Anda di halaman 1dari 14

MODUL 3

PENERAPAN TEORI KUANTUM


PADA GERAK TRANSLASI

Sifat-sifat sistem yang dibahas kimia kuantum membutuhkan penyelesaian persamaan


Schrödinger. Sifat-sifat tersebut berhubungan dengan tiga gerak dasar, yaitu: gerak translasi, gerak
vibrasi, dan gerak rotasi. Ketiga gerak yang memainkan peran penting dalam ilmu kimia ini memiliki
sumbangan besar pada energi yang tersimpan dalam sistem kimia. Sebagai contoh ketiga gerak
tersebut menghasilkan energi dalam pada molekul-molekul fase gas. Hal itu dapat diamati melalui
spektroskopi.

Modul ini membahas penerapan penyelesaian persamaan Schrödinger pada gerak translasi.
Pembahasan ini penting karena gerak translasi berhubungan disamping dengan sistem partikel
bebas juga pada sistem terikat yang menghasilkan keadaan terkuantisasi.

3.1. Partikel bebas

Perhatikan kembali pesamaan Schrödinger bergantung waktu yang telah dibahas pada modul
sebelumnya,
( )
̂ ( ) (3.1)

atau
( )
( ) ̂( ) ( ) (3.2)

Bila tanpa potensial luar, pesamaan Schrödinger bergantung waktu menggambarkan propagasi
penjalaran gelombang dari sistem partikel yang bergerak translasi secara bebas.

Gambar 3.1. Propagasi gelombang elektromagnetik

Penyelesaian persamaan Schrödinger bergantung waktu seperti itu merupakan fungsi gelombang
yang secara lengkap memberikan informasi dari sistem partikel bebas,

( ) ( )
(3.3)
Dalam ungkapan fungsi gelombang tersebut notasi menandai amplitudo gelombang dan
merupakan vektor gelombang yang memiliki nilai skalar ⁄ .
Sebaran energi partikel bebas non relativitas dapat dihasilkan melalui nilai skalar dari kuadrat vektor
gelombang ,

( ) (3.4)

Setiap fungsi gelombang menggambarkan partikel yang memiliki energi ( ) tertentu dan
bergerak dengan momentum yang sesuai dengan postulat de Broglie,

(3.5)

Spektrum energi dari partikel yang bergerak bebas bersifat kontinu dan mempunyai dua kali
lipat degenerasi yang berhubungan dengan gerak partikel dalam arah kanan dan kiri.

3.2. Partikel terikat

Persamaan Schrödinger bergantung waktu (3.1) dapat dijadikan dua bagian secara matematik
dengan prinsip pemisahan variabel. Variabel yang hanya bergantung waktu pada bagian kiri
persamaan dipisahkan dengan variabel yang hanya bergantung koordinat atau posisi partikel pada
bagian kanan persamaan,
( )
̂ ( ) (3.6)
( ) ( )

Operator Hamilton dipakai menentukan kuantitas energi sistem melalui persamaan Schrödinger.
Bagian yang bergantung waktu pada persamaan Schrödinger berkaitan dengan energi sistem.
Penerapan hal itu menghasilkan persamaan Schrödinger yang hanya bergantung pada koordinat,
̂ ( ) ( ) (3.7)

atau

( ) ̂( ) ( ) ( ) (3.8)

Potensial pada persamaan (3.8) menunjukkan bahwa penyelesaian persamaan Schrödinger tak
bergantung waktu menggambarkan fungsi gelombang dari partikel yang terikat pada potensial
sistem dan hanya bergantung pada koordinat posisi.

Persamaan Schrödinger tak bergantung waktu sangat penting bagi ilmu kimia. Keberadaan elektron,
proton, atau neutron dalam atom stabil tidak bergantung waktu. Partikel-partikel tersebut tetap dari
waktu ke waktu. Keberadannya hanya bergantung pada koordinat atau posisi partikel. Sebagai
contoh keberadaan satu elektron dalam atom hidrogen yang stabil tidak bergantung waktu. Satu
elektron selalu terikat tetap dalam atom hidrogen yang stabil, tidak berubah dari waktu ke waktu.
Hanya koordinat dari elektron tersebut yang berubah-ubah secara relatif terhadap posisi inti atom
hidrogen.

3.2.1 Partikel dalam kotak satu dimensi

Penyederhanaan persamaan Schrödinger dari masalah partikel terikat menjadi masalah


partikel terikat satu dimensi sangat penting guna memahami ide-ide kuantum secara rinci pada
gerak translasi. Hal ini sangat membantu pembahasan keadaan stasioner dari sistem sederhana.
Gambar 3.2. Partikel dalam kotak satu dimensi

Persamaan Schrödinger (3.8) harus dimodifikasi agar sesuai diterapkan bagi model gerak translasi
satu partikel dalam kotak satu dimensi pada arah sumbu ,
( )
̂( ) ( ) ( ) (3.9)

Model gerak translasi dari partikel dalam kotak satu dimensi sangat penting dipakai memrediksi
perilaku elektron dalam molekul yang memiliki ikatan terkonjugasi.

Gerak partikel tunggal bermassa m dalam satu dimensi arah merupakan fungsi energi potensial
seperti ditunjukkan gambar 3.2. Energi potensial membatasi kebolehjadian menemukan partikel
pada daerah II antara titik 0 dan L pada sumbu x. Pada daerah ini, energi potensial sama dengan nol.

{ (3.10)

Pada daerah I dan III, energi potensial sama dengan tak hingga. Karena partikel tidak dapat memiliki
energi tak hingga maka kebolehjadian menemukan partikel pada kedua daerah ini sama dengan nol.

Karena rapat kebolehjadian | | menemukan partikel pada daerah I dan III sama dengan nol maka
fungsi gelombang pada daerah I dan pada daerah III harus nol, dan ,

(3.11)

Kebolehjadian menemukan partikel pada daerah II dalam kotak satu dimensi, dengan menerapkan
fungsi gelombang ternormalisasi, sama dengan satu. Partikel tersebut bebas melakukan gerak
translasi pada derah II karena tidak ada halangan potensial. Persamaan Schrödinger (3.9) pada
daerah II harus direduksi karena energi potensial sama dengan nol,

(3.12)

Persamaan ini dapat diselesaikan menggunakan cara penyelesaian persamaan kuadrat dengan
mendefinisikan

√ (3.13)

Penyelesaian persamaan (3.12) menghasilkan fungsi gelombang bagi partikel yang bergerak translasi
secara bebas pada arah tanpa halangan potensial,
(3.14)
dan merupakan tetapan-tetapan integrasi.

Penyelesesaian persamaan Schrödinger (3.14) juga dapat ditulis sebagai kombinasi fungsi sinus dan
kosinus dengan menerapkan tetapan baru ( ) dan ( ),

(3.15)
Tidak semua bagian fungsi gelombang , yang merupakan penyelesaian persamaan Schrödinger,
diterima mewakili sistem partikel. Bagian yang diterima merupakan bagian yang menyebabkan
fungsi gelombang berperilaku baik atau well behaved.

Fungsi gelombang pada persamaan (3.15) harus kontinu dalam kotak satu dimensi dan menuju nol
pada kedua ujung batas kotak, yaitu pada dan pada . Bagian fungsi
gelombang yang memenuhi syarat ini adalah bagian fungsi sinus sedangkan fungsi kosinus tidak
memenuhi karena menghasilkan nilai yang tidak sama dengan nol pada dinding ujung kotak satu
dimensi,

(3.16)
Agar memperoleh fungsi gelombang sama dengan nol pada titik ujung dinding , maka fungsi
harus sama dengan nol yang dipenuhi dengan nilai ,

(3.17)

Sifat ( ) sehingga penggunaan dan menghasilkan solusi yang tidak berbeda.


Penggunaan dihindari karena membuat sehingga | | yang berarti tidak ada
kebolehjadian menemukan partikel dalam kotak satu dimensi.

Substitusi persamaan (3.17) pada persamaan (3.16) menghasilkan fungsi gelombang, sebagai
penyelesaian persamaan Schrödinger, yang mewakili sistem partikel dalam kotak satu dimensi.

(3.18)

Sejalan dengan hal ini diperoleh energi partikel dalam kotak satu dimensi dengan menerapkan
persamaan (3.13) pada persamaan (3.17),

(3.19)

Energi partikel bersifat generit dari bilangan kuantum. Energi terendah dimiliki bila partikel berada
pada bilangan kuantum . Energi partikel bertambah besar dengan kenaikan bilangan kuantum.

Tetapan pada penyelesaian persamaan Schrödinger (3.18) ditemukan dari kondisi normalisasi
dengan batas integral dari sampai karena di luar batas kotak satu dimensi tersbut tidak
ada fungsi gelombang,

∫ | | (3.20)

Bagian kiri persamaan ini menghasilkan nilai untuk menentukan tetapan normalisasi .

∫ | | ∫ ( ) [ ] (3.21)
Batas integrasi menyebabkan bagian yang mengandung fungsi sinus dalam kurung siku
tereliminasi. Substitusi (3.21) pada persamaan (3.20) menghasilkan ungkapan bagi tetapan ,

√ (3.22)

Substitusi ungkapan pada persamaan (3.18) menghasilkan ungkapan fungsi gelombang


ternormalisasi bagi partikel dalam kotak satu dimensi,

√ (3.23)

Ungkapan energi partikel dalam kotak satu dimensi pada persamaan (3.19), sesuai hipotesis de
Broglie, menghasilkan hubungan panjang gelombang dengan panjang tepi kotak ,

(3.24)

Panjang gelombang paling besar dihasilkan pada nilai , yaitu . Panjang gelombang
bertambah pendek bila semakin besar.

Gambar 3.3. fungsi gelombang dan kebolehjadian partikel dalam kotak satu dimensi

Energi potensial dalam kotak sama dengan nol sehingga energi partikel sepenuhnya merupakan
energi kinetik. Berbeda dari mekanika klasik yang menunjukkan energi kontinu dari nol sampai
tak hingga, dalam mekanika kuantum energi adalah diskontinu dan terkuantisasi dengan nilai-
nilai tertentu yang lebih besar dari nol.

Energi partikel dalam kotak satu dimensi yang tidak sama dengan nol merupakan konsekwensi
prinsip ketidakpastian Heisenberg. Energi partikel bila sama dengan nol menyebabkan
momentum arah sama dengan nol. Ini menghasilkan ketakpastian koordinat sama dengan tak
hingga. Hasil ini tentu tidak masuk akal. Partikel jelas ada dalam interval jarak tertentu, yaitu
dari titik sampai titik .
Keadaan stasioner dari partikel dalam kotak ditentukan dengan bilangan bulat n yang disebut
bilangan kuantum. Keadaan energi terendah disebut keadaan dasar atau ground state. Keadaan
energi tinggi dari keadaan dasar disebut keadaan tereksitasi atau excited state.

Gambar 3.4. Keadaan dasar dan keadaan tereksitasi pada keadaan stasioner dari partikel dalam kotak 1 dimensi

Titik pada saat disebut node. Jumlah node naik satu untuk setiap peningkatan satu nilai .
Kebolehjadian menemukan partikel pada node sama dengan nol. Misalkan untuk keadaan
ada node pada titik pusat tengah kotak. Keberadaan node ini merupakan fenomena
mengejutkan dari sudut pandang klasik. Mekanika klasik sulit memahami bagaimana partikel
dapat ditemukan pada pertengahan sisi kiri atau sisi kanan dari kotak dan tidak dapat
ditemukan pada bagian pusat tengah kotak.

Contoh soal 1:
Hitung panjang gelombang cahaya yang dipancarkan dan jelaskan kelompok cahayanya ketika
partikel bermassa g dalam kotak satu dimensi panjang melakukan transisi dari
ke .

Jawab:

sehingga
( )( ) ( )
( )

Panjang gelombang cahaya ini terletak pada cahaya ultraviolet.

Kasus partikel dalam kotak satu dimensi dapat diterapkan pada alat spektroskopi UV-VIS untuk
menjelaskan fenomena pada pengukuran panjang gelombang dari senyawa karbon berantai lurus
yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Sebagai contoh menjelakan panjang gelombang
maksimum dari senyawa 1,3-butadiena yang secara eksperimen diperoleh sepanjang 258 nm dalam
daerah spektra ultraviolet.

Panjang dari senyawa 1,3-butadiena diasumsikan sebagai jumlah panjang ikatan dari dua C=C yaitu
, satu C-C yaitu , dan jari-jari dari dua atom karbon ujung yaitu sehinga
sama dengan . Tiap tingkat energi partikel dalam kotak satu dimensi terisi oleh 2 elektron .
Seperti ditunjukkan pada gambar 3.5. maka transisi elektronik terjadi pada tingkat kuantum kedua
menuju tingkat kuantum ketiga dan sebaliknya.
Gambar 3.5. transisi elektronik pada senyawa 1,3 butadiena

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum yang dihasilkan senyawa 1,3-
butadiena sama dengan 250 nm. Ada kesesuaian hasil yang diperoleh secara eksperimen dengan
hasil perhitungan secara teoritis menggunakan model partikel dalam kotak satu dimensi. Perbedaan
kecil nilai pengukuran dengan perhitungan diperkirakan muncul berdasarkan bentuk sumur
potensial yang dipakai, yaitu seperti ditunjukkan pada gambar 3.6.

Gambar 3.6. sumur potensial senyawa 1,3 butadiena

3.2.2 Partikel dalam kotak dua dimensi

Kasus partikel dalam kotak dua dimensi melibatkan satu partikel bermassa m yang terletak
pada bidang persegi dengan panjang pada arah x dan pada arah y seperti ditunjukkan
pada gambar 3.7. Pada bagian dalam bidang persegi, energi potensial sama dengan nol. Energi
potensial sama dengan tak hingga terdapat pada dinding-dinding yang membatasi bidang
persegi.
Gambar 3.7. partikel (berwarna merah) dalam kotak dua dimensi

Partikel dalam kotak dua dimensi diwakili oleh fungsi gelombang yang merupakan fungsi dari
variable x dan y. Persamaan Schrödinger bagi fungsi gelombang semacam itu adalah sebagai
berikut.
( ) ( )
( ) ̂ ( ) ( ) (3.25)

Pada bagian dalam kotak dua dimensi, potensial sama dengan nol. Pada bagian ini persamaan
Schrödinger dapat direduksi sehingga menunjukkan persamaan dari partikel yang bergerak
bebas.
( ) ( )
( ) ( ) (3.26)

Penyelesaian persamaan ini dengan teknik pemisahan variable menghasilkan fungsi gelombang
yang bergantung pada variable x dan y.
( ) ( ) ( ) (3.27)
Berdasarkan hal ini maka persamaan (3.26) dapat dipisahkan menjadi dua bagian persamaan,
yaitu:
( )
( ) (3.28.a)

dan
( )
( ) (3.28.b)

Energi total partikel merupakan jumlah dari energi partikel pada arah x dan energi partikel
pada arah y.
(3.29)

Masing-masing persamaan diferensial dalam persamaan (3.28.a-b) mempunyai bentuk yang


sama dengan persamaan Schrödinger bagi partikel dalam kotak satu dimensi. Berdasarkan
kesamaan itu maka diperoleh masing-masing bentuk fungsi gelombang sebagai masing-masing
penyelesaian dari persamaan (3.28.a) dan persamaan (3.28.b).

( ) √ (3.30.a)

dan

( ) √ (3.30.b)

Karena ( ) ( ) ( ) dan dengan memperhatikan persamaan (3.29), maka diperoleh


fungsi gelombang dan energi sebagai penyelesaian persamaan Schrödinger dari kasus partikel
dalam kotak dua dimensi.

( ) (3.31.a)
( ) ⁄

dan

( ) (3.31.b)

Fungsi gelombang dari partikel dalam kotak dua dimensi memiliki energi yang merupakan
kombinasi dari energi berdasarkan bilangan kuantum yang terkait dengan arah x dan bilangan
kuantum yang terkait dengan arah y seperti ditunjukkan pada gambar 3.8. Kombinasi
sedemikian rupa menyebabkan fungsi gelombang selain memiliki generasi energi juga ada
fungsi-fungsi gelombang yang memiliki tingkat energi yang sama atau degenerasi. Sebagai
contoh fungsi gelombang dengan kombinasi bilangan kuantum (1,2) memiliki tingkat
energi yang sama dengan fungsi gelombang dengan kombinasi bilangan kuantum (2,1).

Gambar 3.6. fungsi gelombang dari partikel dalam kotak dua dimensi

Kasus partikel dalam kotak dua dimensi dapat digunakan untuk menjelaskan karakter dari
senyawa-senyawa berdimensi dua, seperti senyawa-senyawa siklik dalam kimia organik.
Sebagai contoh siklobutadiena yang memiliki sifat diradikal dan paramagnetik. Keadaan tingkat
energi dari senyawa tersebut digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.7. keadaan energi senyawa siklobutadiena

Empat elektron dari kedua ikatan rangkap terkonjugasi mengisi keadaan energi
siklobutadiena dengan cara sebagai berikut.

Gambar 3.8. pengisian elektron pada keadaan energi siklobutadiena

Dua elektron mengisi tepat orbital pada tingkat energi terendah. Dua elektron yang tersisa
masing-masing mengisi dua orbital degenerasi yang memiliki tingkat energi yang sama. Kedua
elektron yang tidak berpasangan pada kedua orbital degenerasi ini yang memunculkan sifat
diradikal dan faramagnetik.

3.2.3. Partikel dalam kotak tiga dimensi

Partikel dalam kotak tiga dimensi merupakan sebuah partikel tunggal bermassa m berada
dalam volume kotak tiga dimensi yang tetap dengan energi potensial tak hingga di luar kotak.

Gambar 3.9. partikel dalam kotak tiga dimensi


Bentuk kotak berhubungan dengan paralelepiped segi-empat. Energi potensialnya sedemikian
rupa sehingga V = 0 untuk semua titik di dalam kotak yang dibatasi oleh nilai ,
, . Energi potensial tak hingga, , berada untuk semua titik di luar
kotak tiga dimensi.
Persamaan Schrödinger bagi partikel dalam kotak tiga dimensi melibatkan energi kinetik dan
energi potensial dalam tiga dimensi.
( ) ( ) ( )
( ) ̂ ( ) ( ) (3.32)

Energi potensial tak hingga di luar kotak menyebabkan fungsi gelombang partikel diabaikan di
luar kotak. Energi potensial yang bernilai nol di dalam kotak menyebabkan persamaan
Schrödinger dapat direduksi menjadi sebagai berikut.
( ) ( ) ( )
( ) ̂ ( ) ( ) (3.33)

Dengan menggunakan cara pemisahan variabel, maka diperoleh penyelesaiannya merupakan


fungsi gelombang yang bergantung pada variabel x, y, dan z.
( ) ( ) ( ) (3.34)
Pada persamaan ini mana ( ) merupakan fungsi dari x saja, ( ) merupakan fungsi dari y
saja, dan ( ) merupakan fungsi dari z saja. Seperti pada penyelesaian persamaan Schrödinger
bagi partikel dalam kotak dua dimensi, maka penyelesaian persamaan-persamaan yang
melibatkan masing-masing variabel x, y, dan z tersebut adalah sebagai berikut.

( ) √ dengan dan (3.35.a)

( ) √ dengan dan (3.35.b)

( ) √ dengan dan (3.35.c)

Fungsi gelombang stasioner sebagai penyelesaian persamaan Schrödinger bagi partikel dalam
kotak tiga dimensi adalah sebagai berikut,

( ) (3.36)

di dalam kotak sedangkan di luar kotak .

Energi partikel di dalam kotak tiga dimensi merupakan kombinasi energi kinetik partikel dalam
masing-masing arah koordinat, = + + , yaitu:

( ) (3.37)

Kuantitas Ex, Ey, dan Ez menunjukkan energi kinetik yang berhubungan dengan gerakan dalam
koordinat arah x, y, dan z.
Fungsi gelombang memiliki tiga bilangan kuantum karena ini merupakan permasalahan
partikel dalam tiga dimensi. Bilangan kuantum , , dan bervariasi secara independen
tidak terikat satu dengan yang lain. Keadaan tingkat energi partikel dalam kotak tiga dimensi
dihasilkan dari kombinasi nilai , , dan dengan keadaan dasar , , dan .
Gambar 3.10. keadaan partikel dalam kotak tiga dimensi

Setiap keadaan stasioner ditentukan dengan fungsi gelombang yang memiliki tingkat
energi ditentukan berdasarkan kombinasi bilangan kuantum , , dan dalam .
Seperti penjelasan pada kasus partikel dalam kotak dua dimensi, tingkat energi yang sama
dengan lebih dari satu keadaan stasioner dikatakan degenerasi seperti ditunjukkan dengan
bagan sebagai berikut.

Gambar 3.11. keadaan stasioner dari partikel dalam kotak tiga dimensi

Jumlah degenerasi keadaan-keadaan stasioner dalam sistem partikel dalam kotak tiga dimensi
ditunjukkan pada gambar 3.10.

Pengetahuan kuantum partikel dalam kotak tiga dimensi dapat digunakan untuk menjelaskan
perilaku molekul senyawa yang memiliki orientasi ruang tiga dimensi. Sebagai contoh
pengetahuan semacam ini dapat digunakan untuk menjelaskan senyawa karbon yang
disebut sebagai buckminsterfullerene atau buckyball. Senyawa 60 titik atom karbon yang
berbentuk seperti bola sepak dengan 20 bentuk heksagonal dan 12 pentagonal yang
ditunjukkan pada gambar 3.12. tersebut telah diteliti pada tahun 1985 oleh Kroto, Curl dan
Smalley menggunakan spektrum radiasi astronomi dan senyawa ini menghasilkan emisi sinar
merah dengan λmaks pada sekitar 660-700 nm.

Gambar 3.12. senyawa karbon yang disebut sebagai buckminsterfullerene atau buckyball

Ringkasan

Persamaan Schrödinger yang diselesaikan untuk partikel dalam kotak berdimensi nol
menghasilkan fungsi gelombang dan energi partikel yang bergerak bebas. Penyelesaian tersebut
menunjukkan bahwa partikel bergerak translasi dengan energi kontinu seperti yang dihasilkan
dalam mekanika klasik. Penyelesaian untuk partikel dalam kotak berdimensi tunggal
menghasilkan fungsi gelombang dengan keadaan energi terkuantasi. Penyelesaian ini penting
secara kimiawi untuk memprediksi sifat-sifat senyawaan kimia yang berantai lurus.
Penyelesaian untuk partikel dalam kotak berdimensi dua maupun berdimensi tiga, selain
menghasilkan fungsi gelombang dengan keadaan terkuantasi secara generasi juga
menghasilkan keadaan terdegenerasi yaitu fungsi-fungsi gelombang berbeda yang memiliki
tingkat energi yang sama. Penyelesaian sedemikian rupa berguna untuk memprediksi sifat-sifat
senyawaan kimia yang memiliki orientasi ruang dua dimensi atau tiga dimensi.

Soal-soal

1. Jelaskan mengapa fungsi gelombang partikel bebas memiliki energi tidak terkuantisasi.
2. Prediksi panjang gelombang dari elektron yang bergerak bebas dengan kecepatan 8/10
kecepatan cahaya dan hitung pula energi kinetiknya.
3. Jelaskan apakah kebolehjadian menemukan partikel paling besar dalam kasus partikel dalam
kotak satu dimensi selalu berada pada bagian tengah dari kotak.
4. Prediksikan secara kasar termasuk dalam kelompok cahaya apa panjang gelombang
maksimum dari senyawa 1,3,5-heksatriena.
5. Buatlah grafik kerapatan partikel dalam kasus partikel dalam kotak 2 dimensi dan beri
penjelasan pada bagian mana saja kebolehjadian menemukan partikel menjadi maksimum
dan pada bagian mana menjadi minimum.
6. Berdasarkan transisi elektronik senyawanya maka prediksikan daerah cahaya yang dimiliki
panjang gelombang maksimum senyawa siklobutadiena.
7. Buktikan beberapa kombinasi 2 tingkat energi pada partikel dalam kotak tiga dimensi
memiliki keadaan energi yang lebih tinggi dibandingkan beberapa kombinasi 3-nya.

=================== SELAMAT BELAJAR ===================

Anda mungkin juga menyukai