Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH FISIKA STATISTIK

Statistik Maxwell-Boltzman, Statistik Fermi-Diract, dan Ensembel


Kanonik

Dosen Pengampu : Drs. Supurwoko, M.Si

Disusun Oleh :

Nama : Anisa Satya Sandy


NIM : K2314005
Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika Statistik merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari sistem banyak partikel
dari segi pandang statistik dan dengan menggunakan pendekatan statistik. Pada besaran
mikroskopik untuk menjelaskan besaran makroskopik (khususnya energi) berdasarkan mekanika
klasik dan kuantum Konsep pada fisika statistik dapat dipakai untuk menganalisis masalah
interaksi antarsub-unit dengan jumlah sangat besar, sementara interaksi individual antarsub-unit
itu sendiri sangat sulit untuk dijelaskan, tetapi beberapa problem penting dapat disederhanakan
secara drastis dengan pendekatan statistic.

Fisika Statistik berkaitan dengan sistem banyak partikel. Sistem sangat banyak partikel
terjadi pada, Gas, liquid, solid, radiasi elektromagnetik (foton) dan lain-lain. Studi tentang
banyak partikel dipakai di hampir semua bidang fisika modern yang melihat sistem dari segi
pandang mikroskopis.

Fisika Statistik (Hukum Distribusi Statistik) digunakan dalam mengungkapkan


informasi tentang kumpulan benda banyak melalui lukisan makro dan lukisan mikro.
Anggapan yang digunakan adalah untuk system yang ada dalam keadaan steimbang, hasil
pengamatan akan banyak ditentukan konfigurasi keadaan makro yang mencerminkan ragam
lukisan mikro paling banyak atau konfigurasi dengan peluang yang terbesar.
Lukisan mikro memberi informasi secara tepat staus (keadan fisis )dari masing-
masing partikel penyusun sistem. (Namun hal itu sulit didapat karena jumlah
partikel banyak sekali)
Lukisan makro memberi informasi yang kurang terperinci tetapi dapat melukiskan
karakteristik kumpulan partikel penyusun system.
Dalam Fisika Statistik dikenal 3 Hukum distribusi Statistik
a. Hukum Distribusi Statistik Maxwell Boltzman(M-B)
b. Hukum Distribusi Statistik Bose Einstein (B-E)
c. Hukum Distribusi Statistik Fermi Dirac (F-D)
Hukum Distribusi Maxwell-Boltzmann digolongkan sebagai Statistika Klasik artinya
hukum-hukum fisika klasik (Mekanika Newtonian) berlaku. Sedangkan Distribusi B-E dan
F-D merupakan Statistika Kuantum, artinya hukum-hukum kuantum berlaku pada
statistika tersebut.
Dalam penggunaan jenis statistik didasarkan pada jenis penyusun partikel:
Hukum Distribusi Statistik Maxwell Boltzmann (M-B) : partikel identik
tidak dapat dibedakan
Hukum Distribusi Statistik Bose Einstein (B-E) dan Hukum Distribusi
Statistik
Fermi Dirac (F-D): partikel tidak dapat dibedakan

Fungsi partisi adalah suatu fungsi yang menjelaskan sifat-sifat statistika suatu sistem
dalam kesetimbangan termodinamika. Fungsi ini bergantung pada suhu dan parameter-parameter
lainnya, seperti volume dan tekanan gas. Kebanyakan variabel-variabel termodinamika dari suatu
sistem, seperti energi, energi bebas, entropi dan tekanan dapat diekspresikan dalam bentuk fungsi
partisi atau turunannya.

Z disebut "fungsi partisi", karena dapat menyatakan bagaimana kebolehjadian terpartisi


(terbagi-bagi) dalam keadaan mikro yang berbeda-beda, berdasarkan nilai energi masing-masing.
Terdapat beberapa jenis fungsi partisi, masing-masing berhubungan dengan jenis ensembel
statistika atau energi bebas yang berbeda. Fungsi partisi kanonik diaplikasikan pada ensembel
kanonik, di mana sistem dapat mempertukarkan panas dengan lingkungan pada suhu, volume
dan jumlah partikel tetap. Fungsi partisi dapat pula berhubungan dengan sifat-sifat
termodinamika karena merupakan makna statistik yang sangat penting.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan statistik Maxwell-Boltzman ?
2. Bagaimana aplikasi statistik Maxwell-Boltzman dalam Fisika ?
3. Apakah yang dimaksud dengan statistic Fermi-Dirac?
4. Bagaimana aplikasi statistik Fermi-Dirac dalam Fisika?
5. Apa yang dimaksud dengan Ensembel Kanonik?

C. Pembatasan Masalah
Pada makalah ini penulis hanya membatasi masalah tentang statistik Maxwell-Boltzman,
statistic Fermi-Dirac, dan Ensembel Kanonik
D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana statistik Maxwell-
Boltzman, Fermi-Diract, Ensembel Kanonik
E. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh informasi lebih
lanjutmengenai statistik Maxwell-Boltzman, Fermi-Diract, Ensembel Kanonik dalam
menganalisis tentang distribusi molekul, selain itu juga dalam rangka untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Fisika Statistik
BAB II

PEMBAHASAN

A. STASTISTIK MAXWELL BOLTZMAN

Statistika Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistika bagi partikel klasik


yang terbedakan. Sistem partikel klasik terbedakan merupakan sistem partikel yang
konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih partikel dipertukarkan. Dengan kata lain,
konfigurasi partikel A di dalam keadaan 1 dan partikel B di dalam keadaan 2 berbeda dengan
konfigurasi ketika partikel B berada dalam keadaan 1 sedangkan partikel A dalam keadaan 2.
Ketika gagasan di atas diimplementasikan akan dihasilkan distribusi (Boltzmann) biasa bagi
partikel dalam berbagai tingkat energi. Fungsi distribusi ini menghasilkan hasil yang kurang fisis
untuk entropi, sebagaimana ditunjukkan dalam paradoks Gibbs. Namun, masalah itu tidak
muncul pada peninjauan statistik ketika semua partikel dianggap tak terbedakan.

Pada statistik Maxwell-Boltzmann dipandang enam dimensi dari pergerakan molekul yakni
tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi kecepatan. Ruang enam dimensi seperti ini biasa
disebut ruang fasa. Ruang fasa ini akan terbagi lagi ke dalam volume kecil enam dimensi yang
disebut sel. Molekul terbagi kedalam sel ini dan terjadi distribusi molekul menurut sel.

Distribusi jumlah molekul dalam sel tanpa memandang molekul secara individu disebut
status makro dari sistem sedangkan penentuan molekul tertentu (secara individu) dalam tiap
status makro disebut status mikro dari sistem. Jumlah status mikro terhadap status makro tertentu
dinamakan probabilitas termodinamik.Secara khusus, statistika Maxwell-Boltzmann berguna
untuk mempelajari berbagai sifat gas mampat. Beberapa kasus yang sering dijabarkan dengan
statistik Maxwell-Boltzmann adalah kecepatan dan energi rata-rata.

Untuk sistem klasik, seperti atom gas, perbedaan energi dua tingkat berdekatan mendekati

nol, atau Perbedaan energi yang yang mendekati nol memiliki makna bahwa

tingkat energi sistem klasik bersifat kontinu. Dalam sistem klasik juga tidak ada batasan jumlah
sistem yang dapat menempati satu keadaan energi. Satu keadaan energi dapat saja kosong, atau
ditempati oleh suatu sistem, oleh dua sistem dan seterusnya. Bahkan semua sistem berada pada
satu keadaan energipun tidak dilarang. Konsep statistik Maxwell-Boltzman dan aplikasinya
dalam penurunan persamaan gas ideal (PV = NkT). Perhatikan bahwa persamaan gas ideal
dituliskan bukan dalam bentuk PV = nRT sebab melalui pendekatan mekanika statistik kita mulai
mempersoalkan gerak molekul-molekul gas. Sebagaimana dipahami, k adalah tetapan umum gas
untuk setiap molekul, sedangkan n adalah untuk setiap mol.

1. Ruang fase

Pada statistik statistik Maxwell-Boltzmann dipandang enam dimensi dari pergerakan


molekul, yakni tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi kecepatan. Ruang enam dimensi seperti
yang dimaksudkan ini disebut ruang fasa. Selanjutnya ruang fasa ini masih dibagi lagi ke dalam
volume kecil enam dimensi yang disebut sel. Molekul terbagi ke dalam sel ini dan terjadilah
distribusi molekul menurut sel.

YSetiap titik dalam ruang fase adalah representasi lengkap dari posisi dan kecepatan setiap
molekul. Jika kecepatan setiap molekul dinyatakan sebagai vektor dengan titik tangkap pada
pusat koordinat, maka vektor-vektor ini akan menembus permukaan radial khayal tertentu.

Untuk setiap vektor kecepatan berlaku :

dimana index x menandakan komponen dalam arah Sumbu-x. Setiap vektor yang bersesuaian
dengan satu molekul dan direpresentasikan oleh anak panah dapat diwakili oleh ujung vektor
berupa titik. Titik-titik ini berada dalam ruang yang kita sebut sebagai ruang kecepatan (velocity
space).

Ruang repsentasi kecepatan adalah ruang tiga dimensi Kartesian dengan sumbu . Pada

ruang kecepatan, ada kemungkinan dua buah vektor berimpit. Keadaan ini bersesuaian dengan
keadaan bahwa dua molekul memiliki kecepatan yang persis sama, kendati posisinya berbeda.
Dalam ruang fase, tidak mungkin ada dua titik representasi berimpit sebab posisi setiap molekul
unik. Suatu elemen volume dV dalam ruang fase diasumsikan mengandung banyak sekali titik
representasi. Elemen-elemen volume selanjutnya dipandang sebagai bilik kemudian diberi
nomor. Kita dapat mendefinisikan densitas pada masing-masing elemen volume ini :

Densitas ini akan merupakan fungsi dari 3 peubah ruang dan 3 peubah kecepatan; dan perlu
dirumuskan bentuk eksplisitnya.

2. Keadaan Mikro dan Keadaan Makro

Distribusi jumlah molekul dalam sel tanpa memandang molekul secara individu disebut status
makro dari sistem sedangkan penentuan molekul tertentu (secara individu) dalam tiap status
makro disebut status mikro dari sistem. Kemudianjumlah status mikro terhadap status makro
tertentu dinamakan probabilitas termodinamik. Dalam metoda statistik ini dilakukan penentuan
probabilitas termodinamik dan selanjutnya ditentukan pula hubungan dari probabilitas
termodinamik dengan masalah tenaga-dalam untuk selanjutnya memperoleh jumlah molekul
dalam sel.

Keadaan mikro adalah konfigurasi sesaat yang memuat data lengkap posisi dan kecepatan
(momentum) setiap molekul. Konfigurasi dapat dipandang sebagai hasil pemotretan pada satu
titik waktu. Potret nyata dari suatu sistem hanya memuat informasi posisi masing-masing
molekul dan tidak ada informasi tentang kecepatan. Kenyataan bahwa pemotretan benda
bergerak akan menghasilkan gambar yang kualitasnya tidak sebaik dengan pemotretan benda
diam. Sebab itudikonsepkan bahwa potret untuk keperluan keadaan mikro memuat informasi
bukan hanya posisi, tetapi juga kecepatan yang dinyatakan oleh warna. Pemotretan dapat
dilakukan pada berbagai titik waktu, sedangkan hasil dari masing-masing pemotretan adalah satu
keadaan mikro.

Keadaan mikro dapat dipandang sebagai satu hasil pemotretan dimana data lengkap posisi dan
kecepatan setiap molekul diketahui. Jika pada berbagai titik waktu dilakukan pemotertan, maka
setiap hasil pemotretan ini adalah satu keadaan mikro. Jumlah keadaan mikro untuk setiap
keadaan makro k, disebut peluang termodinamika , yang disimbolkan dengan Wk, sedangkan
peluang termodinamika system adalah jumlah semua peluang termodinamika tiap- tiap keadaan
makro, yang biasa dirumuskan sebagai berikut :

K WK

Dalam statistik Maxwell- Boltzman, ada dua ciri- ciri yang digunakan :
Partikel- partikel dalam sistem dibedakan
Setiap keadaan energi dapat diisi oleh lebih dari satu partikel

Ada kemungkinan dari sekian banyak keadaan mikro sebenarnya merepresentasikan keadaan
makro yang sama. Jumlah keadaan mikro untuk suatu keadaan makro dapat berbeda-beda.
Mislanya seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut :

Gambar diatas merupakan ilustrasi keadaan makro.

3. Bobot statistic

Andaikan N buah molekul terbagi ke dalam n bilik dimana masing-masing bilik berisi N1, N2,
.., Nn

dimana biasa juga disebut sebagai bobot statistik (Statistical weight). Faktorial dari bilangan
yang ordernya hingga 1023 akan sangat besar sehingga perlu trik khusus untuk menghitungnya.
Kita akan menggunakan pendekatan Stirling yaitu
Selanjutnya, kita akan merumuskan entropi yang secara mekanika statistik didefinsikan sebagai :

S = k ln

4. Temperature ( suhu )
5. Kesetimbangan suhu
B. Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzman
Distribusi Maxwell-Boltzmann ini merupakan suatu rumusan fungsi statistik untuk menentukan
kemungkinan ditemukannya molekul dengan kecepatan dan pada jarak tertentu. Seperti yang
diketahui bahwa gas tersusun dari atom atau molekul. Atom atau molekul gas sebenarnya tidak
berinteraksi dengan yang lainnya kecuali melalui tumbukan. Kita mungkin membayangkan
bahwa gas merupakan gabungan bola-bola sangat kecil di udara, yang bertumbukan antarasatu
dengan lainnya. Kalaupun atom atau molekul gas bergerak dengan kecepatan yang awalnya sama
(padahal sebenarnya tidak sama), tumbukan yang dialamioleh masing-masing gas akan
menyebabkan perbedaan kecepatan gas. Beberapagas bergerak sangat cepat, dan yang lainnya
bergerak lambat. Dengan demikian, ada sebaran jumlah molekul mulai dari kecepatan nol hingga
kecepatan yangsangat besar. Sebaran tersebut digambarkan dengan suatu fungsi
distribusikecepatan molekul f ( v ) , yang disebut distribusi Maxwell. Berdasarkan fungsiini,
pengaruh masa molekul dan suhu terhadap distribusi dinyatakan dalam persamaan

Grafik alur fungsi f(v) terhadap kecepatan v disajikan pada Gambar di bawah ini. Pada suhu
tinggi atau masa molekul kecil, distribusi molekul dengankecepatan tinggi lebih besar jumlahnya
dibandingkan dengan pada suhu rendahatau masa molekul lebih besar. Semakin kecil masa
molekul atau semakin tinggisuhu, puncak kurva bergeser ke v yang lebih tinggi, dan kurva
melebar sepanjangaksis kecepatan v tersebut.

Persamaan Maxwell f(v) di atas selanjutnya diteliti secara cermat oleh Boltzmann. Penurunan
persamaan Maxwell dimulai dari pendapat Boltzmann yang menyatakan bahwa fraksi molekul

yang bergerak dengan kecepatan tertentu berbanding lurus dengan pangkat ).


Berdasarkan pendapat ini, distribusi kecepatan gas dalam arah satu dimensi di sumbu X
dirumuskan dengan
persamaan berikut :

Dengan dN/N adalah fraksi molekul, dan A suatu tetapan perbandingan.


Peluang maksimal ditemukannya molekul dengan kecepatan tersebut adalah seratus persen atau
satu. Sehingga, persamaan diatas dituliskan menjadi :

Tetapan A dapat ditentukan sebagai berikut :

Untuk menyelesaikan persamaan ini, maka perlu diperhatikan penyelesaian


matematik sebagaimana tertera dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Penyelesain matematik untuk integral terhadap fungsi Gauss

Dengan maka harga

Oleh karena itu, nilai tetapan A adalah :

Sehingga distribusi fungsi f(v) dv menjadi :


Persamaan ini dikenal dengan persamaan Maxwell-Boltzmann, yang pertama kalidisampaikan
oleh Maxwell, dan selanjutanya dibuktikan secara teliti oleh Boltzmann.
Pembahasan yang telah dilakukan diasumsikan pada kecepatan gas yang bergerak di sumbu X.
Namun gas selalu bergerak acak dengan arah di tiga dimensi X, Y, dan Z. Oleh karena itu, secara
terpisah dapat dituliskan sesuai dengan arahnya:

Distribusi molekul yang memiliki kecepatan dalam rentang kecepatan v sampai


(v+dv) direpresentasikan oleh suatu persamaan koordinat kartesian berikut.

Distribusi akhir ditemukannya molekul yang bergerak dengan rentangankecepatan v sampai dv


merupakan jumlah peluang teletaknya molekul dalamsegala arah di tiga dimensi dengan rentang
kecepatan v sampai v + dv atau berbentuk bola. Untuk itu, perhitungan peluang harus dikalikan

dengan volumbola yang berjejari v dengan kulit dv, sehingga volum bola adalah
Mengingat hubungan antara massa m dan massa molekul M, serta antara tetapan Boltzmann

dan tetapan gas R,maka persamaan distribusi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

Menghitung distribusi kecepatan

Fungsi distribusi Maxwell dipelajari untuk menentukan besarnya peluang ditemukannya molekul
yang mempunyai kecepatan dalam rentang v sampai (v+dv). Fungsi ini dapat digunakan

menghitung kecepatan akar kwadrat rata- rata , dan kecepatan rata-rata . Penulisan

produksi fraksi dengan kecepatan adalah . Dengan demikian kecepatan akar

kuadrat rata-rata dapat dievaluasi dari integral yang kemudian diakar


Integral ini memerlukan penyelesaian matematik sebagai berikut :

Dengan , maka evaluasi untuk perhitungan dengan harga n = 4 adalah sebagai

berikut :

Sehingga :

Evaluasi kecepatan rata-rata . juga dapat dilakukan dengan cara serupa menggunakan fungsi

distribusi Maxwell dan cara integral terhadap v f(v)dv sebagai berikut :


Selain kedua kecepatan yang dihitung dengan distribusi Maxwell tersebut, dikenal pula satu
kecepatan gas lainya yang dikenal sebagai kecepatan dengan kebolehjadian terbesar v*, atau
kecepatan yang paling mungkin. Kecepatan paling mungkin ini ditunjukkan oleh titik puncak
distribusi, dimana turunan pertama fungsi Maxwell bernilai = 0. Dengan bertambahnya suhu atau
berkurangnya massa molekul gas, kecepatan ini berubah ke arah kecepatan yang lebih besar. Ini
dikarenakan distribusi kecepatan molekul juga semakin besar. Harga kecepatan paling mungkin
ini ditentukan oleh persamaan :

Distribusi ini dapat pula digunakan untuk menerangkan kecepatan pergerakan gas hydrogen dan
helium di atmosfir bumi yang lebih besar dari pada nitrogen dan oksigen. Barangkali kita tidak
dapat merasakan keberadaan gas hydrogen dan helium secara bebas di atmosfir seperti gas
nitrogen dan oksigen.

Ini dapat diterangkan dengan yang mengukur seberapa cepat suatu atom atau molekul

berkelana di atmosfir. hydrogen kali lebih besar dari pada nitrogen karena masa

molekul nitrogen 14 kali masa hitrogen, sedangkan helium kali lebih besar dari pada

nitrogen karena massa nitrogen 7 kali masa atom helium.

Kecepatan suatu objek untuk dapat lepas dari gravitasi bumi dan meninggalkan bumi adalah 11,2
km/det. Maka dari itu, roket yang akan meluncur ke Mars harus memiliki kecepatan melebihi
11,2 km/det untuk dapat meninggalkan bumi. Demikian pula yang berlaku pada molekul gas.
Jika molekul gas memiliki kecepatan rata-rata lebih dari 11,2 km/det, gas tersebut tidak akan
pernah tinggal di bumi. Gas hidrogen dan helium memiliki kecepatan rata-rata yang sangat besar,
sehigga hampir tidak ditemukan di atmosfir bumi

Aplikasi gas ideal

Gas ideal klasik dalam hal ini adalah suatu assembly yang terdiri dari sejumlah sistem
dimana molekul-molekulnya tidak saling berinteraksi, dapat dibedakan antara yang satu dengan
lainnya. Jelaslah bahwa untuk gas ideal klasik berlaku statistik Maxwell Boltzmann.

Untuk menganalisis lebih jauh perilaku gas ideal klasik, akan sangat mudah dilakukan
jika kita menyatakan distribusinya dalam beberapa variabel. Distribusi yang sudah kita nyatakan
adalah distribusi energi n ( e ) d e yang menyatakan ungkapan matematik dalam bentuk fungsi
bagaimana partikel tersebar dengan energi berada diantara e dan e + d e . Kita juga dapat
menyatakan distribusi dalam momentum atau kelajuan.

Elemen ruang fase yang bersesuaian dengan volume V = dxdydz dan total momentum
dalam interval p dan p + dp adalah

DG ( p p + dp ) 4p p 2 dp
V

Volume ruang fase yang bersesuaian dengan kecepatan total dalam interval v dan v + dv
diperoleh dengan melakukan substitusi p mv . Jadi

DG ( v v + dv ) m 3
4p v 2 dv
V

Substitusi nilai DG dalam persamaan 2.57 dan nyatakan ea N / BV ( 2p mkT )


3/ 2
, maka akan
diperoleh distribusi momentum dan kecepatan

4p N 2
/ 2p mkT
n( p )dp e- p p 2 dp
( 2p mkT )
3/ 2

dan
3/ 2
m - mv2 / 2kT 2
n( v )dv 4p N e v dv
2p mkT
Untuk menyatakan distribusi energi, kita harus menuliskan energi dalam bentuk p 2 / 2m atau
1
2 mv 2 , sehingga

2p N
n( e )d e e -e / kT e 1 / 2 d e
( 2p mkT )
3/ 2

Persamaan di atas dikenal dengan distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann, dan grafiknya


disajikan dalam gambar berikut untuk berbagai harga temperatur.

Distribusi kecepatan gas dapat juga dinyatakan dalam komponen-komponen kecepatan molekul
vx ,v y dan vz . Oleh karena px mvx , dst. Maka elemen ruang fase untuk kecepatan yang berada
dalam interval vx dan vx + dvx , v y dan v y + dv y serta vz dan vz + dv z adalah

DG V
m3 dv x dv y dvz

Maka

3/ 2
m
n3 ( vx ,v y ,vz ) dvx dv y dvz N
2p kT

exp (
-m vx2 + v y2 + vz2 / 2kT
)
dvx dv y dvz
dimana energi telah kita nyatakan dengan 1
2 m ( v x2 + v y2 + vz2 ) .

Jumlah molekul nx ( vx ) dvx yang memiliki komponen vx dan vx + dvx , demikian pula dengan
komponen kecepatan lainnya, dapat dilakuan dengan melakukan integrasi terhadap nilai v y dan
vz . Jadi


nx ( vx ) dvx n3 ( v x ,v y ,v z ) dv y dv z dv x
--

3/ 2
m
N - mv y2 / 2kT
exp
dv y

2p kT -


-mv y2 / 2kT
exp
dvz }
-

-mvx2 / 2kT
exp
dv x

Dengan menggunakan fungsi khusus,

3/ 2
m - mvx2 / 2 kT 2
nx ( v x )dvx 4p N e vx dvx
2p mkT

bentuknya mirip dengan yang kita peroleh sebelumnya. Untuk komponen lainnya kita tinggal
mengganti indeksnya saja.

Jika fungsi distribusi peluang f x ( vx ) didefenisikan dengan nx ( vx ) / N sedemikian sehingga


f x ( v x ) dv x adalah peluang bahwa komponen kecepatan dalam arah -x berada dalam interval vx
dan vx + dv x

3/ 2
m - mvx2 / 2kT 2
f x ( vx )dvx e vx dvx
2p kT
Fungsi peluang yang bersesuaian dengan ketiga komponen kecepatan adalah

n3 ( vx ,v y ,vz )
f 3 ( vx ,v y ,vz )
N
3/ 2
m - m( vx2 + v2y + vz2 ) / 2kT
e
2p kT

dimana f 3 ( vx ,v y ,vz ) dvx dv y dvz adalah peluang molekul dengan komponen kecepatan dengan
nilai diantara vx dan vx + dvx , v y dan v y + dv y , serta vz dan vz + dv z .

C. STATISTIK FERMI-DIRAC

Sebelum pengenalan statistik Fermi-Dirac pada tahun 1926, pemahaman beberapa


aspek perilaku elektron sulit karena fenomena yang tampaknya bertentangan. Sebagai
contoh, elektronikkapasitas panas dari logam pada suhu kamar tampak datang dari 100 kali
lebih sedikit elektrondaripada berada di arus listrik. Ini juga sulit untuk memahami
mengapa arus emisi , yang dihasilkan dengan menerapkan medan listrik tinggi untuk logam
pada suhu kamar, hampir tidak tergantung pada suhu.

Kesulitan dihadapi oleh teori elektronik logam pada waktu itu adalah karena mengingat
bahwa elektron yang (menurut statistik teori klasik) setara semua. Dengan kata lain, diyakini
bahwa setiap elektron berkontribusi pada panas spesifik sejumlah urutan konstanta
Boltzmann k.Masalah statistik yang tetap tak terpecahkan sampai penemuan statistik Fermi-
Dirac.

Statistik Fermi-Dirac pertama kali diterbitkan pada tahun 1926 oleh Enrico
Fermi dan Paul Dirac . Menurut account, Pascual Jordan dikembangkan pada tahun 1925
statistik yang sama yang disebut Pauli statistik, tapi itu tidak dipublikasikan pada waktu yang
tepat . Bahwa menurut Dirac, itu pertama kali dipelajari oleh Fermi, dan Dirac menyebutnya
statistik Fermi dan partikel yang sesuai fermion.
Statistik Fermi Dirac diterapkan pada tahun 1926 oleh Fowler untuk menggambarkan
runtuhnya sebuah bintang ke kerdil putih .Pada tahun 1927 Sommerfeld diterapkan untuk
elektron dalam logam dan pada tahun 1928 Fowler dan Nordheim diterapkan ke lapangan
emisi elektron dari logam. Fermi-Dirac statistik tetap menjadi bagian penting dari fisika.

Hukum statistic Fermi dirac

Elektron bebas mempunyai spin s=1/2, sehingga bilangan kuantum magnetiknya


ms =1/2; dalam keadaan tidak ada medan magnet elektron memiliki 2 keadaan yang
berenergi sama (degenerate). Jadi gi=2. Elektron dalam atom memiliki fungsi keadaan yang
ditandai dengan bilangan-bilangan kuantum: n, l, ml , s, ms

Untuk suatu harga ada (2 +1) buah harga m ; sedangkan dengan s = 1/2, ada dua
harga ms= 1/2, -1/2. Jadi, tanpa medan magnet, ada 2(2 +1) buah keadaan yang degenerate.
Jadi gi = 2(2 +1). Berdasarkan prinsip Pauli, untuk suatu pasangan n, l, ml , s, ms hanya bisa
ditempati oleh satu elektron. Jadi ni gi.

Jika tingkat energi, Ei, akan diisi dengan ni buah elektron, maka dengan degenerasi gi,
jumlah cara mengisikan partikel adalah: gi(gi-1) (gi-2).. (gi-ni+1).

Energi eadalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron
dari logam. Dalam kasus efek fotolistrik, elektron dilepaskan jika foton he.
Besaran adalah potensial yang disebut fungsi kerja dari logam. Pada suhu tinggi, beberapa
elektron menempati keadaan di atas energi EF (lihat gambar (b)). Pada suhu yang cukup
tinggi beberapa elektron memperoleh energi sebesar E=EF+e sehingga lepas dari logam.
Proses ini disebut emisi termionik, dan merupakan dasar bagi tabung elektron.

D. Aplikasi Femi-Dirac

Misalkan suatu assembly tertutup dan mengandung sejumlah N fermion yang tak saling
berinteraksi, dengan energi total E . Seperti pada pembahasan statistik sebelumnya, konfigurasi
assembly dapat dinyatakan dalam bentuk distribusi sistem pada sejumlah pita energi. Tiap pita
mengandung sejumlah g s keadaan dengan energi yang berada dalam interval e s dan e s + d e s .
Konfigurasi assembly ditandai oleh nilai ns yang menyatakan jumlah sistem yang dapat
ditempatkan pada berbagai nilai s . Karena assemblynya tertutup, maka jumlah total sistem dan
energi total haruslah memenuhi syarat
n s
s N n e
s
s s E

Seperti halnya dengan boson, pertukaran dua fermion tidak akan menghasilkan susunan
yang baru karena partikelnya identik (tak dapat dibedakan). Selanjutnya jira terdapat ws cara
menyusun ns sistem diantara pita energi s yang memiliki g s keadaan, maka jumlah total
konfigurasi adalah

W ws
s

yang tentu saja W tak lain adalah robot konfigurasi.

Oleh karena fermion memenuhi larangan Pauli, maka jumlah yang dapat ditempatkan
pada suatu keadaan hanya dapat bernilai 0 atau 1. Jika sejumlah ns sistem telah ditempatkan
dalam g s keadaan, maka terdapat ( g s - ns ) dari g s keadaan yang masih kosong. Maka banyaknya
cara mengisi adalah

gs !
ws
ns ! ( g s - ns ) !

Untuk menggambarkan proses pengisian ini, gambar berikut memperlihatkan 3 sistem


(digambarkan dengan titik) pada 5 keadaan (digambarkan dengan kotak). Hasil menunjukkan
bahwa terdapat 10 cara, nilai ini sesuai jika kita menggunakan rumus 5.3

Bobot konfigurasi secara keseluruhan diperoleh dengan mengalikan masing-masing


jumlah susunan yang mungkin, yakni

gs !
W
s ns ! ( g s - ns ) !

Oleh karena g s dan ns cukup besar, maka kita dapat menggunakan pendekatan Stirling

gs !
log W log
s ns ! ( g s - ns ) !

g s log g s - ns log ns - ( g s - ns ) log ( g s - ns )


=

Mengikuti metode sebelumnya, syarat yang harus dipenuhi adalah

logW
n + a + be s
dns 0
s s

Nilai yang ada dalam tanda kurung haruslah bernilai nol untuk setiap harga s manapun

log W
+ a + be s 0
ns

Dari persamaan 5.5

log W g - ns
log s
ns ns

g - ns
log s + a + be s 0
ns

gs
exp ( a + be s ) + 1
ns

Nilai ns yang bersesuaian dengan konfigurasi yang memiliki peluang terbesar

gs
ns
exp ( a + be s ) + 1

Persamaan di atas disebut distribusi Fermi-Dirac untuk assembly fermion.

- ( a + be s )
Bentuk 1 / exp
secara umum dikenal dengan nama fungsi Fermi dan
umumnya ditulis dalam bentuk

1
f (e)
( e - e F ) / kT
exp
+ 1
Persamaan di atas diperoleh dengan melakukan substitus b -1 / kT dan a e F / kT .
e F dalam persamaan di atas disebut energi Fermi. Jika rapat keadaan dengan energi berada di
antara e dan e + d e , maka jumlah sistem yang berada dalam interval energi tersebut adalah

n ( e ) de f ( e ) g ( e ) de

Gas Fermi-Dirac

Sebelum membahas lebih jauh perilaku gas yang dibentuk oleh fermion, kita akan
menela fungs Fermi dengan fokus pada energi Fermi e F . Fungsi Fermi pada temperatur mutlak
nol ditunjukkan pada gambar berikut.

Ketika temperatur mutlak T 0, suku { e - e F ( 0 ) } / kT memiliki dua nilai yang


mungkin.

(i) Untuk e > e F ( 0 ) , { e - e F ( 0 ) } / kT dan

(ii) Untuk e < e F ( 0 ) , { e - e F ( 0 ) } / kT -

Maka fungsi Fermi dapat memiliki dua harga yakni

1
untuk e > e F ( 0 ) , f ( e ) 0 dan
e +1

1
untuk e < e F ( 0 ) , f ( e ) -
1
e +1

Hal ini menunjukkan bahwa pada temperatur mutlak nol, peluang bahwa keadaan dengan energi
e < e F ( 0 ) terisi sama dengan satu, dengan kata lain semua keadaan terisi. Sebaliknya bahwa
semua keadaan dengan energi e > e F ( 0 ) kosong. Bentuk fungsi Fermi untuk temperatur mutlak
nol ditunjukkan pada gambar berikut.
Sifat fungsi f ( e ) dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut. Pada temperatur mutlak nol,
fermion menduduki keadaan dengan energi yang paling rendah. Oleh karena hanya satu fermion
yang dapat menduduki satu keadaan, maka keadaan dengan energi paling rendah semuanya terisi
sampai semua fermion berada dalam tingkatan energi tersebut. Singkatnya dapat dikatakan
bahwa tingkatan energi Fermi adalah tingkatan energi tertinggi yang diduduki oleh fermion pada
temperatur mutlak nol, keadaan dengan tingkatan energi di atasnya tidak terisi.

Nilai e F ( 0 ) dapat dicari dari persamaan 5.11 dengan menggunakan syarat bahwa


n ( e ) de N
ns
s 0

Oleh karena bentuk fungsi Fermi pada T 0 K, n ( e ) g ( e ) untuk e e F ( 0 ) , ketika n ( e ) 0


untuk e > e F ( 0 ) syarat di atas dapat ditulis menjadi

EF ( 0 )

n ( e ) de N
0

Karena fermion merupakan sistem kuantum maka bentuk fungsi rapat keadaan g ( e ) dapat
diambil dari persamaan 4.12 oleh karena momentum sudut spin fermion memungkinkan lebih
dari satu keadaan untuk setiap tingkatan energi. Dengan penerapan yang lebih luas ini, misalnya
dalam kasus elektron, kita dapat memandang bahwa bilangan kuantum spin magnetiknya dapat
berharga 21 dan - 12 . Jadi memungkinkan dua keadaan untuk tiap tingkatan energi

2m 2 1
g(e ) V
4p 2 e 2
h

dalam sebuah ruang V . Persamaan 5.13b menjadi


eF ( 0 ) 3

2m 2 21
V
4p 2 e d e N
0 h

2/ 3
h 2 3N
eF ( 0)
2m 8p V

Secara sederhana kita dapat menghubungkan besaran di atas dengan energi termal kT dengan
mendefenisikan temperatur Fermi TF melalui hubungan

kTF e F ( 0 )

Dalam tabel berikut disajikan nilai e F ( 0 ) dan TF untuk berbagai gas Fermi-Dirac ; gas fermion
3
yang dibentuk oleh atom isotop Helium 2 H pada tekanan standar dan juga gas elektron dalam
logam alkali lithium dan natrium

Tabel 1. Energi dan temperatur Fermi

Gas e F ( 0 ) ( eV ) T( K )

Helium 0,94 x 10-3 10


Gas elektron dlm lithium 4,7 54.000
Gas elektron dalam natrium 2.1 24.000

Untuk gas molekuler yang mengandung fermion, temperatur Ferminya relatif rendah
dibandingkan temperatur kamar normal.

Gas Elektron

Dari tabel 1 nampak bahwa untuk gas elektron temperatur Ferminya relatif tinggi, diperkirakan
bahwa kenaikan temperatur T dari temperatur mutlak ke nilai di sekitar temperatur kamar hanya
akan berpengaruh pada elektron-elektron dengan energi yang dekat dengan energi Fermi. Hal ini
ditunjukkan pada gambar berikut dengan asums bahwa kT = e F dan nilai fungsi Fermi
diberikan untuk berbagai harga khusus (yang lebih mudah dihitung).

1
e ( e F - kT ) f (e) -1
; 0,73
e +1

1
e eF f (e) ; 0,5
e +1
0

1
e ( e F + kT ) f (e) ; 0,27
e+1

Distribusi jumlah elektron ke seluruh tingkatan energi merupakan perkalian antara fungsi
distribusi dengan rapat keadaan

n ( e ) de f ( e ) g ( e ) de

Bentuk grafik n ( e ) dapat dilihat pada gambar berikut.


Sifat-sifat gas elektron pada temperatur mutlak nol dapat dihitung dari distribusi integral dengan
mengambil batas integral dari 0 sampai e F ( 0 ) . Contoh energi rata-rata elektron pada T 0
adalah :

e n ( e ) de

e 0

n ( e ) de

0

sehingga f ( e ) 1 untuk e < e F dan f ( e ) 0 untuk e > e F ,

eF ( 0 )

e g ( e ) de 3
e ( 0) 0

eF ( 0)
5
g ( e ) de

0

nilai g ( e ) diambil dari persamaan 5.14

Untuk mencari bagaimana perilaku gas elektron apabila temperatur mutlak dinaikkan (di
atas nol), maka pertama perlu dicari energi Fermi sebagai fungsi temperatur. Dengan
menggunakan persamaan 5.11 serta syarat kekekalan

n ( e ) de N
0

Maka f ( e ) g ( e ) de N

0
Oleh karena itu kita hanya perlu mencari nilai energi Fermi sebagai batas atas integral.
Pendekatan yang dapat diambil adalah T = TF .

Tingkatan energi Fermi sebagai fungsi temperatur dapat dinyatakan dengan

p 2 T 2

eF eF ( 0)
1-
12 TF

2
p 2 T
Untuk TF : 30.000K , nilai -5
pada temperatur kamar kira-kira sama dengan 8 x 10 .
12 TF

Energi rata-rata elektron pada temperatur T diperoleh dengan menghitung nilai integral

e f ( e ) g ( e ) de
untuk memperoleh
0


3 T p 2
2

e e F ( 0) -
5 T
4
F

Panas jenis pada volume constan satu mol gas elektron diperoleh dari

( e N A ) p 2 RT
Cv

T 2 TF

Dengan temperatur Fermi TF : 30.000K pada temperatur kamar nilai panas jenis Kira-kira 0,05
R.

E. ENSEMBEL KANONIK

Fungsi Partisi Kanonik

Terdapat beberapa jenis fungsi partisi, masing-masing berhubungan dengan


jenis ensembel statistika atau energi bebas yang berbeda. Fungsi partisi kanonik diaplikasikan
pada ensembel kanonik, di mana sistem dapat mempertukarkan panas dengan lingkungan pada
suhu, volume dan jumlah partikel tetap. Fungsi partisi kanonik agung diaplikasikan pada
ensembel kanonik agung, di mana sistem dapat mempertukarkan panas maupun partikel dengan
lingkungan pada suhu, volume dan potensial kimia tetap. Jenis lain dari fungsi partisi dapat
didefinisikan untuk masing-masing keadaan yang berbeda.

Sebagai asumsi awal, dibuat sebuah sistem yang besar secara termodinamika yang
memiliki kontak yang konstan secara termal dengan lingkungan, dengan suhu T, serta dengan
volume dan jumlah partikel tetap. Jenis sistem tersebut disebut ensembel kanonik. Mari kita
tandai dengan s ( s = 1, 2, 3, ...) sebagai keadaan eksak (keadaan mikro) yang dapat terpenuhi
oleh sistem. Energi total sistem ketika keadaan mikro s terpenuhi kita sebut sebagai Es. Secara
umum, keadaan mikro dapat dikatakan analog dengan keadaan diskrit (kuantum) suatu sistem.

Fungsi partisi kanonik adalah

di mana "suhu inversi", , secara konvensional didefinisikan sebagai

dengan kB sebagai tetapan Boltzmann. exp(Es) diketahui sebagai faktor


Boltzmann. Pada sistem dengan berbagai keadaan kuantum s namun memiliki nilai Es yang
sama, dapat dikatakan bahwa tingkat energi sistem terdegenerasi. Pada kasus di mana tingkat-
tingkat energi terdegenerasi, kita dapat menuliskan fungsi partisi dalam bentuk kontribusi dari
tingkat-tingkat enrgi (ditandai dengan j) sebagai berikut:

di mana gj merupakan faktor degenerasi, atau jumlah keadaan kuantum s yang memiliki
tingkat energi sama, Ej = Es .

Perlakuan di atas dapat diaplikasikan pada mekanika statistika kuantum, di mana sistem
fisis dalam sebuah kotak dengan ukuran terbatas akan memiliki himpunan keadaan
eigen energi yang khas, yang mana dapat kita gunakan seperti keadaan s di atas. Dalam
mekanika statistika klasik, belum tentu tepat jika kita mengekspresikan fungsi partisi sebagai
jumlah dari keadaan-keadaan diskrit, seperti yang telah kita lakukan sebelumnya pada mekanika
statistika kuantum.

Dalam mekanika klasik, variabel-variabel posisi dan momentum suatu partikel dapat
bervariasi secara kontinyu, jadi himpunan keadaan mikronya tak berhingga. Pada kasus ini kita
harus menjelaskan fungsi partisi menggunakan suatu integral dibandingkan dengan cara
penjumlahan. Sebagai contoh, fungsi partisi suatu gas dengan jumlah N partikel adalah

di mana
: momentum partikel
: posisi partikel
: notasi singkat yang berfungsi sebagai pengingat bahwa dan merupakan vektor
dalam ruang tiga dimensi, dan
H : Hamiltonian klasik.

Alasan untuk faktor N! didiskusikan pada bagian di bawah ini. Untuk penyederhanaan,
kita akan menggunakan bentuk diskrit fungsi partisi dari artikel ini. Tujuan kita adalah untuk
menerapkan fungsi diskrit ke dalam bentuk kontinu secara seimbang. Faktor tetapan ekstra
ditambahkan pada bagian penyebut. Hal ini disebabkan karena, tidak seperti bentuk diskrit,
bentuk kontinu yang ditampilkan di atas tidak tanpa dimensi. Untuk membuatnya menjadi

kuantitas tanpa dimensi, kita harus membaginya dengan di mana h adalah tetapan Planck.

Nilai Rata rata Ensembel Kanotik


Secara makroskopik kuantitas seperti energi sistem tidak terspesifikasi secara tepat
melainkan muncul sebagai nilai rata-rata. Menggunakan rumusan nilai rata-rata suatu kuantitas,
misalkan energi E, dan fungsi distribusi diperoleh.
= P
r r

Selanjutnya definisikan fungsi partisi sebagai sejumlah faktor boltzmann


-Er
Z=
Fungsi partisi merupakan besaran utama mekanika statistik karena fungsi ini menyimpan semua
informasi fisis dari sistem termostatistik. Artinya, semua besaran fisis dapat diperoleh dari fungsi
partisi.
Dari definisi fungsi partisi di atas diperoleh
r Er
= e

= eEr

Er
=

=-

Energi rata-rata sistem makro dari turunan logaritma fungsi partisi terhadap .
Contoh
Gas ideal. Sistem N atom monatomik yang masing masing bermassa m berada dalam
kotak Lx x Ly x Lx dan berinteraksi termal dengan lingkungan bertempratur T. Asumsikan bahwa
jarak antar atom cukup besar sehingga interaksi antar atom dapat diabaikan. Asumsi ini juga
memungkinkan kita memandang perilaku rata-rata seluruh atom sebagai jumlah dari seluruh
rata-rata prilaku satu atom. Sistem demikian kita disebut gas ideal turunkan
a) Ungkapan fungsi partisi
b) Ungkapan energi sistem
c) Tekanan sistem gas ideal tersebut.
Penyelesaian :
a) Dari energi partikel dalam kota tiga dimensi

t = En1n2n3 =

diperoleh fungsi partisi untk satu atom


Er
Z=
-En1n2n3
=
Evaluasi lengkapnya.
dengan

Nilai , nilai yang sangat kecil sehingga penjumlahan dapat didekati

dengan integral dan batas bawah diganti dengan nol. Setelah dilakukan penggatian variabel

maka

Subtitusi hasil integral ini ke dalam fungsi partisi lengkap diperoleh ungkapan fungsi partisi

a) untuk memperoleh energi rata-rata sistem, ambil logaritma fungsi partisi


Pers (34) memberi energi rata-rata bagi partikel tunggal

Energi rata-rata sistem yang terdiri dari N partikel,

b) Tekanan rata-rata gas ideal.

Gambar 2.2.5 Gaya pada bidang LyLZ

Misalkan, F, adalah gaya atom dalam keadaan r dengan energi pada dinding dan

menyebabkan pergeseran sejauh . Usaha oleh atom menyebabkan berkurangnya

energi atom, ,

Hubungan ini secara matematis memberikan

Serupa perumusan energi rata-rata, gaya rata-rata dalam arah-x


Substitusi pers di atas dan mengingat diperoleh

Dari gaya dalam arah-x tersebut, diperoleh tekanan rata-rata

Bentuk umum gaya (37) berlaku untuk komponen y dan z,

Gaya-gaya ini menyebabkan tekanan yang sama pada semua permukaan


Karena itu tekanan pada setiap dinding kotak oleh N partikel

atau

Persamaan ini tidak lain adalah persamaan keadaan gas ideal di dalam termodinamika yang
diperoleh secara empirik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Statistik maxwell-boltzman dapat digunakan untuk partikel-partikel dalam sistem yang
dapat dibedakan dan setiap keadaan energi dapat diisi oleh lebih dari satu partikel
2. Distribusi Boltzmann sering menggunakan lambang = 1/kT dimana adalah sebagai
Beta termodinamika. Lambang atau ,yang memberikan kemungkinan relatifdarisuatu
keadaan. Pada saat energi partikel hanya berupa energi kinetic
3. Statistik Fermi-Dirac dapat digunakan untuk partikel-partikel femion dalam sistem yang
tidak dapat dibedakan dan setiap keadaan energi hanya dapat diisi maksimal dua partikel
dengan arah spin berlawanan. Berlaku prinsip larangan Pauli.
4. Ensembel merupakan kumpulan dari keadaan sistem yang memiliki keadaan
makroskopis sama tetapi memiliki keadaan mikroskopis berbeda. Beberapa contoh
ensembel yang sering digunakan dalam dinamika molekul adalah ensembel
mikrokanonikal, ensembel kanonikal (Interaksi antara sistem dan tandon hanya berupa
kalor atau panas tanpa pertukaran partikel penyusun sistem), ensembel isobarik-isotermal
(Interaksi termal dan molekul antara sistem dan tandon).

Anda mungkin juga menyukai