Nama Kelompok :
III. Pembahasan
1. Sekolah sebagai Organisasi Pendidikan Formal
Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai
makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Terbentuknya
lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan kemudian timbul aturan-
aturan yang dinamakan norma kemasyarakatan . Lembaga sosial sering pula dinamakan
pranata sosial.
Secara sederhana sekurang-kurangnya ada 4 jenis sasaran organisasi sekolah, di mana
masing-masing sasaran akan mencakup titik tolak pandangan terhadap organisasi sekolah.
a) Sasaran formal
Wujud dari sasaran ini tercantum dalam aturan-aturan tertulis, konstitusi dan
segala ketentuan formal yang melandasi orientasi organisasi. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar
tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya.
b) Sasaran informal
Organisasi pada umumnya tidak sepenuhnya bekerja sesuai ketentuan-
ketentuan formal. Sasaran informal merupakan interpretasi dan modifikasi sasaran-
sasaran formal dari seluruh anggota yang terlibat langsung pada wadah organisasi.
Sasaran ini mencakup pula persepsi masing-masing individu dan menjadi tujuan
kegiatan pribadi di dalam organisasi.
c) Sasaran ideologis
Sasaran ini menyangkut seperangkat sistem eksternal atau sistem nilai yang
diyakini bersama. Sasaran ini menyoroti pengaruh interaktif kultur-ideologis yang
dianut oleh sebagian besar manusia dalam menangkap, menyikapi dan merespon
eksistensi organisasi.
d) Sasaran-sasaran lain yang kurang begitu kuat
Penekanan sasaran ini akan menonjol pada suatu proses aktivitas organisasi
yang tengah mempertahankan eksistensinya dalam situasi di luar kondisi biasa.
Adapun hubungan guru dengan murid mempunyai sifat yang relatif stabil.
Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid bila dalam memberi
pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti terdapat dalam metode
ceramah, akan tetapi hubungan interaktif dengan partisipasi yang sebanyak-
banyaknya dari pihak murid. Hubungan itu akan lebih efektif dalam kelas yang
kecil daripada di kelas yang besar.
Di suatu sekolah dapat kita temukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan
antar- murid, antara lain:
5. Peranan guru dalam hubungannya dengan guru-guru lain dan kepala Sekolah.
Sebagai pegawai negeri dan anggota KORPRI tiap guru harus menaati segala
peraturan kepegawaian dalam melakukan tugasnya. Bagi guru ini berarti bahwa ia harus
hadir pada tiap pelajaran agar jangan merugikan murid. Seorang pegawai administrasi
masih dapat mengejar ketinggalannya dengan mengerjakannyadi rumah di luar jam
kantor. Selain peraturan umum bagi pegawai tiap- tiap sekolah mempunyai peraturan-
peraturan khusus tentang berbagai tugas lain yang harus dilakukan oleh guru seperti
membantu administrasi sekolah, tugas piket, membimbing kegiatanekstrakurikuler,
menjadi anggota panitia HUT sekolah, menjadi wali kelas, dan sebagainya. Sebagai
pengajar ia harus membuat persiapan, memberi dan memeriksa ulangan, mengabsensi
murid, menghadiri rapat guru, dan sebagainya. Dalam segala tugas kewajiban ia
senantiasa di bawah pengawasan kepala sekolah yang harus memberi konduite yang baik
agar memperoleh kenaikan tingkat. Dengan sendirinya guru akan mematuhi tiap
peraturan dan instruksi dari atasannya. Berdasarkan kekuasaan yang dipegang oleh
kepalasekolah terbuka kemungkinan baginya untuk bertindak otoriter. Sikap ini dapat
menjelma dalam sikap otoriter guru terhadap mood. Namun pada umumnya guru
menginginkan kepala sekolah yang demokratis yang mengambil keputusan berdasarkan
musyawarah, walaupun dalam situasi tertentu diinginkan 6pemimpin yang berani
bertindak tegas dengan penuh otoritas. Guru-guru cenderung bergaul dengan sesama
guru. Guru terikat oleh norma-norma menurut harapan masyarakat yang dapat menjadi
hambatan untuk mencari pergaulan dengan golongan lain yang tidak dibebani oleh
tuntutan-tuntutan tentang kelakuan tertentu. Guru dan sesama guru mudah saling
memahami dan dalam pergaulan antara sesama rekan dapat memelihara kedudukan dan
peranannya sebagai guru. ltu sebabnya guru-guru akan membantu kliknya sendiri.
Perkumpulan guru juga menggambarkan peranan guru. PGRI misalnya bersifat
profesional yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan sekalipun juga
disebut perbaikan nasib guru, namun guru-guru pada umumnya kurang dapat menerima
perkumpulan guru sebagai serikat buruh. Mengajar dan mendidik sejak dulu dipandang
sebagai profesi kehormatan yang tidak sematamata ditujukan kepada keuntungan
materiel. Memperjuangkan nasib melalui perkumpulan guru dengan menonjolkan soal
upah bertentangan dengan hati sanubari guru, sekalipun turut merasa kesulitan hidup
sehari-hari.
IV. Kesimpulan
1. Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai
sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara.
2. –
3. –
4. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diciptakan oleh masyarakat untuk membantu
keluarga, dan msyarakat dalam tugas menyiapkan generasi anak-anak yang belum siap
dalam kehidupan sosial, dengan tujuan membantu mengembangkan dalam diri anak suatu
kondisi fisik, intelektual, dan moral yang dituntut oleh masyarakat secara keseluruhan.
5. Perbedaan pendidikan Negara Indonesia dengan negara lain tentu signifikan. Sistem,
peraturan , dan kurikulum negara lain lebih mengutamakan peningkatan mutu
pendidikannya, sedangkan Negara Indonesia terlihat mementingkan kualitas outputnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/6718046/sekolah_sebagai_sistem_sosial
Kuntoro, S. A. (2010). Kemitraan Sekolah. In Workshop Strategi Pengembangan Mutu Sekolah bagi
Kepala Sekolah dan Pengawas. Jurnal Nasional. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/130275878/KEMITRAAN%20SEKOLAH%20pak%20sodiq.
pdf pada Minggu, 10 Maret 2019 pukul 05.36
http://mohammadafrizal.web.ugm.ac.id/2015/02/24/tahukah-kalian-perbedaan-pendidikan-negara-
kita-dengan-negara-lain/ pada Minggu, 10 Maret 2019 pukul 08.09