Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SOSIO-ANTHROPOLOGI PENDIDIKAN

SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL DAN STRUKTUR


SOSIAL

Nama Kelompok :

1. Erni Setiawati (18302241003)


2. Linda Fatikasari (18302241008)
3. Diana Nurfitni(18302241021)
4. Furi Ningsih Sri Sukowati (18302241022)
5. Evi Nurhayati (18302241025)
6. Salma Sholeha Meisyaroh (18302241039)
I. Latar Belakang Masalah
Terbentuknya lembaga pendidikan merupakan suatu konsekuensi logis dari taraf
perkembangan masyarakat yang sudah semakin kompleks. Diperlukanya pihak lain untuk
mengurusi organisasi dan apresiasi pengetahuan secara khusus serta mengupayakan untuk
mentransformasikan kepada generasi muda merupakan kekuatan yang melatarbelakangi
berdirinya sekolah sebagai lembaga pendidikan (Karsidi,2008:7)
Keberadaan sekolah merupakan salah satu indikasi terwujudnya masyarakat modern.
Sekolah sebagai suatu lembaga tidak terlepas dari adanya interaksi yang terjadi antar elemen
sekolah tersebut . Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara
individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar, melainkan
juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang
dihadapinya didalam maupun diluar sekolah.
II. Rumusan Masalah :
1. Bagaimana sekolah sebagai organisasi pendidikan formal?
2. Bagaimana sekolah sebagai sistem sosial?
3. Bagaimana sekolah sebagai struktur sosial?
4. Apa yang dilakukan sekolah sebagai lembaga sosial?
5. Bagaimana perbedaan pendidikan negara Indonesia dengan negara lain?

III. Pembahasan
1. Sekolah sebagai Organisasi Pendidikan Formal
Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai
makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Terbentuknya
lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan kemudian timbul aturan-
aturan yang dinamakan norma kemasyarakatan . Lembaga sosial sering pula dinamakan
pranata sosial.
Secara sederhana sekurang-kurangnya ada 4 jenis sasaran organisasi sekolah, di mana
masing-masing sasaran akan mencakup titik tolak pandangan terhadap organisasi sekolah.
a) Sasaran formal
Wujud dari sasaran ini tercantum dalam aturan-aturan tertulis, konstitusi dan
segala ketentuan formal yang melandasi orientasi organisasi. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar
tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya.
b) Sasaran informal
Organisasi pada umumnya tidak sepenuhnya bekerja sesuai ketentuan-
ketentuan formal. Sasaran informal merupakan interpretasi dan modifikasi sasaran-
sasaran formal dari seluruh anggota yang terlibat langsung pada wadah organisasi.
Sasaran ini mencakup pula persepsi masing-masing individu dan menjadi tujuan
kegiatan pribadi di dalam organisasi.
c) Sasaran ideologis
Sasaran ini menyangkut seperangkat sistem eksternal atau sistem nilai yang
diyakini bersama. Sasaran ini menyoroti pengaruh interaktif kultur-ideologis yang
dianut oleh sebagian besar manusia dalam menangkap, menyikapi dan merespon
eksistensi organisasi.
d) Sasaran-sasaran lain yang kurang begitu kuat
Penekanan sasaran ini akan menonjol pada suatu proses aktivitas organisasi
yang tengah mempertahankan eksistensinya dalam situasi di luar kondisi biasa.

2. Sekolah sebagai Sistem Sosial


a) Sistem Sosial
Sebuah sistem sosial merupakan sistem dari tindakan-tindakan manusia. Ia
terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi antar berbagai individu, yang tumbuh
dan berkembang dalam standar penilaian umum serta mendapat kesepakatan
bersama dari para anggota masyarakat. Yang paling penting dari berbagai standar
penilaian umum adalah apa yang disebut sebagai norma-norma sosial. Norma-
norma sosial itulah yang sesungguhnya membentuk struktur sosial.
Pengaturan interaksi sosial antar anggota masyarakat tersebut dapat terjadi
karena komitmen mereka terhadap norma-norma sosial menghasilkan daya untuk
mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan-kepentingan pribadi mereka,
proses ini memungkinkan bagi mereka untuk menemukan keselarasan antarsatu
sama lain sehingga pada proses selanjutnya menghasilkan suatu tingkat integrasi
sosial
b) Sistem Sosial di dalam Sekolah
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sistem sosial, karena ia merupakan
produk yang lahir dan tumbuh dalam masyarakat. Pendidikan yang maju hanya
hidup dan dimiliki oleh masyarakat yang berpikiran maju, dan hanya masyarakat
yang berpikiran maju yang menghargai pendidikan. Pendidikan dan masyarakat
merupakan satu kesatuan yang menentukan status.
Sebagai sistem sosial, sekolah merupakan akumulasi dari komponen-
komponen sosial integral yang saling berinteraksi dan memiliki kiprah yang
bergantung satu dengan yang lainnya. sekolah mempunyai dua aspek penting
yaitu aspek individu dan aspek sosial. Di satu pihak, pendidikan sekolah bertugas
mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan
secara optimal. Sekolah sebagai pendidikan formal dituntut untuk dapat merekam
segala fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya sekolah memberikan
informasi dan penjelasan kepada peserta didik terhadap ontologis suatu peristiwa.

3. Sekolah dan Struktur Sosial


a) Pengertian Struktur Sosial Di Sekolah
Bila seorang insinyur bicara tentang "struktur" bangunan maka yang dimaksud
adalah (1) materialnya, (2) hubungan antara bagian-bagian bangunan, dan (3)
bangunan itu dalam keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan
sebagainya. Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota
-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan
yang tinggi yang memegang kekuasaan yang paling banyak sampai kedudukan
yang paling rendah. Dalam struktur sosial sekolah kepala sekolah menduduki
posisi yang paling tinggi dan pesuruh kedudukan yang paling rendah. Dalam kelas
guru mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada murid. Biasanya murid-
murid kelas rendah merasa mempunyai kedudukan yang lebih rendah daripada
murid-murid kelas yang lebih tinggi.Dengan demikian dapat dicegah berbagai
konflik dan dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan.
b) Struktur Sosial Sekolah
1) Kedudukan seseorang dalam Struktur Sosial di Sekolah
Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur
sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain. Status atau
kedudukan menentukan kelakuan orang tertentu. Dalam kedudukannya
sebagai guru mengharapkan kelakuan tertentu dari murid. Peranan adalah
konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang. Seorang mandor
diharapkan memberikan perintah kepada pekerja. Guru diharapkan
mematuhi instruksi kepala sekolah akan tetapi menuntut agar murid-murid
belajar. Akan tetapi cara-cara seorang membawakan peranannya dapat
berbeda menurut kepribadian seseorang.Tiap orang dalam masyarakat
mempunyai berbagai kedudukan. Seorang murid mempunyai kedudukan
sebagai pelajar, ketua murid, anggota regu sepak bola atau sebagai kakak
terhadap murid-murid yang lebih rendah kelasnya, sedangkan di rumah
siswa berkedudukan sebagai anak terhadap orangtuanya, adik terhadap
kakaknya dan di luar rumah ia menjadi teman bagi sejumlah anak-anak
lainnya.Dalam tiap kedudukan ia menjalankan peranan tertentu.
Berdasarkan kedudukan daripadanya diharapkan kelakuan tertentu.
2) Kedudukan guru dalam struktur sosial di masyarakat
Kedudukan guru lebih rendah dari pada kepala sekolah dan karena itu
kita harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-
hal mengenai sekolah. Guru mempunyai kedudukan sebagai pegawai, dan
dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan yang ditetapkan
oleh atasan, Pemerintah ataupun yayasan. Pelanggaran dapat diberi
tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang berarti pencabutan sumber
pendapatannya. Kedudukan guru tidak sama. Pada umumnya dianggap
bahwa kedudukan guru SMP lebih tinggi daripada guru SD akan tetapi
lebih rendah daripada guru SMA. Di dalam Sekolah Menengah sendiri
kedudukan guru juga tidak sama. Guru yang mengajarkan bidang studi
tertentu dianggap lebih tinggi daripada yang lain. Pada umumnya bidang
studi akademis seperti matematika, fisika, kimia menduduki tempat yang
lebih terhormat daripada yang memegang bidang studi agama, PKK atau
Pendidikan Jasmani yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk
Perguruan Tinggi. Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa
kerja. Berkat usia dan pengalamannya mengajar, guru lama mengharapkan
rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda Pendidikan
merupakan usaha yang sungguh sungguh untuk memperbaiki metode
mengajar dengan membuktikan keberhasilan.

Adapun hubungan guru dengan murid mempunyai sifat yang relatif stabil.
Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid bila dalam memberi
pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti terdapat dalam metode
ceramah, akan tetapi hubungan interaktif dengan partisipasi yang sebanyak-
banyaknya dari pihak murid. Hubungan itu akan lebih efektif dalam kelas yang
kecil daripada di kelas yang besar.

4. Struktur sosial murid di sekolah


Sekolah bagi murid-murid dapat dipandang sebagai sistem persahabatan dan
hubungan-hubungan sosial yang bersifat tak formal. Struktur sosial pada orang dewasa
lebih formal, karena kedudukan mereka yang berkaitan dengan jabatannya telah
ditentukan dan dapat dirumuskan serta merupakan suatu bagian dari sistem sosial dalam
masyarakat. Ada juga kedudukan murid yang lebih formal seperti ketua OSIS yang telah
mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan Pemerintah. Akan tetapi kebanyakan
kedudukan murid bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah itu
saja.
Ada dua metode utama untuk mempelajari struktur informal para pelajar.
a) Teknik Sosiometri.
Dalam garis besarnya kepada murid ditanyakan siapakah di antara murid-
murid, satu orang atau lebih, yang paling disukainya sebagai teman belajar,
menonton bioskop, diundang ke rumah atau untuk kegiatan lainnya, atau
sebaliknya yang paling tidak disukainya, yang tidak dianggapnya sebagai teman.
Dari hasil pertanyaan itu yang diajukan kepada setiap murid dalam kelas atau
kelompok murid dapat disusun suatu diagram yang disebut sosiogram yang secara
visual jelas menunjukkan kedudukan seseorang dalam hubungan sosial dengan
muridmurid lain. Sosiogram itu dapat segera memperlihatkan pengelompokan
atau klik (clique) di kalangan murid- murid.
b) Metode Partisipasi-Observasi.
Sambil turut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok selama beberapa waktu
mengadakan observasi tentang kelompok. Melalui partisipasi itu pengmat
menganalisis kedudukan setiap murid dalam hubungannya dengan murid- murid
lainnya di dalam kelompok itu. Seorang pengamat yang turut serta dalam kegiatan
murid yang terlatih sebagai pengamat akan dapat menemukan dan merumuskan
berbagai hubungan yang terdapat diantara anggota- anggota kelompok itu.

Di suatu sekolah dapat kita temukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan
antar- murid, antara lain:

a) Hubungan dan kedudukan berdasarkan usia dan tingkat kelas.


Kedudukan menurut usian dan Kelas Murid-murid suatu kelas, yang pada
umumnya mempunyai usia yang sama cenderung untuk menjadi suatu kelompok
yang merasa dirinya kompak dalam menghadapi kelas lain, bahkan menghadapi
guru misalnya dalam pertandingan dan peristiwaperistiwa yang menyangkut nama
dan kehormatan kelas itu. Terhadap kelas Yang lebih tinggi mereka merasa
dirinya orang bawahan sebagai adik terhadap kakak yang pantas menunjukkan
rasa hormat dan patuh. Se-baliknya terhadap kelas yang lebih rendah mereka
merasa sebagai "atasan" atau "kakak" yang patut dipatuhi dan disegani. Demikian
pula murid-murid SMA merasa dirinya lebih tinggi daripada murid SMP akan
tetapi memandang mahasiswa sebagai kakak yang lebih tinggi.
b) Struktur sosial berhubungan dengan kurikulum.
Pada umumnya tidak diadakan diferensiasi kurikulum berdasarkan perbedaan
jenis kelamin. Murid-murid di SD, SMP, SMA, wanita maupun pria mengikuti
pelajaran yang sama. Di sana-sini terdapat perbedaan kecil, misalnya sepak bola
yang hanya diikuti oleh murid pria dan keterampilan menjahit yang lebih sesuai
bagi murid wanita. Bidang studi akademis sama bagi semua anak pria maupun
wanita. Belajar sebagai kegiatan utama di sekolah ada pertaliannya dengan
struktur sosial murid-murid. Berhasil gagalnya seorang murid dalam pelajarannya
turut menentukan kedudukannya dalam kelompoknya. Dalam kelompok belajar
murid yang pandai akan dijadikan pemimpin.
c) Kelompok persahabatan di sekolah.
d) Hubungan antara struktur masyarakat dengan pengelompokan di sekolah.
e) Kelompok elite.
f) Kelompok siswa yang mempunyai organisasi formal.

5. Peranan guru dalam hubungannya dengan guru-guru lain dan kepala Sekolah.
Sebagai pegawai negeri dan anggota KORPRI tiap guru harus menaati segala
peraturan kepegawaian dalam melakukan tugasnya. Bagi guru ini berarti bahwa ia harus
hadir pada tiap pelajaran agar jangan merugikan murid. Seorang pegawai administrasi
masih dapat mengejar ketinggalannya dengan mengerjakannyadi rumah di luar jam
kantor. Selain peraturan umum bagi pegawai tiap- tiap sekolah mempunyai peraturan-
peraturan khusus tentang berbagai tugas lain yang harus dilakukan oleh guru seperti
membantu administrasi sekolah, tugas piket, membimbing kegiatanekstrakurikuler,
menjadi anggota panitia HUT sekolah, menjadi wali kelas, dan sebagainya. Sebagai
pengajar ia harus membuat persiapan, memberi dan memeriksa ulangan, mengabsensi
murid, menghadiri rapat guru, dan sebagainya. Dalam segala tugas kewajiban ia
senantiasa di bawah pengawasan kepala sekolah yang harus memberi konduite yang baik
agar memperoleh kenaikan tingkat. Dengan sendirinya guru akan mematuhi tiap
peraturan dan instruksi dari atasannya. Berdasarkan kekuasaan yang dipegang oleh
kepalasekolah terbuka kemungkinan baginya untuk bertindak otoriter. Sikap ini dapat
menjelma dalam sikap otoriter guru terhadap mood. Namun pada umumnya guru
menginginkan kepala sekolah yang demokratis yang mengambil keputusan berdasarkan
musyawarah, walaupun dalam situasi tertentu diinginkan 6pemimpin yang berani
bertindak tegas dengan penuh otoritas. Guru-guru cenderung bergaul dengan sesama
guru. Guru terikat oleh norma-norma menurut harapan masyarakat yang dapat menjadi
hambatan untuk mencari pergaulan dengan golongan lain yang tidak dibebani oleh
tuntutan-tuntutan tentang kelakuan tertentu. Guru dan sesama guru mudah saling
memahami dan dalam pergaulan antara sesama rekan dapat memelihara kedudukan dan
peranannya sebagai guru. ltu sebabnya guru-guru akan membantu kliknya sendiri.
Perkumpulan guru juga menggambarkan peranan guru. PGRI misalnya bersifat
profesional yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan sekalipun juga
disebut perbaikan nasib guru, namun guru-guru pada umumnya kurang dapat menerima
perkumpulan guru sebagai serikat buruh. Mengajar dan mendidik sejak dulu dipandang
sebagai profesi kehormatan yang tidak sematamata ditujukan kepada keuntungan
materiel. Memperjuangkan nasib melalui perkumpulan guru dengan menonjolkan soal
upah bertentangan dengan hati sanubari guru, sekalipun turut merasa kesulitan hidup
sehari-hari.

6. Guru Bukan Buruh Belaka.


Walaupun buruh di negara-negara tertentu berhak mogok, namun pemogokan oleh
guru-guru tidak diterima karena itu selalu dikecam oleh masyarakat. Bahkan di kalangan
guru sendiri pemogokan dianggap tidak sesuai dengan tugas dan martabat guru. Pekerjaan
guru tidak boleh dikaitkan dengan penghargaanmateriel belaka. Dengan pemogokan guru
menonjolkan aspek materialistis yang dianggap kurang sesuai dengan cita- cita
pendidikan yang bersifat idealistis. Dengan pemogokan, guru akan merendahkan martabat
guru dan karena itu akan mendapat tantangan dari kalangan guru- guru sendiri. Dirasa
kurang layak bila guru bicara tentang pembayaran. Upah guru terletak pada keberhasilan
anak didiknya dan rasa terima kasih dari anak- didik sekalipun tak diucapkan. Guru-guru
pada umumnya dan guru SD khususnya tidak termasuk orang yang berada. Mereka yang
ingin kaya jangan memasuki jabatan guru. Walaupun keridhaan Allah dan menyebarkan
ilmu pengetahuan. Nilai individu tidak semata-mata ditentukan dengan ukuran materiel.
Dalam tanggapan masyarakat kita khususnya di desa guru masih menduduki posisi yang
terhormat. Di luar sekolah masih sangatdiharapkan pengabdian guru dalam berbagai
bidang. Jasa guru senantiasa akan dikenang oleh setiap orang yang telah pemah diasuh
oleh Pak Guru dan bu Guru.
7. Yang dilakukan sekolah sebagai lembaga sosial
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diciptakan oleh masyarakat untuk
membantu keluarga, dan msyarakat dalam tugas menyiapkan generasi anak-anak yang
belum siap dalam kehidupan sosial, dengan tujuan membantu mengembangkan dalam diri
anak suatu kondisi fisik, intelektual, dan moral yang dituntut oleh masyarakat secara
keseluruhan. Fungsi sekolah sebagai lembaga yang dikembangkan masyarakat adalah
untuk tugas melaksanakan pendidikan bagi anak dan pemuda agar dapat sesuai dengan
tuntutan sosial budaya masyarakat. Hal-hal yang dilakukan oleh sekolah untuk
menyiapkan anak dalam melakukan peran sosial harus teru menerus melakukan
perubahan. sekolah sebagai lembaga pendidikan harus menyesuaikan dengan perubahan
sosial, seolah-olah apa yang terjadi di sekolah selalu tertinggal dari perkembangan cepat
masyarakat yang ada di sekitarnya. Namun, pandangan para ahli pendidikan progresif
meletakkan tugas pendidikan sebagai instrumen untuk membangun masyarakat baru,
yang merupakan sisi lain dari fungsi pendidikan untuk melestarikan kehidupan sosial
budaya (Kuntoro, S. A. 2010).
Pendidikan untuk membangun kehidupan sosial yang lebih bijak adalah menjadi dasar
bagi membangun masyarakat yang lebih memiliki karakter baik. Ada suatu contoh yang
unik pentingnya pendidikan karakter di masyarakat Jepang. Undang-undang dasar
pendidikan Jepang menetapkan bahwa tujuan pendidikan adalah “penyempurnaan
karakter setiap individu”, tanpa menyebut sesuatu tentang aspek praktis dari pendidikan
seperti pengetahuan dan keterampilan. Pandangan umum masyarakat Jepang terhadap
tujuan pendidikan adalah untuk pengembangan karakter individu atau untuk
pengembangan kehidupan intelektual dan spiritual. Orang Jepang seolah-olah merasa
tidak senang untuk mengkaitkan aktivitas pendidikan dengan aspek praktis untuk
pencapaian material, walaupun mereka yakin bahwa aktivitas pendidikan menjadi
kebutuhan penting dalam kehidupan, tetapi tujuannya lebih bersifat tujuan intrinsic yaitu
mengembangkan kemampuan intelektual dan pengembangan karakter. Masyarakat
Jepang memiliki penghargaan yang tinggi terhadap aktivitas belajar, walaupun tujuan
utamanya untuk pembentukan karakter, tetapi masyarakat Jepang berhasil dalam
pencapaian kemajuan ekonomi. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam kehidupan
sekolah di masyarakat Jepang sangat sederhana yaitu nilai jujur, hemat, bersih, dan kerja
keras, tetapi karena dilaksanakan dengan partisipasi yang luas dalam keluarga,
masyarakat, dan tempat kerja maka dapat membentuk karakter masyarakat Jepang yang
mendukung pencapaian kemajuan ekonomi (Kuntoro, S. A. 2010).
8. Perbedaan Pendidikan Negara Indonesia dengan Negara Lain
a) Sekolah sudah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh semua orang. Wajib
belajar 12 tahun di Indonesia dan wajib belajar 9 tahun di Jepang merupakan
contoh kebijakan yang ditetapkan oleh Negara untuk membentuk mutu sumber
daya manusia di Negara tersebut. Karena dengan belajar/sekolah seseorang akan
memperoleh ilmu yang berguna untuk membangun bangsa (ugm.ac.id).
b) Kualitas pendidikan di setiap Negara tentu berbeda. Negara-negara maju
mempunyai kualitas pendidikan yang sangat baik. Contoh, Jepang, Finlandia, dan
London. Negara Finlandia memiliki sistem Pendidikan yang sangat baik, yaitu :
c) Finlandia mewajibkan rakyatnya untuk mempelajari Bahasa Inggris dan wajib
membaca buku setiap minggu.
d) Finlandia memberi pendidikan gratis kepada rakyatnya sejak Taman Kanak-kanak
sampai jenjang uni
e) Finlandia mewajibkan belajar pada usia 7-14 tahun.
f) Finlandia menyediakan fasilitas guru pendamping kepada anak-anak yang lamban
dalam berpikir dan memberikan bimbingan privat kepada mereka.
g) Finlandia mewajibkan guru melaporkan evaluasi belajar setiap siswa.
h) Finlandia sangat memperhatikan pendidikan di sekolah dasar. Karena di masa
sekolah dasar siswa terletak pada posisi yang sangat cemerlang.
i) Finlandia menyediakan fasilitas gratis untuk semua pembelajaran.
j) Finlandia tidak pernah segan untuk mengeluarkan dana untuk meningkatkan mutu
belajar.
k) Masyarakat miskin atau kaya. Semua mendapatkan hak yang sama dalam
pendidikan sampai mereka meraih cita-cita. Finlandia memberi fasilitas gratis
berupa makan dan minum di sekolah dan transportasi menuju sekolah.

Jika kita menyimpulkan dari sistem pendidikan di Finlandia, sangat mendukung


peningkatan mutu pendidikan. Maka tidak heran jika Finlandia menjadi Negara dengan
kualitas pendidikan terbaik di dunia (ugm.ac.id). Sistem pendidikan di Indonesia :

a) Sistem pendidikan di Indonesia terdapat banyak evaluasi tes yang memberatkan


siswanya, dari ulangan harian, ujian kenaikan kelas, ujian nasional dan lain-lain.
Berbeda dengan Finlandia yang meminimalisir evaluasi tes.
b) Sistem pendidikan di Indonesia memiliki KKM yang menyebabkan siswanya
banyak yang tinggal kelas karena tidak bisa mencapai KKM yang disyaratkan.
Jika di Finlandia, guru akan membimbing anaknya yang tertinggal agar bisa naik
kelas. Jadi tidak akan ada yang tertinggal.
c) PR merupakan hal yang wajar di Indonesia. Guru menganggap PR merupakan
sesuatu hal yang penting diberikan agar melatih disiplin siswa. Namun jika di
Finlandia guru tidak memberikan beban pekerjaan rumah untuk siswanya.
Minimal hanya menyita waktu 30 menit di rumah.
d) Guru di Indonesia rata-rata berpendidikan S1. Jika di Finlandia semua S2.
e) Indonesia masih menerima pengajar berjenjang S1 yang memiliki nilai pas-pasan.
Namun di Finlandia hanya guru-guru yang memiliki prestasi terbaik yang
diperbolehkan untuk mengajar.
f) Indonesia masih menerima pengajar berjenjang S1 yang memiliki nilai pas-pasan.
Namun di Finlandia hanya guru-guru yang memiliki prestasi terbaik yang
diperbolehkan untuk mengajar.
g) Proses belajar mengajar di Indonesia jarang menggunakan sistem belajar yang
menyenangkan. Lebih sering membuat suasana belajar yang serius dan tegang.
Berbeda dengan Finlandia yang membuat suasana belajar yang menyenangkan
namun materi tetap tersampaikan dengan baik
h) Pelajaran Bahasa Inggris di Finlandia sudah dimulai sejak kelas 3 SD.
i) Jumlah hari sekolah di Indonesia sangatlah banyak yaitu mencapai 220 hari dalam
satu tahun. Berbeda dengan Finlandia yang hanya memakan 190 hari dalam satu
tahun. Indonesia masih menganggap jika lebih sering masuk sekolah maka anak
akan makin pintar.
j) Jika kita membuat kesimpulan dari perbandingan sistem pendidikan di Indonesia
dengan sistem pendidikan di Finlandia sangat jauh. Mungkin disebabkan oleh
perbedaan kualitas sumber daya manusia, pemerintahan, dan juga budaya di
Indonesia (ugm.ac.id).

IV. Kesimpulan
1. Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai
sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara.
2. –
3. –
4. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diciptakan oleh masyarakat untuk membantu
keluarga, dan msyarakat dalam tugas menyiapkan generasi anak-anak yang belum siap
dalam kehidupan sosial, dengan tujuan membantu mengembangkan dalam diri anak suatu
kondisi fisik, intelektual, dan moral yang dituntut oleh masyarakat secara keseluruhan.
5. Perbedaan pendidikan Negara Indonesia dengan negara lain tentu signifikan. Sistem,
peraturan , dan kurikulum negara lain lebih mengutamakan peningkatan mutu
pendidikannya, sedangkan Negara Indonesia terlihat mementingkan kualitas outputnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/6718046/sekolah_sebagai_sistem_sosial

https://jurnalmanajemen.com/organisasi-formal/ (diakses 7 Maret 2019)


http://sayamakalah.blogspot.com/2014/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html (diakses 7
Maret 2019)
Ravik Karsidi. 2007. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS & UNS Press

https://samplingkuliah.blogspot.com/2017/06/sekolah-sebagai-sistem-sosial.html (diakses 7 Maret


2019 )

Kuntoro, S. A. (2010). Kemitraan Sekolah. In Workshop Strategi Pengembangan Mutu Sekolah bagi
Kepala Sekolah dan Pengawas. Jurnal Nasional. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/130275878/KEMITRAAN%20SEKOLAH%20pak%20sodiq.
pdf pada Minggu, 10 Maret 2019 pukul 05.36

http://mohammadafrizal.web.ugm.ac.id/2015/02/24/tahukah-kalian-perbedaan-pendidikan-negara-
kita-dengan-negara-lain/ pada Minggu, 10 Maret 2019 pukul 08.09

S. Nasution, Teknologi Pendidikan, Cet. I; Jakarta: BumiAksara, 1994).

H. 13 7 S. Nasution, op.cit., h. 78.

S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, op.cit., h. 78.

Anda mungkin juga menyukai