Anda di halaman 1dari 19

37

BAB V
MEKANIKA KUANTUM PADA SISTEM SEDERHANA

1. Partikel dalam Kotak Satu Dimensi


Masalah paling sederhana yang berkaitan dengan masalah elektron dalam
satu atom atau satu molekul, adalah menyangkut perhitungan dari fungsi gelombang
bagi satu elektron yang dipaksa bergerak di dalam satu jarak dengan panjang a dalam
arah x. Energi potensial V diambil nol di dalam daerah ini dan tak hingga bagi harga-
harga x yang lain (Gambar 5.1).

Gambar 5.1. Kotak 1 dimensi arah sumbu x.

Kita tinjau suatu partikel yang bergerak dalam arah sumbu x (1 dimensi) pada
daerah yang berenergi potensial nol pada daerah 0 ≤ x ≤ a dan berharga tak hingga
pada daerah di luar batas. Karena fungsi gelombang tidak dibolehkan mempunyai
nilai tak terdefinisi, maka fungsi gelombang bernilai nol pada pada daerah E
potensial tak hingga (di luar kotak). Jadi, fungsi gelombang berharga tidak nol pada
daerah dengan harga V(x) = 0 atau daerah di antara [0, a].
Persamaan Schrödinger menjadi:

(5.1)

Masalah partikel di dalam kotak, di mana partikel dengan massa m terkurung


di antara dua dinding pada x = 0 dan x = a. Di dalam sumur kotak tak terhingga,
38
energi potensial partikel di dalam kotak bernilai nol, tetapi mendadak naik sampai
tak terhingga pada dindingnya. Hal ini merupakan idealisasi dari molekul gas yang
bergerak bebas dalam wadah satu dimensi.
Persamaan (5.1) ini sama untuk partikel bebas, sehingga penyelesaian
umumnya juga sama. Dengan mudah kita menuliskannya sebagai

Ψ = A sin kx + B cos kx E = k2 ħ2/ 2m (5.2)

Mengingat potensial di luar kotak adalah tak hingga, kebolehjadian


menemukan partikel di luar harus nol. Bila fungsi gelombang tidak memiliki harga
nol di luar kotak, persamaan di atas tidak dapat dipenuhi kecuali dengan energi tak
terhingga. Untuk menghindari suatu ketidaksinambungan pada x = 0 dan x = a,
fungsi gelombang harus memiliki suatu harga nol pada titik-titik ini (Ψ = 0, pada
x = 0 dan pada x = a). Untuk memenuhi persyaratan batas pada x = 0, tetapan B
dalam persamaan harus diberi harga nol.

Penyelesaian Yang Dapat Diterima


Perhatikan dinding pada x = 0. Menurut Persamaan (5.2), Ψ (0) = B (karena
sin 0 = 0 dan cos 0 = 1). Tetapi syarat batas di tempat itu adalah Ψ (0) = 0, yang
mengharuskan B =0. Dengan demikian fungsi gelombang harus berbentuk
Ψ = A sin kx

Amplitudo pada dinding lain (pada x = a) adalah

Ψ = A sin ka
yang juga harus nol. Jika A = 0 akan menghasilkan Ψ = 0 untuk semua x, yang
berlawanan dengan penafsiran Born (partikel harus ada di suatu tempat). Oleh karena
itu, ka harus dipilih sedemikian sehingga sin ka = 0, terpeenuhi oleh :

ka = nл n = 1,2,....
39
(n = 0) tidak termasuk, karena berarti k = 0 dan Ψ = 0 , dimanapun yang dapat
diterima, dan nilai negatif n hanya mengubah tanda sin nл). Karena k dan E
dihubungkan oleh persamaan 16 maka energi partikel terbatas pada nilai-nilai. Kita
melihat energi partikel terkuantisasi, dan kuantisasi itu timbul dari syarat batas yang
harus dipenuhi oleh Ψ agar yang menjadi fungsi gelombang dapat diterima.
Syarat batas pada x = a hanya dipenuhi bila sin ka = 0 atau (k.a = nπ). Jika
persamaan ini dimasukkan ke Persamaan (5.2), maka diperoleh persamaan untuk
mencari energi pada tingkat ke-n:

n2h2
En = (5.3)
8ma 2

dimana n = bilangan kuantum utama = 1,2,3,.....

Satu partikel yang bergerak di antara dua titik dalam satu garis hanya dapat
memiliki energi-energi yang diberikan oleh persamaan ini bagi harga-harga n yang
bulat, sedangkan satu partikel yang betul-betul bebas dapat memiliki energi apa saja.
Tingkat-tingkat energi yang terbatas tersebut adalah sifat khas dari penyelesaian
Persamaan Schrödinger bagi partikel yang terikat (Gambar 5.2). Tingkat-tingkat
energi yang terbatas semacam itu tak dapat diperoleh atas dasar mekanika klasik.
Jelaslah dari persamaan bahwa makin besar atom, makin berat partikel, makin
mengecil pula pemisahan tingkat-tingkat energi.
Suatu partikel dalam satu kotak tak dapat memiliki energi nol karena energi
2 2
terendah ћ /8ma diperoleh dari persamaan bagi n = 1. Meskipun n = 0 memenuhi
syarat-syarat batas, fungsi gelombangnya adalah nol di setiap tempat (berarti pula
tidak ada partikel/elektron pada tingkat energi tersebut). “Energi titik nol” semacam
itu selalu ditemui bila satu partikel dipaksakan di dalam suatu daerah yang terbatas,
bila tidak demikian maka azas ketidaktentuan akan dilanggar. Tingkat-tingkat energi
lebih tinggi selanjutnya adalah pada 4 kali (n = 2) dan 9 kali (n = 3) energi ini.
Fungsi-fungsi gelombang ditumpuk dalam penyaluran ini, dan dapat difahami
bahwa panjang gelombang sama dengan 2a/n.
40

a a

Gambar 5.2 Kurva fungsi gelombang (a) dan kebolehjadian (b) untuk
partikel dalam kotak 1 dimensi

Gambar 5.2 memperlihatkan rapat kebolehjadian Ψ*Ψ bagi satu partikel


dalam kotak. Ini adalah kebolehjadian per satuan panjang, bahwa partikel dapat
ditemukan di titik itu. Posisi paling boleh jadi bagi satu partikel dalam tingkat nol (n
= 1) adalah di tengah-tengah kotak. Kebolehjadian bahwa partikel ada di manapun
juga antara x = 0 dan x = a adalah tentu saja sama dengan satu, dan ini dinyatakan
secara matematik melalui integrasi Ψ*Ψ sepanjang jarak ini.

Normalisasi
Langkah berikutnya untuk menjadikan fungsi gelombang yang terpilih
tersebut berharga tunggal, maka dilakukan langkah normalisasi pada batas daerah

x = 0 hingga x = a, dan fungsi gelombang terpilih adalah ψ = A.Sin x . Langkah
a
normalisasi dilakukan dengan persamaan:
41
a 2
 nπ 
∫0  A.Sin
a
x  dx = 1

(5.4)

Hasil penyelesaian Persamaan (5.4) diperoleh bahwa A = (2/a)1/2 sehingga


fungsi gelombang yang ternormalisasi bagi satu partikel dalam suatu kotak satu
dimensi adalah :

(5.5)

Sifat Penyelesaian
Setiap fungsi gelombang adalah gelombang berdiri, dan agar pas di dalam
rongga, fungsi berikutnya harus memiliki sebuah setengah panjang gelombang lagi.
Memperpendek panjang gelombang agar cukup memasukkan setengah panjang
gelombang lain ke dalam wadah berarti mempertajam kurva fungsi gelombang itu
sehingga menambah energi kinetik partikel.
Momentum linier partikel di dalam kotak tidak terdefinisikan dengan baik
karena fungsi gelombang kx adalah gelombang berdiri dan bukan merupakan fungsi
eigen dari operator momentum linier. Walaupun demikian, setiap fungsi gelombang
merupakan superposisi dari fumgsi eigen momentum (karena sin kx =
(eikx – e-ikx)/ 2i), sehingga pengukuran momentum linier akan menghasilkan separuh
waktu bernilai
kh = nh/2a dan separuh waktu lainnya bernilai –kh = -nh/2a. Ini versi mekanika
kuantum dari gambaran klasik bahwa partikel di dalam kotak bergerak dari dinding
dan berjalan ke kanan pada separuh waktu dan kekiri pada separuh waktu lainnya.
Karena n tidak dapat sama dengan nol, energi terendah yang dapat dimiliki
oleh partikel bukanlah nol(seperti yang diperbolehkan oleh mekanika klasik) tetapi
E1 = h2/8ma2
42
energi terendah, yang tak dapat dihilangkan ini, disebut energi titik nol. Asal-usul
energi titik nol dapat diterangkan dengan dua cara. Pertama, pada asas ketakpastian
terdapat syarat bahwa partikel harus memiliki energi kinetik jika partikel itu
terkurung di dalam daerah terbatas. Hal ini disebabkan lokasi partikel tidak benar-
benar tak tertentu, sehingga momentumnya tidak dapat tetap nol. Alternatif lain, jika
fungsi gelombang harus sama dengan nol pada dinding, tetapi mulus kontinu, dan
tidak nol dimanapun, maka fungsi gelombang itu harus melengkung, dan lengkungan
pada fungsi gelombang menunjukkan pemilikan energi kinetik.
Pemisahan antara tingkat energi yang berdekatan adalah :
2 2
∆E = En-1 - En = (2n + 1) h /8ma

Pemisahan ini berkurang ketika panjang wadah bertambah dan menjadi sangat kecil
jika wadahnya besar; ∆E menjadi nol ketika dindingnya terpisah jauh tak terhingga.
Atom dan molekul yang bergerak bebas di dalam bejana berukuran-laboraturium
dapat dianggap seakan-akan energi translasinya tidak terkuantisasi.
Distribusi partikel di dalam kotak tidaklah seragam : rapat probabilitas pada x
adalah :

2 nπx
ψ2 = Sin 2 (5.6)
a a

Ketakseragaman ini menonjol jika n kecil tetapi Ψ2 menjadi semakin seragam ketika
n bertambah. Distribusi pada bilangan kuantum tinggi menunjukkan hasil klasik
bahwa, secara rata-rata, partikel yang terlempar-lempar di antara dinding melewatkan
waktu yang sama di setiap titik. Bahwa hasil kuantum sesuai dengan ramalan klasik
untuk bilangan kuantum tinggi merupakan aspek dari asas korespondensi. Asas ini
menyatakan bahwa mekanika klasik menyimpang dari mekanika kuantum untuk
bilangan kuantum tinggi.
Jika energi potensial partikel tidak naik sampai tak terhingga ketika partikel
itu ada di dalam dinding wadah, fungsi gelombangnya tidak berkurang secara
mendadak sampai nol. Jika dindingnya tipis maka berkurangnya fungsi gelombang
secara eksponensial akan berhenti, dan fungsi itu akan berosilasi kembali seperti
fungsi gelombang dalam kotak. Jadi, partikel itu dapat ditemukan di luar wadah,
43
walaupun menurut mekanika klasik partikel itu tidak mempunyai cukup energi untuk
meloloskan diri. Kebocoran melalui zone terlarang klasik ini disebut penerobosan
(tunnelling).
Kita dapat menggunakan persamaan Schrödinger untuk menghitung peluang
penerobosan dan kebergantungannya pada massa partikel. Di dalam rintangan
(daerah dengan V>0), persamaan Schrödinger adalah :

(Perhatikanlaheksponensialnya merupakan fungsi real). Jika V tidak pernah kembali


ke nol, suku pertama akan naik tanpa limit ketika x bertambah, dan pada saatnya
akan mendekati tak terhingga. Satu-satunya cara untuk memastikan agar fungsi
gelombang tidak menjadi tak terhingga, adalah dengan membuat A = 0. Oleh karena
itu, di dalam rintangan panjang, fungsi gelombang menjadi

Ψ = Be-Kx
yang berkurang secara eksponensial menuju nol ketika x bertambah.
Karena fungsi gelombang berkurang secara eksponensial di dalam dinding,
dan hal itu berlangsung dengan laju yang bergantung pada m1/2, maka partikel
dengan massa rendah lebih dapat menerobos rintangan daripada partikel yang berat.
Penerobosan ini sangat penting untuk elektron, agak penting untuk proton, dan
kurang penting untuk partikel lebih berat. Sejumlah efek di dalam kimia (misalnya,
kebergantungan beberapa laju reaksi pada isotop) bergantung pada lebih mudahnya
proton melakukan penerobosan daripada deutron.

2. Sistem Osilator Harmonis


Kajian mengenai sistem ini menjadi penting karena melalui pendekatan
dengan model sistem ini, dapat dipelajari fenomena gerakan vibrasi pada molekul.
Partikel mengalami gerakan harmonis jika partikel itu mendapat gaya pemulih yang
sebanding dengan pergeserannya:
44

F = - kx

k adalah konstanta gaya. Gaya ini sesuai dengan energi potensial (Gambar 5.3)

V = ½kx2

Gambar 5.3. Kurva potensial osilator harmonik

Oleh karena itu, Persamaan Schrödinger untuk partikel itu

h2 d 2 1
− 2
Ψ + kx 2 Ψ = E.Ψ
2m dx 2

Tingkat Energi
Pada mulanya, mengenali kemiripan antara osilator harmonis dengan partikel
dalam kotak sangatlah bermanfaat. Seperti partikel dalam kotak, partikel yang
mengalami gerakan harmonis terperangkap di dalam sumur simetris dengan energi
potensial yang naik sampai dengan nilai yang tinggi (dan akhirnya sampai tak
terhingga) untuk pergeseran yang cukup besar. Karena syarat batas harus dipenuhi,
kita menduga energi partikel itu terkuantisasi.
Segi terpenting dari hasil tersebut adalah tingkat energi osilator harmonis
yang diperbolehkan.
1/ 2
k  1
E n = h.  n +  dengan n = 0,1,2,3,.....
µ  2
45

Oleh karena itu, pemisahan antara tingkat energi yang berdekatan adalah :
∆ E = Ev+1 - Ev = ħw

yang sama untuk semua v. Jadi tingkat energi membentuk tangga seragam dengan
selisih sebesar ħw.
Pemisahan energi ħw terlalu kecil untuk objek makroskopik, tetapi sangat
penting obyek dengan massa yang serupa dengan massa atom. Contohnya, konstanta
gaya ikatan kimia tertentu, sekitar 500 N m-1, dan karena massa proton sekitar 1,7 x
10-27 kg, frekuensinza w ≈ 5 x 1014 s-1 dan pemisahan tingkat yang berdekatan adalah
ħw ≈ 6 x 10-20 J. Pemisahan energi ini bersesuaian dengan 30 kJ mol-1, zang secara
kimia tidak bisa diabaikan. Eksitasi osilator harmonis dari satu tingkat ke tingkat di
atasnya memerlukan energi sebesar ∆E = 6 x 10-20 J (0,4 eV), sehingga jika eksitasi
itu disebabkan oleh foton, frekuensi radiasi zang diperlukan adalah :

13
υ = ∆E/ h = 9 x 10 Hz

dan panjang gelombangnya adalah : λ = c/υ

Oleh karena itu, transisi antara tingkat energi vibrasi molekul memerlukan radiasi
infra merah. Karena nilai terkecil v adalah 0, osilator mempunyai energi titik-nol.
Untuk jenis osilator molekul tersebut di atas, energi titik nolnya sekitar 3 x
10-20 J. Ini sesuai dengan 0,2 eV atau 15 kJ mol-1. Alasan matematis energi titik nol
adalah bahwa v tidak dapat bernilai v = -½, karena jika demikian, fungsi
gelombangnya akan menjadi kacau. Alasan fisikanya sama dengan untuk partikel di
dalam sumur kotak: partikel itu terkurung, posisinya tidak benar-benar tertentu,
sehingga momentum dan energi kinetiknya tidak tetap nol. Kita dapat
menggambarkan keadaan titik nol ini sebagai keadaan di mana partikel berfluktuasi
tak henti-hentinya di sekitar posisi keseimbangannya; mekanika klasik
memperbolehkan partikel benar-benar diam.
46
Fungsi Gelombang yang Mendeskripsikan Sistem
Kita dapat menduga bahwa fungsi gelombang osilator harmonis menyerupai
fungsi gelombang partikel di dalam kotak, tetapi dengan dua perbedaan. Pertama,
amplitudonya menurun menuju nol lebih perlahan pada pergeseran besar, karena
energi potensialnya naik menuju nol hanya sebesar x2, tidak mendadak. Kedua,
karena energi kinetik partikel bergantung pada pergeseran dengan cara yang lebih
rumit (karena adanya variasi energi potensial) maka lengkungan fungsi gelombang
juga bervariasi dengan cara lebih rumit. Penentuan fungsi gelombang diawali dengan
persamaan:

h2 d 2 1 2
− Ψ + kx Ψ = E.Ψ ,
2 µ dx 2 2
yang diubah menjadi:

d2 2µ  1 2
2
Ψ+  E − kx Ψ = 0 (5.7)
dx h  2 
Jika Persamaan (5.7) diselesaikan, maka akan diperoleh fungsi gelombang yang
mengandung suku Polinomial Hermite, yaitu:

ψ n ( x) = N n .H n (α 1 / 2 .x ).e −αx
2
/2

1/ 2
 kµ 
dimana: α =  2 
h 
1/ 4
α  1
kemudian, N n = n 1 / 2  
(
2 .n!  π  )
dan beberapa contoh Polinomial Hermit:
H 0 (ξ ) = 1

H 2 (ξ ) = 4ξ 2 − 2

H 4 (ξ ) = 16ξ 4 − 48ξ 2 + 12
H 3 (ξ ) = 2ξ (5.8)

H 5 (ξ ) = 8ξ 3 − 12ξ

H 5 (ξ ) = 32ξ 5 − 160ξ 3 + 120ξ


47
3. Rotor Kaku
Model rotor kaku biasanya digunakan untuk mengkaji gerakan rotasi molekul
diatomik, namun juga dapat digunakan untuk memodelkan gerakan rotasi molekul
yang linier seperti asetilen. Penggambaran model dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Model rotor kaku dan koordinat untuk perhitungan momen inersia

Rotasi yang terjadi bersifat bebas, dengan kata lain bahwa energi potensial
bernilai nol. Dengan demikian energi total adalah energi kinetik:
1 2
E = Ek = Iω
2
dimana I adalah momen inersia dan ω kecepatan sudut. Momen inersia adalah
perkalian antara massa tereduksi dengan kuadrat jarak antar patikel (atom), yaitu:

I = µr 2
Sedangkan momentum sudut adalah perkalian momen inersia dengan kecepatan
sudut:
L = I. ω
Koordinat yang terlibat adalah koordinat internal dan koordinat titik tengah
massa. Gerakan translasi titik tengah massa dan energi yang bersesuaian diabaikan,
kemudian mengubah koordinat Cartesian menjadi koordinat bola (sferik) (r,θ,φ).
Karena r bernilai tetap, maka hanya ada 2 variabel yang ada dalam operator
Hamiltonian.
48
Penggunaan 2 jenis koordinat bola, menyebabkan 2 bilangan kuantum yang
dibutuhkan untuk menghitung energi:

 h2 
E J = J (J + 1). 2  dimana J = 0,1,2,3,……. (5.9)
 8π I 

Tampak pada Persamaan (5.9) energi rotor kaku dapat terkuantisasi dan bahkan
dapat bernilai nol. Nilai nol ini dimungkinkan karena tidak ada variabel koordinat
yang digambarkan. Bilangan kuantum lainnya muncul sebagai tetapan di dalam
solusi Persamaan Schrödinger. Bilangan ini terdiri dari bilangan bulat dan nol.
M = 0,±1,±2,....,± J

4. Partikel dalam Kotak 3 Dimensi


Persamaan Schrödinger dapat diterapkan pada sebuah partikel dengan massa
m yang bergerak dalam suatu kotak dengan dinding tak terbatas (tidak terhingga),
yaitu energi potensial ∞ di luar kotak adalah tidak terhingga, tetapi di dalam kotak
adalah konstan dan tertentu, yaitu nol. Fungsi gelombang untuk partikel dalam kotak
tiga dimensi, merupakan fungsi dari ketiga koordinat ruang. Persamaan gelombang
untuk partikel semacam itu yang bergerak dalam daerah berenergi potensial nol
adalah
8π 2 m
∇ 2ψ ( xyz ) + Eψ ( xyz ) = 0 (5.10)
h2
Persamaan ini merupakan persamaan diferensial parsial yang mengandung
tiga variabel dan pendekatan baku untuk menyelesaikan persamaan semacam ini
mirip dengan pendekatan yang digunakan untuk memisahkan bagian waktu dan
bagian ruang dari persamaan gelombang bergantung waktu. Langkah pertama yang
diperlukan untuk menyelesaikan persamaan diferensial di atas adalah menganggap
bahwa ketiga variabel dapat dipisahkan menjadi tiga persamaan yang masing-masing
hanya mengandung satu variabel saja. Tiap persamaan tersebut merupakan
persamaan diferensial total, karena hanya mengandung satu variabel saja dan
mungkin sering untuk mendapatkan penyelesaian persamaan-persamaan terakhir ini.
49
Dengan asumsi ψ adalah fungsi x, y, z, yang merupakan perkalian ketiga

variabel. Tidak selalu mungkin untuk menemukan persamaan yang memungkinkan


tejadinya pemisahan variabel, tetapi anggapan bahwa fungsi gelombang total dapat
ditunjukkan dengan hasil pemecahan beberapa fungsi gelombang adalah langkah
permulaan yang biasa ditempuh. Untuk partikel dalam kotak tiga dimensi dianggap
bahwa
ψ (x,y,z) = f(x). f(y). f(z) (5.11)
Dimana f(x) menunjukkan fungsi gelombang yang hanya bergantung pada variabel
x; f(y) menunjukkan fungsi gelombang yang hanya bergantung pada variabel y, dan
f(z) menunjukkan fungsi gelombang yang hanya bergantung pada variabel z. Jika
persamaan-persamaan tersebut disubstitusikan untuk mengganti ψ(xyz) dalam
persamaan gelombang maka kita dapatkan :
d 2ψ d 2 f ( x)
= f ( y ). f ( z ).
dx 2 dx 2
d 2ψ d 2 f ( y)
= f ( x ). f ( z ). (5.12)
dy 2 dy 2
d 2ψ d 2 f ( z)
= f ( x ). f ( y ).
dz 2 dz 2
8π 2 m
Substitusi (3) ke dalam (1), kemudian dibagi dengan f ( x). f ( y ). f ( z ) ,
h2
maka
h2 1 d 2 f ( x) h2 1 d 2 f ( y) h2 1 d 2 f ( z)
+ + + E = 0 (4)
8π 2 m f ( x) dx 2 8π 2 m f ( y ) dy 2 8π 2 m f ( z ) dz 2
Persamaan (4) apabila diuraikan akan didapat tiga persamaan yaitu :
h2 1 d 2 f ( x)
− = Ex (5.13)
8π 2 m f ( x) dx 2

h2 1 d 2 f ( y)
− = Ey (5.14)
8π 2 m f ( y ) dy 2

h2 1 d 2 f ( z)
− = Ez (5.15)
8π 2 m f ( z ) dz 2

Sehingga E = E x + E y + E z (5.16)
50
Dengan telah diuraikanya atau dipisahkannya variabel-variabel, maka
sekarang perlu dilakukan penyelesaian tiap persamaan. Dalam soal khusus ini, ketiga
persamaan yang dihasilkan mempunyai bentuk yang sama. Dengan demikian,
penyelesaian salah satu persamaan sudah cukup untuk menunjukkan metode Yang
diperlukan. Jika persamaan dengan variabel x diambil sebagai contoh, maka nampak
bahwa setelah dilakukan pengaturan kembali, persamaan ini mempunyai bentuk yang
sama persis dengan persamaan yang baru saja kita selesaikan untuk kotak satu
dimensi.
d 2ψ 8 π 2 m
+ ( E − V )ψ = 0 (5.17)
dx 2 h2
Dapat kita lihat bahwa persamaan (5.13), (5.14), (5.15) merupakan
persamaan Schrodinger untuk partikel dalam kotak 1 dimensi. Dengan demikian,

2 nπ
penyelesaian yang ternormalisasi adalah : f ( x) = sin x x (5.18)
a a
nx h 2
Ex = , dimana n x = 1,2,3,.... (5.19)
8π m a 2
Cara yang sama dilakukan untuk sumbu y dan sumbu z, sehingga akan diperoleh
penyelesaian yang analog dengan persamaan diatas. Untuk lebih jelasnya marilah
kita simak uraian dibawah ini.
Secara umum partikel yang bergerak dalam kotak tiga dimensi dapat digambarkan
sebagai berikut :

V dalam kotak = 0
V luar kotak = ∞
c
x
b
a
y
Gambar 5.5 Koordinat sistem partikel dalam kotak tiga dimensi
51
V x = 0, dimana 0 < x < a
V y = 0, dimana 0 < y < b
V z = 0, dimana 0 < z < c
Karena ψ (x,y,z) = f(x). f(y). f(z), maka fungsi gelombangnya

8 nπ n yπ nπ
ψ n n n (x, y, z) = sin x x. sin y. sin z z (5.20)
x y z
abc a b c
Penting untuk dipahami bahwa ada satu bilangan kuantum untuk tiap
derajat kebebasan. Gagasan yang sama telah disodorkan dalam kuantisasi atom
hidrogen oleh Sommerfeld, tetapi dalam penurunan rumus di atas, kuantisasi muncul
sebagai konsekuensi matematik yang wajar. Energi total partikel dalam kotak tiga
dimensi dapat dinyatakan sebagai berikut

h 2  n x n z 
2 2 2
ny
E= + 2 + 2 (5.21)
8 m  a 2 b c 

Dimana a, b, c adalah dimensi kotak, dan n x , n y , n z = 1,2,3,…..

Sekali lagi di sini nampak bahwa energi partikel terkuantisasi. Hal ini mengejutkan
atas keberhasilan pendekatan klasik dalam mekanika atom dan molekul, seperti yang
dilakukan dalam teori kinetik gas. Sebenarnya atak ada pertentangan antara kedua
pendekatan ini. Jika dipilih bilangan kuantum dan ukuran wadah yang sesuai maka
akan ditemukan bahwa pemisahan antara tingkat energi yang satu dengan yang
lainya adalah kecil sehingga kebeiringan energi dianggap sinambung.

Khusus untuk partikel yang bergerak dalam kotak tiga dimensi berbentuk kubus
dapat digambarkan sebagai berikut :
52

V dalam kotak = 0
V luar kotak = ∞
a
x
a
a
y

V x = 0, dimana 0 < x < a


V y = 0, dimana 0 < y < a
V z = 0, dimana 0 < z < a
Gambar 5.6 Koordinat sistem partikel dalam kotak tiga dimensi bentuk

Fungsi gelombang dan tingkat energinya adalah ψ (x,y,z) = f(x). f(y). f(z)

8 nxπ n yπ nπ
ψ (x, y, z) = 3
sin x. sin y. sin z z (5.22)
a a a a
2 2 2
(n x + n x + n x ) h 2
E = Ex + E y + Ez = (5.23)
8π m a 2

Degenerasi
Uraian lengkap mengenai status energi partikel dalam kotak tiga dimensi,
ternyata diperlukan tiga bilangan kuantum. Tentu saja hal ini sudah dapat diduga
sebelumnya. Gagasan mengenai bilangan kuantum dalam spektra atom misalnya,
berasal dari usaha untuk memahami posisi garis-garis spektra, yaitu memahami
energi yang diwakili oleh garis-garis tersebut. Pengamatan adanya garis-garis baru
menyebabkan perlunya bilangan kuantum baru yang dapat dikaitkan dengan tingkat
53
energi yang bersesuaian. Dengan demikian kita cenderung untuk menyimpulkan
bahwa tiap bilangan kuantum mewakili suatu sumbangan tertentu pada energi total
sistem. Akan tetapi, sering ditemukan bahwa dengan berbagai sebab suatu set
bilangan kuantum tertentu dapat tidak unik dalam mendefenisikan energi partikel.
Sebagai contoh, bila ditinjau partikel dalam kotak tiga dimensi, kita dapat
mengatakan sekali lagi bahwa energinya adalah

h 2  n x n z 
2 2 2
ny
E = Ex + E y + Ez = + 2 + 2 (5.24)
8 m  a 2 b c 

Tetapi apabila kita memilih suatu kotak yang berbentuk kubus sehingga a = b = c,
maka energi atom dapat dinyatakan oleh
h2 2 2 2
E = Ex + E y + Ez = 2
(n x + n x + n x ) (5.25)
8π m a

P = 6 (1,2,3);(1,3,2);(2,1,3);(2,3,1);(3,1,2);(3,2,1)
14
12 P = 1 (2,2,2)

11 P = 3 (3,1,1);(1,3,1);(1,1,3)
E
2
h 9 P = 3 (1,2,2);(2,1,2);(2,2,1)
( )
8π m a 2

P = 3 (2,1,1);(1,2,1);(1,1,2)
6

3 P = 1 (1,1,1)
0

Gambar 5.7 Degenerasi Tingkat-tingkat Energi Dalam Kubus

Untuk tingkat energi terendah (tingkat energi pertama) (1 1 1), dimana n x ,

ny , dan nz masing-masing sama dengan satu, maka terlihat bahwa


2
E = 3h .Hanya ada satu kisi-kisi bilangan kuantum yang memberikan tingkat
8m a2
energi ini. Tingkat energi semacam ini dikatakan tidak terdegenerasi. Jika kita
54
sekarang meninjau tingkat energi kedua seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.6 –
5.7, nampak bahwa ada tiga tingkat bilangan kuantum nx , ny, dan nz, yaitu (112),
(121), dan (211) yang akan memberikan tingkat energi yang sama: E = 3h2/4ma2.
Tingkat energi semacam ini dikatakan terdegenerasi tiga kali. Untuk kotak berbentuk
kubus, dapat disimpulkan dari Gambar 4 bahwa hampir semua tingkat energi
mengalami degenerasi sampai derajat tertentu.
Matematika dari sistem yang mempunyai tingkat energi terdegenerasi dan
cara-cara untuk menyingkirkan degenerasi seringkali merupakan persoalan yang
sangat penting. Untuk partikel dalam kotak tiga dimensi, degenerasi dapat
dihilangkan dengan jalan menggunakan kotak yang sisinya berbeda. Jika tak ada
hubungan yang melibatkan bilangan utuh antara sisi-sisi kotak a, b, dan c, mudah
untuk mendapatkan tahana energi tak terdegenerasi untuk persoalan partikel dalam
kotak. Akan tetapi dalam maslaah atom dan molekul itu tidak selalu demikian.

Contoh :
Setelah kita mengerjakan penyelesaian persamaan Schrodinger stasioner elektron
dalam kubus dengan sisi a, Anda mendapatkan bahwa pada tingkat energi tertentu
terdapat beberapa fungsi gelombang untuk elektron yang dikenal dengan degenerasi.
Tuliskan persamaan gelombang pada tingkat energi ke-2.
Penyelesaian :
ψ (x,y,z) = f(x). f(y). f(z)
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pada tingkat energi ke-2 ada 3 garis persamaan
yaitu (2,1,1);(1,2,1);(1,1,2), nilai-nilai tersebut dimasukkan dalam 3 garis persamaan
penyelesaian partikel dalam kotak tiga dimensi. Sehingga didapatkan hasil sebagai
berikut :

8 2π π π
ψ (x, y, z) = 3
sin x. sin y. sin z
a a a a

8 π 2π π
ψ (x, y, z) = 3
sin x. sin y. sin z
a a a a

8 π π 2π
ψ (x, y, z) = 3
sin x. sin y. sin z
a a a a
55
Soal Latihan:
1. Jika ditinjau persamaan menghitung energi untuk partikel dalam kotak 1 dimensi
arah x, dapat dilihat bahwa nilai energi berbanding terbalik dengan panjang
lintasan. Apa yang dapat Anda simpulkan jika persamaan ini diterapkan pada
fenomena ikatan kimia?
2. Tuliskan fungsi gelombang partikel dalam kubus 3 dimensi untuk tingkat energi
ke-3.
3. Jika panjang ikatan molekul O2 adalah 1,21 Å, hitung momen inersia untuk
molekul O2 tersebut. (Asumsi molekul sebagai rotor kaku dan kedua atom adalah
16
O). Jwb: 1,95x10-46 kg.m-2

Anda mungkin juga menyukai