Anda di halaman 1dari 12

SEBAB DAN AKIBAT DIABETES MELITUS

(Makalah Mata Kuliah Kimia Medik)

Mata Kuliah : Kimia Medik

Dosen Pengampu : Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si.

Oleh:
Kelompok 11

Vevy Egista 1813023005


Savila Wardani 1813023009
Ela Nur Anisa 1813023023
Winny Febriyanti 1813023052
Anan Zahra 1813023053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus adalah salah satu diantara penyakit degenerative yang berkaitan erat
dengan penyakit metabolisme dan cenderung akan mengalami peningkatan, sehingga
dampak adanya pergeseran perilaku pola konsumsi gizi makanan (Singgih B, et al.2003).
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada
survei nasional , sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat
Indonesia diperkirakan penderita diabetes melitus ini semakin meningkat, terutama pada
kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya
penanggulangan penyakit diabetes melitus belum menempati skala prioritas utama dalam
pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup
besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem
saraf, hati, mata, dan ginjal.
Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka
kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya umur harapan hidup
(UHH), namun masa transisi demografi akibat keberhasilan upaya menurunkan angka
kematian dapat ditimbulkan transisi epidemiologis, sehingga pola penyakit bergeser dari
infeksi akut penyakit degenerative yang menahun.
Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita diabetes melitus (2000) dan
akan meningkat dua kali menjadi 366 juta pada tahun 2030. Dari 50% yang sadar
menghadapinya, hanya 30% yang rutin berobat.
Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi diabetes melitus
semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peningkatannya
dikelompok 10 besar (Leading diseases). Selain itu diabetes melitus makin memberi
kontribusi lebih besar terhadap kematian (Ten diseases leading cause of death) (Bustan,
2007).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengertian dan patofisiologi penyakit diabetes melitus?
2. Apa saja klasifikasi penyakit diabetes melitus?
3. Bagaimana diagnosa penyakit diabetes melitus?
4. Bagaimana cara pengobatan diabetes melitus?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan patofisiologi penyakit diabetes melitus
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit diabetes melitus
3. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa penyakit diabetes melitus
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan diabetes melitus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus, DM yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula
adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa
hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Menurut American Diabetes Asosiation (ADA) 2003, diabetes itu merupakan suatu
kelompok penyakit metabolis dengan karakteristik hyperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO tahun
1980 diabetes melitus merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomi dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana dapat didefinis
insulin absolute atau relative dan gangguan fungsi insulin.
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar
glukosa darah (hyperglekimia) mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
merespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan oleh
pangkreas (Burnner dan Suddarrth, 2003).

2.2 Patofisiologi
Pada manusia bahan bakar berasal dari bahan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari
karbohidrat (Gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino), dan lemak (asam lemak).
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke
usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah menjadi
glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat
makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam
tubuh sebagai energi. Supaya berfungsi sebagai energi zat makanan itu harus diolah, di mana
glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut metabolisme.
Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukan glukosa ke
dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar (FK UI Depkes, WHO, 2004).
Insulin yang dikelurakan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat
membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, kemudian di dalam sel glukosa itu di
metabolismekan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dapat masuk ke sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di
dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan akan menjadi lemah karena tidak
ada sumber energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada diabetes melitus tipe 1.

2.2.1 Ptofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1


Insulin pada diabetes melitus tipe 1 tidak ada, ini disebabkan oleh karena pada jenis
ini timbul reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta
insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta disebut ICA (Islet
Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody ditimbulkannya
menyebabkan hancurnya sel beta.

2.2.2 Petofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2


Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih banyak
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam
sel.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak berperan:
1. Obesitas terutama bersifat sentral (bentuk apel)
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3. Kurang gerak badan
4. Faktor keturunan

2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus


Diabetes meleitus memiliki tipe yang berbeda-beda. Penyakit ini dibedakan berdasarkan
penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Adapun klasifikasi Diabetes Melitus yang utama
adalah:
2.3.1 Diabetes melitus Tipe 1 : Diabetes melitus tergantung insulin (Insulin Dependent
Diabetes Melitus/IDDM)
Sekitar kurang dari 5-10% pendeerita mengalami diabetes yang tergantung insulin.
Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pancreas yang dalam keadaan normal
menghasilkan hormon isulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun.
Akibatnya,penyuntikan insulin Diperlukan untuk mengendalikan kadar gula darah.
2.3.2 Diabetes Melitus Tipe 2: Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)
Kurang dari 90-95% penderita mengalami diabetes tipe 2, yaitu diabetes yang tidak
tergantung insulin. Diabetes tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitifitas insulin (retensi
insulin) Sebagian besar penderita diabetes tipe 2, obat oral tidak mengendalikan
keadaan hyperglikemia. Sebagian penderita diabetes tipe 2 dapat mengendalikan
diabetesnya dengan diet, latihan, obat hypoglikemia oral dan mungkin memerlukan
penyuntikan insulin dalam periode stress fisiologi akut peperti sakit ayau
pembedahan.

2.4 Tanda dan Gejala Diabetes


Adapun gejala diabetes dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Gejala khas
 Poliuria (sering kencing terutama di malam hari)
 Poliphagia (banyak makan atau cepat lapar)
 Polidipsia ( rasa haus yang berlebihan)
2. Gejala lain
 Kelainan kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh yang terasa gatal adalah
daerah genital atau daerah lipatan kulit, seperti ketiak, bawah payudara dan lipatan
paha. Katarak atau ganggua refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat
hiperglikemia
 Kelainan ginekologi, seperti keputiha yang diakibatkan adanya jamur candida dan
kelainan pola haid
 Impotensi pada laki-laki
 Kesemutan dan mati rasa (baal) pada jari tangan dan kaki yang diakibatkan neuropati
 Luka atau bisul yang tak kunjung sembuh, meskipun hanya seperti luka lecet
 Tubuh mudah lelah
 Berat badan menurun tanpa penyebab khusus

2.5 Diagnosa Diabetes Melitus

Menurut Utami P, (2003) Diabetes mellitus dapat didiagnosis secara baik melalui
pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah. Kriteria diagnosa Diabetes
mellitus diambil dari keputusan organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu berdasarkan kadar
gula atau glukosa darah. Diagnosa diabetes mellitus dapat di tetapkan dengan mengukur
kadar glukosa darah ketika puasa dan 1-2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram
(tes toleransi oral). Kadar glukosa darah ketika puasa menunjukan keadaan produksi insulin
tubuh yang bersifat basal atau dasar. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis diabetes mellitus adalah sebagai berikut:
1. Seorang dikatakan menderita diabetes mellitus. Jika kadar gula darah sewaktu 2200
mg/dl. (gula darah sewaktu adalah kadar glukosa darah pada suatu saat yang dapat
berubah sepanjang hari dengan jumlah karbohidrat yang dimakan.
2. Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa >
126 mg/dl atau 2 jam setelah mæminum larutan glukosa 75gram menunjukkan kadar
glukosa darah >200 mg/dl (puasa = tidak ada masukan makanan atau kalori sejak 10 jam
terakhir).
3. Seseorang dikatakan normal atau tidak menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa
darah ketika puasa adalah < 110 mg/dl, kadar glukosa darah 1 jam. Rekomendasi WHO
kriteria diagnosis diabetes mellitus dan hipoglikemia intermediate:

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal


Diabetes:
 Glukosa puasa >= 7.0 mmol/l (126mg/dl), atau
 Glukosa 2 jam pp
>= 11.1 mmol (200mg/dl)
Impaired Glucose tolerance (IGT)
 Glukosa puasa <= 7.0 mmol/l (126mg/dl), dan
 Glukosa 2 jam pp
>= 7.8 mmol/l dan < 11.1 mmol (140mg/dl
dan 2000mg/dl)

Impaired Fasting Glucose (IFG)


 Glukosa puasa 6.1 – 6.9 mmol/l (110-125 mg/dl), dan
 Glukosa 2 jam pp < 7.8 mmol/l (140mg/dl)

+glukosa plasma vena 2 jam setelah makan 75gram glukosa. Jika 2 jam pp tidak diukur,
status diabetes tidak jelas, dan IGT tidak bisa dikeluarkan.

2.6 Faktor Pencetus

Faktor bibit merupakan penyebab utama timbulnya penyakit diabetes di samping penyebab
lain seperti infeksi, kehamilan dan obat-obatan. Tetapi meskipun demikian, pada orang
dengan bibit diabetes, belumlah menjamin timbulnya penyakit diabetes. Masih mungkin
bibit ini tidak menampakkan diri secara nyata sampai akhir hayatnya. Beberapa factor yang
dapat menyuburkan dan sering merupakan factor pencetus diabetes mellitus ialah :

 Kurang gerak/malas
 Makanan berlebihan
 Kehamilan
 Kekurangan produksi hormon insulin
 Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin

Secara singkat factor-faktor yang mempertinggi resiko diabetes adalah :

1. Kelainan genetika
Diabetes dapat menurun silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen
yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi
resikonya terkena diabetes juga tergantung pada factor kelebihan berat badan, stress, dan
kurang bergerak.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan
cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes yang muncul setelah seseorang memasuki usia
rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya
berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

3. Gaya hidup stress


Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan
berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek
penenang sementara untuk meredakan stressnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang
berbahaya bagi mereka yang beresiko terkena diabetes.

4. Pola makan yang salah


Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes.
Kurang gizi (mal nutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk
berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin). Kurang gizi dapat
terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat
berlebihan. Sedangkan kurang gizi pada janin mungkin terjadi karena ibunya merokok
atau mengkonsumsi alkohol semasa hamilnya. Sebaliknya, obesitas bukan karena
makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang
terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan di dalam tubuh sangat
berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.
2.7 Pengobatan Diabetes Melitus

Secara garis besar pengobatan dilakukan dengan cara :

1. Latihan Jasmani
Latihan jasmani dalam bentuk olahraga dapat menimbulkan penurunan gula darah yang
disebabkan oleh meningkatnya kadar penggunaan glukosa di daerah perifer. Namun, bila
kadar gula darah tinggi dan bila memiliki penyakit ketosis, olahraga akan menyebabkan
diabetes melitus semakin parah, hal ini karena gula dan ketonemia akan meninggi karena
bertambahnya glukoneogenesis dan ketosis dalam hepar. Salah satu latihan jasmani yang
dapat dilakukan ialah olahraga ringan dengan berjalan kaki selama 30 menit.

2. Obat-obatan
Obat antidiabetic oral dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Golongan sulfonilurea
Golongan ini bekerja dengan cara merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan
insulin.
b. Golongan klorpropamid
Golongan ini diberikan kepada pasien yang memiliki resiko khusus gangguan fungsi
ginjal dan wanita menyusui.
c. Golongan glipizid
Golongan ini diberikan kepada pasien yang memiliki resiko khusus penderita
gangguan fungsi hati, ginjal dan wanita hamil.
d. Golongan glimepirid
Golongan ini diberikan kepada pasien yang memiliki resiko khusus hipersensitif dan
gangguan fungsi hati.
e. Golongan glibenclamide
Golongan ini diberikan kepada pasien yang memiliki resiko khusus usia lanjut dan
hipoglikemia.
3. Penyuluhan
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan untuk menunjang perubahan perilaku
untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya. Hal ini diperlukan untuk
meningkatkan keadaan raga dan jiwa yang lebih baik.
Tujuan dari penyuluhan penyakit diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan
b. Mengubah sikap
c. Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan
d. Mengubah kualitas hidup
DAFTAR PUSTAKA

Febriyanti, Diena.2009. Peningkatan Kasus Penyakit Diabetes Mellitus.STIK.Bina


Husada.Palembang

Suci Raplia, Serni.2011. Diabetes Mellitus.STIK.Bina Husada.Palembang

Anda mungkin juga menyukai