PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia. Angka prevalensi
dan insidensi penyakit ini meningkat secara drastis di seluruh penjuru dunia
(Krisnatuti, 2008). Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan
sekresi insulin, dan resitensi insulin atau keduanya yang berlangsung lama (kronik)
dan dapat menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ,
terutama mata, organ ginjal, saraf jantung dan pembuluh darah lainnya (Krisnatuti,
2008).
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolisme yang kronis khususnya
metabolisme karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam
melakukan aktivitas fisik. Walaupun karbohidrat bukanlah satu-satunya sumber
energi (glukosa, lemak dll) akan tetapi sumber energi terbesar adalah karbohidrat.
Berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi
pada penderita diabetes melitus di daerah urban Indonesia untuk usia diatas 15 tahun
sebesar 5,7 %. Peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus ini disebabkan oleh
pertumbuhan masyarakat yang semakin tinggi, peningkatan obesitas, faktor stres, diet
dan pola makan yang tidak sehat, dan gaya hidup. Percepatan naiknya prevalensi
penderita diabetes melitus dapat dipicu oleh pola makan yang salah, dimana pada saat
sekarang banyak masyarakat yang kurang menyediakan makanan berserat, banyak
konsumsi makanan yang mengandung kolesterol, lemak jenuh, dan natrium, dengan
seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan gula. Pola makan
dan gaya hidup yang tidak sehat ini dapat memunculkan berbagai komplikasi akut
maupun kronis pada penderita diabetes melitus jika tidak ditangani secara baik dan
untuk mencegah terjadinya komplikasi, diperlukan adanya pengelolaan /
penatalaksanaan diabetes melitus.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
karya tulis tentang “ Asuhan Gizi Pada Pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus Kaki
Diabetik” di ruang rawat inap Mawar RSUD dr Darsono Pacitan.
1
B. PERUMUSAN MASALAH.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditemukan bahwa bagaimana proses
asuhan gizi pada pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus Kaki Diabetik.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ini adalah melakukan proses asuhan
gizi pada pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus Kaki Diabetik
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji assesment gizi (antropometri,biokimia,fisik/klinis dietary) pada
pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus Kaki Diabetik
b. Menetapkan diagnosis gizi pada pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus Kaki
Diabetik
c. Melakukan intervensi gizi (terapi diet dan terapi edukasi) pada pasien
Diabetes Melitus dengan Ulkus Kaki Diabetik
d. Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien Diabetes Melitus dengan
Ulkus Kaki Diabetik
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
Klasifikasi etiologi diabetes melitus adalah sebagai berikut (Perkeni, 2015):
Tipe 1 (destruksi sel β).
3
Efek genetik kerja insulin.
Endokrinopati.
Pengaruh obat.
Infeksi.
Imunologi.
C. Patofisiologi
DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Melitus Tergantung Insulin)
DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan
terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak
mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas atau kualitas
yang cukup,bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi
pada kasus ini terdapat kekurangan insulinsecara absolut (Tjokroprawiro,
2007). Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas
dankualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1 antara
30.000-35.000 ) jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000. Sedang
pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin (Tjokroprawiro, 2007).
DMT 1, biasanya terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada DMT
1tubuh penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali
tidak menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hiduppenderita
harus mendapat suntikan insulin setiap harinya. DMT1 tanpa pengaturan
harian, pada kondisi darurat dapat terjadi (Riskesdas,2007).
4
a. Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, sehingga
glukosa yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah
insulin yang efektif belum memadai.
D. Penyebab
Penyebab awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa
akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang
air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena
ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibat poliuri maka
penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Dengan
memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas,
mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi
keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan
menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia).
5
Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan
sama sekali, sampai keluhan khas diabetes melitus seperti tersebut diatas.
Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan keluhan akibat
komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan
akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah khusus, serta adapula yang
datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh.
E. Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan terutama berdasarkan kadar glukosa darah yang
dapat dinilai dalam kondisi puasa (glukosa plasma puasa), dua jam paska asupan
atau secara acak (glukosa plasma sewaktu). Glukosa plasma puasa adalah kadar
glukosa darah yang dinilai setelah pasien tidak mendapat kalori tambahan
setidaknya selama delapan jam.
Penegakan diagnosis DM tipe 2 berdasarkan konsensus penatalaksanaan DM
oleh PERKENI tahun 2015
Tabel 1
Kriteria diagnosis DM
Kriteria Nilai
1. Gejala klasik DM + GDS > 200 mg/dl
2. Gejala klasik DM + GDP > 126 mg/dl
3. Kadar Glukosa Plasma 2 jam > 200 mg/dl
4. HbA1C > 6,5 %
Keterangan : GDS (Gula Darah Sewaktu) , GDP (Gula Darah Puasa)
6
Ulkus kaki diabetik adalah satu konsekuensi kronis dari DM yang merupakan
penyebab terbanyak dari amputasi non trauma di anggota gerak bawah. Diperkirakan
15-25% dari populasi DM akan mengalami ulkus kaki diabetik dengan angka
morbiditas tinggi, yang mana 40-80% penderita mempunyai risiko infeksi dan 10-
20% penderita memerlukan amputasi.
a) Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan kepada orang-
orang yang termasuk ke dalam kategori beresiko tinggi, yaitu orang-
orang yang belum terkena penyakit ini tapi berpotensi untuk
mendapatkannya. Untuk pencegahan secara primer, sangat perlu
diketahui terlebih dahulu faktor - faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap terjadinya diabetes melitus, serta upaya yang dilakukan untuk
menghilangkan faktor - faktor tersebut.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan suatu upaya pencegahan dan
menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan memberikan
pengobatan sejak awal. Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan
penyaring.
7
c) Pengelolaan makan
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak,
rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada
setiap orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori
ditujukan untuk mencapai berat badan ideal.Selain itu, karbohidrat
kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang
sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah
makan. Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu
jumlah, jadwal, dan jenis diet (Tjokroprawiro, 2006).
8
porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta
2 – 3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing – masing 10 – 15%)
2. Kebutuhan protein normal, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total
3. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total,
dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak
tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu < 300 mg
hari
4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60
– 70%
5. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula
murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
6. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah
bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang
bergizi dan yang tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa,
gula alkohol berupa sorbitol, manitol, dan silitol, sedangkan gula
alternatif tidak adalah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif
hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari
kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL,
sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai pengaruh
laksatif
7. Asupan serat dianjurkan 25 gr/hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata – rata
memenuhi kebutuhan serat sehari
8. Pasien Diabetes Melitus dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat,
yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus
dikurangi
9. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,
penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak
diperlukan
9
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan Diabetes
Melitus dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis Diet Diabetes Melitus.
Penetapan diet ditentukan oleh keadaan pasien, jenis Diabetes Melitus, dan
program pengobatan secara keseluruhan.
Tabel 2
Jenis Diet Diabetes Melitus menurut kandungan energi, protein,
lemak, dan karbohidrat
10
a. Gula pasir, gula jawa.
b. Sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental
manis, minuman botol ringan, dan es krim.
c. Kue-kue manis, dodol, cake, dan tarcis.
2) Mengandung banyak lemak, seperti: cake, makan siap saji (fast food),
goreng-gorengan.
3) Mengandung banyak natrium, seperti: ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan.
2) Diagnosis gizi
3) Intervensi gizi
11
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan rancangan studi kasus
untuk mengkaji tentang asuhan gizi terstandar pada pasien Diabetes Melitus dengan
Ulkus Kaki Diabetik di RSUD dr Darsono Pacitan.
3. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini adalah pasien penderita Diabetes Melitus dengan Ulkus Kaki
Diabetik di RSUD dr Darsono Pacitan. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan
metode Purposive sampling. Dimana sampel yang diambil 1 pasien yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1) Kriteria inklusi
a) Pasien dewasa yang didiagnosa Diabetes Melitus dengan Ulkus Kaki Diabetik
di ruang rawat inap Mawar RSUD dr Darsono Pacitan.
b) Bersedia menjadi responden atau sampel dan mau mengikuti penelitian sampai
selesai
2) Kriteria esklusi
b) Formulir comstok
12
d) Meteran mengukur tinggi badan dengan kapasitas 200 cm
b) Data Sekunder
Data Sekunder yang di kumpulkan meliputi data hasil laboratorium diambil dari
buku register pasien.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN
Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien diambil menggunakan data primer dan sekunder di ruang rawat
inap Mawar RSUD dr Darsono Pacitan. Peneliti melakukan penelitian selama 4 hari
terhitung tanggal 23 September s/d 26 September di ruang rawat inap Mawar. Peneliti
melakukan Asuhan Gizi pada pasien Diabetes Mellitus dengan Ulkus Kaki Diabetik
dan ada 1 orang pasien yang memiliki kriteria inklusi dan esklusi, dengan data sebagai
berikut:
A. DATA IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status : Duda
Tanggal MRS : 23 September 2020
Nama Ruangan : Mawar
B. ASSESMENT / PENGKAJIAN
1. Data Antropometri
BB = 52 kg
TB = 158 cm
IMT = BB / TB (m2)
= 58 / 1,58 x 1,58
= 58 / 2,49
= 23,2 kg / m2 (Status Gizi Normal)
BBI= (TB – 100) – 10% x (TB – 100)
= (158 – 58) – 10% x (158 – 100)
= 58 – 5,8
= 52,2 kg
14
2. Data Biokimia
Tabel 3
Data Biokimia
3. Data Klinis/Fisik
Tabel 4
Data Klinis Pra Pengamatan
15
4. Dietary History
a. Pola makan sebelum masuk rumah sakit
Pasien mengkonsumsi makanan 2x sehari, 1x snack ,makanan pokok nasi, dan
lauk pauk yang biasanya dikonsumsi tahu, tempe dan telur ayam , pasien juga
suka makan makanan yang manis seperti tahu bacem, tempe bacem dan suka
mengkonsumsi minuman yang manis seperti teh, kopi. Pasien konsumsi buah 2-
3x seminggu, sayuran yang sering dikonsumsi adalah bayam, buncis, wortel,
kangkung, sawi dan semua jenis sayuran hijau dengan cara pengolahan ditumis
atau sop sedangkan untuk buah-buahan yang lebih sering dikonsumsi adalah
pisang, pepaya. Pasien tidak ada alergi makan dan pantangan makanan.
b. Hasil recall 24 jam sebelum MRS
Tabel 5
Hasi recall 24 jam sebelum MRS
16
C. DIAGNOSA GIZI
NI-2.1 : Makanan dan minuman melalui oral tidak adekuat yang disebabkan
oleh faktor fisiologis penyakit ditandai dengan asupan recall makanan sebelum
MRS defisit sedang E = 70,29%, P = 70,27%, L = 70,3%, KH = 71%
NI-5.8.2 : Asupan karbohidrat yang berlebihan berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan ditandai dengan pola konsumsi glukosa murni (teh manis dan
kopi manis) yang berlebihan, GDP tinggi.
NB-1.2 : Sikap yang salah mengenai makanan dan zat gizi disebabkan oleh
pasien belum mendapatkan edukasi yang ditandai pasien suka makanan dan
minuman manis
D. INTERVENSI GIZI
1. Kebutuhan Gizi
Perhitungan menggunakan rumus Perkeni
EB = 30 x BBI
= 30 x 52
= 1560 kalori
TEE = EB + EB (FA + FS – KU)
= 1560 + 1560 (10% + 20% - 20%)
= 1560 + 156 + 312 – 312
= 1716 kalori Setara 1700 kalori
Protein = 15% x 1700 : 4
= 63,75 gram
Lemak = 20% x 1700 : 9
= 37,7 gram
KH = 65% x 1700 : 4
= 276,25 gram
2. Terapi Gizi
Jenis Diet : Diet DM 1700 kalori
Tujuan :
1. Membantu menormalkan kadar gula darah
2. Memberikan cukup energi
3. Memperbaiki kebiasaan makan dan minum yang baik
17
Syarat Diet :
1. Energi cukup untuk mendapatkan BB normal (1700 kalori)
2. Kebutuhan protein normal 15% dari kebutuhan energi total
3. Kebutuhan lemak sedang 20% dari kebutuhan energi total
4. Kebutuhan KH adalah sisa dari kebutuhan energi total
5. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit
6. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
Bentuk makanan : Nasi
Cara pemberian : Oral
2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga apa itu tanda dan gejala
Diabetes Mellitus
18
E. MONITORING DAN EVALUASI
1. Data Antropometri
Tabel 6
Perkembangan Antropometri dan Status Gizi Pasien
Berdasarkan hasil pengamatan dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan pasien
tidak mengalami perubahan nilai antropometri maupun perubahan status gizi dimana
status gizi pasien masih sama yaitu normal berdasarkan IMT 23,2 kg/m 2, dan pengamatan
dilakukan rentang waktu yang singkat maka tidak ada perubahan yang signifikan terhadap
status gizi pasien.
2. Data Biokimia
Tabel 7
Perkembangan Data Biokimia
Berdasarkan hasil pengamatan dari hasil laboratorium gula darah pasien pada saat
masuk rumah sakit tinggi yaitu 214 mg/dl. Pada hari kedua pengamatan gula darah pasien
meningkat menjadi 250 mg/dl, hari ketiga gula darahnya menurun menjadi 187 mg/dl.
Dan pada hari terakhir pengamatan menurun menjadi 130 atau berada pada batas
mendekati normal.
19
3. Data Klinis/Fisik
Tabel 8
Data Klinis Pengamatan
4. Asupan Makan
Pengkajian makanan dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 23, 24 dan 26
September 2020. Makanan yang disajikan kepada pasien adalah makan makanan rumah
sakit. Makanan yang disajikan disesuaikan dengan perhitungan kebutuhan zat gizi pasien.
Asupan makan yang diamati 3 hari meliputi makan pagi, snack pagi, makan siang, makan
sore dan makanan dari luar rumah sakit.
20
Tabel 9
Perkembangan Asupan Makanan Selama 3 hari
2. PEMBAHASAN
Assesmen/pengkajian gizi adalah mengidentifikasi problem gizi dan faktor
penyebabnya melalui pengumpulan, verifikasi, dan interprestasi data secara
sistematis. Assesment gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu anamnesis riwayat
gizi, pengukuran antropometri, data biokimia, pemeriksaan fisik klinis dan riwayat
personal.
21
Responden mulai dikaji pada saat pasien masuk rumah sakit atau dirawat.
Pada pengkajian hari pertama dilakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran
berat badan dan tinggi badan.
Berdasarkan hasil pengukuran diawal pengamatan, didapatkan hasil status gizi
normal dilihat dari kriteria status gizi berdasarkan IMT yaitu 23,2 kg/m 2. Status Gizi
pasien tetap pada kategori normal dan status gizi pasien diukur berdasarkan pengukuran
TB dan BB. Pengukuran dilakukan pada awal masuk dan hari pertama pengamatan
sedangkan selanjutnya juga diukur dan berat badan responden tersebut tetap dalam
kategori normal atau status gizi baik. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi
apabila tubuh memperoleh cukup asupan zat-zat gizi yang digunakan secara efisien.
Pada hasil laboratorium terlihat bahwa GDP mengalami perubahan dari hari
pertama sampai hari kedua masih berada dalam kategori tinggi sedangkan pada hari
ketiga dan keempat pengamatan sudah berada dalam kategori normal. Hal ini dapat
didukung oleh kebiasaan dan pola makan pasien yang salah sebelum masuk rumah
sakit.
Berdasarkan hasil pengamatan dari hasil klinis pasien, tekanan darah pada saat
masuk dan pada hari kedua rendah dan pada hari ketiga sampai hari terakhir
pengamatan berada pada nilai normal. Pemeriksaan suhu dari masuk sampai hari
terakhir pengamatan masih berada dalam nilai normal. Pemeriksaan Nadi dari masuk
sampai hari terakhir pengamatan berada dalam nilai normal. Hal ini disebabkan karena
pasien sudah mau menerima dan menerapi terapi diet yang di jalankan oleh Rumah
Sakit.
Penilaian asupan makanan yang dilakukan menggunakan comstock selama 3
hari. Pasien mendapatkan terapi diet DM 1700 kalori dan bentuk makanan biasa/ nasi
karena ini berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh pasien.
Berdasarkan hasil analisis makanan yang diberikan di rumah sakit dari hasil
monitoring asupan energi pasien dinyatakan defisit berat, dikarenakan tidak adanya
nafsu makan yang baik yang dialami pasien selain itu pasien juga mengeluh kesakitan
pada luka di kakinya.
Asupan protein dan asupan lemak pasien dinyatakan defisit berat karena
pasien tidak menghabiskan protein yang nilai biologisnya tinggi dan asupannya belum
baik. Protein merupakan salah satu zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh. Fungsi lemak yaitu sebagai sumber energi, memberikan rasa
gurih dan halus pada makanan, menimbulkan perasaan kenyang lebih lama karena
22
dapat menghambat peristaltik lambung dan sekresi asam sehingga menunda waktu
pengosongan lambung dan mencegah timbulya rasa lapar kembali segera setelah
makan, serta membantu penyerapan vitamin larut lemak dalam usus (Almatsier, 2004)
sedangkan untuk asupan karbohidrat pasien juga defisit berat karena pasien tidak mau
mengikuti diet yang dianjurkan.
Berdasarkan hasil pengamatan hari terakhir asupan energi, protein, lemak dan
karbohidrat mengalami peningkatan menjadi defisit sedang dikarenakan pasien sudah
tidak mengalami kesakitan pada luka di kaki karena sudah dilakukan operasi
pembersihan luka di kaki dan mengatakan nafsu makannya lebih baik dibanding
sebelum dilakukan operasi tersebut.
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Berdasarkan hasil monitoring pemeriksaan antropometri responden dari awal
pengamatan sampai akhir pengamatan, didapatkan hasil status gizi normal dilihat
dari kriteria status gizi berdasarkan IMT yaitu 23,2 kg/m2 status gizi baik.
b. Diagnosa medis dari responden yaitu diabetes melitus dengan ulkus kaki diabetik.
c. Terapi diet yang diberikan pada responden yaitu diet diabetes melitus 1700 kkal.
24
B. Saran
1) Bagi Rumah Sakit
Diharapkan adanya data laboratorium sehingga dapat melihat perubahan terapi diit
yang diberikan. Dalam pemberian diet DM 1700 sebaiknya sesuai dengan menu
yang sudah ditetapkan dari instalasi gizi.
2) Bagi Institusi
Perlu peneliti lebih lanjut dengan memperhatikan waktu pengamatan yang lebih
panjang dan di ikuti dengan monitoring untuk mendapatkan kesimpulan dan
dilakukan pembahasan lebih lanjut
3) Bagi Responden
Sebaiknya memperhatikan pola makan yang seimbang agar mempercepat prose
penyembuhan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Krisnatuti, 2008. Diet sehat untuk penderita Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Wijaya Kusuma HM, 2004. Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Jakarta: Puspa Makassar.
Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia
Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Almatsier S, 2004. Penuntun Diet, Edisi ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Kesehatan RI, 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat.
26