Anda di halaman 1dari 17

III.

PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI

Dalam bab 2 kita telah melihat bahwa untuk sebuah partikel dalam sebuah
sumur potensial, solusi yang dapat diterima secara fisis untuk persamaan Schrodinger
satu dimensi hanya mungkin untuk harga-harga energi total tertentu; dan lagi, dalam
kasus sebuah elektron dalam sebuah sumur berdimensi atomik, jarak di antara tingkat-
tingkat energi ini secara kualitatif sesuai dengan jarak yang diamati secara eksperimen
dalam atom. Kita juga telah menunjukkan bahwa jika kuadrat fungsi gelombang
diinterpretasikan sebagai distribusi probabilitas untuk posisi partikel, fenomena
seperti terobosan fisika kuantum terprediksikan, yang secara kualitatif juga dikuatkan
oleh eksperimen. Bagaimanapun, dunia nyata adalah tiga dimensi, dan, meskipun
contoh satu dimensi sering memberikan penerangan yang berguna dan analogis, kita
harus memperluas teori kita ke dalam tiga dimensi sebelum kita dapat membuat
prediksi kuantitatif dari sebagian besar hasil eksperimen. Karena itu, dalam bab 3 ini,
kita akan mengembangkan persamaan Schrodinger tiga dimensi dan mendapatkan
solusinya dalam sejumlah kasus, diakhiri dengan pembahasan atom hidrogenik di
mana kita akan mendapati bahwa teori dan eksperimen adalah cocok dengan derajat
ketepatan yang tinggi.

3.1. Persamaan Gelombang

Dalam fisika klasik, energi total sebuah partikel bebas bermassa m dan
bermomentum p diberikan oleh:

E= (3.1)

Di mana px, py, dan pz adalah komponen momentum sepanjang sumbu-sumbu


Cartesian x, y, dan z. Relasi de Brolie (1.10) dalam tiga dimensi adalah:
(3.2)
Persamaan gelombang yang solusinya konsisten dengan relasi-relasi ini dapat
dikembangkan secara pasti dalam cara yang sama seperti yang telah dideskripsikan
dalam kasus satu dimensi [persamaan (2.1) sampai dengan (2.8)]. Kita memperoleh:

(3.3)

di mana fungsi gelombang ( ,t) sekarang adalah fungsi keseluruhan tiga koordinat
posisi dan waktu. Bila partikel itu adalah tidak bebas, yakni terkenakan potesial V(
,t), persamaan (3.3) digeneralisasi secara sama seperti dalam kasus satu dimensi
[persamaan (2.1) sampai dengan (2.8)] menghasilkan persamaan Schrodinger
bergantung waktu:
(3.4)
di mana kita telah menggunakan operator vektor 2 (del kuadrat) yang didefinisikan
sedemikian sehingga
.

33
Generalisasi interpretasi probabilistik dari fungsi gelombang itu juga dapat
dilakukan secara langsung: jika P( , t) d adalah probabilitas bahwa partikel yang
bersangkutan didapati dalam elemen volume d ( dx dy dz) di sekitar titik , maka
(3.5)
Mengikuti secara langsung bahwa syarat normalisasi (2.12) menjadi
(3.6)
di mana integral dilakukan meliputi seluruh ruang.
Bila V bebas waktu, kita dapat menuliskan ( , t) = u ( ) T(t) dan
memisahkan variabel itu untuk memperoleh persamaan Schrodinger bebas waktu
[bandingkan dengan (2.13) sampai dengan (2.17)]
(3.7)
bersama-sama dengan
,
sementara syarat normalisasi (3.6) sekarang menjadi
(3.8)
Syarat batas pada fungsi gelombang juga mengikuti perluasan argumen pada
bab 2: Fungsi gelombang haruslah kontinu, berharga tunggal, kuadrat modulusnya
harus dapat terintegralkan meliputi seluruh ruang – yang biasanya berarti bahwa harus
berhingga di mana-mana; dan turunan spasialnya ( ) semua harus
kontinu dimana-mana kecuali di tempat ketidakkontinuan tak berhingga dalamV.
Kita akan secara singkat meneruskan untuk mendapatkan solusi persamaan
Schrodinger tiga dimensi bebas waktu tiga dimensi (3,7) dalam sejumlah kasus. Tidak
seperti kasus satu dimensi, persamaan sekarang adalah persamaan diferensial parsial
yang menimbulkan banyak kerumitan matematis dan, meskipun kita hanya akan
membahas kasus-kasus di mana teknik pemisahan variabel dapat digunakan, kita
masih akan barus menyelesaian tiga persamaan diferensial biasa untuk memperoleh
penyelesaian lengkap. Kita secara singkat akan membahas sistem simetri bola ketika
kita akan melakukan proses ini dalam sistem koordinat polar, tetapi pertama-tama kita
membahas beberapa contoh lebih sederhana di mana persamaan Schrodinger dapat
dipisahkan dalam koordinat Cartesian.

3.2. Dalam Koordinat Cartesian

Misalkan suatu kasus di mana potensial V( ) dapat dituliskan sebagai


jumlahan tiga besaran yang masing-masing merupakan fungsi hanya satu dari tiga
koordianat Cartesian; yakni:
V( ) = V1(x) + V2(y) + V3(z) (3.9)
Kita sekarang menyatakan fungsi gelombang sebagai perkalian tiga fungsi satu
dimensi:
u( ) = X(x) Y(y) Z(z) (3.10)
Mensubstitusikan (3.9) dan (3.10) ke dalam persamaan Schrodinger bebas waktu (3.7)
serta membaginya dengan u dan mengaturnya, kita memperoleh:

34
(3.11)
Pernyataan dalam setiap tanda kurung adalah sebuah fungsi hanya satu dari variabel
(x, y, z) sehingga persamaan (3.11) dapat dipenuhi hanya jika masing-masing fungsi
secara terpisah adalah sama dengan sebuah konstanta dan jika jumlah konstanta-
kontanta itu sama dengan E. Jadi,

(3.12)

di mana E1 + E2 + E3 = E. Setiap persamaan ini mempunyai bentuk persamaan


Schrodinger satu dimensi (2.16) sehingga, dalam kasus yang sesuai, kita dapat
menuliskan hasilnya secara langsung dari bab sebelumnya.

3.2.1. Kotak Tiga Dimensi

Contoh ini terkait dengan potensial yang adalah nol di dalam daerah kotak 2a
x 2b x 2c dan tak berhingga di luarnya. Dengan demikian kita membahas potensial
yang berbentuk:
(3.13)
Masing-masing dari tiga persamaan terpisah (3.12) sekarang ekuivalen dengan
persamaan Schrodinger untuk sumur potensial tak hingga satu dimensi dan syarat-
syarat batasnya juga sama ( X = 0 jika x =  a, dst.). Karena itu, ditarik langsung dari
(2.26) bahwa tingkat-tingkat energinya diberikan oleh:

(3.14)
di mana n1, n2, dan n3 adalah bilangan bulat dan fungsi gelombang lengkap diberikan
oleh (bandingkan dengan 2.27):
(3.15)
di mana cosinus digunakan jika n adalah ganjil, dan sinus digunakan jika n adalah
genap.
Kita melihat bahwa tiga bilangan kuantum (n 1, n2, dan n3) diperlukan untuk
menspesifikasi energi dan fungsi gelombang dalam contoh ini. Hal ini adalah sifat
umum dari sistem yang terbataskan tiga dimensi, karena mengikuti pemisahan
variabel ada tiga persamaan diferensial biasa yang diselesaikan, dan masing-masing
menimbulkan syarat kuantum.
Adalah menarik untuk membahas kasus khusus di mana dua sisi kotak adalah
sama, karena hal ini menggambarkan beberapa sifat penting yang timbul bila
potensial tiga dimensi mempunyai simetri. Dengan mengambil a = b, persamaan
(3.14) menjadi:

(3.16)

35
Sekarang, secara umum ada beberapa kombinasi berbeda dari n 1, n2, dan n3 yang
mempunyai energi yang sama. Sebagai contoh, keadaan (n 1 = 2, n2 = 1, n3 = 1) dan (n1
= 1, n2 = 2, n3 = 1) mempunyai energi yang sama sementara fungsi gelombangnya
adalah:

(3.17)

Bila dua atau lebih keadaan kuantum mempunyai harga energi yang sama, kita
mengatakan bahwa keadaan-keadaan kuantum tersebut terdegenerasi. Secara jelas
degenerasi dalam kasus sekarang erat terkait dengan simetri potensial dan kita dapat
menggambarkan hal ini lebih lanjut dengan mempertimbangkan relasi geometris di
antara dua fungsi gelombang yang diberikan oleh (3.17). Gambar 3.1 menunjukkan
diagram kontur pada bidang z = 0 setiap fungsi tersebut dan kita dapat melihat bahwa
ketiganya ekuivalen satu dengan yang lain, kecuali arahnya: Jadi u 121 dapat
ditransformasi ke dalam u211 dengan memutarnya 90o terhadap sumbu z.
y y
a a

-a
-a (2, 1, 1) y a x -a (1, 2, 1) a x
(a) (b)
a

-a
-a (c) a x

Gambar 3.1 Penampang pada z = 0 fungsi gelombang tiga dimensi dari sebuah partikel dalam
kotak dengan a = b berkenaan dengan keadaan-keadaan (a) n 1 = 2, n2 = 1, n3 = 1, dan (b) n1 = 1,
n2 = 2, n3 = 1. Garis penuh merepresentasikan kontur positif dan garis putus-putus
merepresentasikan kontur negatif. Penampang pada z = 0 distribusi probabilitas yang dihitung
sebagai rata-rata kuadrat dari (a) dan (b) ditunjukkan dalam (c).
Karena potensial mempunyai simetri dalam bidang xy, kita tidak mengharapkan rotasi
demikian menghasilkan perubahan fisis sistem, dan karena itu degenerasi dua keadaan
energi adalah konsekuensi yang perlu dari simetri itu. Distribusi probabilitas posisi
tidak terlihat simetri seperti yang diharapkan: sebagai contoh, jika sistem berada
dalam keadaan dengan fungsi keadaan u211, probabilitas menemukannya di (a/2, 0, 0)
cukup besar, sementara di (0, a/2, 0) adalah nol. Untuk menyelesaikan paradoks ini,

36
kita perlu meninjau secara cermat informasi apa yang diberikan oleh pengukuran
tentang sistem degenerasi demikian: Jika tidak ada pengukuran lebih lanjut, kita dapat
menyimpulkan bahwa fungsi gelombang adalah salah satu dari dua bentuk yang
diberikan dalam (3.17), tetapi kita tidak dapat menyebutkan yang mana. Pernyataan
yang sesuai untuk distribusi probabilitas adalah rata-rata dari |u 211|2 dan |u121|2, dan
besaran ini jelas tidak mempunyai simetri yang sama seperti potensial, seperti
ditunjukkan juga dalam gambar 3.1. Dalam kasus degenerasi, modulus kuadrat dari
fungsi gelombang berkenaan dengan keadaan individual tidak mempunyai arti fisis
langsung dan, seperti biasa, kita melihat bahwa prediksi fisika kuantum hanya
mempunyai makna pengkonsentrasian pada hasil-hasil yang dapat diukur dan
menghindari menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang dalam fakta
tidak dapat diuji secara langsung. Kita akan kembali ke topik degenerasi ketika kita
membahas sistem simetri bola belakangan dalam bab ini dan juga akan membahasnya
lebih formal dalam bab 4.

3.2.2. Osilator Harmonik Tiga Dimensi

Di sini, partikel bergerak dalam potensial:


V( ) = ½ K1x2 + ½ K2y2 + ½ K3z2 (3.18)
Sekarang, persamaan Schrodinger terpisahkan (3.12) menjadi
(3.19)

di mana 1 = , dan persamaan-persamaan yang sama untuk Y dan Z. Masing-


masing mempunyai bentuk persamaan osilator harmonik satu dimensi (2.45) sehingga
kita dapat menggunakan hasil kasus ini (2.58) secara langsung untuk memperoleh
pernyataan tingkat-tingkat energi osilator tiga dimensi:
En1 n2 n3 = (n1 + ½) 1 + (n2 + ½) 2 + (n3 + ½) 3 (3.20)
Di mana n1, n2, dan n3 adalah bilangan bulat positif. Fungsi gelombang juga mengikuti
secara langsung dari hasil satu dimensi:
Un1 n2 n3 = Hn1(x’) Hn2(y’) Hn3(z’) exp {- ½ (x’2 + y’2 + z’2) (3.21)
di mana x’ = x, dst., dan Hn adalah polinomial hermit.
Contoh ini memberikan ilustrasi lain bagaimana simetri dapat menghasilkan
degenerasi. Jika K1 = K2 = K3, mengikuti (3.18) potensial adalah simetri bola dan dari
(3.20) semua keadaan dengan harga (n1 + n2 + n3) yang sama bersifat degeneratif.

3.3. Dalam Koordinat Bola

Meskipun ada penerapan fisika kuantum di mana koordinat Cartesian dapat


digunakan, banyak sistem fisis yang menarik, khususnya atom dan inti, jauh lebih
menyerupai bola daripada rektanguler. Sistem simetri bola di mana potensial V(r)
adalah tidak bergantung arah dari , biasanya sangat baik diperlakukan dengan
menggunakan koordinat polar (r, , ). Kordinat ini berhubungan dengan koordinat
Cartesian (x, y, z) dengan pernyataan:

37
(3.22)

dan realasi geometris di antara kedua sistem di tunjukkan dalam gambar 3.2 berikut.

(r, , )
r

Gambar 3.2 Relasi geometris di antara


koordinat bola r, ,  dan sumbu Cartesian
x, y, z.

Persamaan Schrodinger (3.7) dapat dituliskan dalam koordinat bola sebagai:

(3.23)

di mana di sini massa partikel direpresentasikan dengan  karena m akan digunakan


untuk merepresentasikan bilangan kuantum.
Selanjutnya kita lakukan pemisahan variabel dengan mengambil u(r, , ) =
R(r)Y(,) dan mensubstitusikannya ke dalam (3.23), membaginya dengan
R(r)Y(,), dan mengalikannya dengan r2, sehingga diperoleh:

(3.24)

Suku pertama ruas kiri bebas dari  dan  sedangkan suku kedua ruas kiri bebas dari
r, sehingga masing-masing suku tersebut secara terpisah haruslah konstan dan jumlah
kedua konstanta haruslah sama dengan nol. Misalkan kedua konstanta kita ambil -
dan , sehingga kita dapat memperoleh:
(3.25)

(3.26)
Persamaan (3.26) tidak mengandung potensial V sehingga solusinya akan sama untuk
sembarang potensial simetri bola. Sekarang kita akan meneruskan untuk membahas

38
kasus umum ini dan kembali ke persamaan radial (3.25) untuk potensial-potensial
tertentu belakangan.
Meneruskan proses pemisahan variabel, kita mengambil ,
mensubstitusikannya ke dalam (3.26), membaginya dengan dan
mengalikannya dengan sin , sehingga diperoleh:
2

(3.27)

Suku pertama ruas kiri bebas dari  dan sebaliknya suku kedua ruas kiri bebas dari 
sehingga kedua suku secara terpisah haruslah konstan dan jumlah kedua konstanta
haruslah sama dengan nol. Misalkan kedua konstanta kita ambil - dan  sehingga
diperoleh:
(3.28)

(3.29)
Solusi untuk (3.29) dapat diperoleh seacara langsung:

 = A exp (3.30)

di mana A adalah konstanta. Kita dapat menerapkan syarat bahwa  ( + 2) = (),
sehingga:

A exp = A exp

exp =1

sehingga:
=m (3.31)
di mana m adalah bilangan bulat yang dapat negatif atau positif atau nol. Dengan
menerapkan syarat normalisasi:

=1 (3.32)

diperoleh:
A= ,
sehingga dapat diperoleh solusi dari salah satu dari tiga persamaan diferensial, yakni
persamaan (3.29):
= exp (im) (3.33)
dan diperoleh salah satu syarat kuantum, yakni persamaan 3.31).
Kita dapat menuliskan kembali (3.31) menjadi  = dan
mensubstitusikannya ke dalam persamaan (3.28) sehingga diperoleh:
(3.34)

39
di mana  = . Penyelesaian persamaan ini menjadi lebih mudah jika kita
melakukan substitusi  = cos  dan menuliskan P()  () sedemikian sehingga
.
Dengan demikian persamaan (3.34) menjadi

(3.35)

Pertama-tama kita membahas kasus yang lebih sederhana di mana m sama dengan
nol; persamaan (3.35) menjadi:
(3.36)
Metode penyelesaian deret yang sebelumnya digunakan dalam kasus osilator
harmonik sederhana satu dimensi (Bab 2.4.4) sekarang dapat digunakan dengan
mengambil:
P= (3.37)
Dengan demikian,

(3.38)

Sekarang kita dapat mensubstitusikan (3.38) ke dalam (3.36):

Ini dapat benar hanya jika koefisien setiap  berpangkat adalah nol, sehingga kita
memperoleh relasi:

(3.39)

Jadi, untuk p besar, deret (3.37) adalah identik dengan uraian Taylor untuk fungsi
(1-)-1 yang divergen ke tak berhingga pada titik-titik  =  1. Divergensi dalam
fungsi gelombang demikian tidak konsisten dengan syarat-syarat batas fisis sehingga
deret itu harus berakhir pada harga p berhingga tertentu, katakanlah p = 1, dan karena
itu kita memperoleh syarat kuantum kedua:
 = l(l+1) (3.40)
di mana l adalah bilangan bulat yang lebih besar daripada atau sama dengan nol,
sepanjang syarat bahwa ao = 0 jika l ganjil dan a1 = 0 jika l genap. Jadi P ( P1) adalah
polinomial berderajat l yang mengandung hanya  berpangkat ganjil ataupun hanya 
berpangkat genap. Polinomial ini dikenal sebagai polinomial Legendre. Bentuk-
bentuk eksplisit, berkenaan dengan harga l tertentu, dengan mudah diperoleh dari
(3.40) dan (3.39); sebagai contoh:

40
(3.41)

Kita mencatat bahwa (3.35) tidak bergantung pada tanda m sehingga kita
mengharapkan solusinya dicirikan oleh l dan |m| dan kita menulisnya sebagai .
Dapat ditunjukkan bahwa:

(3.42)

Kita dapat menggunakan (3.42) untuk memperoleh syarat yang membatasi


harga-harga m yang diijinkan. Pl adalah polinomial berderajat l sehingga turunannya
ke m, dan karena itu akan menjadi nol jika |m| lebih besar daripada l. Tetapi jika
nol, seluruh fungsi gelombang haruslah nol dalam seluruh ruang, dan ini secara
fisis tidak realistik. Karena itu kita mempunyai syarat:
-lml (3.43)
Kita sekarang telah menyelesaiakan persamaan diferensial dalam  dan 
sehingga kita dapat mengkombinasikan solusi itu untuk memperoleh pernyataan
untuk bagian angular fungsi gelombang, yang sekarang kita tulis sebagai Y lm(,);
indeks l dan m memberi tekanan pentingnya bilangan-bilangan kuantum ini dalam
mencirikan fungsi. Kita mempunyai:

(3.44)

di mana dapat ditunjukkan bahwa faktor dalam tanda kurung memenuhi normalisasi
fungsi bila diintegrasikan meliputi seruluh sudut; yakni:

(3.45)

Fungsi Ylm dikenal sebagai harmonik bola. Pernyataan eksplisit untuk harmonik bola
dengan l lebih kecil daripada atau sama dengan 2 diberikan di bawah dan dilukiskan
dalam gambar 3.3 dengan diagram polar.

41
(3.46)

z z z

+
+
- +
x x x
-
-
(0, 0) (1, 0) (1, 1)

z z z

+
- +
- - + +

x x x
+ -
+
(2, 0) (2, 1) (2, 2)

Gambar 3.3 Plot polar pada y = 0 dari harmonik bola dengan bilangan-bilangan kuantum
(l, m). Jarak dari titik acuan sebuah titik pada kurva adalah sebanding dengan besar
fungsi dalam arah itu. Tanda fungsi dalam setiap daerah juga ditunjukkan.

Sifat utama dari gambar 3.3 adalah bahwa fungsi-fungsi gelombang


mempunyai orientasi (arah) tertentu dalam ruang meskipun potensial adalah simetri
bola dan arah sumbu z (seringkali disebut sebagai sumbu kuantisasi) adalah
sembarang. Paradoks yang jelas ini terpecahkan dengan cara yang sama seperti dalam
kasus serupa sebuah partikel dalam kotak yang dibahas sebelumnya. Pertama-tama
kita catat bahwa m tidak menyertai persamaan (3.25) yang menentukan tingkat-

42
tingkat energi sistem, sehingga selalu ada 2l + 1 keadaan degeneratif yang hanya
berbeda dalam harga m-nya. Jika kita mengukur energi sebuah sistem demikian, kita
tidak akan mampu mengatakan yang mana fungsi gelombang ini sesuai dan karena itu
kita harus merata-rata modulus kuadratnya untuk menghitung distribusi probabilitas
posisi. Karena itu, bagian besaran ini yang agaknya bebas secara angular diberikan
oleh:

Salah satu sifat standar dari harmonik bola adalah bahwa besaran di atas adalah
simetri bola (seperti dengan mudah dapat diverifikasi dalam kasus di mana l = 0, 1,
dan 2 dengan mensubstitusikan pernyataan yang diberikan dalam persamaan (3.46))
sehingga kita sekali lagi melihat bahwa prediksi fisika kuantum mengenai besaran
terukur secara fisis adalah konsisten dengan apa yang diharapkan dari kesimetrian
soal.
Arti fisis bilangan kuantum bilangan kuantum l dan m akan dibahas secara
mendetail dalam bab 5. Untuk saat ini kita catat bahwa bilangan-bilangan kuantum itu
tidak dapat dihubungan secara langsung dengan kuantisasi energi sistem karena energi
sistem hanya muncul dalam persamaan radial yang belum kita pecahkan. Akan
dihasilkan bahwa l dan m berkaitan dengan kuantisasi momentum angular partikel
dalam medan sentral: kuadrat momentum angular mempunyai harga l(l + 1) dan
komponen z dari momentum angular mempunyai harga m .
Sekarang kita kembali ke persamaan radial (3.25) yang menentukan tingkat-
tingkat energi sistem. Dengan mensubstitusikan pernyataan  yang dapat diperoleh
dari solusi angular (3.40), kita dapat memperoleh:

Ini dapat disederhanakan dengan melakukan substitusi (r) = rR(r) yang memberikan:

(3.47)

Terlepas dari suku kedua ruas kiri, bentuk persamaan (3.47) adalah identik dengan
persamaan Schrodinger satu dimensi. Syarat batas tambahan perlu diterapkan dalam
kasus ini:  harus sama dengan nol pada r = 0, kalau tidak R = r -1 akan menjadi tak
berhingga pada titik itu.
Untuk melanjutkan penyelesaian lebih lanjut persamaan radian, bentuk
potensial V(r) harus diketahui, dan dalam bagian selanjutnya kita akan membahas
contoh tertentu atom hidrogenik.

3.4. Atom Hidrogenik

Sekarang kita siap untuk menerapkan teori kuantum untuk siatuasi fisis nyata,
sebuah elektron yang bergerak di bawah pengaruh sebuah inti yang bermuatan positif.
Jika inti ini terdiri dari sebauh proton tunggal, sistem itu adalah sebuah atom
hidrogen, tetapi teori ini juga dapat diterapkan untuk kasus yang lebih umum, sebuah
atom dengan bilangan atom Z (dan karena itu muatan intinya Ze) dengan hanya

43
tersisa satu elektron saja yang mengelilingi (sebagai contoh, He +, Li++, dll); secara
umum sistem demikian dideskripsikan sebagai atom hidrogenik. Energi potensial
interaksi di antara elektron dan inti adalah , sehingga persamaan (3.47)
menjadi

(3.48)

Solusi persamaan (3.48) kembali akan melibatkan banyak manipulasi yang


tersederhanakan dengan membuat substitusi yang sesuai. Kita definisikan variabel
baru sedemikian sehingga
(3.49)
(catat bahwa E adalah negatif untuk keadaan-keadaan terikat karena potensial adalah
nol ketika r adalah tak hingga) dan karena itu
(3.50)
Sekarang persamaan (3.48) menjadi
(3.51)
di mana konstanta  didefinisikan sebagai
(3.52)

Pertama-tama kita membahas penyelesaian (3.51) dalam kasus  sangat besar ketika
persamaan menjadi:
(3.53)
yang menghasilkan:
 ~ exp ( ) (3.54)
(di mana kita telah menolak penyelesaian yang mungkin dengan eksponen positif
karena divergen menuju tak hingga pada  besar). Hal ini menyarankan bahwa kita
mencoba
 = F() exp ( ) (3.55)
sebagai solusi terhadap (3.51). Pada substitusi kita memperoleh:
(3.56)
Kita sekarang mencari solusi deret untuk (3.56) dan mengambil
(3.57)
Batas bawah penjumlahan ini adakah p = 1 dan bukan p = 0 karena F dan  tidak akan
menjadi nol pada  = 0. Jadi,
(3.58)
dan

44
(3.59)

serta

(3.60)

Mensubstitusikan persamaan (3.57) sampai dengan (3.60) ke dalam (3.56) kita


memperoleh
(3.61)
Koefisien setiap  berpangkat harus nol sehingga kita mempunyai
a1 = 0 kecuali kalau l = 0
dan

(3.62)

 p-1 ketika p   (3.63)


Pertama-tama kita catat bahwa (3.62) mengimplikasikan bahwa semua a p di mana p
kurang atau sama dengan l harus nol, sebaliknya semua ap dengan p lebih besar
daripada l akan menjadi tak hingga, yang membawa ke fungsi gelombang yang tak
realistik secara fisis. Kita juga melihat bahwa (3.63) adalah identik dengan relasi yang
berulang untuk suku-suku dalam deret uraian exp () dan sehingga , yang sama
dengan F exp , akan divergen seperti exp ketika  mendekati tak hingga.
Persis seperti untuk osilator harmonik dan persamaan polinomial Legendre,
divergensi ini dapat dicegah dengan meyakinkan bahwa deret berakhir setelah
sejumlah berhingga suku. Agar ini terjadi pada suku p=n kita harus mempunyai
=n>l (3.64)
dan karena itu, dengan menggunakan (3.52)

E  En = (3.65)

Jadi, kita telah menurunkan pernyataan untuk tingkat-tingkat energi diskret dari atom
hidrogenik dalam besaran massa tereduksi elektron dan inti, muatan inti, dan
konstanta dasar e, , dan 0. Harus dicatat bahwa tingkat-tingkat energi (3.65) tidak
hanya bebas dari m, seperti yang diharapkan dari pembahasan sebelumnya, tetapi juga
bebas dari l. Degenerasi tambahan ini adalah sifat khusus potensial Coulomb dan
bukan merupakan sifat umum sistem simetri bola.
Sekarang adalah batu uji terhadap teori yang telah dikembangkan sejauh ini,
yakni saat kita membandingkan tingkat-tingkat energi di atas dengan tingkat-tingkat
energi yang diukur secara eksperimental dari pengamatan spektra atomik. Kita
melihat dalam bab 1 bahwa spektra garis hidrogen dapat dihitung jika atom hidrogen
diasumsikan mempunyai sehimpunan tingkat-tingkat energi yang diberikan oleh:
(3.66)

45
di mana n adalah bilangan bulat positif dan R o adalah konstanta yang harganya adalah
1.0967759 x 107 m-1. Perbandingan antara (3.65) dan (3.66) menunjukkan bahwa
pada suatu ketika keduanya mempunyai bentuk yang sama sedemikian sehingga ada
paling tidak kesesuaian kualitatif di antara teori dan eksperimen. Perbandingan
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan harga-harga pengukuran konstanta-
kontanta dasar:

 = 9,104575 x 10-31 kg
o = 8,85418782 x 10-12 F m-1
= 1,0545887 x 10-34 J s
e = 1,6021892 x 10-19 C
c = 2,9979246 x 108 m s-1

untuk mendapatkan estimasi Ro dari persamaan (3.65) sebesar 1,0967757 x 10 7 m-1.


Jadi, kesesuaian antara teori dan eksperimen juga dalam rentang kesalahan
eksperimen yang sangat kecil. Kesesuaian yang sama diperoleh untuk atom-atom
hidrogenik yang lain ketika harga muatan inti dan massa tereduksi yang sesuai
disubstitusikan ke dalam pers. (3.65). Karena itu hasil-hasil ini merepresentasikan uji
penting teori mekanika kuantum.

3.4.1. Fungsi Gelombang Atom Hidrogenik

Kita sekarang melengkapi pemikiran kita tentang atom hidrogenik dengan


membahas bentuk fungsi gelombang yang terkait dengan tingkat-tingkat energi yang
berbeda-beda. Kita melihat sebelumnya bahwa bagian radial fungsi gelombang adalah
konsisten dengan syarat-syarat batas hanya jika deret (3.37) untuk F mulai pada suku
p = l + 1 dan berakhir pada p = n. Jadi kita mempunyai:
(3.67)

di mana koefisien ap dapat dinyatakan dalam suku-suku al + 1 dengan menggunakan


relasi berulang (3.62) dengan  = n. Polinomial yang diperoleh dikenal sebagai fungsi
Laguerre. Kemudian kita dapat menggunakan (3.55) dan definisi  sebagai fungsi r
untuk memperoleh (r) dan karena itu R(r). Hal ini dapat dikombinasikan dengan
harmonik bola yang sesuai untuk menghasilkan pernyataan untuk bagian fungsi
gelombang bebas waktu yang lengkap, u(r, , ), yang akan ternormalisasi, jika
harmonik bola telah dinormalisasi menurut (3.45) dan konstanta a l + 1 telah dipilih
sedemikian sehingga:
(3.68)
Kemudian secara formal kita mempunyai:
un l m = Rn l (r) Yl m (, ) (3.69)
di mana subskrip mengindikasikan kebergantungan fungsi pada bilangan kuantum n,
l, dan m. Fungsi gelombang yang terkait dengan lima keadaan energi terendah yang
ditentukan dengan cara ini adalah:

46
(3.70)

di mana konstanta ao didefinisikan sebagai:

(3.71)

dan dikenal sebagai jari-jari Bohr.


Harga bilangan kuantum l sering diberi simbol dengan huruf: untuk l = 0, 1, 2,
dan 3 berturut-turut diberi simbul s, p, d, dan f. Huruf-huruf ini sering kali diberi
koefisien dengan bilangan yang sama dengan bilangan kuantum n, sebagai contoh,
keadaan pertama dalam (3.70) dikenal sebagai keadaan 1s, keadaan kedua sebagai
keadan 2s dan dua keadaan yang lain sebagai keadaan 2p.
Bagian radial fungsi gelombang (3.70) diplot sebagai fungsi r dalam gambar
3.4 untuk kasus atom hidrogen dengan Z = 1.

R21

0,1

5 r/ao
R20
0,4

R10 r/ao
2,0

47
5 r/ao
Gambar 3.4 Bagian radial R nl dari fungsi gelombang atom hidrogen (Z =
1). Daerah terlarang secara klasik adalah daerah di mana r lebih besar
daripada harga yang diindikasikan oleh garis vertikal

Kita dapat mengkombinasikan (3.71) dengan (3.65) untuk menyatakan tingkat-tingkat


energi:

En = (3.72)

Karena energi potensial diberikan oleh V = - Ze 2/4or, sebuah elektron dengan energi
total seperti di atas hanya dapat mempunyai energi kinetik positif untuk harga r lebih
kecil daripada 2n2ao/Z (Batas ini ditunjukkan oleh garis vertikal dalam gambar 3.4 di
atas.) Meskipun demikian, kita melihat bahwa fungsi gelombang menerobos daerah
terlarang secara klasik ini.

Soal-soal

3.1. Hitunglah tingkat-tingkat energi dan dapatkan pernyataan untuk fungsi


gelombang yang terkait dalam kasus sebuah partikel yang bergerak dalam kotak
dua dimensi yang bersisi-sisi a dan b. Bahaslah degenerasi dari sistem itu dan
simetri dari distribusi probabilitas posisinya bila a=b.
3.2. Berikan deskripsi simetri distribusi probabilitas posisi dan bagaimana itu
berhubungan dengan degenerasi dalam kasus sebuah partikel yang dipertahankan
dalam kotak tiga dimensi dengan simetri kubus (a=b=c).
3.3. Sebuah partikel bergerak dalam dua dimensi dalam potensial simetri melingkar.
Tuntukkanlah bahwa persamaan Schrodinger bebas waktu dapat dipisahkan
dalam koordinat polar bidang dan bahwa bagian angular fungsi gelombang itu
mempunyai bentuk di mana m adalah bilangan bulat.
Deskripsikanlah simetri distribusi probabilitas posisi dalam kasus ini.
3.4. Misalkan sebuah sistem dua dimensi simetri melingkar yang sama dengan yang
dideskripsikan dalam soal 3.3. di mana potensialnya adalah nol untuk semua r
lebih kecil daripada a dan tak hingga untuk yang lainnya. Tunjukkanlah bagian
radial R(r) fungsi gelombangnya memenuhi persamaan:

di mana . Dalam kasus di mana m = 0, tunjukkanlah bahwa

di mana Ak = 0 jika k ganjil dan Ak+2 = . Jika diberikan nol

pertama dari fungsi ini adalah pada  = 2,405, tentukanlah pernyataan untuk
energi keadaan dasar dari sisten itu.

48
3.5. Sebuah partikel bermassa  bergerak dalam sumursimetri bola tiga dimensi di
mana V = 0 untuk r  a dan V = V0 untuk r > a. Tunjukkanlah bahwa energi
keadaan-keadaan dengan bilangan kuantum l ditentukan oleh syarat k cot ka = - K
seperti notasi yang digunakan dalam bab 2. Tunjukkanlah bahwa tidak ada
keadaan terikat sistem demikian kecuali kalau V 0 = . Apakah anda
berharap kondisi ini akan berubah jika keadaan-keadaan dengan l  0 juga
dimasukkan? Apakah kondisi yang sama akan bertahan dalam kasus sumur
kubus?
3.6. Energi ikat (negatif) keadaan dasar dari deuteron (neutron + protor) adalah 2,23
MeV. Dengan mengasumsikan bahwa potensial interaksinya berbentuk seperti
yang dideskripsikan dalam soal 3.5 dengan a = 2 x 10 –15 m, tentukanlah harga
V0. Apakah keadaan-keadaan teikat deuteron selain keadaan dasar ada?

3.7. Buktikanlah bahwa kecuali l = l’ dan m = m’

untuk semua harga l, l’, m dan m’ sampai l dan/atau l’ sama dengan dua, di mana
Ylm adalah harmonik bola dan Ylm* adalah kunjugat kompleks.
3.8. Gunakanlah fungsi gelombang hidrogen dan interpretasi probabilistik dari fungsi
gelombang untuk menghitung harga jarak di antara elektron dan proton dalam
sebuah atom hidrogen dalam keadaan 1s-nya:
a. yang paling mungkin
b. rata-ratanya.

49

Anda mungkin juga menyukai