Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Disusun oleh

Nama : Mardiana

Nim: 113119012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR (STIKes)
LOMBOK TIMUR
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
DM (DIABETES MELITUS)

A. Definisi Diabetes melitus


Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan
neuropati (yuliana elin,2009).
Diabates Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin yang progresif dilator belakangi oleh resistensi insulin (Utama, 2015).
Berdasarkan pengertian dari atas dapat ditarik kesimpulan dari diabetes melitus ialah
suatu penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas tidak memproduksi hormon insulin
yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin.
B. Etiologi DM
1. DM tipe-2
Diabetes mellitus yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang di sebabkan oleh:
a. Faktor Genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes mellitus itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecendrungan genetik kearah terjadinya diabetes mellitus tipe I.
b. Faktor imunologi (automium) Adanya respon autoimun yang merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah olah sebagai jaringan
asing, Yaitu aotoantibodi terhadap sel sel pulau langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan desktuksi sel beta.
2. DM tipe-1
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan retensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe II:
a. Faktor Usia (resistensi insulin meningkat pada usia diatas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Klasifikasi DM
Klasifikasi diabetes millitus sebagai berikut :
a. Tipe I : Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM)
b. Tipe II : Diabes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
d. Diabetes melitus gestasional (GDM)

DM tipe I biasanya mengenai anak anak dan remaja. Diabetes ini dulu pernah
disebut dengan juvenile diabetes (diabetes tipe 2) Untuk dapat bertambah hidup,
penderita diabetes millitus tipe I tergantung pada pemberian insulin dari luar, oleh
karena itu istilah yang dipakai dimasalalu adalah insulin dependent diabetes melitus
(IDDM) faktor penyebab diabetes tipe 1 adalah infeksi virus atau reaksi auto-imun
(rusaknya sistem kekebalan tubuh) yang merusak sel sel penghasil insulin, yaitu sel
beta pada pankreas, secara menyeluruh.

Biasanya gejala dan tanda tanda pada diabetes melitus tipe I muncul secara
mendadak, tiba tiba cepat merasa haus, sering kencing (anak anak jadi sering
ngompol), badan mengurus dan lemah (Nurrahmani, 2014 ). DM tipe II adalah yang
paling banyak penderitanya yaitu sekitar 90-99%, diabetes tipe II disebut diabetes life
style karena selain faktor keturuan juga disebabkan gaya hidup yang tidak sehat,
biasanya tipe ini mengenain orang dewasa (Nurrahmani, 2014).

C. Fatofisiologi DM
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
menggati sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel badan
dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin.
Pada manusi bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari,
yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak
(asam lemak). Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung
selanjutnya ke usus.
Di dalam saluran pencernaan itu makana dipecah menjadi bahan dasar dari makanan
itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino, lemak menjadi asam
lemak. Ketiga zat makana itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk di pergunakan oleh organ-organ di
dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat
makanan harus masuk dulu ke dalam sel suya dapat diolah.
Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit,
yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam
proses metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Insuslin ini adalah hormone yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas.
Dalam keadaan normal artiny akadar insulin cukup dan sensitive, insulin akan
ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel, kemudian membuka pintu
masuk sel hingga glukosa dapat masuk sel untuk kemudian dibakar menjadi energi/
tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah normal. Pada diabetes dimana didapatkan
jumlah insulin yang kurang atau pada keadaan kualitas insulinya tidak baik (resitensi
insulin), meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel
itu sendiri pintu masuk sel untuk di bakar (dimetabolisme). Akibatnya glukosa tetap
berada di luar sel, hingga kadar glukosa dalam darah meningkata (Utama, 2015).
D. Manifestasi klinis
Keluhan umum pada pasien diabetes mellitus seperti poliuria, polidipsia, polifagia
pada diabetes mellitus umumnya tidak ada, sebaliknya yang sering mengganggu pasien
adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan syaraf.
Pada diabetes mellitus lansia terdapat perubahan patofiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan
komplikasi yang luas, keluhan yang sering muncul adalah gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (nueropati perifer) dan luka
pada tungkai yang suka sembuh dengan pengobatan lazim (Padila, 2012).
Berikut ini tanda klasik dari diabetes millitus :
1. Sering buang air kecil (poliuri)
Buang air kecil akan menjadi sering jika banyak glukosa dalam darah. Jika insulin
(yakni horomon yang mengendalikan gula darah) tidak ada atau sedikit maka ginjal
tidak dapat menyaring glukosa untuk kembali kedalam darah. Kemudian ginjal akan
menarik tambahan air dari darah untuk menghancurkan glukosa. Hal ini membuat
kandung kemih penuh dan sering buang air kecil.
2. Sering haus (polidipsi)
Karena seseorang sering buang air kecil, maka akan menjadi lebih sering haus. Serta
proses penghancuran glukosa yang sulit maka air dalam darah tersedot untuk
menghancurkanya, sehingga seseorang perlu minum lebih banyak untuk mengantikan
air.
3. Nafsu makan bertambah (poliphagi) Orang yang diabetes insulinya bermasalah
akibatnya asupan gula kedalam sel-sel tubuh berkurang yang menyebabkan
pembentukan energi kurang. Kondisi ini membuat otak berpikir tubuh kurang energi
akibat asupan makanan yang kurang sehingga menimbulkan rasa lapar dan perasaan
ingin makan terus.
E. Penatalaksanaan
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemi berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetic (KAD) atau hiperglikemi hyperosmolar non ketotik(HONK)
4. Hiperglikemi dengan asidosis laktan
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stres berat (infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)
7. Kehamilan dengan diabtes mellitus gestasional yang tidak terkendalidengan
perencanaan makan
8. Gangguan fumgsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
F. Konsep dasar Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan danmerupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagaisumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.Tahap pengkajian merupakan dasar utama
dalam memberikan asuhankeperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (pasien).
Oleh karena itupengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan
kenyataansangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dandalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang
telah ditentukan dalam standar praktik keperawatandari American Nursing
Association (Nursalam, 2011).
Pengkajian adalah dasar mengidentifikasi kebutuhan, respon, danmasalah individu.
Adapun data dasar pengkajian yang ditemukan padaklien diabetes militus menurut
(Doenges, Moorhouse, dan Geissler,2014). adalah:1) Aktivitas/Istirahat
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskanrespon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dariindividu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapatmengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjagastatus kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan
mengubah(Nursalam, 2011).
Diagnosis keperawatan adalah setepat data yang ada karenaditunjang oleh data terbaru
yang dikumpulkan. Diagnosis keperawatanini mencatat bagaimana situasi pasien pada
saat itu dan harusmencerminkan perubahan yang terjadi pada kondisi pasien.
Indentifikasimasalah dan penentuan diagnostik yang akurat memberikan dasar
untukmemilih intervensi keperawatan (Doenges, Moorhouse, dan Geissler,2014).
Berdasarkan teori Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014),diagnosa keperawatan
yang muncul pada klien dengan Diabetes Melitusadalah :
a. Kekurangan volume cairan dapat dihubungkan dengan diuresisosmotic,
kehilangan gastrik berlebihan: diare, muntah dan masukandibatasi: mual, kacau
mental.
b. Nutrisi perubahan: kekurangan dari kebutuhan tubuh dapatdihubungkan dengan
ketidakcukupan insulin (penurunan ambilandan penggunaan glukosa oleh jaringan
mengakibatkan peningkatan metabolisme protein lemak, penurunan masukan oral;
anoreksia,mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran,
statushipermetabolisme: pelepasan hormon stress (misalnya., epinefrin,kortisol
dan hormon pertumbuhan), proses infeksius.
c. Resiko infeksi dapat dihubungkan dengan kadar glukosa tinggi,penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksipernafasan yang ada sebelumnya atau
Infeksi Saluran Kemih.
d. Perubahan sensori-perseptual: risiko tinggi terhadap dapatdihubungkan dengan
perubahan kimia endogen: ketidakseimbanganglukosa/insulin dan/atau
elektrolit.5. Kelelahan dapat dihubungkan dengan penurunan produksimetabolik,
perubahan kimia darah: infusiensi insulin, peningkatankebutuhan energi: status
hipermetabolik/infeksi.
e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhanpengobatan
dapat dihubungkan dengan kurangpemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi, tidakmengenal sumber informasi.
3. Perencanaan
Secara sederhana, rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatudokumen tulisan
tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, danintervensi keperawatan.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencanakeperawatan merupakan metode
komunikasi tentang asuhan keperawatankepada klien. Setiap klien yang memerlukan
asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Misalnya, klien pasca operasi
memerlukanpengawasan ketat tentang pengeluaran cairan dan nyeri. Sehingga
semuaasuhan keperawatan harus distandarisasi. Perencanaan meliputipengembangan
strategi desain untuk mencegah, mengurangi ataumengoreksi masalah-masalah yang
telah diidentifikasi pada diagnosiskeperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi (Nursalam, 2011).
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yangdimulai setelah
data-data yang terkumpul sudah dianalisa. Dari diagnosakeperawatan yang disusun di
atas, berikut rencana keperawatan yangdilakukan pada pasien dengan Diabetes
Melitus berdasarkam diagnosayang telah ditentukan adalah sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan dapat dihubungkan dengan diuresisosmotic,
kehilangan gastrik berlebihan: diare, muntah dan masukandibatasi: mual, kacau
mental.Kemungkinan dibuktikan oleh :
a) Peningkatan haluaran urine, urine encer
b) Kelemahan; haus; penurunan berat badan tiba-tiba
c) Kulit/membrane mukosa kering, turgor kulit buruk
d) Hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :Mendemontrasikan hidrasi


adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,nadi perifer dapat diraba, turgor kulit
dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar
elektrolit dalam batasnormal.

Rencana Tindakan :

a. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan


denganlamanya/intensitas. Dari gejala seperti muntah, pengeluaran urinyang
sangat berlebihan.
Rasional : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volumetotal. Tanda
dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktusebelumya (beberapa jam
sampai beberapa hari). Adanya prosesinfeksi mengakibatkan demam dan
keadaan hipermetabolik yangmeningkatkan kehilangan air tidak kasat mata.
b. Pantau tanda-tanda vital, nadi tidak teratur dan catat adanyaperubahan TD
ortostatik.
Rasional: Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dantakikardia.
Perkiraan berat ringannya hypovolemia dapat dibuatketika tekanan darah
sistolik pasien turun lebihdari 10 mmHg dariposisi berbaring ke posisi
duduk/berdiri.
c. Pantau pola nafas seperti adanya penafasan kusmaul.
Rasional: Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melaluipernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis respiratorikterhadap keadaan ketoasidosis.
Pernafasan yang berbau asetonberhubungan pemecahan asam aseto-asetat dan
harus berkurangdan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
d. Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantunafas.
Rasional: Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkanpola dan
frekuensi pernafasan mendekati normal. Tetapipeningkata kerja pernapasan;
pernapasan dangakal, pernapasancepat; dan munculnya sianosis mungkin
merupakan indikasi darikelelahan pernapasan dan atau mungkin pasien itu
kehilangankemampuannya untuk melakukan kompensasi pada asidosis
e. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membranmukosa.
Rasional: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atauvolume sirkulasi
adekuat
2) Nutrisi perubahan: kekurangan dari kebutuhan tubuh dapatdihubungkan dengan
ketidak cukupan insulin (penurunan ambilan danpenggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatanmetabolisme protein lemak, penurunan
masukan oral; anoreksia, mual,lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran, statushipermetabolisme: pelepasan hormon stress (misalnya,
epinefrin,kortisol dan hormon pertumbuhan), proses infeksius.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
a) Melaporkan masukan makanan tak adekuat, kurang minat padamakanan.
b) Penurunan berat badan; kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan :


a) Merencanakan jumlah kalori/nutrien yang tepat(2) Menunjukkan tingkat
energi biasanya
b) Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan ke arahrentang
biasanya/ yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

Rencana Tindakan :

a) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.


Rasional: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat(termasuk absorpsi dan
utilisasinya)
b) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/ perutkembung, mual,
muntahan makanan yang belum dicerna,pertahankan keadaan puasa sesuai
dengan indikasi.
Rasional: Hiperkalemia dan gangguan keseimbangan cairan danelektrolit
dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung.
c) Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan(nutrien) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapatmentoleransinya melalui oral.
Rasional: Pemberian makanan melalui oral lebih baik jikapasien sadar fungsi
gastrointestinal baik.
3) Risiko tinggi infeksi dapat dihubungkan dengan kadar glukosa tinggi,penurunan
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksipernafasan yang ada sebelumnya
atau ISK. Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan; adanya
tandatanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual).
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :
a) Mengindentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkanrisiko infeksi
b) Mendemontrasikan teknik, perubahan gaya hidup untukmencegah terjadinya
infeksi.

Rencana Tindakan :

a) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan


Rasional: Pasien mungkin masuk dengan infeksi yangbiasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapatmengalami infeksi nosokomial.
b) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tanganyang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan klien.
Rasional: Mencegah timbulnya infeksi silang.
c) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadimedia terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
d) Pasang kateter/ lakukan perineal dengan baik.
Rasional: Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.
e) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh,masase, jaga
kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang.
Rasional: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan risiko terjadinya kerusakan padakulit/iritasi kulit dan infeksi.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapaitujuan yang spesifik.
Tahap implemenstasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantuklien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu, rencanaintervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktoruntuk mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari implementasiadalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkanyang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihankesehatan, dan memfasilitasi
koping (Nursalam, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proseskeperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan,rencana intervensi, dan
implementasinya (Nursalam, 2011). Evaluasiadalah hasil yang didapatkan dengan
menyebutkan item-item atauperilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk
menentukan apakah hasilsudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan(Doenges, Moorhouse, dan Geissler, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah. (2010). Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority Vol 4 No 5. LampungDiakses


tanggal 28 Juni
2018http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/issue/view/34

International of Diabetes Federation (2015) . IDF Diabetes Atlas Eight edition.Jurnal Online.
Diakses pada tanggal 29 Juni 2018. www.diabetesatlas.orghttps://www.idf.org/our-
activities/congress/hyderabad-2018.html

Kurniawan, (2010). Diabetes Melitus Tipe II pada Usia Lanjut. MajalahKedokteran


Indonesia, Volume 60, Nomor 12, Halaman 582

Mansjoer, A. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta : MediaAusculapius

Nurarif Huda. A & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 1Jogjakarta. Mediaction

Anda mungkin juga menyukai