensa divergen tidak fokus, karena cahaya yang dibagi
tidak koheren, sehingga data yang di dapatkan kurang akurat.
iv
DAFTAR ISI
Isi Halaman
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………….i
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 17
vi
DAFTAR GAMBAR
isi Halaman
vii
DAFTAR SIMBOL
M1 = Movable mirror
M2 = Adjustable mirror
Ms = Michelson mirror
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Biografi..................................................................................................................25
Lembar Asistensi....................................................................................................26
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
yang terjadi ketika dua buah gelombang datang bersama pada suatu tempat. Hasil
interferensi dapat diamati Jika syarat yang harus dipenuhi adalah dua sumber
cahaya harus koheren dan memiliki beda fase yang selalu tetap (memiliki
frekuensi dan amplitudo harus sama). Interferometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur panjang atau perubahan panjang dengan ketelitian yang sangat
Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui cara kerja dari alat inferometer, dan
bentuk princing yang terbentuk dengan teori, maka dilakukanlah percobaan ini.
1
1.3 Tujuan Percobaan
sebuah princing.
teori.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Interferensi
beda fase kedua gelombang sama dengan nol, sehingga gelombang baru yang
jika beda fasenya adalah 180 derajat, sehingga kedua gelombang saling
Intererensi adalah hasil kerja sama dua gelombang atau lebih yang bertemu pada
satu titik di dalam ruang dan menimbulkan fenomena fisik yang dapat diamati
(Amin, 2013).
bertemu pada satu titik ruang. Hasil interferensi yang berupa pola-pola cincin
dapat digunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang berkaitan dengan
interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber cahaya, indeks bias, dan
ketebalan bahan. Interferensi terjadinya jika memenuhi suatu syarat untuk bisa
a. Kedua sumber cahaya harus koheren yaitu keduanya harus memiliki beda
fase yang selalu tetap, karena itu keduanya harus memiliki frekuensi yang
3
b. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama jika
Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi pola interferensi
(Halliday,1994).
B. Interferometer Michelson
interferensi adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk
Michelson (Rosana, dkk, 2003). Jika benar bahwa ada eter, maka seharusnya
seorang pengamat di bumi yang bergerak bersama eter akan merasakan adanya
angin eter. Suatu alat yang cukup sensitif untuk mendeteksi adanya pergerkan eter
4
kembali oleh Michelson-Morley pada tahun 1887. Hasil penelitian
mereka menunjukkan bahwa tidak ada gerakan eter yang menuju eter yang
prinsip yang sama seperti milik Young berupa percobaan celah ganda, awalnya
menentukan panjang gelombang cahaya dan untuk menentukan jarak yang sangat
pendek serta untuk mengamati sifat medium optik. Sebuah berkas cahaya dari
refleksikan oleh beam spliter menuju layar pengamatan dan sebagian yang lain
cahaya dari M2 di transmisikan oleh beam spliter menuju layar pengamatan dan
menghasilkan frinji. Dalam hal ini akan di peroleh perbedaan fasa relatif yang
5
Gambar 2.1 Alat Interferometer Michelson (Halliday, 1994)
standar dalam satuan panjang gelombang garis merah dari spektrum cadmium.
pinggiran interferensi yang bergerak ketika satu atau yang lain dari dua cermin
memisahkan berkas cahaya yang berasal dari satu sumber dengan cermin sebagian
6
2.2 Macam-macam interferometer
a. Interferometer Michelson
tegak lurus yang tepat (lihat gambar 2.2), hanya satu output dapat diakses, dan
b. Interferometer Mach-Zehnder
photodetectors
Beam Splitter = BS
Zehnder yang menggunakan dua splitter balok terpisah (BS) untuk membagi dan
c. Interferometer Fabry-Perot
Cermin 1
Cermin 2
Interferometer ini terdiri dari dua cermin paralel, memungkinkan untuk perjalanan
beberapa putaran cahaya. Alat ini dapat memiliki resonansi yang sangat tajam
yaitu menunjukkan transmisi tinggi(lihat gambar 2.4), namun ini hanya untuk
d. Interferometer Sagnac
8
Interferometer Sagnac (dinamai fisikawan Perancis Georges Sagnac)
menggunakan empat (4) cermin di setiap sudutnya (seperti pada gambar 2.5) atau
dengan serat optik. Jika seluruh interferometer diputar misalnya sekitar sumbu
yang tegak lurus terhadap bidang gambar, ini memperkenalkan pergeseran fasa
relatif dari balok counter propagating (efek Sagnac). Sensitivitas untuk rotasi
tergantung pada daerah yang ditutupi oleh ring, dikalikan dengan jumlah
Seperti yang telah diketahui bahwa Michelson menciptakan alat yang di namakan
cahaya ini bergerak saling tegak lurus sebelum keduanya bersatu lagi dan saling
tumpang tindih. Jika salah satu berkas cahaya bergerak sedikit lebih cepat (atau
lebih jauh) daripada yang lain, kedua sinar yang tumpang tindih itu menghasilkan
pola bidang gelap dan terang pada layar karena proses interferensi. Prinsip kerja
interferometer ini dapat digunakan untuk melakukan pengukuran yang tepat dari
perbedaan kecepatan kedua berkas cahaya atau perbedaan jarak yang ditempuh
astronom mengukur jarak yang sangat jauh tergantung pada seberapa jauh cahaya
9
bergerak dalam waktu tertentu, satu detik cahaya adalah jarak yang ditempuh
dalam satuk detik 300.000 km sedangkan sau tahun cahaya adalah jarak yang
ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun 9,7 juta km (Bahrudin, 2006).
Ketika cahaya monokromatik dari satu titik pada sumber yang dipanjangkan pada
dilapisi perak Ms . Cermin pembagi berkas Ms ini memiliki lapisan tipis perak
yang hanya memantulkan setengah dari cahaya yang jatuh padanya, sehingga
setengah berkas akan lewat ke cermin tetap M1, dimana berkas tersebut
panjang koheren yang memasuki mata akan berinterferensi konstruktif dan akan
4
terlihat terang. Jika cermin yang daat digerakkan dipndahkan sejauh 𝜆, satu berkas
2
akan menempuh jarak ekstra yang sama dengan (karena bergerak mundur maju
𝜆
4
sepanjang jarak ). Dalam hal ini, kedua berkas akan berinterferensi destruktif
𝜆
dan akan terlihat gelap. Sementara M2 bergerak menjauhi, akan terlihat terang
jelas antara terang dang gelap. Untuk λ = 400 nm, ini berarti ketepatan 100 nm
atau 10-4 mm. Jika cermin M2 dimiringkan, rangkaian titik terang dan gelap akan
10
Gambar 2.6 Sistematika Percobaan Interferometer Michelson(Maretasari, dkk,
2010).
panjang meter standar untuk panjang gelombang cahaya tertentu. Pada tahun
1960, standar itu dipilih sebagai garis jingga tertentu pada spektrum kripton-86
(atom kripton dengan massa atom 86). Pengukuran berulang yang teliti dari meter
standar yang lama (jarak antara dua tanda menetukan 1 meter sebesar
(Giancoli, 2001).
Menurut sumber yang lain adalah yaitu seberkas cahaya monokromatik yang
dua panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui
pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi
tersebut. Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan
11
yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika
panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah
pola-pola cincin akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan
mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang
yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh λ/4 yang sama
artinya dengan berkas menempuh lintasan λ/2 maka akan terlihat pola gelap.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
optik lainnya.
tetap.
5. Kaca pembagi sinar berfungsi sebagai pembelok atau pembagi sinar dari
diteruskan ke layar.
7. Layar berfungsi sebagai sumber cahaya dan sebagai penyatu dua sumber
13
3.3 Prosedur Kerja
Keterangan gambar :
A. Papan optik
B. Laser pointer
F. Lensa konvergen
G. Layar
14
a. Tabung laser pointer
15
2. Mengatur Interferometer
sudah sejajar.
d. Mengatur ketinggian cermin kedua sehingga bagian lain dari kaca pembagi
sinar menembus cermin dan dipantulkan kembali oleh kaca pembagi sinar.
e. Mengatur posisi sinar dari cermin pertama agar sinar yang menembus kaca
pembagi sinar menghasilkan sua titik terang merah tepat pada pusat lensa
konvergen.
f. Mengusahakan agar kedua titik terang merah dari kaca pertama dan kaca
16
BAB IV
17
c. Hasil pengamatan menurut referensi
18
4.2 Pembahasan
mengukur pola interferensi untuk bidang optik yang ditemukan oleh Albert
seberkas cahaya menggunakan sebuah alat yang bernama pembagi sinar (beam
splitter). Interferensi terjadi ketika dua buah cahaya yang telah dibagi
tegak lurus posisi movable cermin dan cermin adjustable yang ditengahi oleh
split. Pada posisi demikian, akan terjadi perbedaan lintasan yang diakibatkan oleh
pola reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang masuk melewati lensa.
Selanjutnya, perbedaan lintasan ini akan menyebabkan adanya beda fase dan
Pada percobaan ini, digunakan basik interferometer, dengan cahaya laser yang
19
cahaya yang melewati tepat terfokus pada beam Splitter dan pola yang terbentuk
Pada percobaan di peroleh princing yang terbentuk pada layar tidak sempurna,
sedangkan pada teori pola cahaya yang terbentuk sempurna membentuk sebuah
lingkaran - lingkaran. Pada referensi yang ada dinyatakan bahwa pola interferensi
yang terbentuk dari interferometer Michelson, yaitu berupa lingkaran yang terdiri
dari poal-pola gelap dan terang. Namun, dari hasil pengamatan saat percobaan
berlangsung, terlihat pola interferensi atau princing dengan pola gelap terang,
namun tidak terbentuk sempurna seperti referensi yang ada. Hal ini disebabkan
cahaya tidak benar-benar tepat di tengah kaca pembagi sinar melainkan di sudut
kaca, selain itu cahaya yang masuk ke lensa konvergen tidak fokus, karena cahaya
yang dibagi tidak koheren, sehingga data yang di dapatkan kurang akurat.
Dari percobaan yang dilakukan, dapat dikemukakan bahwa prinsip dari percobaan
panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui pantulan
dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Pola
20
lingkaran dan nilai ketelitianya rendah karena pada saat proses pemutaran
micrometer terhadap pola fringes yang terbentuk pada layar pengamatan bisa saja
lebih 0,1 mm atau kurang telitinya praktikan untuk menyesuaikan antara ketepatan
mengubah fringes.
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa princing yang terbentuk berasal dari transmisi dan refleksi sinar yang
melalui lensa konvergen dengan satu sumber sinar yang sama dengan beda fase
dan penguatan fase yang saling menguatkan, sehingga akan muncul pola-pola
berbentuk cincin. Cicin yang terbentuk dalam percobaan ini tidaklah sempurna
seperti lingkaran yang linier melainkan berbentuk pola garis terang gelap yang
jika dihubungkan akan membentuk lingkaran. Hal ini diakibatkan posisi laser,
2. Hasil percobaan dapat diamati bahwa princing berbentuk bulat yang tidak
sangat jelas sedangkan pada hasil percobaan perincing yang dihasilkan kurang
5.2. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Resnick dan Halliday., 1993, Fisika jilid 2 edisi kedua, Erlangga ; Jakarta.
Resnick dan Halliday, 1994, Fisika jilid 2 edisi ketiga, Erlangga ; Jakarta.
Thomas, 1801, Fisika Untuk Sains dan Tehnik Jilid 1, Erlangga ; Jakarta.
23
BIOGRAFI
N 1 Pamona Utara pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011. Setelah itu
penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Pamona Utara pada tahun 2011 dan
selesai pada tahun 2014. Setelah itu penulis melanjutakn pendidikan di perguruan
24
LEMBAR ASISTENSI
Kelompok : V (Lima)
25