Anda di halaman 1dari 23

CRITCAL BOOK REPORT

Distribusi Bose-Einstein

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

LAILA AZWANI PANJAITAN (8186175007)


SHABRINA DZAHROH NASUTION (8186175003)

PROGRAM PENDIDIKAN PASCASARJANA


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Termodinamika adalah teori yang dikembangkan secara fenomenologis untuk sistem-
sistem makroskopik. Teori ini berlaku pada keadaan setimbang termal, dan untuk sistem-
sistem yang berawal dari keadaan setimbang dan berakhir pada keadaan setimbang.
Termodinamika yang dikembangkan di abad 19, berkembang pesat di abad selanjutnya
karena berkaitan dengan fisika kuantum dan transisitransisi fasa. Termodinamika saat ini
dirumuskan sebagai suatu sistem aksioma dengan tiga buah hukum termodinamika. Konsep
utamanya adalah energi dan entropi, dan konsep itulah yang mendasari ketiga hukum
tersebut.
Fisika Statistik diawali oleh Daniel Bernoulli (1700-1792), dilanjutkan oleh Rudolf
Clausius (1822–1888), James Clerk Maxwell (1831–1879) tentang teori kinetik gas dan
distribusi kecepatan. Ludwig Boltzmann (1844–1906) menyumbangkan hubungan mendasar
dalam kinetika dan memperkenalkan rumusan entropi sedangkan Josiah Willard Gibbs
(1839–1903) mengemukakan perumusan modern tentang ensambel dalam mekanika statistik.
Lars Onsager (1903–1976) mengemukakan solusi eksak dari model Ising; dia mem
buktikanbahwa kerangka sesungguhnya fisika statistik bisa mengatasi masalah transisi fasa.
Onsager memperoleh hadiah nobel kimia pada tahun 1968 untuk hasil kerjanya dalam
termodinamika irreversibel. Claude E. Shannon pada 1948 melakukan studi tentang teori
informasi yang berhubungan langsung dengan entropinya statistik Boltzmann. Kontribusi
terakhir adalah dari Kenneth G. Wilson (1936–), penerima hadiah nobel pada 1982, tentang
teori grup renormalisasi yang memungkinkan orang menghitung scaling exponents pada
transisi fasa.
Pemerian makroskopik suatu sistem meliputi perincian beberapa sifat pokok sistem,
atau sifat skala besar dari sistem, yang dapat diukur berdasarkan atas penerimaan indera kita.
Termodinamika adalah contoh cabang ilmu fisika yang menerapkan pandangan makroskopik.
Sedangkan, pemerian mikroskopik suatu sistem meliputi beberapa ciri khas seperti adanya
pengandaian bahwa sistem terdiri atas sejumlah molekul, dan kuantitas-kuantitas yang
diperinci tidak dapat diukur. Contoh penerapan pandangan mikroskopik untuk cabang ilmu
fisika yaitu dalam fisika statistik. Bila kedua pandangan itu diterapkan pada sistem yang sama
maka keduanya harus meghasilkan kesimpulan yang sama.
Ruang lingkup fisika statistik meliputi dua bagian besar, yaitu teori kinetik dan
mekanika statistik. Berdasarkan pada teori peluang dan hukum mekanika, teori kinetik
mampu menggambarkan sistem dalam keadaan tak seimbang, seperti: proses efusi,
viskositas, konduktivitas termal, dan difusi. Disini, molekul suatu gas ideal tidak dianggap
bebas sempurna tetapi ada antaraksi ketika bertumbukan dengan molekul lain atau dengan
dinding. Bentuk antaraksi yang terbatas ini diacukan sebagai antaraksi lemah atau kuasi
bebas. Ruang lingkup ini tidak membahas partikel berantaraksi kuat.
Tidak seperti pada teori kinetik, mekanika statistik tidak membahas perincian mekanis
gerak molekular, tetapi berurusan dengan segi energi molekul. Mekanika statistik sangat
mengandalkan teori peluang untuk menentukan keadaan seimbang sistem. Dalam kuliah ini,
bahasan ditekankan pada sistem yang partikel-partikelnya berinteraksi sangat lemah baik
untuk partikel-partikel terbedakan maupun tak terbedakan. Selain memiliki sifat kuasi bebas,
molekul molekul suatu gas ideal bersifat tak terbedakan karena molekul tidak
berkecenderungan menempati tempat tertentu dalam ruang atau memiliki kecepatan tertentu.
Sedangkan, untuk partikel-partikel yang menempati kedudukan kisi yang teratur dalam
kristal, yakni partikel bergetar di sekitar titik tetap, dapat dibedakan karena letaknya.
Latar Belakang Tugas Critical Book Report adalah tugas kajian pustaka terkait
pemecahan masalah atau pengkajian yang mendalam tentang konsep dan prinsip ilmu yang
dipelajari yang berisi deskripsi, analisis, bandingan, sintesis, tentang isi buku, mengungkap
kelebihan dan kelemahan, kesimpulan dan critical position mahasiswa, yang dapat terdiri dari
1 (satu) bab buku teks atau 1 (satu) buku teks secara keseluruhan sebagai sumber belajar pada
mata kuliah Fisika Statistik.

1.2. Tujuan
Critical Book Report ini bertujuan :
1. Mengulas isi dari sub materi sebuah buku.
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh sub
materi dari buku.
4. Membedakan keunggulan dan kelemahan isi sub materi suatu buku.

1.3. Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas critical book report mata kuliah Fisika Statistik.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Fisika Statistik khususnya Distribusi Bose-
Einstein
BAB II
RINGKASAN BUKU

2.1. Ringkasan Buku I


Identitas Buku 1
Judul : Mekanika Statistik
Edisi : 1
Pengarang : Mikrajuddin Abdullah
Penerbit : FMIPA Institut Teknologi Bandung
Kota terbit : Bandung
Tahun terbit : 2017
ISBN : -

Ringkasan Bab 5 Statistik Distribusi Bose-Einstein


a. Sifat Dasar Boson
Penyusunan partikel yang kita bahas pada bab sebelumya berlaku untuk partikel dapat
dibedakan. Partikel semacam ini sikenal dengan partikel klasik. Contoh partikel klasik adalah
atom dan molekul gas. Dapat dibedakan di sini bukan berarti kita dapat melihat dengan mata
telanjang bahwa jika ada dua partikel maka kita dapat membedakan mana partikel A dan
mana partijkel B. Dengan mata telanjang atau bahkan dengan mikroskop pun kita tidak dapat
membedakan satu partikel dengan partikel lainnya. Dapat dibedakan di sini hanya dari sudut
pandang teori (konsep). Jika ada dua patikel yang memiliki energi berbeda dipertukarkan
maka kita mengangap akan mendapatkan penyusunan yang baru.
Kalau kita melangkah ke partikel sub atomik seperti proton dan elektron maka sifat dapat
dibedakan hilang. Pertukaran dua partikel yang menempati tingkat energi berbeda tidak
menghasilkan jenis penyusunan baru. Dikatakan partikel-partikel ini tidak terbedakan.
Sifat partikel sub atomik yang tidak dapat dibedakan dapat dipahami dari konsep
gelombang partikel. Panjang gelombang de Broglie partikel-partikel tersebut memenuhi λ=
h/mv dengan m massa partikel dan v laju partikel. Karena m untuk partikel sub atomik sangat
kecil maka panjang gelombang λ cukup besar. Panjang gelombang yang besar menyebabkan
fungsi gelombang dua partikel yang berdekatan tumpang tindih (berimpitan). Kalau dua
fungsi gelombang tumpang tindih maka kita tidak dapat lagi membedakan dua partikel yang
memiliki fungsi-fungsi gelombang tersebut.
Kondisi sebaliknya dijumpai pada partikel klasik seperti molekul-molekul gas. Massa
partikel angat besar sehingga λ sangat kecil. Akibatnya tidak terjadi tumpang tindih fungsi
gelombang partikel-partikel tersebut, sehingga secara prinsip partikel-partikel tersebut dapat
dibedakan.
Akan kita lihat nanti bahwa pada suhu yang sangat tinggi partikel sub atomik berperilaku
seperti partikel klasik. Pada suhu yang sangat tinggi kecepatan partikel sangat besar sehingga
panjang gelombangnya sangat kecil. Akibatnya, tumpang tindih gelombang partikel-partikel
menjadi hilang dan partikel menjadi terbedakan.
Sistem kuantum yang akan kita bahas ada dua macam yaitu boson dan fermion. Boson
adalah sistem yang memiliki spin kelipatan bulat dari h/2π. Sistem ini tidak memenuhi
prinsip ekslusi Pauli sehingga satu tingkat energi dapat ditempati oleh partikel dalam jumlah
berapa pun. Sebaliknya, fermion memiliki spin yang merupakan kalipatan gajil dari ½(h /2π).
Sistem ini memenuhi prinsip ekslusi Pauli. Tidak ada dua partikel atau lebih yang memiliki
keadaan yang sama.

b. Konfigurasi Boson
Mari kita mulai dengan munurunkan statistik untuk boson. Statistik ini dinamakan
statistik Bose-Einstein. Agar dapat menentukan fungsi distribusi Bose-Einstein, kita terlebih
dahulu harus menentukan konfigurasi dengan probabilitas paling besar. Konfigurasi ini
memiliki probabilitas yang jauh lebih besar daripada konfigurasi-konfigurasi lainnya
sehingga ahmpir seluruh waktu sistem boson membentuk konfigurasi tersebut. Sifat rata-rata
assembli dapat dianggap sama dengan sifat pada konfigurasi maksimum tersebut.
Kita tetap membagi tingkat energi sistem-sistem dalam assembli atas M kelompok
sebagai berikut:
Kelompok-1 memiliki jumlah keadaan g1 dan energi rata-rata E1
Kelompok-2 memiliki jumlah keadaan g2 dan energi rata-rata E2
.
.
.
Kelompok-s memiliki jumlah keadaan gs dan energi rata-rata Es
.
.
.
Kelompok-M memiliki jumlah keadaan gM dan energi rata-rata EM

Kita akan menentukan berapa cara penyusunan yang dapat dilakukan jika:
Ada n1 sistem di kelompok-1
Ada n2sistem di kelompok-2
.
.
.
Ada ns sistem di kelompok-s
.
.
.
Ada nM sistem di kelompok-M

Mari kita tinjau kelompok-1 di mana terdapat g1 keadaan dan n1 sistem. Mari kita
analogikan satu keadaan sebagai sebuah kursi dan satu sistem dianalogikan sebagai sebuah
benda yang akan diletakkan di kursi tersebut. Satu kursi dapat saja kosong atau menampung
benda dalam jumlah berapa saja. Untuk menghitung jumlah penyusunan benda, kita dapat
melakukannya sebagai berikut. Lihat Gbr. 2.1.
Gambar 2.1 Penyusunan benda dan kursi analog dengan penyusunan
boson dalam tingkat-tingkat energi. Untuk merepresentasikan sistem
boson, bagian paling bawah harus selalu kursi.

Dari gambar diatas apa pun cara penyusunan yang kita lakukan, yang berada di ujung bawah
selalu kursi karena benda harus disangga oleh kursi (sistem harus menempati tingkat energi).
Oleh karena itu, jika jumlah total kursi adalah g1 maka jumlah total kursi yang dapat
dipertukarkan hanya g1-1 karena salah satu kursi harus tetap di ujung bawah. Bersama dengan
partikel sebanyak n1, maka jumlah total benda yang dapat dipertukarkan dengan tetap
memenuhi sifat boson adalah (g1-1) + n1 = g1 + n1 -1. Akibatnya, jumlah cara penyusunan
yang dapat dilakukan adalah (g1 + n1 -1)!.
Karena sistem boson tidak dapat dibeya, maka pertukaran sesama partikel dan sesama
kursi tidak menghasilkan penyusunan yang berbeda. Jumlah penyusunan sebanyak (g1 + n1 -1)
secara implisit memperhitungkan jumlah pertukaran antar partikel dan antar kursi. Jumlah
pertukaran antar partikel adalah n1! dan jumlah pertukaran antar kursi adalah g1!. Oleh karena
itu, jumlah penyusunan yang berbeda untuk n1 boson di dalam g1 keadaan hanyalah

Akhirnya jumlah total cara penyusunan yang berbeda secara bersamaan n1 sistem di
dalam g1 keadaan n2 sistem di dalam g2,...., nM sistem dalam gM keadaan adalah
c. Fungsi Partisi Boson
Fungsi Partisi Boson diberikan dengan nx = 0,1,2,3...
Fungsi partisi unstuk sistem terbuka untuk Boson adalah :

Q     exp N  E ) 
N 0 ms


 
Q    exp  N    ns s ) 
N 0 n1, n 2, n 3,...   s 

Dengan syarat konstrain n s s  N.

Untuk memperjelas bagaimana melakukan penjumlahan untuk mendapatkan fungsi


partis Q, kita menggunakan contoh sebuah sistem yang terdiri dari dua tingkatan energi ( 1
dan 2 . Keadaan mikro yang memenuhi kriteria untuk boson berjumlah tak terhingga, karena
jumlah partikel yang menempati tingkat energi yang sama bisa berapa saja. Beberapa
keadaan mikro yang memiliki energi terendah yaitu (0, 0), (1, 0, (0, 1), (2, 0), (1, 1), (0, 2),
(3, 0), (2, 1), (1, 2), (0, 3) dan seterusnya.
Jadi untuk sistem dua tingkatan ini, mempunyai fungsi partisi,
𝑛𝑠

𝑄 = ∏(1 + 𝑒 𝛽(𝜇−𝜖𝑠 ) + 𝑒 2𝛽(𝜇−𝜖𝑠 ) + 𝑒 3𝛽(𝜇−𝜖𝑠 ) + ⋯


𝑠=1
𝑛𝑠

𝑄 = ∏(1 − 𝑒 𝛽𝜇−𝛽𝜖𝑠 )−1


𝑠=1

Dengan cara yang sama, kita dapat melihat pola yang jelas, untuk ns = ∞ jumlah tingkatan
energi, sehingga fungsi partisinya adalah :

Q   1 e
x 1
 
  s 1
Kedua rumus untuk fungsi partisi Fermion dan Boson,


Q   1 e
x 1
 
  s 1

Ket. Tanda (+) untuk fermion dan (-) untuk Boson


d. Distribusi Bose-Einstein
Dalam statistik Bose Einstein semua keadaan kuantumdianggap berpeluang sama untuk
diisi, gs menyatakan banyaknya keadaan (sel) yang memiliki energi sama єs .Setiap keadaan
kuantum bersesuaian dengan satu sel dalam ruang fasa, dan langkah kita yang pertama adalah
menentukan banyaknya cara ns partikel tak terbedakan dapat didistribusikan dalam sel gs
gs
ns 
exp      s    1

yang secara umum dikenal dengan distribusi Bose-Einstein untuk assembly boson. Seperti
hasil yang diperoleh pada materisebelumnya   1 / kT .

Ringkasan Buku II
Identitas Buku 2
Judul : Fisika Statistik
Edisi : 1
Pengarang : Rustam E Siregar
Penerbit : Unpad Press
Kota terbit : Bandung
Tahun terbit : 2012
ISBN : 978-602-9238-69-3
Ringkasan Bab 7 Statistik Bose-Einstein
a. Distribusi Bose-Einstein
Fungsi partisi besar sistem partikel adalah

dengan

adalah fungsi partisi besar keadaan mikro ke-i dan =1/kBT.

Karena ni = 0, 1, 2, ............................ untuk boson, maka fungsi partisi besar untuk keadaan
mikro -i adalah

Dengan fungsi partisi besar di atas, potensial kanonik besar pada keadaan mikro ke-i adalah

dan potensial kanonik besar adalah

Berdasarkan rumusan jumlah partikel n(Ei )  i /  , maka dari jumlah partikel pada
keadaan mikro ke-i adalah
Persamaan di atas disebut distribusi Bose-Einstein. Persamaan yang sama dikenal
sebagai bilangan okupasi Bose yang merupakan jumlah boson berenergi Ei pada suhu T.
Distribusi itu konvergen hanya jika (Ei-µ)>0 untuk semua keadaan-i. Andaikan E0=0 maka
distribusi itu mempunyai makna jika potensial kimiawi
  0.
Dengan demikian maka nilai z=eµ adalah 0<z<1.

Dalam Gambar diperlihatkan kurva bilangan okupasi n sebagai fungsi (E-). Untuk
E> maka exp[(E-)]=1, dan n→; artinya keadaan E> harus selalu dipenuhi.
n(E)

FD
1
BE

0 (E-)

Gambar 2.2 Bilangan okupasi sebagai fungsi (E-) untuk Bose-Einstein (BE) dan
Fermi-Dirac (FD).

b. Radiasi Planck
Dalam fisika benda hitam dikemukakan bahwa atom-atom di dalam dinding benda itu
mampu menyerap radiasi dan mengemisikannya kembali secara sempurna. Penyerapan dan
pengemisian radiasi berlangsung secara kontinu hingga tercapai keadaan setimbang. Dalam
keadaan setimbang, laju penyerapan sama dengan laju pengemisisan. Spektrum emisi itu
diungkapkan dengan intensitas sebagai fungsi panjang gelombang. Ternyata kebergantungan
intensitas terhadap panjang gelombang bergantung pada suhu dinding.
Dalam interaksinya dengan material, radiasi dipandang sebagai partikel yang disebut foton;
momentumnya dirumuskan seperti h/ dan energi hv, di mana  dan v masing-masing adalah
panjang gelombang dan frekuensi radiasi tersebut. Radiasi benda hitam dapat diasumsikan
sebagai gas foton. Antar foton tidak ada interaksi, interaksi hanya dengan atom dinding saja.
Masalahnya adalah, jumlah foton tidak konstan, karena foton-foton itu bisa diserap dan
diemisikan oleh atom-atom dalam dinding. Oleh sebab itu syarat  dni  0 tidak

terpakai; artinya parametr  tidaklah penting, sehingga untuk foton =0 dan distribusi Bose-
Einstein untuk kasus ini menjadi

Selain itu, karena spektrumnya kontinu, maka benda hitam berukuran jauh lebih besar dari
pada panjang gelombang rata-rata radiasi, maka rumusan itu berubah menjadi

di mana

Dari segi momentum, E=p2/2m, g(p)=g(E)dE/dp,

Selanjutnya, dengan p=h/ =hv/c, maka g(v)=g(p)dp/dv. Jadi

Dengan demikian maka


di mana faktor 2 telah dimasukkan mengingat foton sebagai gelombang menjalar secara
transversal.
Distribusi kerapatan energi foton dalam selang frekuensi dv, yakni energi yang berkaitan
dengan dn buah foton persatuan volume adalah

Jadi, kerapatan energi foton adalah

Apa yang telah dilakukan di atas merupakan penurunan persamaan radiasi benda hitam,
yang telah dikemukakan Planck sebelumnya.

Gambar 2.3 : Spektrum radiasi benda hitam pada suhu T1<T2<T3.

c. Gas Ideal Boson


Suhu Rendah
2 2
Energi suatu partikel gas ideal boson adalah energi kinetik (translasi) saja, yakni E   k
/ 2m . Kerapatan keadaan gas boson adalah sama dengan gas ideal
Jumlah partikel boson

Karena tingkat-tingkat energinya kontinu maka

Jelas bahwa jumlah partikel boson dalam volume V bergantung pada potensial kimiawi µ
dan suhu T: N=N(µ,T). Dalam kebanyakan eksperimen, N itu tetap, dan analisa dilakukan
dengan menggunakan ensembel kanonik besar. Karena N tetap maka potensial kimiawi harus
bergantung pada suhu: µ=µ(T).

Jumlah partikel dalam persamaan,

Sekarang, jika T0, µ0 atau z1, q3 (z) ditentukan sebagai berikut.

Nyatakanlah

sehingga
Untuk suhu 0>T>TC potensial kimiawi µ=0. Jika suhu dinaikkan, T>TC, jumlah partikel
tereksitasi tidak bertambah karena µ<0. Pada suhu T<TC jumlah partikel tereksitasi adalah


Suhu Tinggi

Tinjaulah gas boson pada suhu tinggi, z=eµ<<1. Dari persamaan jumlah partikel

Misalkan x=βE maka

Karena z  e 1, maka dapat dilakukan ekspansi

dengan x=u2. Tampak bahwa integral di atas adalah integral Gauss, di mana
Akhirnya diperoleh

dengan

adalah panjang gelombang termal partikel boson.

Persamaan (7.25) merupakan ekspansi yang dapat dilakukan karena N3 / V 1; artinya,
jarak antar partikel jauh lebih kecil dari pada panjang gelombang termal. Hal itu terpenuhi
pada suhu tinggi atau z=eµ<<1. Ketika T atau 0 apakah z1? Itu tidak terjadi,
karena N konstan. Maka µ harus bergantung suhu, seperti telah dikemukakan dalam
penjelasan bagi persamaan (7.16). Jadi, pada peningkatan suhu T, µ-∞ lebih cepat
daripada 0.
Energi gas ideal boson adalah

merupakan energi gas boson sebagai fungsi suhu dan potensial kimiawi. sedangkan tekanan
gas boson

Persamaan di atas secara implicit merupakan persamaan gas boson.


Sehubungan dengan energi, dari persamaan

atau

dengan x=βE. Ekspansi boleh dilakukan karena z  e 1. Selanjutnya, dengan
menggunakan integral Gauss diperoleh

Mengingat z<<1 pada suhu tinggi dan N3 / V 1, maka dapat dilakukan pendekatan,


Substitusi ke persamaan akan menghasilkan

Jika jumlah partikel N lebih besar dari pada jumlah maksimum partikel terseksitasi
Neks,maks, maka tidak ada tingkat eksitasi lebih yang bisa ditempati partikel. Hal itu
menyebabkan jumlah partikel tersisa (N-Neks,maks) akan menempati keadaan dasar. Jumlah
partikel tersisa yang menempati keadaan dasar merefleksikan hilangnya potensial kimia, dan
penambahan suatu partikel tidak akan menambah energi sistem. Gas boson di keadaan seperti
itu disebut gas Bose yang berdegenerasi.
Gambar 2.3 (a) Kurva µ sebagai fungsi T, dan (b) jumlah partikel boson di keadaan dasar dan
keadaan tereksitasi sebagai fungsi T.

Energi total partikel boson untuk suhu tinggi T>TC diperoleh dari persamaan (7.29). Energi
total pada T<TC adalah

Fungsi partisi besar sistem partikel adalah

dengan

adalah fungsi partisi besar keadaan mikro ke-i dan β =1/kBT.


Karena ni = 0, 1, 2, ..... untuk boson, maka fungsi partisi besar untuk keadaan mikro -i
adalah
Dengan fungsi partisi besar di atas, potensial kanonik besar pada keadaan mikro ke-i adalah

dan potensial kanonik besar adalah


BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan Buku I (Keunggulan dan Kelemahan)
Kelebihan :
1. Penulisan dan pengetikan sesuai dengan aturan EYD
2. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
3. Penulis menjelaskan setiap materi dengn jelas dan sistematis
4. Dalam buku, belum terlihat kesimpulan dari setiap materi . materi yang dijabarkan
terlalu ringkas sehingga pembaca mengalami kesulitan dalam memahami materi
5. Sumber reverensi yang digunakan banyak
6. Pembahasan antara bab berkaitan

Kelemahan:
Pembaca harus lebih teliti dalam memahami isi buku karena ada permasalahan
yang dipaparkan penulis dimana penjelasan dari masalah tersebut terkait pada bab
berikutnya.
Buku ini sudah cukup bagus dalam memaparkan dan mendeskipsikan isi buku,
namun akan lebih bagus jika dalam buku juga dijelaskan penerapan fisika statistik
dalam kehidupan nyata.

3.2. Pembahasan Buku II (Keunggulan dan Kelemahan)


Kelebihan:
1. Penulisan dan pengetikan sesuai dengan aturan EYD
2. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
3. Penulis menjelaskan setiap materi dengn jelas dan sistematis
4. Dalam buku, belum terlihat kesimpulan dari setiap materi . materi yang dijabarkan
cukup jelas. Dan menyajikan materi dalam bentuk gambar dan grafik sehingga
memudahkan pembaca
5. Setiap materi diberi contoh soal tetapi tidak banyak hanya satu soal untuk satu
materi, sehingga pembaca lebih sulit memahaminya
6. Sumber reverensi yang digunakan banyak
7. Buku ini membahas materi secara mendalam tetapi terlalu ringkas sehingga
menyulitkan pembaca yang belum memahami benar materi fisika statistik. Masih
sedikit diberikan contoh soal permateri.

Kelemahan:
Pembaca harus lebih teliti dalam memahami isi buku karena pembahasan pada
buku ini terlalu ringkas, hanya terdapat satu contoh soal tiap materi yang dijelaskan.
Pembaca harus lebih teliti dalam memahami isi buku karena pembahasan pada buku ini
terlalu ringkas, hanya terdapat satu contoh soal tiap materi yang dijelaskan.
Buku ini sudah cukup bagus hanya saja kurang dalam memaparkan dan
mendeskipsikan isi buku, namun akan lebih bagus jika dalam buku juga dijelaskan
penerapan fisika statistik dalam kehidupan nyata
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Buku Mekanika Statistika membahas materi secara mendalam, sistematis dan disertai
banyak contoh soal permateri.
Buku Fisika Statistik membahas materi secara mendalam tetapi terlalu ringkas
sehingga menyulitkan pembaca yang belum memahami benar materi fisika statistik. Masih
sedikit diberikan contoh soal permateri.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2017. Mekanika Statistik. FMIPA Institut Teknologi Bandung :


Bandung
Siregar, Rustam E. 2012. Fisika Statistik Edisi 1. Unpad Press : Bandung

Anda mungkin juga menyukai