Anda di halaman 1dari 18

BAB III

STATISTIK MAXWELL – BOLTZMANN

3.1. Pendahuluan

Berbeda dengan teori kinetik, kita sekarang akan mencoba memahami gejala- gejala
termodinamika dengan pendekatan yang lebih banyak memanfaatkan sifat-sifat
statistik benda banyak. Molekul-molekul gas misalnya kita pelajari sebagai
kumpulan benda banyak tanpa menghiraukan masing-masing molekul satu
persatu. Tentu saja pendekatan secara statistik seperti ini memberikan informasi
yang lebih "miskin" dari pada pendekatan yang bersifat lengkap, tetapi hal im
mungkin masih lebih berguna dari pada tidak punya informasi sama sekali. Di
samping itu untuk menggarap secara lengkap mekanika molekul yang jumlahnya
1023 misalnya, anda bisa membayangkan beban pekerjaan yang harus kita Iakukan.
Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat menerangkan sifat
penggunaan teknik statistik untuk menurunkan distribusi Maxwell-Boltzmann.
Kemampuan yang diharapkan pada bab ini adalah ; pertama, menerangkan
bedanya status dan tingkatan energi melalui contoh-contoh sederhana dalam
mekanika kuantum. Kedua, membedakan lukisan makro dan lukisan mikro dalam
kumpulan benda banyak dan ketiga, mencari konfigurasi dengan peluang terbesar
dan tingkat ketajamannya.

3.2. Status Energi Dan Tingkatan Energi

Untuk mempermudah pembahasan bab ini, kita akan mengulang pengertian-


pengertian konsep kuantum dalam fisika modern. Dalam mempelajari atom
Hidrogen, elektron yang mengelilingi inti atom ternyata tidak bisa memiliki
sebarang nilai energi. Hanya nilai-nilai energi tertentu saja yang diperkenankan,
dan nilai-nilai energi semacam itu dinamakan tingkatan energi. Untuk atom
hidrogen, energi pada tingkat-tingkat tersebut mengikuti rumus ;

13,6
𝐸𝑛 = 3,1
𝑛2

dengan n adalah bilangan kuantum utama, yang berharga 1, 2, 3, . . .


Pada satu tingkatan energi "bentuk" lintasan elektron masih bisa berbeda- beda.
Kita mengenal bilangan kuantum orbital 𝑙 yang berharga:

𝑙 = 0, 1, 2, 3 ,. . . ( 𝑛 − 1) 3.2

Selain itu juga mengenal bilangan kuantum magnetik 𝑚 yang berharga :

𝑚 = −𝑙, −𝑙 + 1, . . . , −1, 0 , 1,. . . +𝑙 3.3

Dan bilangan kuantum spin s yang berharga ,


1
𝑠 = ±2 3.4

Pasangan bilangan (𝑛, 𝑙, 𝑚, 𝑠) melukiskan secara terperinci bentuk maupun letak


lintasan elektron yang diperkenankan dalam atom hidrogen. Ini kita namakan
status energi lintasan elektron dalam atom hidrogen. Jadi kita membedakan
pengertian status energi dan tingkatan energi. Pada satu tingkatan energi n, kita
bisa mempunyai lebih dari satu status energi.

Contoh lain yang sering kita bahas adalah energi sebuah osilator harmonik. Secara
mekanika klasik, bila ada suatu benda dengan tetapan pegas k, sekali digerakkan
benda itu akan bergerak bolak-balik dengan frekuensi. '
𝑘
𝑓 = √𝑚 3,5

Besarnya energi osilasi tergantung pada amplitude simpangan yaitu berapa jauh
kita mula-mula menarik massa m dari kedudukan kesetimbangannya. Makin besar
amplitude osilasi makin besar energinya.

Berbeda dengan osilasi yang dilakukan oleh molekul oksigen. Kedua atom oksigen
yang membangun molekul itu akan bergerak menjauh dan mendekat seperti
gerakan massa yang terkait pada pegas itu. Pada benda-benda skala atomik ini
yang berlaku bukan mekanika klasik melainkan mekanika kuantum. Frekuensi
gerak harmoniknya ditentukan oleh massa atom dan semacam "tetapan pegas" yang
merupakan ukuran seberapa kuat kedua atom itu terikat satu sama lain. Energi
osilasinya tidak dapat bemilai sebarang melainkan terbatas oleh rumus :

1
𝐸𝑛 = ℎ𝑓 ( 𝑛 + 2 ) 3.6
dengan n bilangan bulat 0,1, 2,...... dan h adalah tetapan Planck yang bernilai
1,0546 x 10-27 erg detik, serta f adalah frekuensi seperti persamaan (3.5).
Disini status energi hanya ditentukan oleh satu bilangan kuantum n. Dari
persamaan (3 .6) tampak bahwa pada setiap tingkatan energi hanya terdapat satu
status energi. Jadi berbeda situasinya dengan kasus elektron dalam atom hidrogen.

Satu contoh lain yang akan banyak kita gunakan adalah gerak translasi sebuah titik
massa (untuk selanjutnya disebut partikel) dalam suatu ruangan. Hasil mekanika
kuantum menunjukkan bahwa energi gerak translasi itu bersifat deskrit, artinya
ada bilangan-bilangan kuantum yang membatasi nilai energi yang diperbolehkan,
serta menentukan status energinya. Dengan menggunakan prinsip dualisme
partikel gelombang di dalam mekanika kuantum, gerakan partikel yang bergerak
lurus bolak-balik diantara dua dinding yang berjarak L dapat diekuivalenkan
dengan gelombang diam yang terjadi pada medium satu dimensi yang panjangnya
L. Menurut Louis de Broglie, suatu partikel yang bergerak dengan momentum P
dapat dianggap sebagai gelombang, dengan panjang gelombang;


𝜆=𝑝 3.7

Partikel yang bergerak lurus bolak-balik diantara dua dinding yang berjarak L dapat
diekuivalensikan dengan gelombang diam yang terjadi pada medium yang
panjangnya L. Panjang gelombang dari gelombang diam tersebut untuk tiga
keadaan yang dilukiskan gambar 3.1 adalah :

1
𝐿 = 2 𝝀𝟏 ⟶ 𝝀𝟏 = 2L
1
𝐿 = 𝝀𝟐 ⟶ 𝝀𝟐 = 2 .2L 3.8
3 1
𝐿 = 2 𝝀𝟑 ⟶ 𝝀𝟑 = 3 2L dan seterusnya

atau secara umum, setap keadaan dapat dinyatakan

1
𝜆𝑗 = 2𝐿 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛𝑗 = 1, 2, 3, . . . 3.9
𝑛𝑗
Gambar 3.1. tiga dari beberapa kemungkinan gelombang diam yang terjadi
pada tali

Dari persamaan (3.7) dan (3.9) dapat dituliskan harga-harga momentum untuk setiap
keadaan partikel sebagai :

h
𝑃𝑗 = 𝑛𝑗 3,10
2L

Andaikan partikel bergerak bebas diantara dua dinding (tidak ada pengaruh medan
konservatif luar) maka energi partikel dapat dinyatakan sebagai ,

1 𝑃𝑗2
𝐸𝑗 = 𝑚 𝑣𝑗2 = 2𝑚 3,11
2

dimana 𝑃𝑗 = 𝑚. 𝑣𝑗 , adalah momentum partikel pada saat kecepatan 𝑣𝑗 . Dengan


menyisipkan persamaan (3.10) ke (3.11) menghasilkan tingkat-tingkat energi partikel
tersebut, yaitu :

ℎ2
𝐸𝑗 = 𝑛𝑗2 𝑛𝑗2 3.12
8𝑚𝐿2

dimana m adalah massa partikel. Jadi untuk kasus ini setiap tingkatan energi berisi dua
status energi, sebab dua nilai 𝑃𝑗 mempunyai harga mutlak sama tetapi berlawanan
tanda menempati tingkatan energi yang sama, kecuali untuk 𝑃 = 0.
Untuk gerak translasi sebuah partikel dengan massa m dalam kubus yang panjang
rusuknya L, terdapat tiga komponen momentum. Oleh sebab itu status energinya
ditentukan oleh tiga bilangan kuantum

𝑃𝑥 = 𝑛 𝑛 = 1,2, …
2𝐿 𝑥 , 𝑥

𝑃𝑦 = 𝑛 𝑛 = 1,2, . .. 3.13
2𝐿 𝑦, 𝑦

𝑃𝑧 = 𝑛 𝑛 = 1,2, …
2𝐿 𝑧 , 𝑧

Jika 𝑃𝑗 adalah resultan dari 𝑃𝑥 , 𝑃𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑧 maka berlaku,

𝑃𝑗2 = 𝑃𝑥2 + 𝑃𝑦2 + 𝑃𝑧2


ℎ2
= (𝑛𝑥2 + 𝑛𝑦2 + 𝑛𝑧2 ) 3.14
4𝐿2

ℎ2
Atau 𝑃𝑗2 = 𝑛𝑗2 3.14a
4𝑙2

dengan 𝑛2𝑗 = 𝑛2𝑥 + 𝑛2𝑦 + 𝑛2𝑧 3.14b

dimana nx , ny dan nz menyatakan bilangan-bilangan kuantum pada setiap derajat


kebebasan partikel tersebut. Substitusi persaman (3.14) ke persamaan (3.11), diperoleh
pemyataan energi partikel, yaitu

ℎ2
𝐸𝑗 = 𝑛𝑗2 𝑛𝑗2 3.15
8𝑚𝐿2

Karena volume sistem dapat dinyatakan sebagai 𝑉 = 𝐿3 maka 𝐿2 = 𝑉 2/3 , sehingga


energi partikel (3.15) dapat pula dinyatakan dalam bentuk :

ℎ2
𝐸𝑗 = 𝑛𝑗2 𝑉 −2/3 3.16
8𝑚

Beberapa kemuhgldnan kombinasi dari harga-harga nx , ny dan nz dapat memberikan


harga-harga 𝑛𝑗2 yang sama, dan akibatnya akan memberikan harga 𝐸𝑗 yang sama.
Sebagai contoh diambil untuk harga 𝑛𝑗2 = 6, maka terdapat 3 pasangan (nx , ny, nz)
yang memenuhinya yaitu (2, 1, 1), ( 1, 2, 1) dan (1, 1, 2). Jadi ada tiga status energi
dengan tingkatan energi yang sama.
Dalam mekanika kuantum kita mengatakan tingkatan energi tersebut memiliki
derajat degenerasi tiga. Contoh satu keadaan yang tak terdegenerasi adalah
keadaan dengan nx= ny = nz = 1 dan hanya ada satu harga 𝐸𝑗 . Harga-harga 𝐸𝑗 disebut
tingkat-tingkat energi. Banyaknya degenerasi pada setiap energi 𝐸𝑗 biasanya
dituliskan dengan simbol 𝑔𝑗 dan jumlah bilangan-bilangan kuantum 𝑛𝑥 , 𝑛𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑧
pada setiap tingkat energi 𝐸𝑗 disebut bilangan okupasi 𝑁𝑗 .

𝑁𝑗 = 𝑛𝑥 + 𝑛𝑦 + 𝑛𝑧 3.17

Untuk sistem yang terdiri dari N buah partikel, maka jumlah bilangan okupasi total
sama dengan jumlah partikel N.

∑ 𝑁𝑗 = 𝑁 3.18

Jika energi setiap partikel pada tingkat energi ke j adalah 𝐸𝑗 , maka energi total
partikel pada tingkat energi ke j adalah 𝑁𝑗 𝐸𝑗 , sehingga energi total E sistem adalah,

𝐸 = ∑𝑗 𝐸𝑗 𝑁𝑗 3.19

Jika sistem berada dalam medan gaya eksternal yang konservatif, maka..

𝐸 = 𝑈 + 𝐸𝑝 3.20

Dimana U menyatakan energi dalam sistem dan 𝐸𝑝 menyatakan energi potensial


yang ditimbulkan oleh medan gaya ekstenal. Jika 𝐸𝑝 = 0 , didapatkan persamaan

𝑈 = ∑𝑗 𝐸𝑗 Nj 3.21
Contoh 3.1
Sebuah partikel berada dalam suatu ruang yang volumenya V. Tentukan harga-
harga 𝑛𝑥 , 𝑛𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑧 untuk enam tingkatan energi yang terendah. Tentukan pula
banyaknya degenerasi pada setiap tingkat energi serta besamya setiap tmgkat
energi dalam satuan 𝐸0 dimana ,
ℎ2
𝐸0 = 𝑉 −2/3
8𝑚

Penyelesaian :
Dapat dibuat tabel untuk keenam tingkat keadaan (tingkat enrgi) yang

terendah seperti dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. Status energi dalam enam tingkat energi terendah.

j 𝑛𝑥 𝑛𝑦 𝑛𝑧 𝑁𝑗2 𝐸𝑗 𝑔𝑗
1 1 1 1 3 3 𝐸0 1
2 2 1 1
1 2 1 6 6 𝐸0 3
1 1 2
3 2 2 1
2 1 2 9 9 𝐸0 3
1 2 2
4 3 1 1
1 3 1 11 11 𝐸0 3
1 1 3
5 2 2 2 12 12 𝐸0 1
6 3 2 1
3 1 2
2 3 1
2 1 3 14 14 𝐸0 6
1 3 2
1 1 3

Keadaan-keadaan yang tak terdegenerasi adalah untuk nx= ny = nz = 1 dan nx= ny = nz = 2.


3.3. Keadaan Mikro dan Keadaan Makro

Dalam statistika dikenal istilah ensemble, yaitu suatu kumpulan dari entitas
(kesatuan-kesatuan yang identik). Sifat makroskopik suatu ensemble ditentukan
oleh distribusi entitas di dalam ensemble tersebut. Dalam pembahasan mekanika
statistik sederhana, partikel-partikel tunggal (partikel sejenis) dapat dianggap
sebagai entitas dan sistem yang terdiri dari sejumlah partikel-partikel tunggal dapat
dianggap sebagai ensemble. Dengan demikian, sifat makroskopik sistem dapat
ditentukan dengan cara meninjau distribusi partikel-pertikel di dalam sistem.

Setiap konfigurasi partikel pada suatu tingkat energi tertentu menunjukkan satu
keadaan mikro dari sistem partikel tersebut, dan satu set (himpunan) keadaan
mikro dapat membentuk satu keaclaan makro dari sistem tersebut. Sekarang kita
akan menggunakan konsep tersebut untuk molekul-molekul dalam gas ideal.
Seperti yang telah di bahas dalam sub bab 3.2, status energi sebuah partikel yang
bergerak lurus beraturan ditentukan oleh tiga bilangan kuantum, yaitu
𝑛𝑥, 𝑛𝑦, 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑧 . Informasi lengkap tentang kondisi molekul-molekul dalam gas itu
berarti informasi pada setiap saat t, molekul pertama mempunyai status energi
seperti apa, molekul kedua mempunyai status energi seperti apa, dan seterusnya.
Jadi kalau kita mempunyai N molekul, infonnasi lengkap kita tentang molekul
tersebut adalah sebagai berikut.
Molekul ke 1 diketahui (𝑛𝑥, 𝑛𝑦, 𝑛𝑧 ) nya dinamakan 𝑛𝑥1, 𝑛𝑦1, 𝑛𝑧1

Molekul ke 2 diketahui (𝑛𝑥, 𝑛𝑦, 𝑛𝑧 ) nya dinamakan 𝑛𝑥2, 𝑛𝑦2, 𝑛𝑧2

Molekul ke 3 diketahui (𝑛𝑥, 𝑛𝑦, 𝑛𝑧 ) nya dinamakan 𝑛𝑥3, 𝑛𝑦3, 𝑛𝑧3

. . .
dan seterusnya .

Molekul ke-N diketahui (𝑛𝑥, 𝑛𝑦, 𝑛𝑧 ) nya, namakan 𝑛𝑥𝑁, 𝑛𝑦𝑁, 𝑛𝑧𝑁 . Melukiskan keadaan
kumpulan N molekul yang masing-masing sedang bergerak lurus beraturan seperti
kita lakukan di atas, dinamakan keadaan mikro. Untuk N = 1022 (setara dengan
jumlah atom/molekul penyusun gas ideal yang mempunyai volume 1 liter) kita
perlukan data bilangan bulat sebanyak 3 x 1022.
Untuk sekedar perbandingan, bila jumlah penduduk di bumi ini sekitar 6 milyar
(sekarang masih belum sebanyak itu), maka untuk menggarap satu liter gas,
diperlukan sumber informasi yang tidak hanya sekedar sanggup menampung data
seluruh penduduk di bumi ini saja, melainkan sanggup menampung data kira-kira
10 trillun planet yang berpenduduk seperti bumi ini. Seandainnya hal tersebut
mampu kita kerjakan, rasanya usaha yang kita lakukan tidak sepadan dengan hasil
(manfaat) yang kita peroleh.

Bagaimana keadaan makro dari N molekul di atas ?. Kita alihkan perhatian kita dari
masing-masing molekul ke status energi (𝑛𝑥, 𝑛𝑦, 𝑛𝑧 ) . Misalnya informasi yang kita
sajikan berbentuk : pada saat t berapa banyak molekul yang ada pada masing-
masing status energi. Mislanya,
Status ke 1 (1, 1, 1) berisi N1 molekul
Status ke 2 (2, 1, 1) berisi N2 molekul
Status ke 3 (2, 2, 1) berisi N3 molekul
dan seterusnya.

Informasi yang disajikan oleh makro ini lebih bermanfaat dari pada informasi yang
disajikan oleh lukisan mikro bila kita akan membuat kaitan dengan besaran-
besaran fisika yang lazim diukur untuk gas. Keadaan makro lebih berguna dalam
menggambarkan perangi kelompok, sebab besaran-besaran yang sebenamya kita
peroleh melalui eksperimen mengenai perangai gas adalah besaran yang
merupakan ciri-ciri kelompok, bukan ciri molekul secara individual.

Jadi masalahnya adalah bagaimana caranya meramalkan perangi kelompok


melalui keadaan makro tetapi tanpa harus mengetahui keadaan mikronya.

Agar tidak terlalu rumit kita awali dahulu dengan. Contoh yang sederhana dengan
mengandaikan bahwa hanya ada 4 molekul dalam sistem dan masing-masing
molekul hanya boleh mempunyai dua status energi. Status energi terendah diberi
nomor 1 dan yang lainnya nomor 2. Keempat molekul tersebut kita beri nama
masing-masing : A, B, C dan D. Ada 16 keadaan mikro yang berbeda yang dapat
diperoleh untuk sistem sederhana tersebut (lihat tabel 3.2).
Tabel 3.2. Keadaan mikro 4 molekul

Konfigurasi A B C D
ke ..
1 1 1 1 1
2 2 1 1 1
3 1 2 1 1
4 1 1 2 1
5 1 1 1 2
6 2 2 1 1
7 2 1 2 1
8 2 1 1 2
9 2 2 1 1
10 1 1 2 2
11 1 2 2 1
12 2 2 2 1
13 1 2 2 2
14 2 1 2 2
15 2 2 1 2
16 2 2 2 2

Mekanika statistik bertitik tolak dari pengandaian bahwa masing-masing keadaan


mikro itu mmpunyai peluang yang sama untuk ditemui bila kita melakukan suatu
pengamatan.

Jika kita menggali informasi dengan keadaan makro akan ditemui hanya 5
konfigurasi saja (lihat tabel 3.3.). Konfigurasi 1 dengan ke empat molekul ada pada
status energi pertama hanya ditemukan pada satu keadaan mikro, demikian juga
halnya dengan konfigurasi 5 dengan keempat molekul ada pada status energi
kedua. Untuk konfigurasi 2 dengan satu molekul pada status energi kedua terdapat
4 keadaan mikro yang memenuhi syarat. Demikian halnya dengan konfigurasi ke 4,
jumlah keadaan mlkro yang memenuhi syarat ada 4. Sisa 6 keadaan mikro yang ada
memiliki konfigurasi 3.

Jika kita bertitik tolak dari pengandaian bahwa setiap keadaan makro mempunyai
peluang sama untuk ditemui dalam setiap pengamatan, sedangkan perhatian kita
dalam mengamati tertuju pada keadaan makronya saja, maka konfigurasi 3
memiliki peluang yang terbesar untuk ditemui sebagai hasil pengamatan kita.
Tabel 3.3. Keadaan makro 4 molekul terkait pengisian status energi 1 dan 2

No. Nama konfigurasi N1 N2 Jumlah keadaan


mikro
1 Konfigurasi 1 4 0 1
2 Konfigurasi 2 3 1 4
3 Konfigurasi 3 2 2 6
4 Konfigurasi 4 1 3 4
5 Konfigurasi 5 0 4 1

Untuk sistem yang terdiri atas 4 molekul, memang peluang konfigurasi 3 tidak
jauh berbeda dengan peluang untuk konfigurasi 2 atau 4. Tetapi untuk jumlah
molekul yang cukup besar konfigurasi dengan membagi jumlah molekul separuh
pada status energi pertama dan separuh lainnya pada status energi ke 2 akan
semakin besar peluangnya dibandingkan dengan konfigurasi-konfigurasi lainnya.
Pada jumlah molekul sebanyak yang terdapat dalam 1 liter gas pada tekanan
normal, hampir bisa dipastikan bahwa konfigurasi dengan peluang terbesar itu
begitu dominan sehingga pengamatan secara makro hanya akan menemukan
konfigurasi semacam itu saja. Inilah inti penalaran kita dalam menggunakan
statistik pada mekanika benda banyak.

Untuk keadaan yang lebih umum, kita harus menghitung banyaknya keadaan
mikro yang memenuhi syarat suatu konfigurasi makro. Misalnya seluruh molekul
N, dan ingin dicari banyaknya keadaan mikro pada konfigurasi dengan N1
molekul pada status energi 1, N2 molekul pada status energi 2, N3 molekul pada
status energi 3, dan seterusnya. Maka banyaknya keadaan mikro yang
memenuhi syarat untuk konfigurasi itu adalah jumlah kombinasi yang bisa
dibuat untuk membagi N benda ke dalam kotak-kotak. Sehingga N1 terletak pada
kotak nomor 1, N2 terletak pada kotak nomor 2, N3 terletak pada kotak nomor 3,
dan seterusnya, yaitu :

𝑁!
𝑊 (𝑁1 , 𝑁2 , . . . ) = 3.22
𝑁1 ! 𝑁2 ! 𝑁3 ! . . .
Pilihan bilangan-bilangan N1, N2, dan seterusnya terikat oleh syarat bahwa
jumlahan bilangan tersebut sama dengan jumlah seluruh molekul N.

𝐾 (𝑁1 , 𝑁2 , . . . ) = 𝑁1 + 𝑁2 + . . . = 𝑁 3.23

Jika energi yang dimiliki molekul pada status nomor 1 besarnya 𝑊1 , energi yang
dimiliki molekul pada status nomor 2 besarnya 𝑊2 dan seterusnya, maka
konfigurasi seperti di atas mempunyai energi total sebesar G (sistem energinya
konstan).

𝐺 (𝑁1 , 𝑁2 , . . . ) = 𝑊1 𝑁1 + 𝑊2 𝑁2 + . . . 3.24

Konfigurasi yang memberi nilai 𝑊𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 dengan syarat bahwa energi totalnya
G berharga tetap dan jumlah molekul K berharga tertentu, maka secara
matematik adalah mencari titik stasioner fungsi W dengan kendala fungsi K dan
G yang konstan menggunakan pelipat Lagrange.

Jika suatu fungsi variabel banyak 𝒇(𝒙𝟏 , 𝒙𝟐 ,. . . ) dengan kendala


𝒈(𝒙𝟏 , 𝒙𝟐 ,. . . ) = 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏 dan 𝒉(𝒙𝟏 , 𝒙𝟐 ,. . . ) = 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏 bersifat
stasioner pada suatu titik maka terdapat dua tetapan (misal 𝜶 dan
𝜷) sehingga untuk setiap i berlaku persamaan :
𝜹𝒇 𝜹𝒈 𝜹𝒉
(𝜹𝒙 ) + 𝜶 (𝜹𝒙 ) + 𝜷 (𝜹𝒙 ) = 𝟎 3.25
𝒊 𝒊 𝒊

Bentuk fungsi W tidak dikenal fungsi turunannya. Dengan bantuan teorema


Sterling, dapat digunakan untuk mendekati fungsi ln(𝑁1 ), terutama untuk N yang
sangat besar, yaitu

ln 𝑁 ! ≅ 𝑁 ln 𝑁 − 𝑁 3.26

Oleh karena itu, yang akan kita cari adalah titik stasionemya fungsi 𝑙𝑛 𝑊, bukan
fungsi W. Dari persamaan (3.22) dan (3.26) diperoleh .

𝑙𝑛 𝑊 = ln(𝑁!) −  ln(𝑁𝑖 !)
= 𝑁 𝑙𝑛𝑁 − 𝑁 −  𝑁𝑖 ln(𝑁𝑖 ) + 𝑁𝑖
Karena 𝑁𝑖 = 𝑁, maka fungsi 𝑙𝑛 𝑊 menjadi ,

𝑙𝑛 𝑊 = 𝑁 𝑙𝑛𝑁 −  𝑁𝑖 ln(𝑁𝑖 ) 3.27


Selanjutnya dengan menggunakan dalil Lagrange dan fungsi kendala
perrrsamaan (3.23) dan (3.24) dimana fungsi f pada persamaan (3.25)
digantikan 𝑙𝑛 𝑊, fungsi g digantikan oleh K dan fungsi h digantikan oleh G serta
tetapan Iagrange yang menyertai turunan K bukan kita pilih 𝜶 tetapi −𝑙𝑛 𝜶
(semata-mata untuk memudahkan bentuk hasilnya), maka akan dipeorleh ,
𝑙𝑛 𝑁𝑖 − 𝑙𝑛 𝛼 + 𝛽𝑊𝑖 = 0

Atau 𝑁𝑖 = 𝛼. exp (−𝛽𝑊𝑖 ) 3.28

Besaran 𝜶 dapat kita ungkapkan dalam bentuk lain. Jika diingat bahwa jumlah
seluruh molekul adalah N, maka

𝑁𝑖 = 𝑁 = 𝛼. exp(−𝛽𝑊𝑖 ) 3.29

Jumlah exp (−𝛽𝑊𝑖 ) memegang peranan penting dalam perhitungan-


perhitungan selanjutnya dan diberi nama fungsi partisi (Z),

𝑍 = exp (−𝛽𝑊𝑖 )
3.30

Besaran ini nilainya masih bergantung pada parameter 𝛽 yang belum dibahas
dan struktur pembagian status energi. Karena itu besaran ini akan berbeda
nilainya untuk kasus persoalan yang berbeda. Sekarang tetapan 𝛼 bisa
dinyatakan dalam suatu tetapan yang bergantung pada 𝛽 sehingga :

𝑁
𝑁 = 𝑍. 𝛼 atau 𝛼= 𝑍

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konfigurasi yang paling sering


dijumpai dalam eksperimen adalah konfigurasi dengan pola distribusi dimana
status energi ke i dihuni oleh molekul yang jumlahnya,

𝑁
𝑁𝑖 = . exp (−𝛽𝑊𝑖 )
𝑍

3.31
Contoh 3.2

Suatu sistem terdiri dari 3 buah partikel yang tak terbedakan dengan energi total
𝑈 = 3𝜀. Sistem tersebut mempunyai tingkat-tingkat energi yang dinyatakan
dengan 𝜀1 = 0, 𝜀2 = 𝜀, 𝜀3 = 2𝜀, 𝑑𝑎𝑛 𝜀4 = 3𝜀. Jika tidak ada pembatasan jumlah
partikel yang dapat berada pada setiap tingkat energi, tentukan keadaan makro
yang terjadi.

Penyelesaian

Keadaan makro l

N1 = 2, N2 = 0, N3 = 0, N4 = 1
N = N1 + N2 + N3 + N4

=2+0+0+1

=3

𝑈 = 𝑁1 𝜀1 + 𝑁2 𝜀2 + 𝑁3 𝜀3 + 𝑁4 𝜀4

= (2. 0) +(0. 𝜀) + (0. 2𝜀 ) + (1.3𝜀)

= 3𝜀

Keadaan makro 2

N1 = 1, N2 = 1, N3 = 1, N4 = 0

N = N1 + N2 + N3 + N4

=1+1+l+O

=3

𝑈 = 𝑁1 𝜀1 + 𝑁2 𝜀2 + 𝑁3 𝜀3 + 𝑁4 𝜀4

= (1. 0) +(1 𝜀) + (1. 2𝜀 ) + (0.3𝜀)

= 3𝜀
Keadaan makro 3

N1 = O, N2 = 3, N3 = 0, N4 = O

N = N1 + N2 + N3 + N4

=0+3+0+O

=3

𝑈 = 𝑁1 𝜀1 + 𝑁2 𝜀2 + 𝑁3 𝜀3 + 𝑁4 𝜀4

= (0. 0) +(3. 𝜀) + (0. 2𝜀 ) + (0.3𝜀)

= 3𝜀

Jadi, ada 3 kemungkinan keadaan makro pada sistem tersebut. Distribusi


partikel di dalam sistem juga dapat dinyatakan seperti diagram gambar 3.2.

Keadaan makro

1 2 3

3𝜀 ● 𝑁1 = 𝑁2 = 𝑁3 = 3

2𝜀 ●
𝑈1 = 𝑈2 = 𝑈3 = 3𝜀
𝜀 ● ●●●

0 ●● ●

Pada gambar tersebut, setiap titik menyatakan satu partikel, dan banyaknya
t1t1k dalam setiap kotak menunjukkan banyaknya partikel yang berada pada
tingkat energi tertentu pada keadaan makro tertentu.
3.4. Rangkuman

1. Dalam mekanika kuantum tidak sebarang nilai energi boleh dimiliki oleh suatu
sistem. Sesuai dengan jenis sistem yang digarap nilai-nilai energi yang boleh
dimiliki bergantung pada bilangan-bilangan yang disebut bilangan kuantum
ada yang hanya satu macam ada pula yang lebih dari satu macam bilangan
kuantumnya. Besarnya nilai energi yang diperkenankan disebut tingkatan
energi, sedangkan pasangan nilai lengkap dari semua bilangan kuantum
menentukan status energi untuk sistem itu. Pada satu tingkatan energi bisa
terdapat lebih dari satu status energi disebut derajat degenerasi tingkatan
energi tersebut.
2. Ada dua cara mengungkapkan informasi tentang kumpulan benda banyak.
Informasi yang paling terperinci, yang menghasilkan secara tepat status
masing-masing benda, dinamakan keadaan mikro. Jenis informasi lain yang
kurang terperinci akan tetapi tetap melukiskan karakteristik kumpulan itu
dinamakan keadaan makro. Meskipun informasi dengan keadaan makro lebih
miskin dibandingkan dengan informasi pada mikro, tetapi kalau kita ingin
sekedar mengetahui perangi kelompok, keadaan makro banyak manfaatnya.
3. Mekanika statistik bertolak dari anggapan bahwa untuk sistem yang ada dalam
keadaan keseimbangan hasil pengamatan kita akan banyak ditentukan oleh
konfigurasi keadaan makro yang mencerminkan ragam keadaan mikro yang
paling banyak. Konfigurasi semacam itu dapat dicari dengan bantuan
persamaan Lagrange. Untuk sistem yang terdiri atas N partikel dan energi
totalnya tetap, konfigurasi itu adalah konfigurasi yang membagi partikel
sedemikian hingga status energi ke i di huni oleh partikel yang jumlahnya

𝑁
𝑁𝑖 = ( ) exp(−𝛽 𝑊𝑖)
𝑍

Dengan Wi adalah energi partikel pada status ke i dan Z adalah fungsi partisi .

𝑍 = ∑ exp(−𝛽 𝑊𝑖)
Sedangkan 𝛽 adalah tetapan pengali Lagrange.

2.5. Latihan Soal-Soal

1. Suatu sistem gas hidrogen (𝐻2 )berada dalam ruangan yang volumenya
1 𝑚3 . Andaikan seluruh molekul hidrogen tersebut berada pada tingkat
energi yang terendah dan diketahui besamya energi total sistem 𝐸 =
1,48 . 1020 𝐽 dan massa satu molekul hidrogen 𝑚𝐻2 = 3,34 . 1027 𝑘𝑔 serta
konstanta Planck ℎ = 6,626 . 10−34 𝐽𝑆, berapakah jumah molekul dalam
hidrogen ruangan tersebut
2. Sebuah atom hidrogen yang berada di dalam kubus yang volumenya
1 𝑐𝑚3 mempunyai energi yang sama dengan tingkat energi terendah dari
atom helium yang berada di dalam kubus yang volumenya 0,068 𝑐𝑚3 .
Tentukanlah harga 𝑛𝑗2 dan 𝑔𝑗 dari molekul hidrogen tcrsebut jika
diketahui 𝑚𝐻𝑒 = 2𝑚𝐻2 .
3. Empat buah partikel berada dalam sistem dengan energi total 𝑈 = 4𝜀.
Sistem partikel tersebut mempunyai tingkat-tingkat energi 0, 𝜀, 2𝜖, 3𝜖 dan
4𝜀. Buatlah diagram keadaan-keadaan makro partikel tersebut.
4. a. Berapa jumlah keadaan mikro untuk menempatkan 5 molekul ke dalam dua
status energi
b. Berapa jumlah konfigurasi keadaan makro untuk menempatkan 5 partikel
ke dalam dua status energi ?.
5. Berapa jumlah keragaman keadaan mikro umuk keadaan makro yang memiliki
peluang terbesar dalam membagikan 5 mohakul ke dalam dua status energi ?.

2.6. Daftar Pustaka


Sears, Francis W dan Gerhard L. Slainger, Thermodynamics, Kinetic Theory and
Statistical Thermodynamics, Third Edition, Addison-Wesley Publishing
Company, 1980.
Krane, Kenneth S., Modern Physics, John Wiley and Sons, Inc., 1983
Kusminarto, Pokok-pokok Fisika Modern, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Gajah
Mada, 1992.

Anda mungkin juga menyukai