Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES


MELITUS DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD DR. R.
SOEDJONO SELONG LOMBOK TIMUR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Stase Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :

Mira Nirmala Yunianti, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Profesi Ners dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Diabetes Melitus Di Ruang Poli Kandungan Rsud Dr. R.
Soedjono Selong Lombok Timur
tanggal 18 s/d 20 Desember 2023
telah disahkan dan disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

(Mira Nirmala Yunianti, S. Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Hikmah Lia Basuni., M. Kep) (Nurmawati.,Amd.Keb)

Kepala Ruangan

(Nurmawati.,Amd.Keb)
LAPORAN PENDAHULUAN
DM (DIABETES MELITUS)
A. Definisi Diabetes melitus
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati (yuliana
elin,2009).
Diabates Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilator belakangi oleh
resistensi insulin (Utama, 2015).
Berdasarkan pengertian dari atas dapat ditarik kesimpulan dari diabetes
melitus ialah suatu penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas tidak
memproduksi hormon insulin yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin.
B. Etiologi DM
1. DM tipe-2
Diabetes mellitus yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pankreas yang di sebabkan oleh:
a. Faktor Genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes mellitus itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah terjadinya
diabetes mellitus tipe I.
b. Faktor imunologi (automium) Adanya respon autoimun yang
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah olah sebagai jaringan asing, Yaitu aotoantibodi
terhadap sel sel pulau langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan desktuksi sel beta.
2. DM tipe-1
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan retensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe
II:
a. Faktor Usia (resistensi insulin meningkat pada usia diatas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Klasifikasi DM
Klasifikasi diabetes millitus sebagai berikut :
a. Tipe I : Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM)
b. Tipe II : Diabes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya
d. Diabetes melitus gestasional (GDM)

DM tipe I biasanya mengenai anak anak dan remaja. Diabetes ini dulu
pernah disebut dengan juvenile diabetes (diabetes tipe 2) Untuk dapat
bertambah hidup, penderita diabetes millitus tipe I tergantung pada
pemberian insulin dari luar, oleh karena itu istilah yang dipakai dimasalalu
adalah insulin dependent diabetes melitus (IDDM) faktor penyebab
diabetes tipe 1 adalah infeksi virus atau reaksi auto-imun (rusaknya sistem
kekebalan tubuh) yang merusak sel sel penghasil insulin, yaitu sel beta
pada pankreas, secara menyeluruh.

Biasanya gejala dan tanda tanda pada diabetes melitus tipe I muncul
secara mendadak, tiba tiba cepat merasa haus, sering kencing (anak anak
jadi sering ngompol), badan mengurus dan lemah (Nurrahmani, 2014 ).
DM tipe II adalah yang paling banyak penderitanya yaitu sekitar 90-99%,
diabetes tipe II disebut diabetes life style karena selain faktor keturuan
juga disebabkan gaya hidup yang tidak sehat, biasanya tipe ini mengenain
orang dewasa (Nurrahmani, 2014).

C. FATHWAY DM
D. Fatofisiologi DM
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan menggati sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi
supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari
bahan bakar yaitu bensin. Pada manusi bahan bakar itu berasal dari bahan
makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan
tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak). Pengolahan
bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung selanjutnya ke usus.
Di dalam saluran pencernaan itu makana dipecah menjadi bahan dasar dari
makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino,
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makana itu akan diserap oleh usus
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh
untuk di pergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan harus masuk dulu
ke dalam sel suya dapat diolah.
Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia
yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut
metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang
sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insuslin ini adalah hormone
yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas.
Dalam keadaan normal artiny akadar insulin cukup dan sensitive, insulin
akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel, kemudian
membuka pintu masuk sel hingga glukosa dapat masuk sel untuk kemudian
dibakar menjadi energi/ tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah normal.
Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada
keadaan kualitas insulinya tidak baik (resitensi insulin), meskipun insulin ada
dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu
masuk sel untuk di bakar (dimetabolisme). Akibatnya glukosa tetap berada di
luar sel, hingga kadar glukosa dalam darah meningkata (Utama, 2015).
E. Manifestasi klinis
Keluhan umum pada pasien diabetes mellitus seperti poliuria, polidipsia,
polifagia pada diabetes mellitus umumnya tidak ada, sebaliknya yang sering
mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan syaraf. Pada diabetes mellitus lansia terdapat perubahan
patofiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari
kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas, keluhan yang
sering muncul adalah gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan
pada tungkai serta kelemahan otot (nueropati perifer) dan luka pada tungkai
yang suka sembuh dengan pengobatan lazim (Padila, 2012).
Berikut ini tanda klasik dari diabetes millitus :
1. Sering buang air kecil (poliuri)
Buang air kecil akan menjadi sering jika banyak glukosa dalam darah. Jika
insulin (yakni horomon yang mengendalikan gula darah) tidak ada atau
sedikit maka ginjal tidak dapat menyaring glukosa untuk kembali kedalam
darah. Kemudian ginjal akan menarik tambahan air dari darah untuk
menghancurkan glukosa. Hal ini membuat kandung kemih penuh dan
sering buang air kecil.
2. Sering haus (polidipsi)
Karena seseorang sering buang air kecil, maka akan menjadi lebih sering
haus. Serta proses penghancuran glukosa yang sulit maka air dalam darah
tersedot untuk menghancurkanya, sehingga seseorang perlu minum lebih
banyak untuk mengantikan air.
3. Nafsu makan bertambah (poliphagi) Orang yang diabetes insulinya
bermasalah akibatnya asupan gula kedalam sel-sel tubuh berkurang yang
menyebabkan pembentukan energi kurang. Kondisi ini membuat otak
berpikir tubuh kurang energi akibat asupan makanan yang kurang
sehingga menimbulkan rasa lapar dan perasaan ingin makan terus.
F. Penatalaksanaan
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemi berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetic (KAD) atau hiperglikemi hyperosmolar non
ketotik(HONK)
4. Hiperglikemi dengan asidosis laktan
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stres berat (infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)
7. Kehamilan dengan diabtes mellitus gestasional yang tidak
terkendalidengan perencanaan makan
8. Gangguan fumgsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
G. Konsep dasar Asuhan keperawatan
Dalam pelaksanaan tugasnya seorang perawat harus berpedoman pada
proses keperawatan yaitu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis,
sistematis, dramatis, teratur yang mempunyai tahap-tahap yaitu: pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan, dan
evaluasi (Nursalam, 2008).
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2008), pengkajian adalah langkah awal
dalam proses keperawatan secara keseluruhan, tahapan pengkajian
terdiri atas pengumpulan data, analisa data dan perumusan diagnosa
keperawatan, yang meliputi:

a. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal
masuk Rumah Sakit, nomor Rekam Medik, diagnosa medis dan
sumber biaya, penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau
gejala apa yang manyebabkan klien datang berobat, yang akan
muncul saat awal dilakukan pengkajian pertama kali, Biasanya
pada kasus Diabetes Melitus, klien datang ke rumah sakit
setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti
tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing, badan
lemas, luka yang tidak sembuh-sembuh, kesemutan.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari
akhir masa sehat yang ditulis secara kronologis sesuai urutan
waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan penyakitnya,
keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia,
polidipsia, poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes
Melitus, tetapi hal itu jarang diperhatikan sehingga klien yang
diopname di rumah sakit biasanya yang sudah mengalami
komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan
utamanya biasanya keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus
seperti tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kencing, badan
lemas, luka tidak sembuh-sembuh dan lain-lain. Riwayat
penyakit keluarga sering ditemukan pada penderita Diabetes
Melitus dan ada riwayat melahirkan bayi besar dengan BBL >
400 gr juga merupakan salah satu faktor pencetus.
3) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang
penyakit sistem cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem
pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi dll, yang dicatat
adalah keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan
komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin
dicatat menurut urutan waktu.
4) Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit
keluarga adalah bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan
yang dimiliki pada salah satu anggota keluarga, pada klien
dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis
atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang
dilakukan jika mengalami sakit.
c. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut Virginia Handerson
1) Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi
pernafasan, gerakan dinding dada, pernafasan cuping hidung,
apakah klien merasa sesak, pada klien dengan Diabetes Melitus
biasanya tidak mengalami gangguan pada sistem pernafasan.
2) Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus,
suplement yang dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu
makan, jumlah cairan dan makanan yang masuk perhari, ada
tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan, penggunaan gigi
palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah dalam
status gizi dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami
gangguan atau perubahan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Klien mengalami peningkatan nafsu makan, klien sering
merasa lapar dan haus, sehingga klien menjadi banyak makan
dan banyak minum.
3) Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea,
inkontinensia, kebiasaan berkemih, ada/tidaknya disuria,
nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia, ada/tidaknya
terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus
mengalami gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan
asupan cairan melalui Diit yang juga berhubungan dengan efek
peningkatan kadar gula dalam darah, sehingga ginjal akan
menghasilkan urin dalam jumlah berlebih,yang menjadikan
klien menjadi sering BAK.
4) Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah
baring untuk mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus
klien akan mengalami gangguan gerak atau aktivitasnya dapat
diakibatkan karena kelemahan, atau akibat salah satu bagian
ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya kelemahan otot,
atau adanya luka Ulkus atau gangren.
5) Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan
adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang, merasa
tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya terbangun
dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan Diabetes
Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan
tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
6) Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan berpakain.
7) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi
gangguan dalam hal temperatur atau sirkulasi.
8) Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami
hambatan untuk melakukan (menjaga) kebersihan dirinya,
kemungkinan klien mengalami hambatan dalam pemenuhan
personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka
gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu
berhubungan dengan kebersihan dan bau yang ditimbulkan
oleh luka gangren tersebut.
9) Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan rasa
aman dan nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat klien
melakukan aktivitas yang berat, dalam kebutuhan keamanan ini
perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya.
10) Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga
maupun orang lain, serta begaimana klien berinteraksi dengan
lingkungannya.
11) Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien
masih sehat dengan saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami
hambatan dalam melakukan ibadah, pada keadaan spiritual ini
perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah tetap
melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu karena
penyakit yang dialami.
12) Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan
adalah pola aktivitas klien mengalami gangguan, karena pada
klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu karena kebiasaan
sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat terpenuhi dengan
baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan
adalah hal-hal apa saja yang membuat klien merasa tenang,
biasanya klien tidak bisa memenuhi kebutuhan bermain dan
rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien dengan
Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain
dan rekreasi karena dalam kondisi lemah.
14) Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan
dalam bekerja jika keadaan umumnya sudah lemah dan buruk,
disertai dengan komplikasi.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan
mengeluh kuat makan, kuat minum, kuat kencing, dan jika telat
berobat maka keluhan klien menjadi nafsu makan menurun
bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang sulit sembuh,
gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila duduk
lama, mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan,
sering bertanya tentang penyakit dan kesembuhan lukanya,
mengeluh tidak bisa tidur, tatapan mata kosong, tegang.
2) Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik,
yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian
keadaan umum dan status generalis (Head to toe)
a) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah,
keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat pada tulang
kering, meringis, gugup, ngantuk, gemetar.
b) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila disertai
neuropatik maka akan ada sensasi terhadap jarum, rasa
getar serta reflek pergerakan kaki akan hilang.
c) Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang paru-
paru, hipertensi atau hipotensi.
e. PemeriksaanPenunjang
1) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl
Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl
Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl
2) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan
30 menit sebelum makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih
lazim dilakukan 3 kali sehari sebelum makan. Urin reduksi
normal warna biru, bila terdapat glukosa dalam urin :
Warna hijau :+
Warna kuning : ++
Warna merah : +++
Warna merah bata / coklat : ++++

f. Analisa data
Merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data
yang telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data
subjektif dan objektif yang didapatkan dari berbagai sumber
dengan berdasarkan standar nilai normal (Hidayat, 2008).
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : Pelebaran luka gangren Gangguan rasa
Klien mengeluh kesakitan pada nyaman nyeri
daerah sekitar lukanya
DO : mengenai syaraf tepi
1. Ada luka gangren di jari kaki
(Os Metatarsal 3, 4, 5) sebelah
kiri, klien tampak meringis menekan reseptor nyeri
2. Nadi : 88x / mnt
3. Skala nyeri 4 (0-5 Mc. gill)
skala nyeri : P: Nyeri terasa Infuls nyeri
pada kulit sekitar luka gangren disampaikan
di Os metatarsal 3,4,5 sinistra,
Q:Nyeri terasa seperti terbakar,
R:Nyeri pada daerah luka dan Nyeri
kulit sekitar luka gangren, S :
Skala nyeri 4 (0-5 Mc gill), T :
Nyeri menetap
2 DS : Tingginya kadar Kerusakan
Klien merasa gatal pada daerah glukosa/gula dalam integritas kulit
sekitar luka (pada kaki sebelah kiri, darah
Os metatarsal 3,4,5)
DO :
1. Ada luka gangren pada Os Penurunan aliran darah
metatarsal 3,4,5 ketungkai
2. Klien tampak meringis
3. Kulit tampak kemerahan dan
terkelupas di daerah sekitar Ischemia
kulit

Penurunan sensitifitas
dingin, panas, Nyeri
Penurunan fungsi imun
3 DS: Tingginya kadar Risiko tinggi
Klien mengeluh gatal, terasa panas glukosa dalam darah penyebaran infeksi
dan kulit menegang disekitar
daerah luka
DO: Penurunan aliran darah
1. Didaerah sekitar luka tampak ketungkai
kemerahan
2. Didaerah sekitar luka tampak
bengkak Ischemia jaringan
3. Ada nyeri tekan di daerah
sekitar luka
Gangren

Resti penyebaran
infeksi
4 DS : Peningkatan kadar Gangguan
1. Klien mengeluh cepat lapar dan glukosa dalam darah pemenuhan
cepat kenyang kebutuhan nutrisi
2. Klien mengeluh merasa mual
saat makan Peningkatan osmolaritas
DO : oleh glukosa
1. Nafsu makan klien berkurang
2. Mukosa oral kering
3. Turgor kulit menurun Ketidak seimbangan
4. BB ideal (165 cm- 100) - 10 % antara Diit, dengan
(65- 6,5)= 58, 5 Pemberian Obat Anti
5. BB sekarang : 45 kg Diabetika oral (OAD)
6. Klien tidak mampu dan Terapi insulin.
menghabiskan semua porsi
yang di sediakan di rumah
sakit Hipoglikemia
7. Klien tampak lemah

Nafsu makan
berkurang, mual,
muntah

Intake berkurang

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
5 DS : Ketidak seimbangan Keterbatasan
1. Klien mengatakan badannya antara Diit, dengan aktivitas.
terasa lemas Pemberian Obat Anti
2. Klien mengeluh pusing setelah Diabetika oral (OAD)
duduk yang lama. dan Terapi insulin
DO :
1. Klien tampak mengantuk,
sering tertidur dipagi hari, Hipoglikemia
2. Adanya luka gangren pada jari
kaki kiri (os metatarsal 3,4,5)
3. Pemenuhan kebutuhan sehari- Kelemahan otot,
hari (ADL) dibantu oleh Kekakuan extrimitas
perawat dan keluarga

Kerusakan mobilitas
fisik

Keterbatasan aktivitas
6 DS : Perubahan status Kecemasan
Klien sering bertanya tentang kesehatan dan kurang
penyakit dan kesembuhan lukanya pengetahuan klien
DO : tentang penyakitnya
Klien tampak gelisah, tatapan mata
kosong.
Kurang pengetahuan

Kecemasan

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan/resiko perubahan pola)
dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito, 2007).
Adapun diagnosa yang bias muncul pada klien dengan Diabetes
Melitus menurut Nanda (2006) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka gangren
yang melebar sehingga mengenai syaraf tepi ditandai dengan klien
mengeluh kesakitan, tampak meringis, ada luka gangren.
b. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan terganggunya
sirkulasi darah ditandai dengan klien mengeluh gatal-gatal, adanya
luka gangren.
c. Risiko tinggi infeksi sehubungan dengan tingginya kadar glukosa
dalam darah, menyebabkan aliran darah terganggu, sehingga dapat
merusak jaringan kulit seperti gangren.
d. Nutrisi berhubungan dengan terjadinya Hipoglikemia/
Hiperglilkemia ditandai dengan terjadinya peningkatan/penurunan
kadar glukosa/gula darah, mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang,
tidak mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan.
e. Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka gangren,
dan ketidakseimbangan antara diit dengan terapi insulin, ditandai
dengan klien mengatakan badannya lemas, luka pada ekstimitas,
klien tampak gugup, gemetar, pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(ADL) dibantu.
f. Kecemasan sehubungan dengan perubahan status kesehatan,
ketidaktahuan klien tentang penyakitnya dan luka komplikasinya
ditandai dengan klien mengatakan sulit tidur, sering bertanya
tentang penyakitnya, dan kesembuhan lukanya, klien tampak
tegang, dan gelisah, tatapan mata kosong.
3. Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan Kriteria hasil/tujuan Intervensi


No Rasional
SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan rasa nyaman nyeri Setelah dilakukan tindakan a. Observasi keadaan a. Untuk mengetahui keadaan kesehatan klien
sehubungan dengan luka perawatan selama 3 hari (3 x 24 umum klien b. Sebagai data awal untuk mengetahui status
gangren yang melebar jam) nyeri dapat berkurang dan b. Observasi tanda- tanda kesehatan klien
sehingga mengenai syaraf tepi akhirnya hilang, dengan kriteria vital klien c. Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas
ditandai dengan klien Klien hasil: c. Observasi kualitas dan nyeri dapat disesuaikan dengan terapi
mengeluh - Klien tidak mengeluh intensitas nyeri pengobatan dan perawatan yang diberikan.
- kesakitan pada daerah kesakitan, tidak meringis, d. Anjurkan klien untuk d. Posisi tidur diatur agar tidak menekan luka
sekitar lukanya, Ada luka keadaan luka membaik. mengatur posisi karena penekanan pada luka dapat
gangren di jari kaki (os tubuhnya agar luka tidak menghambat vaskulerisasi jaringan dan
metatarsal 3,4,5 sinistra) tertekan dapat meningkatkan rasa nyeri
e. Jaga kesterilan alat dan e. Jika alat dan penanganan luka dilakukan
teknik steril dalam secara steril dapat mem-percepat proses
mengobati luka. kesembuhan luka sehingga nyeri akan
f. Konsultasi pada dokter menghilang.
jika nyeri tidak bisa f. Dengan konsultasi dengan dokter akan
hilang memberikan manfaat dalam pemberian
g. Tehnik pembalutan luka terapi pengobatan dan perawatan selanjutnya
yang tidak terlalu ketat g. Tehnik pembalutan luka yang terlalu ketat
akan menekan luka dan dapat meningkatkan
nyeri
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan a. Beri penjelasan kepada a. Dengan memberikan penjelasan tentang
sehubungan dengan Tingginya tindakan perawatan klien tentang proses proses penyembuhan
kadar glukosa/gula dalam selama 3 hari (3x 24 penyembuhan lukanya lukanya, disamping untuk persiapan mental
darah, menyebabkan aliran jam), luka membaik yang lama juga agar klien lebih berpartisipasi dalam
darah terganggu sehingga dapat dan integritas kulit baik b. Pertahankan prinsip mempercepat proses penyembuhan lukanya.
merusak jaringan kulit ditandai dengan kriteri hasil: steril dalam perawatan b. Prinsip perawatan luka steril akan mencegah
dengan klien mengeluh Klien - Klien tidak lagi mengeluh luka terjadinya infeksi kuman.
- merasa gatal pada daerah kulitnya gatal-gatal. c. Rawat luka 1 x sehari c. Merawat luka 1 kali sehari akan
sekitar luka (pada kaki - Integritas kulit terjaga d. Beri obat antidiabetika mempercepat proses penyembuhan luka,
sebelah kiri) klien tampak - Luka membaik. sesuai program sehingga bisa tampak perkembangan keadaan
meringis gatal-gatal,adanya pengobatan lukanya.
luka gangren pada os e. Anjurkan pada klien d. Pemberian obat antidiabetika dapat mencegah
metatarsal 3,4,5 untuk selalu menjaga terjadinya infeksi berlanjut.
kebersihan dirinya e. kebersihan diri yang terjaga dapat
mengurangi Risiko terjadinya kerusakan
integritas kulit
3Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Observasi tanda- tanda a. Deteksi dini untuk penanganan lebih dini
3 sehubungan dengan tingginya keperawatan selama 3x 24 jam infeksi b. Mencegah timbulnya infeksi silang
kadar glukosa dalam darah , tidak terjadi penyebaran c. Mencegah terjadinya infeksi
menyebabkan aliran darah infeksi, dengan kriteria : b. Lakukan cuci tangan d. sirkulasi perifer dapat terganggu yang dapat
terganggu, sehingga dapat - Tidak terdapat tanda-tanda sebelum berhubungan menempatkan Risiko ter-jadinya ke-rusakan
merusak jaringan kulit seperti infeksi dengan klien pada kulit
gangren ditandai dengan Klien - Perubahan gaya hidup untuk c. Pertahankan tehnik e. Iritasi pada kulit dapat meningkatkan Risiko
mengeluh gatal, terasa panas mencegah infeksi diharapkan aseptik pada prosedur infeksi
dan, kulit menegang Didaerah infasif. f. menurunkan terjadinya infeksi dengan mem-
sekitar luka tampak d. Beri perawatan kulit pertahankan asupan nutrisi
kemerahan, tampak bengkak, dan massage tulang g. Penanganan awal dapat membantu
ada nyeri tekan di daerah yang tertekan mencegah timbulnya sepsis.
sekitar luka e. Jaga kulit agar tetap
kering,seprai kering
dan tetap kencang
f. Anjurkan untuk makan
dan minum secara
adekuat
g. Pertahankan tehnik
aseptik pada prosedur
infasif

4 Nutrisi kurang dari Setelah diberikan a. Beri diit sesuai terapi a. Dapat menyeimbangkan kadar gula darah
kebutuhan tubuh tindakan perawatan b. Beri penjelasan kepada sehingga akan mencapai kadar gula darah
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x 24 keluarga agar tidak sekitar normal, atau sekitar normal,
terjadinya jam) klien tidak memberikan makanan mengarahkan keberat badan normal dan
hipoglikemia dengan mengalami gangguan tambahan dari luar mencegah terjadinya komplikasi
pemberian obat anti pemenuhan kebutuhan c. Beri penyuluhan b. Pemberian makanan tambahan dari luar
diabetika dan terapi nutrisi, dengan tentang diit yang tidak sesuai dengan diit dapat
insulin ditandai Kriteria Hasil: d. Observasi keadaan mengacaukan terapi diit yang telah
dengan terjadinya - Nafsu makan klien baik, klien umum dan tanda-tanda diberikan dirumah sakit
peningkatan glukosa mampu menghabiskan porsi hipoglikemia/hiperglike c. Penyuluhan tentang diit bagi klien Diabetes
darah, dan klien makan yang disediakan, klien mia Melitus sangat penting sebab diet yang
mengeluh cepat lapar, makan secara teratur sesuai e. Pemberian terapi benar dapat mencegah komplikasi
nafsu makan klien jadwal makannya. insulin hiperglikemia/ hipoglikemia
berkurang klien tidak f. Periksa gula darah d. Dengan mengobservasi keadaan umum dan
mampu.menghabiskan setiap 3 hari sekali dan gejala-gejala hipoglikemia perawat dapat
semua porsi yang di monitor reduksi urin 3 mengetahui tingkat perkembangan klien
sediakan di rumah kali sehari sehingga bila ada komplikasi cepat diketahui
sakit dan bisa diatasi
e. Terapi insulin bertujuan untuk memudahkan
penggunaan glukosa oleh sel dan jaringan
f. Dengan melakukan pemeriksaan gula darah
dan urin secara teratur akan memberikan
gambaran keadaan klien selama dirawat
serta mengetahui sejauh mana
perkembangan status kesehatan klien.
4 Keterbatasan aktivitas Setelah dilakukan a. Beri penjelasan a. Prosedur meminta bantuan yang dijelaskan
5 sehubungan dengan tindakan perawatan mengenai prosedur kepada klien, agar klien tidak me-maksakan
adanya luka gangren, selama 3 hari (3 x 24 meminta bantuan jika dirinya melakukan aktivitas yang belum
dan jam) klien dapat klien membutuhkan Mampu dilaksanakan.
ketidakseimbangan melakukan aktivitas bantuan. b. Penjelasan kepada
antara diit dengan ringan. b. Jelaskan pada keluarga klien untuk membantu klien
terapi insulin ditandai Dengan kriteri hasil: keluarga untuk jika belum bisa di-lakukan klien, dengan
dengan:Klien - Klien bisa makan, melap membantu klien bila tujuan agar tidak memperburuk keadaan
mengatakan badannya tubuhnya sendiri, tidak. lemas, tidak bisa memenuhi klien yang sudah lemah.
terasa lemas, pusing, ngantuk, gugup, kebutuhan sehari-hari,
Klien mengeluh gemetar, dan luka membaik seperti BAK, c. Memberikan bantuan kepada klien dalam
pusing bila berdiri Makan, minum, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi
setelah duduk yang mandi perawat merupakan salah satu cara untuk
lama, Klien tampak c. Beri bantuan kepada mengevaluasi tingkat perkembangan klien
mengantuk, sering klien dalam d. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan klien
tertidur dipagi hari, memenuhi kebutuhan dapat melatih pergerakan otot secara
adanya luka gangren sehari-hari bertahap
pada jari kaki kiri e. Menghabiskan diit yang disediakan sangat
(osmetatarsal 3,4,5) d. Anjurkan klien untuk penting untuk metabolisme tubuh, karena
pemenuhan kebutuhan memenuhi gejala-gejala seperti lemas, gugup, gemetar,
sehari- hari (ADL) dibantu kebutuhanny-a secara disamping dipengaruhi oleh insulin dan
oleh perawat dan bertahap pemasukan nutrisi
keluarga e. Motivasi klien untuk
menghabiskan diit
yang diberikan.
Kecemasan Setelah dilakukan a. Observasi tingkat a. Dengan mengkaji tingkat kecemasan klien
sehubungan dengan tindakan keperawatan kecemasan klien sehingga dapat menentukan tindakan
perubahan status selama 3 hari (3 x 24 b. Beri penjelasan tentang perawatan yang diberikan.
kesehatan dan jam) diharapkan penyebab terjadinya b. Penjelasan mengenai penyakit dan luka yang
kurangnya informasi kecemasan klien dapat luka dan cara timbul dapat memberikan gambaran yang
mengenai penyakitnya berkurang, dengan penyembuhannya terarah pada klien sehingga dapat
ditandai dengan klien kriteria hasil: c. Lakukan pendekatan mengurangi kecemasan dan meningkatkan
sering bertanya Klien dapat tidur tiap melakukan tindakan partisipasi klien dalam pengobatan serta
tentang penyakit dan nyenyak, klien dapat mengerti d. Ajarkan klien tehnik tindakan perawatan
kesembuhan lukanya, tentang penjelasan yang. relaksasi dengan cara c. Pendekatan yang diberikan tiap melakukan
klien tampak gelisah diberikan, klien tampak santai memikirkan hal- hal tindakan bertujuan agar klien lebih yakin
dan tatapan mata dan tidak gelisah lagi yang tidak membuat atas tindakan yang diberikan perawat
kosong kecemasan bertambah d. Dengan tehnik pengallihan perhatian
e. Observasi rasa cemas diharapkan kecemasan dapat terkontrol
klien sebelum dan
setelah melakukan e. Mengobservasi rasa cemas klien bertujuan
tindakan apakah penjelasan dan tindakan yang telah
f. Mendengarkan keluhan- diberikan mampu mengurangi kecemasan
keluhan klien. sebelumnya
f. Dengan mendengarkan keluhan-keluhan
klien bertujuan untuk memulihkan rasa
percaya diri klien pada perawat dan
menandakan bahwa perawat memperhatikan
klien

4. Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi
diperlukan perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional (Tarwoto dan Wartonah, 2006).

Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksankan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahayafisik dan perlindungan bagi klien, teknik komunikasi, kemampuan
dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari klien serta dalam memahami tingkat perkembangan klien (Hidayat,
2007).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang kelima dan terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi dalam proses penilaian pencapaian
tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi merupakan aspek yang penting dari proses keperawatan, karena
kesimpulan yang didapat dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan dihentikan/ dilanjutkan/diubah
(dimodivikasi) (Hidayat, 2007).
Tolak ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat pada
tahap perencanaan. Dengan patokan pada kriteria tersebut, dinilai apakah masalah teratasi sebelumnya, sebagian, atau belum
sama sekali atau malah timbul masalah baru, jika masalah telah teratasi maka intervensi keperawatan dihentikan, jika masalah
belum teratasi atau malah timbul masalah baru, maka intervensi keperawatan diubah atau dimodivikasi (Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah. (2010). Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority Vol 4 No 5. LampungDiakses tanggal 28 Juni
2018http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/issue/view/34
International of Diabetes Federation (2015) . IDF Diabetes Atlas Eight edition.Jurnal Online. Diakses pada tanggal 29 Juni 2018.
Kurniawan, (2010). Diabetes Melitus Tipe II pada Usia Lanjut. MajalahKedokteran Indonesia, Volume 60, Nomor 12, Halaman 582
Mansjoer, A. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta : MediaAusculapius
Nurarif Huda. A & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi
jilid 1Jogjakarta. Mediaction
Price, Sylvia A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer Suzanne, C, Bare Brende,E. (2001). Buku Perawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Soegondo, S. (2005). Farmakoterapi pada pengendalian glikemia Diabetes Melitus tipe 2. In:buku ajar penyakit dalam, editors Sudoyo
AW, edisi ke-4. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI,
Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi:3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai