Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FISIKA STATISTIK

APLIKASI STATISTIK MAXWELL-BOLTZMANN UNTUK


MENGANALISIS KECEPATAN MOLEKULAR PADA CAMPURAN
GAS BERBEDA

OLEH

1. SISKA NOVTRIANA PUTRI ( 1301610 )


2. YELITA ( 1301572 )

PENDIDIKAN FISIKA RB

DOSEN PEMBIMBING :
1. Drs. AHMAD FAUZI , M.Si
2. RENOL AFRIZON, S.Pd

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
Kata Pengantar

Fisika statistik yang juga disebut sebagai mekanika statistik adalah kajian teoretik
untuk fenomena Termodinamika. Dengan menggunakan hukum-hukum mekanika,
persamaan-persamaan termodinamik yang dirumuskan melalui eksperimen. Makalah ini
dimaksudkan sebagai tugas dari mata kuliah fisika statistik , pada Jurusan fisika Fmipa
UNP. Makalah ini berjudul aplikasi statistik maxwell-boltzmann untuk menganalisis
kecepatan molekular pada campuran gas berbeda

Makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga memerlukan perbaikan secara
berkesinambungan.Umpan balik berupa kritik atau saran dari para pembaca sangat
diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat dan secara umum memberi sumbangsih bagi
peningkatan kualitas pembelajaran.

Padang, 11 desember 2015

Penulis
APLIKASI STATISTIK MAXWELL-BOLTZMANN UNTUK MENGANALISIS
KECEPATAN MOLEKULAR PADA CAMPURAN GAS BERBEDA

Abstrak

Dari distribusi kecepatan Maxwell dapat dihitung beberapa karakteristik kecepatan


molekul v p kecepatan, kecepatan rata-rata < v >, dan v rmslebih jauh lagi memenuhi kondisi
kecepatan untuk persentase campuran gas yang berbeda pada 3000K. Hasil yang diperoleh
telah ditarik sebagai fungsi untuk variabel dan muncul di kesepakatan yang baik dengan
literatur.
Kata kunci: Maxwell-Boltzmann Distribusi, Campuran Gas, Karakteristik Molekuler
Kecepatan, Probabilitas.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika statistik adalah salah satu cabang ilmu fisika yang mengkaji sistem yang terdiri atas
banyak partikel dengan menggunakan pendekatan statistik. Konsep pada fisika statistik dapat
dipakai untuk menganalisis masalah interaksi antarsub-unit dengan jumlah sangat besar,
sementara interaksi individual antarsub-unit itu sendiri sangat sulit untuk dijelaskan. Konsep
dari fisika statistik pada statistik maxwell-boltzman dapat menganalisis kecepatan molekuler
Alasan pengembangan mekanika statistik adalah untuk memberi landasan yang kokoh
bagi fenomena termodinamik. Selanjutnya Statistika Maxwell-Boltzmann sering
digambarkan sebagai statistika bagi zarah klasik “terbedakan”. Sistem zarah klasik terbedakan
merupakan sistem zarah yang konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih zarah
dipertukarkan. Ketika gagasan di atas diimplementasikan akan dihasilkan distribusi
(Boltzmann) biasa bagi zarah dalam berbagai tingkat energi.Dua fisikawan mashur disebut
sebagai pelopornya, yaitu Boltzmann di Jerman dan Gibbs di Amerika Serikat. Makalah ini
akan membahas konsep statistik Maxwell-Boltzman dan aplikasinya dalam penurunan
persamaan gas ideal (PV = NkT). Perhatikan bahwa persamaan gas ideal dituliskan bukan
dalam bentuk PV = nRT sebab melalui pendekatan mekanika statistik kita mulai
mempersoalkan gerak molekul-molekul gas. Sebagaimana dipahami, k adalah tetapan umum
gas untuk setiap molekul, sedangkan n adalah untuk setiap mol.

B. Tujuan Makalah

Melalui makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana statististik maxwell-boltzman


itu sendiri dan untuk mengetahui bagaimana distribusi kecepatan molekul itu dan aplikasi
statistik maxwell- boltzman dalam menganalisis distribusi kecepatan molekul.

C. Manfaat Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh informasi lebih lanjut
mengenai aplikasi fisika statistik maxwell-botzman, dalam menganalisis tentang
distribusi kecepatan molekuler , selain itu juga dalam rangka untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Fisika Statistik.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Riwayat Hidup Boltzmann

Ludwig Eduard Boltzmann (20 Februari 1844 - September 5, 1906) adalah seorang
Austria fisikawan terkenal atas kontribusi pendirian dalam bidang mekanika statistik dan
termodinamika statistik . Dia adalah salah satu yang penting pendukung paling untuk teori
atom pada saat yang model ilmiah masih sangat kontroversial.

Boltzmann lahir di Wina , ibukota Kekaisaran Austria . Ayahnya, Georg Ludwig


Boltzmann, adalah seorang pejabat pajak. Kakeknya, yang telah pindah ke Wina dari Berlin ,
adalah produsen jam, dan ibu Boltzmann, Katharina Pauernfeind, pada awalnya dari Salzburg.
Dia menerima pendidikan dasar dari seorang tutor pribadi di rumah orang tuanya. Boltzmann
bersekolah menengah di Linz , Upper Austria . Pada usia 15, Boltzmann kehilanganayahnya.

Boltzmann belajar fisika di Universitas Wina , mulai tahun 1863. Di antara guru-gurunya
adalah Josef Loschmidt , Joseph Stefan , Andreas von Ettingshausen dan Jozef Petzval .
Boltzmann menerima gelar PhD pada tahun 1866 bekerja di bawah supervisi dari Stefan;
disertasinya adalah pada teori kinetik gas. Pada tahun 1867 ia menjadi Privatdozent (dosen).
Setelah memperoleh gelar doktor, Boltzmann bekerja dua tahun lagi sebagai asisten Stefan's.
Itu yang memperkenalkan Stefan Boltzman pada Maxwell bekerja.

Pada tahun 1869 pada usia 25, ia diangkat sebagai Profesor penuh Matematika Fisika di
Universitas Graz di Provinsi Styria . Pada tahun 1869 ia menghabiskan beberapa bulan di
Heidelberg bekerja dengan Robert Bunsen dan Leo Königsberger dan kemudian pada tahun
1871 ia bersama Gustav Kirchhoff dan Hermann von Helmholtz di Berlin. Pada tahun 1873
Boltzmann bergabung dengan Universitas Wina sebagai Profesor Matematika dan di sana ia
tinggalhingga1876.

Ludwig Boltzmann dan rekan kerja di Graz, 1887. (Berdiri, dari kiri) Nernst , Streintz ,
Arrhenius , Hiecke, (duduk, dari kiri) Aulinger, Ettingshausen , Boltzmann, Klemenčič ,
Hausmanninger. Pada tahun 1872, jauh sebelum perempuan masuk ke universitas Austria, ia
bertemu dengan Henriette von Aigentler, calon guru matematika dan fisika di Graz.
Dia menolak izin untuk tidak resmi audit kuliah. Boltzmann menyarankan dia untuk
mengajukan banding, yang dia lakukan, berhasil. Pada 17 Juli 1876 Ludwig Boltzmann
Henriette menikah, mereka memiliki tiga anak perempuan dan dua anak. Boltzmann kembali
ke Graz untuk mengambil kursi of Experimental Fisika. Di antara murid-muridnya di Graz
adalah Svante Arrhenius dan Walther Nernst. Dia menghabiskan 14 tahun bahagia di Graz
dan di sanalah ia mengembangkan konsep statistik tentang alam. Pada tahun 1885 ia menjadi
anggota Kekaisaran Austria Akademi Ilmu Pengetahuan dan pada tahun 1887 ia menjadi
Presiden Universitas Graz. Ia terpilih menjadi anggota Royal Swedish Academy of
Sciencespadatahun1888.

Boltzmann diangkat Ketua Teoritis Fisika di University of Munich di Bavaria , Jerman


pada tahun 1890. Pada tahun 1893, Boltzmann berhasil gurunya Joseph Stefan sebagai
Profesor Fisika Teoretis di Universitas Wina .

B. Stastistik Maxwell – Boltzman

Statistika Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistika bagi partikel klasik


yang “terbedakan”. Sistem partikel klasik terbedakan merupakan sistem partikel yang
konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih partikel dipertukarkan. Dengan kata lain,
konfigurasi partikel A di dalam keadaan 1 dan partikel B di dalam keadaan 2 berbeda dengan
konfigurasi ketika partikel B berada dalam keadaan 1 sedangkan partikel A dalam keadaan 2.
Ketika gagasan di atas diimplementasikan akan dihasilkan distribusi (Boltzmann) biasa bagi
partikel dalam berbagai tingkat energi. Fungsi distribusi ini menghasilkan hasil yang kurang
fisis untuk entropi, sebagaimana ditunjukkan dalam “paradoks Gibbs”. Namun, masalah itu
tidak muncul pada peninjauan statistik ketika semua partikel dianggap tak terbedakan.

Untuk sistem klasik, seperti atom gas, perbedaan energi dua tingkat berdekatan mendekati
nol, atau ε i+1−ε i → 0.Perbedaan energi yang yang mendekati nol memiliki makna bahwa
tingkat energi sistem klasik bersifat kontinu. Dalam sistem klasik juga tidak ada batasan
jumlah sistem yang dapat menempati satu keadaan energi. Satu keadaan energi dapat saja
kosong, atau ditempati oleh suatu sistem, oleh dua sistem dan seterusnya. Bahkan semua
sistem berada pada satu keadaan energipun tidak dilarang. Konsep statistik Maxwell-
Boltzman dan aplikasinya dalam penurunan persamaan gas ideal (PV = NkT). Perhatikan
bahwa persamaan gas ideal dituliskan bukan dalam bentuk PV = nRT sebab melalui
pendekatan mekanika statistik kita mulai mempersoalkan gerak molekul-molekul gas.
Sebagaimana dipahami, k adalah tetapan umum gas untuk setiap molekul, sedangkan n adalah
untuk setiap mol.

1. Ruang fase

Pada statistik statistik Maxwell-Boltzmann dipandang enam dimensi dari pergerakan


molekul, yakni tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi kecepatan. Ruang enam dimensi
seperti yang dimaksudkan ini disebut ruang fasa. Selanjutnya ruang fasa ini masih dibagi lagi
ke dalam volume kecil enam dimensi yang disebut sel. Molekul terbagi ke dalam sel ini dan
terjadilah distribusi molekul menurut sel.

Setiap titik dalam ruang fase adalah representasi lengkap dari posisi dan kecepatan setiap
molekul. Jika kecepatan setiap molekul dinyatakan sebagai vektor dengan titik tangkap pada
pusat koordinat, maka vektor-vektor ini akan menembus permukaan radial khayal tertentu.

Untuk setiap vektor kecepatan berlaku :

v=√ v x2 + v y 2+ v z 2

dimana index x menandakan komponen dalam arah Sumbu-x. Setiap vektor yang
bersesuaian dengan satu molekul dan direpresentasikan oleh anak panah dapat diwakili oleh
ujung vektor berupa titik. Titik-titik ini berada dalam ruang yang kita sebut sebagai ruang
kecepatan (velocity space).

Ruang repsentasi kecepatan adalah ruang tiga dimensi Kartesian dengan sumbu
v x , v y , v z . Pada ruang kecepatan, ada kemungkinan dua buah vektor berimpit. Keadaan ini
bersesuaian dengan keadaan bahwa dua molekul memiliki kecepatan yang persis sama,
kendati posisinya berbeda.

Dalam ruang fase, tidak mungkin ada dua titik representasi berimpit sebab posisi
setiap molekul unik. Suatu elemen volume dV dalam ruang fase diasumsikan mengandung
banyak sekali titik representasi. Elemen-elemen volume selanjutnya dipandang sebagai bilik
kemudian diberi nomor. Kita dapat mendefinisikan densitas pada masing-masing elemen
volume ini :

Ni
ρ= ; H =dxdydz dv x dv y dv z
H
Densitas ini akan merupakan fungsi dari 3 peubah ruang dan 3 peubah kecepatan; dan
perlu dirumuskan bentuk eksplisitnya.

2. Keadaan Mikro dan Keadaan Makro

Distribusi jumlah molekul dalam sel tanpa memandang molekul secara individu disebut
status makro dari sistem sedangkan penentuan molekul tertentu (secara individu) dalam tiap
status makro disebut status mikro dari sistem. Kemudianjumlah status mikro terhadap status
makro tertentu dinamakan probabilitas termodinamik. Dalam metoda statistik ini dilakukan
penentuan probabilitas termodinamik dan selanjutnya ditentukan pula hubungan dari
probabilitas termodinamik dengan masalah tenaga-dalam untuk selanjutnya memperoleh
jumlah molekul dalam sel.

Keadaan mikro adalah konfigurasi sesaat yang memuat data lengkap posisi dan kecepatan
(momentum) setiap molekul. Konfigurasi dapat dipandang sebagai hasil pemotretan pada satu
titik waktu. Potret nyata dari suatu sistem hanya memuat informasi posisi masing-masing
molekul dan tidak ada informasi tentang kecepatan. Kenyataan bahwa pemotretan benda
bergerak akan menghasilkan gambar yang kualitasnya tidak sebaik dengan pemotretan benda
diam. Sebab itudikonsepkan bahwa potret untuk keperluan keadaan mikro memuat informasi
bukan hanya posisi, tetapi juga kecepatan yang dinyatakan oleh warna. Pemotretan dapat
dilakukan pada berbagai titik waktu, sedangkan hasil dari masing-masing pemotretan adalah
satu keadaan mikro.

abc de e f gh

i jkl m n

N! N!
Ω= =
N1 ! N2! … N n! n

∏ Ni!
i=1

dimana biasa juga disebut sebagai bobot statistik (Statistical weight). Faktorial dari
bilangan yang ordenya hingga 1023 akan sangat besar sehingga perlu teknik khusus untuk
menghitungnya. Kita akan menggunakan pendekatan Stirling yaitu:
ln x! = x ln x – x

Rumus Stirling dalam Persamaan di atas sebenarnya merupakan pengintegralan


sederhana sbb:

ln x !=ln x + ln ( x−1 ) + ln ( x−2 )+ …+ln 1


x
ln x !=∑ ln x ≈∫ ln x dx
1

ln x ! ≈ x ln x−x

Selanjutnya, kita akan merumuskan entropi yang secara mekanika statistik


didefinisikan sebagai :

S=k ln Ω
dengan menggunakan rumus stirling, diperoleh :
ln Ω=N ln N −∑ N i ln N i ;

∑ N i=N
Jumlah molekul yang berada pada bilik ke i tentu saja berubah setiap saat. Akan tetapi
pada saat entropi maksimum, maka perubahan bobot statistik maksimum Ωmaks akibat
perubahan dari N i adalah nol. Jika bobot statistik Ω maximum, logaritmanya juga maximum,
sehingga :

δ ln Ω max =−∑ N i δ ln N i−∑ ln N i δ N i=0


Suku pertama dari sini hasilnya lenyap sebab :
δ Ni
∑ N i δ ln N i=∑ N i Ni
=∑ δ N i=0

Alasan kenapa ∑ δ N i=0 terkait dengan kenyataan bahwa jumlah molekul tetap,
pertambahan jumlah dalam suatu bilik adalah akibat pengurangan pada bilik yang
lain. Implikasinya menjadi :
∑ ln N i δ N i=0

3. Perhitungan Entropi Gas Ideal

Dalam bagian ini akan digunakan konsep statistik Maxwell-Boltzmann untuk perhitungan
entropi gas ideal. Hamiltonian sistem dinyatakan oleh :
N
Pi−2 3 N pi2
H ( q , p )=∑ =∑
i 2m i 2m

suku energi potensial tidak ada karena molekul-molekul gas ideal saling bebas.
Perhatikan bahwa batas penjumlahan berubah dari N menjadi 3N, yaitu karena

−2 2 2 2
P =P x + P y + P z Jumlah mikrostate sistem dinyatakan oleh integrasi.

Ω ( E , N )= ∫ d
3N
d
3N
p
H( q, p)

Oleh karena Hamiltonian tidak bergantung pada posisi q, integrasi terhadap d 3 N q


menghasilkan V N sehingga :


Ω ( E , N )=V
N
∫ d
3N
qd
3N
p
H ( q , p)

Perhitungan sisa integral dilakukan dengan memperhitungkan keadaan bahwa semua


titik dalam ruang fase memenuhi :

3N

∑ Pi 2 ≤ 2 mE
i

4. Paradoks Gibbs
Dalam termodinamika statistik, dikenal ststistik maxwell-boltzman yaitu :
gjN j

W =N ! ∏
j N j!
Dengan menggunakan perumusan entropi S dan energi bebas Helmholtz F,maka :

S=− ( ∂∂TF ) V

Dan fungsi partisi Boltzman yaitu :


3
2
V ( 2 πmkT )
Z=
h3
Sehingga kaitan antara energi bebas Helmholtz dengan fungsi partsisi Z yaitu :
F=−N k T ln Z
Jika kita menurunkan persamaan entropi diatas, kita dapatkan entropi sistem
tertutup yaitu :
{[ ]}
3
2
V ( 2 πmkT ) 3
S=Nk ln +
h
3
2

Dari distribusi maxwell diatas yang disebut juga distribusi semi – klasik. Lalu kita
turunkan untuk mencari persamaan entropinya. Menggunakan aprokmasi stirling
dimana ln ( x ! )=x ln x−x , didapatkan :
ln W =N j ln g j−N j ln N j+ N j

ln W =N j ln
( )
gj
Nj
+N j

−1
Substitusi nilai g j=N j e−( α +βε ) , ε j N j =U , dan pengali Lagrange A=e α dan β= ,
kT
sehingga :
ln W =N j ln e− ( α +βε )+ N j
ln W =¿−α N j −β ε j N j + N j ¿
U
ln W =¿−N ln A+ +N j ¿
kT
N
Karena Z=
A
Z U
ln W =¿ N ln + + N j¿
N kT
Entropi , S yaitu :
S=k ln W maks

S=
U
T (
Z
+ Nk ln +1
N )
C. Distribusi Kecepatan Molekul

Ruang Kecepatan

Setiap titik dalam ruang fase adalah representasi lengkap dari posisi dan
kecepatan semua molekul gas. Jika kecepatan setiap molekul dinyatakan sebagai
vektor dengan titik tangkap pada pusatkoordinat maka vektor-vektor ini akan
tampak sebagai kumpulan anak panah yang menembus permukaan khayal tertentu,
misalnya permukaan bola dengan jejari kecil. Arah masing-masing anakpanah
ditentukan oleh komponen kecepatannya, yaitu v x , v y , v z dimana v x adalah
komponenkecepatan pada sumbu-x.
Untuk setiap vektor kecepatan berlaku :
v=√ v x2 + v y 2+ v z 2

Ruang repsentasi kecepatan adalah ruang tiga dimensi Kartesian dengan sumbu
v x , v y , v z . Pada ruang kecepatan, ada kemungkinan dua buah vektor berimpit.
Keadaan ini bersesuaian dengankeadaan bahwa dua molekul memiliki kecapatan
yang persis sama, kendati posisinya berbeda.Dalam ruang fase, tidak mungkin ada
dua titik representasi berimpit sebab posisi setiap molekulunik.

Gambar Ruang Kecepatan

Elemen volume dv x , dv y , dv z pada ruang kecepatan menyatakan jumlah


molekul yang memiliki kecepatan antara v x , v y , v z dan v x +dv x , v y +dv y , v z +dv z .
Secara konsep, elemen volume initidak dapat diambil sangat kecil (menuju nol)
sebab harus memperhitungkan orde perbedaan kecepatan. Jika diambil terlalu
kecil, jumlah titik dalam elemen tersebut menjadi tidak sesuai dengankenyataan
fisis. Dengan kata lain, sebenarnya kita menghendaki ditribusi kecepatan yang
kontinu,akan tetapi jumlah titik representasi berhingga, yaitu dalam orde bilangan
Avogadro. Banyakruang kosong dalam ruang kecepatan sehingga akan
mempengaruhi tingkat akurasi pendekatanyang digunakan.
Jumlah molekul dengan komponen kecepatan arah-x antara v x dan v x +dv x
dinyatakan oleh lempeng dN vx, sehingga fraksi molekul dengan kecepatan ini
adalah :
dN vx
N
Fraksi ini akan bergantung pada dua faktor, yaitu ketebalan lempeng ( dv x) dan
letak lempeng, dalam hal ini v x :
dN vx
=f ( v x ) dv x → dN vx=Nf ( v x ) dv x
N
Fraksi untuk komponen lain dapat diasumsikan memiliki bentuk serupa. Tentu
saja, akibat gravitasi bentuk untuk komponen vy sedikit berbeda, tetapi dapat
diabaikan, sehinga tetap dapat tuliskan :
dN vy=Nf ( v y ) dv y
dN vz =Nf ( v z ) dv z

Sejumlah molekul dalam fraksi tetap memiliki komponen v y dan v z . Sebab itu,
kita dapat menyatakan fraksi molekul yang kecepatannya berada antara v y dan
v y + dv ybaik terhadap total molekul N maupun subtotal dN vx . Nilai kedua fraksi ini
sama sebab fraksi dapat dipandang sebagai besaran homogen (Bandingkan dengan
massa jenis, massa jenisbahan sama dengan massa jenis potongannya). Dengan
demikian kita dapat menuliskan :
2
d N vxvy dN vy 2 dN vy
= →d N vxvy = dN vx
dN vx N N
Sehingga diperoleh bahwa :
dN vy
d 2 N vxvy = Nf ( v x ) dv x =dN vy f ( v x ) dv x =Nf ( v x ) f ( v y ) dv x dv y
N
Sajian ini menyatakan jumlah titik representasi pada balok yang merupakan
interseksi antara lempengan dv x dan dv y .
Melalui argumentasi yang analog, fraksi molekul yang memiliki kecepatan antara
v z dan v z +dv z. dalam d 2 N vxvy dapat dinyatakan sebagai :
3
d N vxvyvz dN vz
2
=
d N vxvy N
Sehingga diperoleh :
d 3 N vxvyvz =Nf ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) dv x dv y dv z

yang menyatakan jumlah titik representasi kecepatan dalam elemen volume


dv x dv y dv z. Dari persamaan diatas diperoleh densitas titik representasi kecepatan

d 3 N vxvyvz
ρ= =Nf ( v x ) f ( v y ) f ( v z )
dv x dv y dv z
Sesuai asumsi sebelumnya, kecepatan bersifat isotropik sehingga nilai ρ ( v x , v y , v z )
homogen secara radial. Ada perubahan nilai ρ dari titik v ke v + dv sebesar dρ
yaitu :
∂ρ ∂ρ ∂ρ
dρ= dv x + dv y + dv
∂ vx ∂ vy ∂ vz z

Oleh karena ρ terpisahkan atas f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) maka persamaan ini dapat dituliskan


sebagai :

dρ=N
([ ]
df ( v x )
∂ vx
f ( v y ) f ( v z ) dv x +f ( v x )
[ ]
df ( v y )
∂vy
f ( v z ) dv y + f ( v x ) f ( v y )
[ ] )
df ( v z )
∂ vz
dv z

Kasus khusus bisa ditinjau, yaitu elemen volume yang berada pada jarak yang
sama dari pusat, yaitu v, sehingga dρ = 0, akibatnya :
f , ( v x) f , (v y ) f , ( vz )
dv x + dv y + dv z =0
f ( vx ) f (vy) f ( vz )

Sesuai syarat dρ = 0, dua element volume yang ditinjau berada pada lempeng
permukaan konsentrik yang sama, sehingga :
2 2 2 2
v =v x + v y + v z =konstan

Yang berarti :
v x dv x +v y dv y +v z dv z =0
Dengan menggunakan tetapan pengali Lagrange sehingga menjadi :

( ) ( ) ( )
, , ,
f (v x ) f (v y) f ( vz )
+ λ v x dv x + + λ v y dv y + + λ v z dv z =0
f ( v x) f (v y ) f ( vz)
Dengan integrasi, solusinya dapat dituliskan sebagai :
2 2
− β vx
f ( v x ) =α e

2 λ
Dimana β = , sehingga jumlah titik representasi dalam elemen volume dV adalah
2
− β ( v x +v y + v z )
2 2 2 2

d 3 N=N α 3 e dv x dv y dv z

Rapat titik representasi dapat dituliskan sebagai :


d3 N 2 2

ρ= =N α 3 e−β v
dv x dv y dv z

Sajian ini hanya bergantung pada laju v sebagai konsekuensi dari asumsi bahwa
laju molekul gas isotropik. Fungsi ini dinamakan fungsi distribusi kecepatan
Maxwell.
BAB III
PEMBAHASAN

Distribusi Maxwell-Boltzmann ini merupakan suatu rumusan fungsi statistik untuk


menentukan kemungkinan ditemukannya molekul dengan kecepatan dan pada jarak tertentu.
Seperti yang diketahui bahwa gas tersusun dari atom atau molekul. Atom atau molekul gas
sebenarnya tidak berinteraksi dengan yang lainnya kecuali melalui tumbukan. Kita mungkin
membayangkan bahwa gas merupakan gabungan bola-bola sangat kecil di udara, yang
bertumbukan antarasatu dengan lainnya. Kalaupun atom atau molekul gas bergerak dengan
kecepatan yang awalnya sama (padahal sebenarnya tidak sama), tumbukan yang dialamioleh
masing-masing gas akan menyebabkan perbedaan kecepatan gas. Beberapagas bergerak
sangat cepat, dan yang lainnya bergerak lambat. Dengan demikian, ada sebaran jumlah
molekul mulai dari kecepatan nol hingga kecepatan yangsangat besar. Sebaran tersebut
digambarkan dengan suatu fungsi distribusikecepatan molekul f ( v ) , yang disebut
distribusi Maxwell. Berdasarkan fungsiini, pengaruh masa molekul dan suhu terhadap
distribusi dinyatakan dalam persamaan
3
−mv 2

( 2 πmk T ) v e
3
2 2 k BT
f ( v )=4 π 2

Grafik alur fungsi f(v) terhadap kecepatan v disajikan pada Gambar di bawah ini. Pada
suhu tinggi atau masa molekul kecil, distribusi molekul dengankecepatan tinggi lebih besar
jumlahnya dibandingkan dengan pada suhu rendahatau masa molekul lebih besar. Semakin
kecil masa molekul atau semakin tinggisuhu, puncak kurva bergeser ke v yang lebih tinggi,
dan kurva melebar sepanjangaksis kecepatan v tersebut.
Persamaan Maxwell f(v) di atas selanjutnya diteliti secara cermat oleh
Boltzmann. Penurunan persamaan Maxwell dimulai dari pendapat Boltzmann yang
menyatakan bahwa fraksi molekul yang bergerak dengan kecepatan tertentu
berbanding lurus dengan pangkat ¿). Berdasarkan pendapat ini, distribusi
kecepatan gas dalam arah satu dimensi di sumbu X dirumuskan dengan
persamaan berikut :
2
−m v x
dN
= A . e 2k B
T
.d v x
N

Dengan dN/N adalah fraksi molekul, dan A suatu tetapan perbandingan.


Peluang maksimal ditemukannya molekul dengan kecepatan tersebut adalah
seratus persen atau satu. Sehingga, persamaan diatas dituliskan menjadi :
2
+∞ −mv x

∫ A.e 2 kB T
. d v x =1
−∞

Tetapan A dapat ditentukan sebagai berikut :


1
A= +∞ −mv
2

∫e 2 k BT
.d vx
−∞

Untuk menyelesaikan persamaan ini, maka perlu diperhatikan penyelesaian


matematik sebagaimana tertera dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Penyelesain matematik untuk integral terhadap fungsi Gauss


2
+∞ −m v x
m 2 π k BT
Dengan a=
2kT
,maka harga ∫ A.e 2 kB T
. d vx=
m
−∞

Oleh karena itu, nilai tetapan A adalah :

A= +∞
∫e
1
−mv 2
2 k BT
.d vx
=
√ m
2π kBT
−∞

Sehingga distribusi fungsi f(v) dv menjadi :


2
−m v x
dN m
=f ( v x ) d v x = . e 2k B
T
.d vx
N 2 π kB T
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Maxwell-Boltzmann, yang pertama
kalidisampaikan oleh Maxwell, dan selanjutanya dibuktikan secara teliti oleh
Boltzmann.
Pembahasan yang telah dilakukan diasumsikan pada kecepatan gas yang
bergerak di sumbu X. Namun gas selalu bergerak acak dengan arah di tiga dimensi
X, Y, dan Z. Oleh karena itu, secara terpisah dapat dituliskan sesuai dengan
arahnya:


2
−m v x
m
f ( vx ) d v x= . e 2k B
T
.d vx
2 π kB T


2
−m v y
m
f ( v y ) d v y= . e 2k B
T
.d vy
2 π k BT

2
−m v z
m
f ( vz ) d vz = . e 2k B
T
. d vz
2π kBT
Distribusi molekul yang memiliki kecepatan dalam rentang kecepatan v sampai
(v+dv) direpresentasikan oleh suatu persamaan koordinat kartesian berikut.

(√ )
2
3 −mv
m 2 kB T
f ( v ) dv=f ( v x , v y , v z ) d v x d v y d v z .e . d vx d v y d vz
2 π k BT
Distribusi akhir ditemukannya molekul yang bergerak dengan
rentangankecepatan v sampai dv merupakan jumlah peluang teletaknya molekul
dalamsegala arah di tiga dimensi dengan rentang kecepatan v sampai v + dv atau
berbentuk bola. Untuk itu, perhitungan peluang harus dikalikan dengan volumbola
4 3
yang berjejari v dengan kulit dv, sehingga volum bola adalah π v
3

(√ )
3 −mv 2
m 2 2 kB T 4 3
f ( v ) dv= .e . π v . dv
2π kBT 3
3

(√ )∫
3 −mv 2
4 m 2 3 2 kB T
f ( v )= π . v .e . dv
3 2 π kB T
3

(√ )
3 −mv 2
m 2 2 2 kB T
f ( v )=4 π v .e
2 π kB T
Mengingat hubungan antara massa m dan massa molekul M, serta antara
tetapan Boltzmann k B dan tetapan gas R,maka persamaan distribusi tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut.
3
−Mv 2

( 2 πRT ) v .e
3
M 2 2 RT
f ( v )=4 π 2

1. Menghitung distribusi kecepatan

Fungsi distribusi Maxwell dipelajari untuk menentukan besarnya peluang


ditemukannya molekul yang mempunyai kecepatan dalam rentang v sampai
(v+dv). Fungsi ini dapat digunakan menghitung kecepatan akar kwadrat rata-
rata ( v rms ) , dan kecepatan rata-rata v . Penulisan produksi fraksi dengan
kecepatan v 2 adalah v 2 f ( v ) dv . Dengan demikian kecepatan akar kuadrat rata-
rata ( v rms ) dapat dievaluasi dari integral v 2 f ( v ) dv yang kemudian diakar
2
3 ∞

( ) ∫v .e
−Mv
⟨ v ⟩ =∫ v f ( v ) dv=4 π M
2 2 2 4 2 RT
. dv
2 πRT 0

Integral v 2 f ( v ) dv ini memerlukan penyelesaian matematik sebagai berikut :

M
Dengan a= , maka evaluasi untuk perhitungan v rms dengan harga n = 4 adalah
2 RT
sebagai berikut :

[ ( )]
5 1

( )
3
⟨ v ⟩ =4 π M
2 2 3
x π
2 RT 2

2 πRT 8 M
( ) [ ( )]
3 5
⟨ v 4 ⟩ =π 2 M 9 2 RT
x π
2 πRT 4 M

⟨ v2 ⟩= ( 3MRT )
Sehingga :

v rms=
√ 3 RT
M

Evaluasi kecepatan rata-rata v . juga dapat dilakukan dengan cara serupa menggunakan
fungsi distribusi Maxwell dan cara integral terhadap v f(v)dv sebagai berikut :

∞ 3/ 2 ∞
v=∫ v . f ( v ) . dv=4 π
M
( ) ∫ v 3 e− M v / 2 RT . dv
2

0 2 πRT 0

( ) ( )
3 /2 2
M 1 2 RT
v=4 π .
2 πRT 2 M

v=
√ 8 RT
πM

Selain kedua kecepatan yang dihitung dengan distribusi Maxwell tersebut, dikenal
pula satu kecepatan gas lainya yang dikenal sebagai kecepatan dengan kebolehjadian terbesar
v*, atau kecepatan yang paling mungkin. Kecepatan paling mungkin ini ditunjukkan oleh titik
puncak distribusi, dimana turunan pertama fungsi Maxwell bernilai = 0. Dengan
bertambahnya suhu atau berkurangnya massa molekul gas, kecepatan ini berubah ke arah
kecepatan yang lebih besar. Ini dikarenakan distribusi kecepatan molekul juga semakin besar.
Harga kecepatan paling mungkin ini ditentukan oleh persamaan :

v ¿=
√ 2 RT
M

Distribusi ini dapat pula digunakan untuk menerangkan kecepatan pergerakan gas
hydrogen dan helium di atmosfir bumi yang lebih besar dari pada nitrogen dan oksigen.
Barangkali kita tidak dapat merasakan keberadaan gas hydrogen dan helium secara bebas di
atmosfir seperti gas nitrogen dan oksigen.
Ini dapat diterangkan dengan v rmsyang mengukur seberapa cepat suatu atom atau
molekul berkelana di atmosfir. v rmshydrogen14 1/ 2 kali lebih besar dari pada nitrogen karena
masa molekul nitrogen 14 kali masa hitrogen, sedangkan v rms helium 71 /2 kali lebih besar dari
pada nitrogen karena massa nitrogen 7 kali masa atom helium.

Kecepatan suatu objek untuk dapat lepas dari gravitasi bumi dan meninggalkan bumi
adalah 11,2 km/det. Maka dari itu, roket yang akan meluncur ke Mars harus memiliki
kecepatan melebihi 11,2 km/det untuk dapat meninggalkan bumi. Demikian pula yang berlaku
pada molekul gas. Jika molekul gas memiliki kecepatan rata-rata lebih dari 11,2 km/det, gas
tersebut tidak akan pernah tinggal di bumi. Gas hidrogen dan helium memiliki kecepatan rata-
rata yang sangat besar, sehigga hampir tidak ditemukan di atmosfir bumi.

BAB IV

KESIMPULAN

Statistika Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistika bagi partikel


klasik yang “terbedakan”. Sistem partikel klasik terbedakan merupakan sistem partikel yang
konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih partikel dipertukarkan. Dengan kata lain,
konfigurasi partikel A di dalam keadaan 1 dan partikel B di dalam keadaan 2 berbeda dengan
konfigurasi ketika partikel B berada dalam keadaan 1 sedangkan partikel A dalam keadaan 2.

Statistika Maxwell-Boltzmann juga berguna untuk mempelajari berbagai kecepatan


molekul dalam gas yang berbeda. Secara matematis distribusi Boltzmann lebih umum dikenal
sebagai Pengukuran Gibbs. Distribusi Boltzmann sering menggunakan lambang β = 1/kT
dimana β adalah sebagai Beta termodinamika. Lambang atau ,yang memberikan kemungkinan
relatifdarisuatu keadaan. Pada saat energi partikel hanya berupa energi kinetic.
Dapat disimpulkan bahwa distribusi yang diberikan adalah Distribusi Maxwell–
Boltzmann yang menyatakan kecepatan molekul gas, sesuai dengan yang telah diramalkan
oleh Maxwell pada tahun 1859. Gas ideal klasik adalah suatu assembly yang terdiri dari
sejumlah system dimana molekul-molekulnya tidak saling berinteraksi, dapat dibedakan
antara yang satu dengan lainnya. Dapat disimpulkan bahwa untuk kecepatan molekul pada gas
ideal klasik berlaku statistic Maxwell Boltzmann.

Pada makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihk-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan masalah ini, terutama kepada bapak Ahmad Fauzi dan pak
Renol yang telah membimbing dalam penyelesaian makalh ini. Dan tidak lupa ucapan terima
kasih kepada teman-teman yang telah membantu. Terutama kepada jurnal-jurnal yang saya
ambil.

DAFTAR PUSTAKA

F. W. Sears. 1963. Thermodynamics the Kinetic Theory of Gases and Statistical Mechanics,

Addison Wesley

Greiner,W., L. Neise. 1995. Thermodynamics and Statistical Mechanics. Springer Verlag,


New York

Ibrahim Kaittan Fayyadh,Harith Abd-Al razak Hassan,Muhammad Asmail Eleiwi, Farhan


Lafta Rashid. 2014. Determination of the Maxwell-Boltzmann DistributionProbability for
Different Gas Mixtures. Eng. &Tech. Journal, Vol. 32,Part (A), No.6, 2014

L. E. Reichl, A Modern Course. 1998. Statistical Physics, John Wiley & Sons

R. C. Tolma. 1979.The Principles of Statistical Mechanics, Dover Pub., New York,


Serway, Raymond A., Jewett, John W., (2004),” Physics for Scientists and Engineers”, 6th
Ed, Brooks/Cde, PP. 7.

W. R. Gibbs.1999.Computation in Modern Physics, World Scientific,

Anda mungkin juga menyukai