1. Gaya Intermolekuler
Gaya van der Waals adalah gaya yang besarnya menurun drastis seiring dengan
meningkatnya jarak pemisahan. Ketika dua molekul saling berdekatan yang menyebabkan awan
elektron dari molekul- molekul tersebut saling tumpang tindih, gaya yang timbul menjadi gaya
tolak yang akan meningkat karena jarak pemisahan semakin berkurang.
Pendekatan paling sederhana terhadap fenomena ini adalah dengan memperlakukan
molekul sebagai bola pejal yang elastik, dimana gaya tolakannya menjadi tak terbatas ketika
permukaan bola saling bersentuhan. Jika kita melibatkan sebuah gaya tarik ketika molekul tidak
mengalami kontak (bersentuhan), keadaannya akan memiliki bentuk kurva titik-titik.
2. Persamaan Keadaan Van der Waals
Persamaan ini menunjukkan sifat umum, dengan adanya faktor a, dimana sifat ini
bergantung pada interaksi gaya intermolekuler, dan memuat faktor b dimana sifat ini bergantung
pada ukuran molekul. Kita merepresentasikan volume "unavailable (kosong)" per mol dengan b,
maka dalam gas yang terdiri dari n mol dengan volume kosong adalah nb dan kita dapat
menuliskannya menjadi:
𝑃(𝑉 − 𝑛𝑏) = 𝑛𝑅𝑇 Atau, bila dibagi dengan n maka, 𝑃(𝑣 − 𝑏) = 𝑅𝑇,
Jika molekul dimisalkan sebagai bola pejal dengan diameter d, jarak minimum antara pusat
dua molekul, ditunjukkan dengan gambar 10-2, sebanding dengan d. Akibatnya, pusat dari setiap
molekul diperluas oleh radius bola d yang lain, yang dikenal sebagai “bola perluasan (sphere of
exclusion).” Volume dari bola ini adalah 4𝜋𝑑3/3, dan untuk menghindari perhitungan ganda untuk
setiap pasangan, kita hitung sebagai volume kosong total, untuk sistem dengan N molekul,
½ N x 4𝜋𝑑3/3
Jumlah molekul N adalah hasil dari jumlah mol n dan bilangan Avogadro NA, sehingga
volume kosong per mol, atau konstanta b, adalah b= 2/3 𝑁𝐴𝜋𝑑3 .
Penurunan tekanan akan sebanding dengan jumlah molekul per satuan volume pada lapisan
luar, n = N/V, dan juga jumlah per satuan volume pada lapisan berikut di bawahnya, yang sedang
berinteraksi. Tekanan akan berkurang oleh jumlah yang sebanding dengan n2, atau sama dengan
𝛼n2, dimana 𝛼 adalah sebuah faktor dependen pada besarnya gaya tarik (atraktif).
Dengan demikian tekanan P dapat dirumuskan : P = RT/ v-b
Karena pada keadaan kritis, volume molar spesifik dari gas van der Waals, vc, sama dengan
3b, maka : 𝑣0 = 3𝑏 = 2𝑁𝐴𝜋𝑑3 dimana besarnya 12 kali volume molekul total. Nilai b untuk gas
van der Waals memberikan fungsi untuk mengestimasi diameter molekul, dengan
3𝑏 1/3
𝑑=(
2𝜋𝑁𝐴 )
Untuk helium, dengan b =23.4 x 10-3 m3 kilomol-1, sehingga kita peroleh :
Aspek menarik dari teori distribusi jalan bebas adalah molekul N0 awalnya dianggap tidak
selalu dimulai pada jalur bebasnya setelah terjadi sebuah tumbukan. Kita memilih sacara acak dari
sejumlah besar molekul pada saat tertentu dan menyelidiki kondisi selanjutnya tanpa mengajukan
pertanyaan tentang kondisi sebelumnya. Kadang-kadang, bagaimanapun, itu adalah masa lalu
bukan masa depan yang menarik.
Konsep penting lainnya adalah frekuensi tumbukan z, jumlah rata-rata tumbukan persatuan
waktu yang terjadi antara molekul yang satu dengan molekul lainnya. Pada interval waktu Δt,
sebuah molekul menempuh jarak rata-rata 𝑣̅ Δt sepanjang garis lengkungnya. Jumlah rata-rata
tumbukan pada waktu ini adalah 𝑣̅ Δt / l, dan karena itu frekuensi tumbukan adalah, z= 𝑣̅𝑛𝜎 atau
Z= zp/2kT.
Contoh soal :
Hitung jumlah tumbukan oleh 1 atom Cs yang dialami per detik pada T=500 derajat
Celcius . jika diketahui volume wadah 50 cm 3,berapa jumlah total tumbukan pada wadah
perdetik. Tekanan uap Cs pada suhu tersebut adalah 80 torr. Diameter tumbukan Cs 540
pm=5,4.10-8 m.
Jawab :
𝜎 = 𝜋𝑑2 = 9,16.10-19m2
P= 80 torr = 1,07.104 pa
Z= zp/2kT =2,3.1032m-3s-1
Sehingga pada wadah 50,0 cm3 adalah
Z= 2,3.1032m-3s-1 . 50 cm3/(108cm3/m3)= 1,15.1028 detik-1