Anda di halaman 1dari 14

STATISTIK MAXWELL BOLTZMANN DAN

APLIKASINYA

Kelompok 05

Disusun oleh :

Shahnaz Ainayya ( 10216073 )


Muhamad Zia Pratama Hernawan ( 10216084 )
Fery Krisnanto ( 10216085 )
Mohamad Aliffian Rizki ( 10216087 )
Yolanda Raintina ( 10216095 )

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
BANDUNG

KATA PENGANTAR

0
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah “Statistik Maxwell Boltzmann dan Aplikasinya” dengan baik.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian,
dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandung, 18 April 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

2
Fisika statistik merupakan cabang ilmu fisika yang membahas tentang sistem yang terdiri
atas banyak partikel dengan menggunakan pendekatan statistik. Dalam fisika statistik terdapat
suatu distribusi yang dinamai sebagai Maxwell-Boltzmann. Distribusi ini menggambarkan
kecepatan partikel dalam gas ideal, yang mana partikel bergerak bebas di dalam suatu wadah
kecuali terdapat adanya tabrakan dalam waktu singkat sehingga terjadinya pertukaran energi dan
momentum dalam suatu lingkungan termal. Distribusi Maxwell-Boltzmann adalah hasil dari teori
kinetik gas yang memberikan solusi mendasar untuk sifat gas termasuk tekanan dan difusi.
Distribusi ini berlaku mendasar untuk kecepatan partikel dalam tiga dimensi.
Pada makalah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai statistik Maxwell-Boltzmann dan
aplikasinya.

B. Tujuan
1. Memahami distribusi statistik Maxwell-Boltzmann
2. Menentukan aplikasi dari statistik Maxwell-Boltzmann

BAB II
LANDASAN TEORI
A. DASAR TEORI
1. Statistik Maxwell-Boltzmann
Statistik Maxwell-Boltzmann merupakan gambaran dari statistika partikel klasik
“terbedakan”. Contoh dari sistem partikel klasik terbedakan salah satunya adalah sistem partikel

3
yang konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih partikel dipertukarkan. Dari sistem tersebut
dihasilkan distribusi (Boltzmann) biasa bagi partikel dalam berbagai tingkat energi. Namun, fungsi
distribusi kurang fisis untuk entropi, sehingga muncullah “paradoks Gibbs”. Namun, masalah itu tidak
muncul pada peninjauan statistik ketika semua partikel dianggap tak terbedakan.
Dalam bahasan statistik Maxwell-Boltzmann digunakan ruang 6 dimensi yang terdiri dari 3
dimensi posisi dan 3 dimensi kecepatan/momentum, yang digunakan untuk mengamati pergerakan
molekul. Kemudian, ruang fasa ini dibagi dalam 6 volume kecil dimensi yang disebut sel. Molekul
yang terbagi dalam sel ini disebut status makro sistem dan penentuan molekul tertentu (secara
individu) untuk tiap status makro disebut status mikro sistem.

2. Distribusi Maxwell Boltzmann


Distribusi Maxwell-Boltzmann ini biasanya dianggap menggambarkan kecepatan partikel dalam
gas dan juga dapat menunjukkan distribusi kecepatan, momentum, dan besarnya momentum molekul,
yang ditunjukkan dalam fungsi probabilitasnya.
Sistem yang diamati pada distribusi ini menganggap sistem terisolasi, partikel tidak terus-
menerus berinteraksi satu sama lain, tetapi bergerak bebas antara tabrakan pendek. Hal ini
menggambarkan kemungkinan kecepatan partikel sebagai fungsi dari suhu sistem. Distribusi Maxwell-
Boltzmann untuk energi dapat langsung diturunkan dari distribusi Boltzmann sebagai berikut :
−E i
g i exp( )
Ni kT
=
N −E i
Σ g i exp ( )
kT
Distribusi statistik Maxwell-Boltzmann :
N −Ei
N i= gi exp( )
Z kT

3. Keadaan Mikro-Makro
Dalam distribusi Maxwell-Boltzmann terdapat keadaan makro dan mikro. Keadaan makro adalah
jumlah molekul dalam sel tanpa memandang molekul secara individu sedangkan keadaan mikro adalah
penentuan molekul tertentu (secara individu) dalam tiap status makro. Keadaan makro-mikro ini dapat
memberikan informasi probabilitas termodinamik yang selanjutnya dapat pula hubungan dari probabilitas
termodinamik dengan masalah tenaga-dalam untuk selanjutnya memperoleh jumlah molekul dalam sel.
Jumlah keadaan mikro statistik Maxwell-Boltzmann :

4
gNi i

Ω=N ! Π
N i!
Dari keadaan mikro tersebut kita dapat menentukan nilai entropi yang didefinisika sebagai,
S=k lnΩ
4. Distribusi Kecepatan Molekul
Distribusi Maxwell-Boltzmann diasumsikan menggunakan pandangan klasik, partikel penyusun
dapat dibedakan dan dalam satu keadaan energi dapat diisi lebih dari satu partikel. Untuk menentukan
distribusi kecepatan ditinjau setiap titik dalam ruang fase yang mempresentasikan posisi dan kecepatan
semua molekul gas. Hal ini ditinjau pada ruang representasi kecepatan yang merupakan ruang tiga
dimensi.

gambar 1. Ruang 3Dimensi.


Sistem gas ideal sesuai dengan statistik ini karena memiliki sifat :
1. Jarak antar partikel penyusunnya sangat jauh sehingga partikel dapat dibedakan karena
posisinya.
2. Setiap partikel penyusun gas ideal bergerak dengan energi yang sama (interaksi antar
partikel diabaikan) sehingga memiliki keadaan energi yang sama oleh beberapa partikel.
Memandang dari ruang 3 dimensi dan persamaan sebelumnya dengan Nj jumlah rata-rata molekul antara
ε j dan ε j + Δ ε j dan g jjumlah keadaan pada energi antara ε j + Δ ε j . Sehingga menjadi,
dϕ ε j
Ω(ε j )= Δ g j= ε + Δε
dε j
Tinjau sistem partikel dalam kotak 3D :
1 14 3
ϕ (ε )= volume bola= π r dengan r 2=n2=n x + n y +n z
8 83
maka,

5
14 π
ϕ (n j )= π n j 3= n j 3
83 6
dϕ( n j ) π
Ω(n j )=Δ g j= Δ n j = n j2
d nj 2
Pernyataan energi ε j:

h 2
π2( ) −2
2 2 2 2 h2
ε j= 2
( nx +n y + nz )= V 3 n2j
2mL 8m
Fungsi Partisi (Z) :
−2
−ε π −h2 V 3 2
Z=ΣΔ g j exp ( j )= Σn 2j Δ n j exp( n)
kT 2 8 mkT j
dilakukan aproksimasi maka,
−2
π❑ −h 2 V 3 2 2 πmkT 32
Z= ∫ ❑n 2j exp( n j ) d n j =V ( )
2 0 8 mkT h2
indeks n dinyatakan menjadi indeks v (kecepatan).
Persamaan energi fungsi kecepatan :

h2
−2
1 dϕ( n j ) π
ε j= V 3
n2j = m v 2f dengan Ω(n j )=Δ g j= Δ n j = n j2
8m 2 d nj 2
maka,
4 π m3 V 2
Δ g j= v Δv
h3
Sehingga statistik Maxwell-Boltzmann menjadi ,
4 N m 32 2 −mv 2
Δ N v= ( ) v exp( )Δv
√ π 2 kT 2 kT
Jadi, fungsi distribusi laju Maxwell-Boltzmann adalah
Δ N v 4 N m 32 2 −mv 2
= ( ) v exp( )
Δv √ π 2 kT 2kT

6
gambar 2. Grafik Fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann suhu berbeda.
Untuk gas ideal :
untuk mendapatkan laju maksimum. Maka,
d Δ Nv
=0
dv Δv
d 4 N m 32 2 −mv2
( ( ) v exp ( ))=0
dv √ π 2 kT 2 kT
2 kT
v m=
√ m
sehingga, fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann dalam v m.
Δ N v 4 N m 32 2 −v 2
= ( ) v exp( )
Δv √ π 2 kT v m ❑2

Dalam konteks Teori Molekul Kinetik Gas, gas mengandung sejumlah besar partikel dalam
gerakan cepat. Setiap partikel memiliki kecepatan yang berbeda, dan setiap tumbukan antar partikel
mengubah kecepatan partikel. Pemahaman tentang sifat-sifat gas membutuhkan pemahaman tentang
distribusi kecepatan partikel.
Maxwell membayangkan jika gas terdiri dari milyaran molekul yang bergerak dengan cepat
secara acak, bertabrakan (berinteraksi) satu sama lain pada suatu wadah. Peningkatan kecepatan
pergerakan dari molekul ini dapat terjadi jika suhu dalam wadah dinaikkan.
Teori molekuler kinetik digunakan untuk menentukan gerakan molekul gas ideal dalam kondisi
tertentu. Namun dalam satu mol gas ideal, tidak mungkin untuk mengukur kecepatan setiap molekul pada
setiap saat. Oleh karena itu, distribusi Maxwell-Boltzmann digunakan untuk menentukan berapa banyak
molekul yang bergerak antara kecepatan v dan v + dv. Dengan asumsi bahwa distribusi satu dimensi tidak
tergantung satu sama lain, bahwa kecepatan dalam arah y dan z tidak mempengaruhi kecepatan x,
misalnya, distribusi Maxwell-Boltzmann dinyatakan dengan
2
1/ 2 −m v
dN m
N
=
(
2 π kB T ) 2 k BT
e dv

Selain itu, fungsi dapat ditulis dalam fungsi kecepatan kuantitas skalar c. Fungsi distribusi
molekul gas yang bergerak dengan kecepatan c adalah
2
3 −m c
m
2
f ( c ) =4 π c
(
2 π k BT )e
2 2 k BT

7
Sehingga, distribusi Maxwell-Boltzmann dapat digunakan untuk menentukan distribusi energi kinetik
untuk satu set molekul. Distribusi energi kinetik identik dengan distribusi kecepatan untuk gas tertentu
pada suhu berapapun.

Gambar 1. Fungsi kerapatan peluang kecepatan dari gas mulia pada suhu 298.15 K

B. APLIKASI
Terdapat beberapa aplikasi dari distribusi Maxwell-Boltzmann, yaitu :
1) Pelebaran Spektrum Akibat Efek Doppler
Efek Doppler dijumpai pada gelombang bunyi dan gelombang elektromagnetik.
Efek yang terjadi adalah jika sumber gelombang mendekati pengamat maka panjang
gelombang yang dikur oleh pengamat lebih kecil daripada apabila sumber diam terhadap
pengamat. Sebaliknya, jika sumber gelombang menjauhi pengamat maka panjang
gelombang yang diukur pengamat lebih besar daripada apabila sumber diam terhadap
pengamat.
Khusus untuk gelombang elektromagnetik, panjang gelombang yang dikur oleh
pengamat yang diam yang dihasilkan oleh sumber sumber bergerak dengan kecepatan v x
terhadap pengamat adalah :
vx
(
λ=λ o 1−
c )
dengan λ panjang gelombang yang diukur pengamat, λ o adalah panjang gelombang yang
diukur jika sumber gelombang diam terhadap pengamat, dan c adalah kecepatan cahaya.
Kita definisikan tanda kecepatan yaitu vx > 0 jika sumber mendekati pengamat dan vx< 0
jika sumber menjauhi pengamat. Dalam astronomi, efek Doppler digunakan untuk
mengukur kecepatan bintang-bintang. Berdasarkan pergeseran panjang gelombang yang

8
dipancarkan bintang-bintang tersebut maka kecepatan relatif bintang terhadap bumi dapat
diprediksi menggunakan persamaan.
Mari kita perhatikan sebuah atom yang memiliki dua tingkat energi. Atom
tersebut memancarkan spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
tertentu, sebut saja λ o , akibat transisi elektron antar tingkat energi atom tersebut. Jika
atom dalam keadaan diam , maka panjang gelombang yang kita ukur adalah λ o, sama
dengan panjang gelombang yang dipancarkan atom. Tetapi, jika atom mendekati
pengamat dengan laju vx, maka panjang gelombang yang diukur pengamat adalah λ =
λo(1 - vx/c ). Dan sebaliknya, jika atom menjauhi pengamat dengan laju v x , maka
panjang gelombang yang diukur pengamat adalah λ = λ o(1 + vx/c ). Jika ada sejumlah
atom yang diam, maka gelombang yang diukur pengamat merupakan jumlah gelombang
yang dipancarkan oleh semua atom. Panjang gelombang yang diterima dari semua atom
sama, yaitu λo . Yang dideteksi oleh pengamat hanyalah gelombang dengan panjang λ o
tetapi memiliki intensitas tinggi. Akan tetapi jika atom yang memancarkan gelombang
bergerak secara acak maka komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu v x juga acak.
Akibatnya panjang gelombang yang diukur pengamat yang berasal dari satu atom
berbeda dengan yang diukur dari atom lainnya. Pengamat akan mengukur gelombang
yang memiliki panjang yang bervariasi dalam jangkauan tertentu. Ini berakibat pada
pelebaran garis spektrum yang diamati.

Gambar 1. Pengamat menangkap panjang gelombang yang berbeda-beda bergantung pada gerak
relatif antara atom terhadap

Selanjutnya kita akan menentukan distribusi intensitas spektrum pada berbagai


panjang gelombang. Kecepatan atom gas pemancar spectrum memenuhi fungsi distribusi

9
Maxwell-Boltzmann karena merupakan partikel klasik. Jumlah atom gas yang memiliki
komponen kecepatan antara vx sampai vx+dvx adalah :
1 /2
m −m v x
n ( v x ) dv x = [
2 πkT ] exp exp [ 2 kT ]
d vx

Untuk mendapatkan fungsi intensitas maka kita harus mentransformasi variabel


kecepatan vx ke dalam variabel panjang gelombang λ dengan menggunakan persamaan
Doppler. Apabila transformasi tersebut dilakukan maka n(v x)dvx menjadi sebanding
dengan I(λ)d λ yang menyatakan intensitas gelombang yang memiliki panjang antara λ
sampai λ+dλ. Sehingga diperoleh :
1
m −m v x
I ( λ ) dλ∝ [
2 πkT ] 2
exp exp [ 2 kT ]
d vx

Dari persamaan di atas diperoleh :

λ o−λ
v x =c ( ) λo

−c
dv x = dλ
λ0

Substitusi kedua persamaan diatas, maka akan diperoleh :

2
λ −λ

I ( λ ) dλ∝ [ m
2 πkT ]
1
2
exp exp [ ( [ ])
−m c o
λo
2 kT
][ −c
λ0

]
1
−m c2 λ0− λ
∝ [ m
2 πkT ][ ]
2 −c
λ0
exp exp
2 kT λ0

[ ( )]
dengan I(λ0) adalah intensitas ketika λ = λ 0 . I (λ0) tidak bergantung pada panjang
gelombang tetapi bergantung pada besaran lain seperti suhu gas dan massa atom gas.

2) Atom Magnetik Dalam Medan Magnet

Selanjutnya kita akan bahas suatu assembli yang mengandung kumpulan atom yang
memiliki momen magnet. Di dalam assembli tersebut kita berikan edan magnetic B.
Untuk mempermudah kita asumsikan beberapa sifat berikut ini:
i) Tidak ada interaksi antar atom. Interaksi hanya terjadi antara atom dengan
medan magnet luar yang diberikan. Ini adalah penyederhanaan yang cukup drastis karena
sebenarnya antara momen magnetic ada interaksi.

10
ii) Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah satu dari dua arah orientasi,
yaitu searah medan magnet atau berlawanan arah medan magnet.

Kita akan menentukan berapa momen magnetik total yang dihasilkan oleh kumpulan
atom-atom tersebut. Kita mulai dengan menghitung energi yang dimiliki asing-masing
atom akibat interaksi momen magnetik dengan magnet luar. Interaksi antara momen
magnetik µ dengan medan magnet luar B memberikan tambahan energi pada atom
sebesar :

U =μ ⃑ . B=μ ⃑ B cos cos ( θ )

3) Dipol Listrik

Fenomena yang mirip dengan atom magnetik dijumpai pula pada assembli
momen dipol listrik. Misalkan kita memiliki sejumlah atom atau molekul sejenis yang
masing-masing memiliki momen dipol P . Di dalam assembli tersebut kita berikan Medan
listrik E . Kita ingin mencari beberapa momen dipol rata-rata yang dimiliki
atom/molekul. Untuk kemudahan kita mengasumsikan beberapa sifat berikut
i) Tidak ada interaksi antar sesama dipol. Interaksi hanya terjadi antar dipol dengan
medan listrik luar.
ii) Tiap dipol hanya boleh mengambil salah satu dari dua arah orientasi, yaitu searah
medan listrik dan berlawanan arah dengan arah medan listrik
Energi interaksi antara dipol dengan medan listrik adalah :
U =p ⃑ . E⃑ =− pEcos(θ)

dengan θ adalah sudut antara momen dipol dengan medan listrik. Jika dipol searah
medan maka energi interaksinya adalah :
U ↑=−pE

dan jika berlawanan medan maka energi interaksinya adalah :


U ↓=−pE

Dengan demikianlah,pencarian momen dipol total persis sama dengan saat kita mencari
momen magnetik total, hanya saja mengganti variabel-variabel yang ekivalen sebagai
berikut:

p↔μ

E↔B

11
Dengan melakukan penggantian tersebut akhirnya kita dapatkan momen dipol rata-rata
atom menjadi :

pE
p= p tan tan
KT

4) Persamaan Difusi Einstein

Selanjutnya kita meninjau difusi ion di ini sering dimanfaatkan dalam proses
elektroforesis di mana medan listrik digunakan untuk menggerakkan partikel-partikel
bermuatan dalam zat cair.
Mari kita lihat sebuah assembel yang mengandung sejumlah ion. Kita anggap
tidak ada interaksi antar ion. Interaksi hanya terjadi antara ion dan medan listrik yang
diterapkan. Misalkan muatan semua ion sama, yaitu q. misalkan pula arah medan listrik
sumbu sejajar adalah x. Difusi yang akan kita bahas hanya difusi dalam arah sejajar
sumbu x. Kita menganggap kuat medan listrik sama pada tiap titik dalam bahan. Gaya
yang dialam ion yang berada pada posisi x adalah F = qE sehingga Energi potensial yang
dimiliki ion yang berada pada posisi x adalah :
U ( x )=−qE ( x )

Karena ion merupakan partikel klasik maka distribusi Maxwell-Boltzmann digunakan


sehingga konsentrasi ion pada posisi x memenuhi :
−u ( x ) qEx
KT
n ( x )=C e =C e KT

5) Ekonomi
Salah satu aplikasi dari statistik Maxwell-Boltzmann adalah statistik ini bisa
digunakan untuk memprediksi trend line yang dinamik dan persentase perubahan harga
saham. Pada sistem ekonomi tertutup, uang bersifat kekal seperti pada hukum distribusi
Boltzmann, yang mana molekul-molekul gas kekal. Saham dapat dianggap sebagai
molekul-molekul gas tadi. Molekul-molekul gas bergerak setiap waktu, gerakannya tidak
dapat diprediksi dan memiliki suatu tingkat energi. Jika molekul-molekul gas ini
dipanaskan mereka akan bergerak semakin tidak terprediksi dan menempati tingkatan
energi yang lebih tinggi. Dan sebaliknya (jika didinginkan) maka molekul-molekul
tersebut akan menempati tingkat energi yang lebih rendah.
Untuk menentukan setiap volume parsial (buka, terendah, tertinggi dan tutup),
kita menggunakan statistik Maxwell-Boltzmann dengan rumusnya diberikan sebagai
berikut.

N
ni = g i e− β ε i

12
Dengan ni adalah volume untuk saat buka, terendah, tertinggi atau tutup, N adalah
volume total dari transaksi pada akhir hari, Z adalah fungsi partisi, g i adalah tingkatan
1
keadaan, β adalah dan ε i adalah harga saham.[3]
kB T

6) Aplikasi untuk Atmosfer Planet

Salah satu aplikasi dari distribusi Maxwell-Boltzmann adalah untuk menggambarkan


hilangnya atmosfer planet. Partikel di bagian atas atmosfer bergerak secara acak ke
segala arah dengan kecepatan yang sesuai dengan distribusi Maxwell-Boltzmann. Jika
partikel yang bergerak ke atas memiliki kecepatan lebih rendah daripada escape velocity
planet, maka partikel akan melengkung ke bawah dalam pola elips, dan planet akan
mempertahankan atmosfernya. Namun, jika partikel yang bergerak ke atas berada pada
kecepatan yang lebih tinggi daripada escape velocity planet, maka partikel tersebut akan
bergerak ke atas dalam pola hiperbolik dan akan terlontar ke luar angkasa. Escape
velocity dinyatakan dengan

2 GM
v esc =
√ r ❑

REFERENSI
[1] https://chem.libretexts.org
[2] http://mayasimatupang.blogspot.com/2015/03/bahan-kuliah-fisika-statistik-statistik.html
[3] Kaunang, John P., F. D. Saragih, B. Y. Nugroho.(2017), “Utilizing Maxwell-Boltzmann Statistic
to Predict Dynamic Trend Lines and Percentage of Price Changes.”, Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, 167, 315-321.
[4] https://casper.ssl.berkeley.edu/astrobaki/index.php/Maxwellian_velocity_distribution

[5]

13

Anda mungkin juga menyukai