Anda di halaman 1dari 23

GERAK MOLEKUL GAS

(TEORI KINETIK GAS)

3.1. PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas gerak translasi sekelompok partikel (atom atau
molekul) dalam keadaam gas serta menunjukkan bahwa sifat – sifat gas dapat
dibahas melalui gerak translasinya. Kita hanya akan membatasi pembicaraan
pada gerak translasi bebas saja yaitu gerak translasi yang mengabaikan interaksi
antar partikel. Itu artinya kita hanya berbicara mengenai teori kinetik gas. Jika
seluruh pengaruh interaksi dibicarakan maka itu merupakan bidang teori
dinamika gas.
Model yang digunakan dalam teori kinetik gas dapat dideskripsikan
dalam tiga buah asumsi dasar :
a. Gas disusun oleh sejumlah besar partikel (atom atau molekul bermassa m
dengan gerak random kontinyu.
b. Partikel – partikel mempunyai ukuran yang dapat diabaikan karena terlalu
kecil dibandingkan dengan jarak antar partikel.
c. Partikel – partikel tidak saling berinteraksi, kecuali interaksi yang berupa
tumbukan lenting sempurna artinya tidak terjadi perubahan energi kinetik
pada partikel yang saling bertumbukan itu.
Teori kinetik terutama yang berhubungan dengan tumbuhan ini memberi andil
yang sangat besar dalam rangka mendalami sifat – sifat transport serta reaksi
kimia dalam fase gas.
Terdapat dua macam Kalkulasi dasar yang dibicarakan dalam bab ini,
yaitu tentang tekanan gas dan distribusi kecepatan.

3.2. PERHITUNGAN TEKANAN GAS


PRINSIP : Jika sebuah partikel menumbuk dinding, maka partikel
tersebut akan memberikan gaya kepada dinding yang ditumbuk. Jika gaya itu
dibagi dengan luas dinding yang di tumbuk, maka tekanan yang ditimbulkan
oleh partikel tersebut dapat diperhitungkan.
Perhatian gambar berikut :

Sebuah partikel berada pada posisi menempel pada dinding kiri sebuah kotak,
bergerak lurus ke kanan dengan kecepatan x menumbuk dinding sebelah kanan
dan terpantul kembali ke kedudukan semula dan seterusnya. Jarak tempuh
partikel tersebut adalah 2l. Dengan menggunaan konsep kecepatan, yaitu :
Jarak tempuh
X = maka di peroleh :
waktu

waktu tempuh ( dt ) = jarak tempuh


X
dt = 21
X
Untuk menentukan besarnya tekanan, kita berangkat dari Hukum Nawton II :
dX d ( mX )
F = m.a = m =
dt dt
F = d ( momentum )
dt
F : gaya yang berasal dari partikel yang menumbuh dinding
m : masa partikel
a : percepatan
 : kecepatam gerak partikel
Sebelum menumbuk dinding, momentum partikel adalah mX’ sedang
sesudahnya adalah -mX’
Jadi perubahan momentum akibat tumbukan adalah :
d ( momentum ) = momentum akhir – momentum awal
= --mX - mX
= -2 mX
Subtitusi persamaan (1) dan (3) ke dalam persamaan (2), diperoleh

F = 2mX’/t
Sudah barang tentu, pada dinding akan bekerja gaya sebesar yang bekerja pada
partikel, tetapi berlawanan arah ( tanda ), jadi :

FW = gaya yang bekerja pada dinding = 2mX’ = mv2x /l



p’ = gaya pada dinding / luas dinding = FW / A
m2X m2X
= =
l.A V
P’ = tekanan yang ditimbulkan oleh sebuah partikel
V = volume ruang
Jika di dalam ruang tersebut terdapat N buah partikel, maka tekanan ruang (p)
adalah :
P = N.P’ (P = tekanan total)
= Nm2X
V
Kita tahu bahwa vX adalah salah satu kelompok komponen v. hubungan v engan
komponen – komponennya adalah :
Untuk kecepatan molekul gas biasanya tidak dinyatakan dengan v tetapi c,
sehingga

Dengan (vx)2 = u2 ,(vy)2 = v2 , (vz)2 = w2

Karena kecepatan masing – masing komponen adalah sama, maka :

Dengan demikian, harga p adalah :


(4)

<c> = root mean square speed = c rms


Telah diketahui bahwa untuk tiap partikel, energi kinetik adalah  = ½ m< c2>.
Untuk 1 molekul, ditulis :
<> = ½ m <c2> (5)
<> energi kinetik tiap partikel
Substitusi persamaan 5 ke dalam persamaan (4), diperoleh :

Konsep tekanan menurut teori kinetik

Jika konsep di atas dikorelasikan dengan hukum gas ideal pV = nRT

Maka :
2
nRT = N <>
3
Karena n = N/NA (NA = bilangan Avogdro), maka :
2
RT = NA. <> (7a)
3

Jika NA.  adalah energi kinetik total (U), maka

(7b)

Jika persamaan 7a dapat dikembangkan untuk menghitung crms sebagai berikut

Persamaan di atas merupakan salah satu produk teori kinetik yang sangat
penting, karena dari itulah kita dapat mengetahui bahwa molekul gas selalu
bergerak kecuali pada (T = 0 K),karena T > 0 partikel – partikel gas selalu
bergerak maka gerak partikel ini disebut gerak termal partikel. Persamaan juga
memberikan informasi bahwa temperatur merupakan ukuran terhadap energi
kinetik rata – rata pada gerak random partikel gas. Ini perlu ditegaskan agar
tidak menimbulkan persepsi yang keliru. Temperatur sama sekali tidak
berhubungan dengan energi kinetik masing – masing partikel atau  tetapi hanya
berhubungan dengan energi kinetik rata – rata atau <>.

3.3. DISTRIBUSI KECEPATAN MAXWELL


Telah pernah dibicarakan, distribusi molekul akibat medan gravitasi, yang
kita kenal dengan nama distribusi barometrik atau distribusi Boltzman. Sekarang
akan kita bicarakan distribusi kecepatan molekul. Tetapi sebelum memulai
pembahasan, perlu diketahui dulu beberapa pokok pikiran yang berhubungan
dengan kasus yang akan dibahas.
Pertama, adalah pokok pikiran mengenai pengertian distribusi. Jika kita
mempunyai sejumlah individu atau sekelompok individu, dan kelom ini, dengan
kriteria tertentu, kita bagi atas kelas – kelas tertentu sehingga diperoleh beberapa
kelas dari kelas paling bawah sampai kelas tertinggi, maka pembagian seperti ini
disebut distribusi. Sebagai contoh, jika kita mempunyai sejumlah siswa, dan
akan kita adakan pengelompokan atas dasar prestasi belajarnya, maka hasil
pekerjaan ini akan dapat diketahui berapa orang siswa yang termasuk kelas
siswa amat pandai, berapa siswa yang termasuk kelas sedang, dan seterusnya.
Kedua, perlu diketahui bahwa distribusi dapat digunakan untuk
menghitung nilai rata – rata. Artinya, jika kita mengetahui distribusi atas
kriteria tertentu, maka kita dapat menghitung nilai rata – rata kriteria tersebut.
Contohnya, dari distribusi prestasi belajar siswa, kita dapat mengetahui prestasi
belajar siswa rata – rata. Akurasi perhitungan rata – rata dari sebuah distribusi
cukup tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan.
Sekarang, kita akan membicarakan distribusi kecepatan molekul gas,
yang juga dikenal sebagai distribusi Maxwell.
Dibayangkan sebuah kontainer berbentuk bola yang besarnya tak
terhingga, di dalamnya terdapat partikel gas yang bergerak dengan arah serta
kelajuan yang bervariasi. Kita akan mencari, berapakah banyaknya molekul
yang bergerak dengan kelajuan antara c sampai c+ dc pada segmen volume
kontainer setebal dc. Yang dimaksud dengan segmen volume bola adalah kulit
bola dengan tebal tertentu yang dalam matematika dinyatakan dengan dV.
Jawaban untuk masalah ini, berhubungan dengan rapat molekul.
Bahasan ini juga akan membahas nilai laju rata – rata molekul//
pembicaraan nilai rata – rata, ternyata berhubungan dengan konsep probabilitas.
Jadi untuk memahami konsep ini dibutuhkan beberapa konsep pendukung,
yaitu :
1. Pengertian rapat molekul dan hubungannya dengan jumlah molekul.
2. Pengertian probabilitas.
3. Pengertian nilai rata – rata
4. Mengenal bentuk fungsi distribusi.
3.3.1. RAPAT MOLEKUL DAN BANYAKNYA MOLEKUL
Yyang dimaksud dengan rapat molekul adalah banyaknya molekul pada
segmen tertentu per satuan segmen. Jadi dapat ditulis :
 = dnx / dx
Harga dnx/dx pasti sebanding dengan jumlah molekul atau = N  (x) jadi :
 = dnx / dx = N  (x)

3.3.2. PROBABILITAS
Penjelasan mengenai hal ini akan didekati dengan contoh sederhana
berikut :
Dari sebuah tes terhadap 10 orang diperoleh skor sebagai berikut :
35 35 37 37 37 38 38 38 38 40
Atas dasar itu maka probabilitas untuk mendapat skor antara 35 sampai 37
adalah = 5/10
Pembilang 5 berasal dari banyaknya skor antara 35 s/d 40 sedang
penyebut 10 berasal dari banyaknya skor keseluruhan. Jadi secara matematika
dapat ditulis :
banyaknya skor antara 35 sampai 37
P(35;37) =
banyaknya skor
n
(35 ; 40)
P(35;37) =
N

atau :
dni
Pi = =
N
Pi =  (Xi) dx

3.3.3. NILAI RATA – RATA


Dengan masih menggunakan data di atas, maka rata – ratanya adalah :
2. 25 + 3 . 37 + 4. 38 + 1 . 40
<X> =
10
Angka – angka pada pembilang adalah sebagai berikut :
2 adalah banyaknya skor pertama N1 sedang 35 adalah X1
3 adalah banyak skor kedua atau N2 sedang 37 adalah X2
4 adalah banyaknya skor ketiga atau N3 sedang 38 adalah X3
1 adalah banyaknya skor keempat atau N4 sedang 40 adalah X4
Jadi rumus nilai rata – rata dapat ditulis :
N1 . X1 + N2 . X + N3 . X3 + N4 . X4 + …..
<X> =
N
atau :

Ni / N pada hakekatnya adalah probabilitas. Jadi

Untuk data kontinyu, persamaan 17 ditulis :

Fungsi  (x) tersebut dinamakan fungsi distribusi karakter X, artinya jika x


adalah kecepatan maka  (x) adalah fungsi distribusi kecepatan, begitu
seterusnya.
Dengan demikian, sekarang kita sudah berada pada posisi dapat
menghitung nilai rata – rata suatu karakter, jumlah molekul dengan kecepatan
tertentu, serta probilitas mendapatkan molekul pada kecepatan tertentu, jika kita
sudah dapat menurunkan fungsi distribusinya.

3.3.4. BENTUK FUNGSI DISTRIBUSI KECEPATAN DAN FUNGSI


PARTISI
Kita semua tahu bahwa kecepatan adalah besaran vektor, sehinga selain
mempunyai kuantitas ia juga mempunyai arah. Oleh karena itu kecepatan dapat
diproyeksikan atas sumbu – sumbunya dan inilah yang disebut komponen
kecepatan. Jika kecepatan adalah v maka komponen – komponennya adalah vX,
vy dan vx. Hubungan antara kecepatan dengan komponen – komponennya adalah
:

(16)
Khusus untuk kecepatan molekul gas, biasanya tidak dinyatakan dengan v tetapi
c, sehingga persamaan 16 boleh ditulis :

Sedang fungsi distribusinya adalah  (c) yang merupakan gabungan dari fungsi
distribusi komponennya yaitu  ( VX ),  ( Vy ) dan  ( V2 ).
Fungsi distribusi komponen, disebut fungsi partisi.
Menurut teori probabilitas, jika peristiwa A mempunyai probabilitas ½
dan peristiwa B = ¼, maka probabilitas gabungan A dan B adalah 1/8 atau
probabilitas gabungan beberapa peristiwa adalah hasil dari probabilitas
masing – masing.
Jika Pc merupakan gabungan antara PX, PY dan PZ maka :
PC = PV . PV . PV
X y Z
Karena telah kita ketahui bahwa probabilitas sebanding dengan fungsi distribusi
dan segmennya, maka dapat pula kita tulis :
 (c) dc =  ( VX ),  ( VV )  ( VZ ) dVX dVY dVZ
Jadi :
 (c) = =  ( VX ),  ( VV )  ( VZ )
Dari persamaan 19 tampak bahwa fungsi DISTRIBUSI hasil kali fungsi – fungsi
partisinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi distribusi tersebut pasti
merupakan fungsi eksponensial sebab hanya fungsi ekspnensial yang
mempunyai sifat seperti itu (ingat e a+b = ea . eb)
Bentuk umum fungsi eksponensial adalah :
 ( X ) = Ae X

Karena pertimbangan sifat fisik bahwa makin tinggi kecepatan, makin sedikit
molekulnya maka pangkat yang dikenakan atas e harus bernilai negatif sehingga
fungsi partisinya adalah
2
f ( VX ) = A e -V
X
2
f ( Vy ) = A e -V
y
2
f ( Vy ) = A e -V
y

dengan demikian fungsi distribusi kecepatannya adalah :


2 2 2
f ( c ) = A3 e - ( V X + Vy + VZ )
atau :
2
f ( c ) = A e -c 3

Untuk menentukan A dan  kita gunakan rumus probabilitas, yaitu :


PX =  ( VX ) dv
Jadi untuk komponen VX :
PV =  ( VX ) dv X
X

Sifat pokok probabilitas adalah bahwa totalnya = 1. Jadi :


Total PV =    ( VX ) dv X = 1
atau :
2
A  e -VV dv = 1
X

Atau (Atkin, hal 798 ) :


 ½
A. ( ) = 1, Jadi :

 ½
A.=( )

dengan demikian bentuk fungsi partisipnya adalah :

 ½ 2
- V
f ( VX ) = ( ) e X

 ½ 2
- V
f ( Vy ) = ( ) e y

 ½ 2
- V
f ( tZ ) = ( ) e Z

Untuk mendapatkan harga  , kita bertolak dari kecepatan rata – rata masing –
masing komponen.
2
<VX > = 1/2β (18)
2 2
Dengan demikian <Vy> dan <Vz> masing – masing juga 1/2. Dengan
menggunakan persamaan 18 diperoleh

Kombinasi 7 c dengan 25 menghasilkan :


3 RT/M = 3/2
jadi :

atau :

jadi :

Jika harga A, dan  dimasukkan kembali ke persamaan 21, maka fungsi


distribusi kecepatan dan fungsi distribusi komponen – komponen kecepatannya
sudah diperoleh yaitu :
Fungsi distribusi diatas, dikenal sebagai fungsi distribusi Maxwell – Boltzman,
sedang fungsi partisinya :

3.3.5. EKSPRESI DISTRIBUSI MAXWELL


3.3.5.1. DISTRIBUSI JUMLAH MOLEKUL
Berdasarkan persaman 9, rapat molekul pada sebuah titik adalah :
 = N (x)
jika (x) adalah (c), maka :
 = N (c)
banyaknya molekul pada suatu segmen volume (ditulis dnc) adalah rapat molekul
dikalikan segmen volume dV. Jadi :
dV = . dV
jika kontainer dianggap berbentuk bola berjejari r, maka dV = 4r2 dr. tetpai jika
jejarinya c, maka :
dV = 4c2 dc
sehingga :
dcc = 4 N c2 (c) dc
Substitusi persamaan 29 ke dalam 30 menghasilkan :
Dengan dnc adalah banyaknya molekul yang mempunyai kecepatan antara c sampai c
+ c.
3.3.5.2. DISTRIBUSI PROBABILITAS
Telah kita ketahui bahwa probabilitas untuk mendapatkan partikel
berkelanjutan antara x sampai x + x adalah dnx/N.jadi probabilitas untuk
mendapatkan partikel berkelanjuan antara c sampai c + c adalah :

3.3.5.3. KELAJUAN MOLEKUL


3.4.2.1. LAJU RATA – RATA
Melalui tinjauan kinetik, telah kita kenal salah satu konsep kelajuan yaitu
c
rms ( root mean square speed), yang harganya :

Fungsi distribusi Maxwell dapat digunakan untuk menghitung laju rata – rata (mean
average speed), yaitu dengan menggunakan persamaan 16 :

Menurut persamaan 9,  (x) = /N = dnx/N dx, sehingga ;

Jadi :

Jika ( m/2kT) c2 diganti q, maka persamaan di atas dapat ditulis :


Adalah 1. Jadi :

Kelajuan rata – rata


3.4.2.2. LAJU PALING MUNGKIN Cmp
Distribusi Maxwell juga dapat digunakan untuk menentukan kelajuan
yang paling mungkin, yaitu kelajuan yang dimiliki oleh sebagian besar maximum,
atau dengan perkataan lain cmp adalah c yang menghasilkan nc maksimum.
Menurut teori fungsi, suatu kuantitas akan maksimum jika turunan
pertamanya adalah nol. Jadi dnc maksimum jika turunan dnc/dc = 0. (Ruas kanan
persamaan 31 diturunkan = 0).
Jadi :

Yang selanjutnya disebut Cmp. Jadi

3.3.5. DISTRIBUSI MAXWELL DINYATAKAN DALAM ENERGI


Persamaan 31 adalah distribusi Maxwell yang dinyatakan dalam kelajuan
c. selain itu distribusi Maxwell juga biasa dinyatakan dalam energi . Untuk ini
transformasinya adalah :
 = ½ mc2 sehingga c = (2/m)1/2 1/2
d = m dc sehingga dc = ( 1/m) d
jika harga – harga tersebut dimasukkan ke dalam persamaan 31 diperoleh distribusi
Maxwell dalam energi, yaitu :
dn = 2N ( 1/kT) 3/2 1/2 e -/kT
d

3.3.6. EKIPARTISI ENERGI


Kita tahu bahwa setiap gerak berkaitan dengan sejumlah energi. Kita tahu
pula bahwa setiap gerak terdiri atas beberapa komponen gerak. Komponen gerak
inipun berkaitan dengan sejumlah energi. Energi yang berhubungan dengan setiap
komponen gerak, disebut energi partisi. Karena apapun komponen geraknya harga
energi partisinya sama, maka energi partisi ini disebut ekipartisi energi.
Sebagai contoh suatu gerak translasi, terdiri atas 3 komponen, yaitu
berarah x, y dan z dengan komponen vx, vy dan vz. Energi masing – masing
komponen, yaitu sebesar untuk arah x, untuk arah y dan
Untuk arah z disebuy akipartisi energi. Berapakah harganya ?
Melalui persaman 24 kita peroleh = 1/2 yang pada hakekatnya
adalah kuadrat laju partisi, karena diperoleh dari fungsi partisi. Dari 27, kita peroleh 
= m/2kT. Jadi

Energi partisi komponen x atau :

Dengan cara yang sama, kita peroleh energi partisi komponen yang lain, dan secara
keseluruhan energi partisi atau ekipartisi energi ditulis.

Pernyataan x = y = z = inilah yang hukum ekipartisi energi.


DERAJAT KEBEBASAN.
Yang dimaksud derajat kebebasan adalah banyaknya kemungkinan
komponen gerak, yang dimiliki oleh jenis gerak tertentu.
Derajat kebebasan ini mempunyai hubungan dengan energi gerak dan
energi partisi masing – masing molekul. Hubungannya adalah :
 gerak = dk .  partisi = dk.
Sehubungan dengan derajat kebebasan, terdapat hukum yang harus dipatuhi yaitu :
Jika suatu sistem terdiri atas N partibel masa jumlah derajat
kebebasannya adalah 3N atau terdapat 3N kemungkinan arah gerak pada sistem
tersebut

5. JENIS – JENIS GERAK MOLEKUL DAN ENERGINYA


5.1. GERAK TRANSLASI
molekul – molekul gas yang mono atomik, hanya mempunyai satu jenis
gerak, yaitu gerak translasi. Gerak tranlasi dapat mempunyai 3 kemungkinan
komponen gerak, yaitu translasi arah x,y dan z sehingga derajat kebebasannya = 2.
sehingga energi tranlasi tiap molekul adalah  trans = 3 ½ kT = 2/3 kT.
Untuk tiap mol :
U trans =
Molekul – molekul yang poliatomik, mempunyai gerak lain selain
translasi. Gerak yang lain itu adalah gerak rotasi dan vibrasi.

5.2. GERAK ROTASI


Gerak rotasi adlah gerak berputar pada sumbu tertentu. Untuk molekul
yang linier, gerak rotasi mempunyai 2 kemungkinan yaitu gerak rotasi dengan :
1. sumbu rotasi berimpit dengan sumbu molekul.
2. sumbu rotasi tegak lurus dipertengahan sumbu molekul.
Dengan demikian derajat kebebasan gerak rotasi molekul linear adalah 2, jadi energi
rotasinya :

(molekul linear)
Untuk tiap mol :

Bagaimana derajat kebebasan serta energi rotasi molekul yang non linear ? Marilah
kita lihat gambar molekul non linear berikut :

A B

Melihat gambar tersebut maka dapat dipastikan terdapat 3 macam


kemungkinan gerak rotasi yaitu rotasi dengan sumbu rotasi :
1. berimpit dengan AB
2. berimpit dengan BC
3. tegak lurus terhadap Ab BC
jadi untuk molekul yang non linear, harga derajat kebebasannya adalah 3, sehingga
energi translasinya permolekul adalah :

( Molekul non linear )


untuk tiap mol :

5.3. GERAK VIBRASI


Menentukan harga derajat kebebasan gerak vibrasi, tidak dapat dilakukan
dengan cara seperti gerak rotasi KARENA KOMPLIKASINYA YANG RUMIT.
Untuk ini digunakan penalaran sebagai.
Telah kita ketahui bahwa derajat kebebasan total adalah 3N, untuk
translasi 3, untuk rotasi 2 (jika linear) atau 3 (jika non linear). Sisanya adalah derajat
kebebasan vibrasi. Jadi :
dkvib = 3N - dktrans - dkrot
untuk molekul linear :
dkvib = 3N - 3 - 3 – 3N – 6
dengan demikian maka energi vibrasi permolekul adalah dk tersebut dikalikan energi
partisi sebesar ½ Kt. Tetapi harus diingan bahwa setiap gerakan vibrasi sebenar
terdiri atas gerakan yang simultan, oleh karena itu, pengalinya bukan ½ kT tertapi
kT, sehingga :
( linear )

( non linear )
untuk tiap mol :
( linear )

( non linear )

6. ENERGI TOTAL MOLEKUL


Energi total molekul adalah jumlah semua jenis energi yang ada.

6.1. ENERGI TOTAL MOLEKUL MONOATOMIK


telah dibicarakan bahwa molekul mono atomik hanya mempunyai gerak
translasi saja, jadi :
( per molekul )
atau :
( permol )

6.2. ENERGI TOTAL MOLEKUL LINEAR


Energi total molekul poli atomik adlah jumlah energi translasi, rotasi dna
vibrasinya, jadi :

Atau :
( per mol )

6.3. ENERGI TOTAL MOLEKUL NON LINEAR


Seperti yang linear, energi total molekul non linear juga jumlah dari
energi translasi, rotasi dan vibrasinya. Hanya seperti sudah dibicarakan di atas,
energi rotasi dan vibrasinya berbeda :

( per molekul )
untuk tiap mol :
U = 3 Rt + ( 3N – 6) RT

3.7 KAPASITAS KALOR PADA VOLUME TETAP (CV)


bila sejumlah kalor diberikan kepada sejumlah gas dan volume ruang
dipertahankan, maka energi molekul gas akan bertambah, sejumlah kalor yang
diberikan.
Perbandingan antara pertambahan kalor dengan pertambahan temperatur
pada volume konstan disebut kapasitas kalorvolume constan atau CV. Jadi

dengan menggunakan persamaan di atas, kita dapat menghitung berapakah CV untuk


gas mono atomik, gas poliatomik linear, maupun gas poliatomik non linear.

RESUME

I. <c> = root mean square speed = c rms

<> = energi kinetik per molekul


II.

III. U = energi kinetik permol.

IV. Rumus umum nilai rata – rata

 (c) = fungsi distribusi dengan c


V.
sebagai fungsi kelakuan

VI. dnc = banyaknya molekul yang


berkecepatan c s/d c + c

VII. Distribusi probabilitas

VIII.

IX

XI Distribusi Maxwell dalam


energi
XII. Ekipartisi energi

( per molekul )
XIII.

( per mol )
( per molekul linear )

( per mol linear )

( per molekul non linear )

( per mol non linear )

( per molekul linear )

( per molekul non linear )

( per molekul linear )

( per mol non linear )

XIV ( kapasitas kalor )

Lampiran : SOAL :
1.Hitunglah crms , <c> , dan cmp untuk molekul O2 pada T 300 K. Bandingkan hasilnya
dengan pada H2
SOME PROPERTIES OF LIQUIDS AND SOLIDS
Cairan dan Padatan sering disebut CONDENSED PHASES = FASE
TERKONDENSASI.
Beberapa persamaan yang berlaku pada gas juga berlaku pada cairan dan padatan,
misalnya:

Soal :
1. At 25oC a sealed, rigid container filled with liquid water. If the
temperature is raised by 10oC, what pressure will develop in the
container ? For water, α = 2,07 x 10-4/ K-1 , = 4,5 x 10-5 atm-1.
2. The following vapor pressure data are available for liquid metallic
zinc

p/ mmHg 10 40 100 400


t/ C
o
593 673 736 844
From an appropriate plot of data, determine the heat of
vaporization of zinc and the normal boiling point.

Anda mungkin juga menyukai