Anda di halaman 1dari 9

Cara Membaca Diagram Frost, Kestabilan Bilangan Oksidasi, Oksidator dan

Reduktor Terkuat

Bahasan ini sangat erat dengan tulisan Diagram Latimer dan Penentuan Potensial Reduksi
Standar. Dasarnya sama. Dengan diagram Frost kestabilan spesi yang memiliki bilangan oksidasi
(biloks) tertentu dapat diperkirakan secara relatif mudah.

Memperkirakan manakah biloks atom dalam spesi yang paling mudah mengalami reduksi (sering
disebut oksidator atau pengoksidasi) dan yang paling mudah mengalami oksidasi (sering disebut
reduktor zat pereduksi). Bagaimana caranya?

Diagram Frost itu adalah diagram yang memplotkan nilai ΔG°⁄F atau nE° versus bilangan
oksidasi pada saat nE° = 0.  Biasa akan dibuat plot pada keadaan pH = 0 (asam) dan atau pH =
14 (basa).

ΔG° = nFE° → ΔG°/F = nE°


ΔG° = Energi bebas Gibbs (Joule atau J)
F = Tetapan Faraday (1F = 96.485 J/(V·mol))
n = jumlah elektron yang diterima pada reaksi reduksi setiap spesi (mol)
E° = besarnya potensial reduksi standar spesi (Volt atau V atau J/C)

Di kurikulum kimia tingkat SMA sekarang memang belum dikenalkan tentang ΔG° atau energi
bebas Gibbs ini. Namun dengan melihat persamaan mungkin cukup dapat memahami nE°. Ini
sebagai pengayaan dan persiapan untuk olimpiade kimia saja.

Prinsip pembacaan diagram Frost seperti pada diagram berikut.


 Spesi dengan nilai nE° paling rendah untuk biloks tertentu merupakan spesi relatif lebih
stabil dibanding yang lain;

 Semakin rendah nilai nE° semakin stabil spesi dengan biloks tersebut;

 Spesi yang membentuk slop lebih positif dengan spesi lain biasanya  merupakan spesi
cenderung mengalami reaksi reduksi, dapat sebagai oksidator;

 Spesi yang membentuk slop kurang positif dengan spesi lain biasanya  merupakan spesi
cenderung mengalami reaksi oksidasi, dapat sebagai reduktor;

Sekilas tentang tentang slop (kemiringan/gradien).


Berikut ini adalah gambaran slop positif. Δy = yakhir – yawal; Δx = xakhir – xawal.
Dari diagram dapat diketahui bahwa nilai slop atau gradien atau kemiringan m1 > m2 > m3
Semakin besar Δy dan semakin kecil Δx maka semakin besar (atau lebih positif) pula nilai m.

Bila salah satu nilai Δy atau Δx negatif akan menghasilkan slop negatif.
 Spesi yang berada di bawah slop (garis merah putus-putus) yang menghubungkan dua
spesi berdekatan) merupakan hasil reaksi redoks komproporsionasi dari dua spesi yang
terhubung dengan garis merah putus-putus.

 Reaksi redoks komproporsionasi adalah reaksi redoks yang melibatkan dua spesi yang
berubah menjadi satu spesi yang sama. Dari dua spesi itu, salah satu mengalami reaksi
oksidasi (biloksnya meningkat) dan satu spesi lain mengalami reaksi reduksi (biloksnya
menurun).
 Spesi yang berada di atas slop (garis merah putus-putus) cenerung mengalami reaksi
redoks disproporsionasi menjadi dua spesi yang terhubung dengan garis merah putus-
putus.

 Reaksi redoks disproporsionasi adalah reaksi redoks satu spesi yang berubah menjadi dua
spesi berlainan. Sebagian mengalami reaksi oksidasi (biloksnya meningkat) menjadi spesi
yang di atasnya dan sebagian mengalami reaksi reduksi (biloksnya menurun) menjadi
spesi yang ada di bawahnya.

Contoh 1. Pembacaan Diagram Frost Mangan (Mn)


Kurva berwarna biru adalah kondisi spesi pada keadaan sangat asam, pH = 0, yang berwarna
merah pada kondisi sangat basa, pH = 14.  Dengan cara penafsiran yang sama dapat pula
ditentukan spesi mana yang begini begitu untuk kondisi basa.

 Dalam suasana asam Mn2+ merupakan spesi dengan nilai nE° paling rendah untuk biloks
Mn = +2. Mn2+ merupakan spesi relatif lebih stabil dibanding yang lain.  Dalam suasana
basa stabil bila biloksnya +3 (Mn2O3), posisinya berada pada posisi nE° paling rendah.

 Baik dalam suasana asam maupun basa MnO4– merupakan spesi dengan daya reduksi
terkuat. MnO4– merupakan spesi dengan  nilai nE° paling tinggi, biloks Mn = +7. 
MnO4– memiliki daya reduksi terkuat. Pada diagram Frost mangan ini letaknya di kanan-
atas.

 Dalam suasana asam spesi yang berada di atas slop (garis merah putus-putus) pada grafik
(seperti HMnO4–, H3MnO4 dan Mn3+) biasanya dapat mengalami disproporsionasi.

 Spesi yang berada di sebelah kiri (Mn) pada diagram Frost merupakan spesi yang dapat
menjadi reduktor cukup baik (sifatnya moderat atau sedang).

Kestabilan pada bahasan ini adalah kestabilan termodinamis. Kestabilan termodinamis terjadi


ketika sebuah sistem berada dalam keadaan energi terendah, atau dalam keadaan kesetimbangan
kimia.

Dua spesies akan cenderung proporsional menjadi spesies perantara yang terletak di bawah garis
lurus yang bergabung dengan spesies terminal (pada kurva cekung).

Contoh 2. Pembacaan Diagram Frost Nitrogen (N)

Grafik merah - suasana asam; grafik biru suasana basa.

Dari diagram Frost untuk nitrogen bila terdapat tiga spesi yang akan dijadikan perhatian, NH4+,
N2O dan NO3–. Ketiganya dihubungkan dengan suatu garis seperti gambar berikut.

Secara praktis Bila terdapat larutan garam NH4NO3 dengan kondisi tertentu ini zat ini akan
mengalami reaksi komproporsionasi menjadi N2O. Ini contoh penerapan pemanfaatan diagram
Frost.

Bila dari tiga spesi dihubungkan dengan garis dan salah satunya terdapat di bawah garis yang
menghubungkan spesi dengan biloks terendah dan tertinggi maka ada kecenderungan bahwa dua
spesi itu mengalami reaksi komproporsionasi.

NH4+(aq) + NO3– (aq) → N2O(g)  +  2H2O(l)


Dengan memanfaatkan diagram Frost dapat ditentukan kemungkinan-kemungkinan spesi yang
mengalami kecenderungan tertentu seperti pada kasus reaksi di atas.

Contoh 3. Dengan menggunakan diagram Frost nitrogen suasana asam, manakah zat-zat ini
(N2O, N2, NO, HNO2) yang cenderung mengalami reaksi redoks disproporsionasi?
Jawaban: (N2O, NO, HNO2)

Pembahasan: Spesi akan mengalami reaksi disproporsionasi bila ia berada di atas garis yang
menghubungkan dua spesi di dekatnya (biasa spesi tersebut memiliki biloks di atas dan di bawah
spesi yang dapat mengalami disproporsionasi itu. Selain itu juga perlu dipertimbangkan bahwa
slop spesi-spesi itu positif.

Misal untuk spesi yang HNO2 menghubungkan NO3– dengan N2O. Bila ditarik garis lurus dari
NO3– ke N2O, maka posisi HNO2 akan berada di atas garis ini. Jadi cenderung HNO2 mengalami
reaksi redoks disproporsionasi menjadi NO3– dan N2O.

Contoh 4. Pembacaan Diagram Frost Fosfor (P)


 P4 dapat mengalami disproporsionasi menjadi PH3 dan H3PO2 atau menjadi PH3 dan
H3PO3 
 H3PO2 dan H3PO4 berkemungkinan mengalami komproporsionasi menjadi H3PO3
 H3PO4 adalah spesi paling stabil dengan biloks +5.
 PH3 adalah spesi yang paling mudah mengalami reaksi oksidasi dan merupaan reduktor
relatif paling kuat.

Demikian ringkasan tentang cara membaca diagram Frost ini. Dengan senang hati bila ada
pembaca yang mau mengoreksi bila ada hal yang tidak tepat. Terima kasih.

Grafik pada tulisan ini dimodifikasi dari Shriver and Atkins' Inorganic Chemistry, Fifth Edition,
2010, Oxford University Press
https://www.urip.info/2019/01/cara-membaca-diagram-frost-kestabilan.html

Anda mungkin juga menyukai