Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN 6

PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGAN


METODE JOBS
I.
II.

Tujuan Percobaan
Menentukan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CNS)n]3-n .
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Gelas beker 25 ml
19 buah
2. Gelas beker 400 ml
1 buah
3. Gelas beker 250 ml, 600 ml
@2 buah
4. Gelas beker 150 ml
1 buah
5. Gelas beker 100 ml
3 buah
6. Labu ukur 10 ml
3 buah
7. Labu ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml
@1 buah
8. Pipet volume 10 ml, 5 ml, 1 ml
@1 buah
9. Dragg Ball
2 buah
10. Pengaduk
1 buah
11. Pipet tetes
2 buah
12. Cawan arloji
1 buah
13. Spektrofotometer UV-VIS
1 set
b. Bahan
1. FeCl3 5. 10-2M
42 ml
2. FeCl3.6H2O
0,676 gr
3. HNO3 4M
21 ml
4. KCNS
0,24 gr
5. K3Fe (CNS)3 5.10-2 M
42 ml
6. Akuades
105 ml

c. Gambar alat

Spektro Uv-Vis

Gelas Beker

Labu Ukur

Pipet Volume

III.

Dragg Ball
Pengaduk
Pipet Tetes
Cawan Arloji
Dasar Teori
Suatu kompleks yang terbentuk antara logam M dengan ligan X sesuai persamaan :
M2+ + aX [MXa]2+
dapat ditentukan nilai anya dengan metode Jobs atau metode variasi kontinue. Jika a
memiliki harga satu, maka larutan dengan konsentrasi sama dari logam dan ligan akan
bereaksi dengan perbandingan mol yang sama dan akan didapatkan konsentrasi kompleks
yang relatif tinggi dalam larutan. Akan tetapi jika dibuat larutan dengan mencampurkan
dengan perbandingan [M] : [X] = 1 : 2 maka logam yang tersedia tidak akan cukup untuk
bereaksi dengan ligan yang tersedia dan akibatnya hanya memberikan konsentrasi
kompleks yang relative rendah.
Jika perbandingan stoikiometri kompleks yang terbentuk [M] : [X] = 1 : 2 (bentuk
kompleks MX2), maka konsentrasi maksimum kompleks akan diperoleh jika larutan
dibuat dengan mencampurkan logam dan ligan dengan perbandingan [M] : [X] = 1 : 2.
Untuk menentukan perbandingan stoikiometri tersebut dapat digunakan metode Jobs.
Dibuat sejumlah larutan ion logam dan larutan ligan dengan perbandingan tertentu.
Tiap-tiap larutan ion logam dan ligan mencerminkan sifat karakteristik kompleks tertentu
MXa. Dalam percobaan ini akan ditentukan banykanya mol ion ligan CNS- dalam ion
kompleks Fe(CNS)63- yang menunjukkan serapan maksimum pada maks 480 nm. Ion
Fe3+ dengan ion CNS- dalam suasana asam membentuk ion kompleks yang stabil
berwarna merah sesuai dengan reaksi :
Fe3+ + n CNS- + H+ [Fe(CNS)n]3-n
dengan n = 1, 2, 3, .. 6 tergantung perbandingan konsentrasi ion-ion Fe3+
dan ion CNSnya. Dari perbandingan fraksi mol M2+ dan fraksi mol L serta absorbansi
campuran larutan dapat dibuat suatu grafik yang selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan perbandingan mol M2+ dan mol L, misalnya seperti ditunjukkan oleh Grafik
berikut :

Menentukan banyaknya mol ion ligan CNS- dalam ion kompleks [Fe(CNS)6]3dengan metode variasi kontinue.
Dengan metode ini, perlu dibuat suatu seri larutan ion kompleks yang konsentrasi
masingmasing penyusunnya yaitu larutan ion Fe3+ dan larutan KCNS divariasi, tetapi
jumlahnya dibuat tetap; kemudian masing-masing serapannya diukur pada panjang
gelombang tetap = 480 nm, dan pada temperatur tetap ( suhu kamar)
Selanjutnya dibuat grafik peradaan antara serapan yang diukur dan serapan
campuran jika tidak terjadi reaksi vs mol - fraksi salah satu pereaksi. Oleh karena dalam
hal ini mol faksi dengan fraksi volume yaitu VM/(VM+VL), dimana VM adalah larutan
kation, sedang VL adalah volume larutan ligan, maka grafik tersebut akan menunjukkan
suatu maksimum (atau suatu minimum jika serapan kompleks lebih kecil daripada serapan
campuran) pada perbandingan volume VM/VL, sesuai dengan perbandingan mol antara
kation dan anion dalam kompleks.
(Tim Kimia Anorganik II, 2013)

Penentuan kadar secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan mengukur


absorbansi maksimum. Apabila senyawa fisik tidak berwarna maka senyawa diubah dulu
menjadi senyawa berwarna melalui reaksi kimia dan absorbansi ditentukan dalam daerah
sinar tampak . Variasi kontinyu merupakan suatu cabang ilmu kimia yang sangat penting
karena dapat menentukan dan melakukan suatu proses perubahan-perubahan secara fisika
maupun kimia yang dapat kita amati melalui variasi kontinyu.
Metode variasi kontinyu yang dikemukakan oleh Job dapat menimbulkan kondisi
optimum pembentukan dan konstanta kestabilan senyawa kompleks yang mengandung
konsentrasi ion logam maupun konsentrasi ligan divariasikan.

Metode Job dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang
berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa, volume, suhu, daya serap)
diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik
aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal
yang sesuai dengan titik stoikiometri sistem yang menyatakan peerbandingan pereaksi
dalam senyawa.
(Ewing, 1985)
Kemampuan ion kompleks melakukan reaksi yang mengahasilkan pergantian satu
atau lebih ligan dalam lingkungan koordinasinya oleh yang lain disebut kelabilan.
Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup lambat. Dengan cara
memasukkan bersama-sama zat pereaksi di dalam wadah
(Cotton, 1989)
Proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah perpindahan satu atau
lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi, ligan bertindak sebagai pemberi
elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Sebagai akibat dari perpindahan
kerapatan elektron ini, pasangan elektron menjadi kepunyaan bersama antara ion logam
dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi penerima elektron. Keadaan-keadaan antara
mungkin saja terjadi, namun jika pasangan elektron itu terikat kuat pada kedua sarah
tersebut, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk.
Bergantung pada susunan elektronnya, ion logam dapat menerima sejumlah
pasangan elektron, sehingga ion logam itu dapat berikatan koordinasi dengan sejumlah
ligan. Jumlah ligan yang dapat diikat oleh ion logam itu disebut bilangan koordinasi
senyawa kompleks.
(Sunarya, 2003)
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika

energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang.
(Khopkar, 1990)
Satu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat dengan sejumlah ligan
yang terikat erat dengan atom pusat. Atom pusat ditandai dengan bilangan koordinasi.
Suatu angka bulat yang ditunjukkan dengan ligan monodentat yang dapat membentuk
kompleks stabil dengan atom pusat. Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik
kualitatif sering trelihat dalam pemisahan dan identifikasi.
Salah satu fenomena yang paling umum muncul jika ion kompleks terbentuk adalah
adanya perubahan warna d dalam larutan. Fenomena lain yang yang terlihat jika adalah
kenaikan kelarutan. Banyak endapan yang dapat melarut karena pembentukan kompleks.
Kemampuan ion kompleks melakukan reaksi yang mengahasilkan pergantian satu
atau lebih ligan dalam lingkungan koordinasinya oleh yang lain disebut kelabilan.
Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup lambat. Dengan cara
memasukkan bersama-sama zat pereaksi di dalam wadah.
(Sukardjo, 1997)

IV.

Cara Kerja
1. Menimbang FeCl3 seberat 0,676 gram.
2. Melarutkan FeCl3 dalam 50 ml akuades didalam labu ukur.
3. Menimbang KCNS seberat 0,24 gram.
4. Melarutkan KCNS dalam 50 ml akuades didalam labu ukur.
5. Membuat larutan seri A yaitu dengan mencampur larutan Fe pada alabu ukur 10 ml
dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml lalu masing masing ditambah
dengan HNO3 1 ml dalam akuades 10 ml menggunakan labu ukur.
6. Membuat larutan seri B yaitu dengan mencampur larutan CNS pada alabu ukur 10 ml
dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml lalu ditambah HNO3 1 ml dalam
akuades 10 ml menggunakan labu ukur.

7. Membuat larutan seri C yaitu dengan mencampur larutan Fe dan CNS pada alabu ukur
10 ml dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml (variasi volume larutan
Fe dan CNS berbanding terbalik, 0:6, 1:5, dst) lalu ditambah HNO3 1 ml dan ditambah
aquades hingga batas.
8. Mengambil larutan C yang sudah menjadi homogen sebesar 1 ml lalu melarutkannya
dengan aquades pada labu ukur 10 ml hingga batas.
9. Mengkalibrasi spektrofotometer UV-Vis dengan larutan sampel A1 atau B7 dang
larutan blangko yang sama.
10. Menentukan serapan (absorbansi) masing masing larutan (A, B, C) menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis.
11. Mencatat hasil spektrofotometer UV-Vis pada tabel hasil pengamatan.
12. Menghitung A dengan mengurangi selisih antara serapan kompleks dengan

V.

ionionnya.
13. Membuat grafik perbandingan antara A dan X Fe3+
Hasil Percobaan
1. Seri Larutan ion Fe3+
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Larutan ion Fe3+


-2

5.10 M
0 ml
1 ml
2 ml
3 ml
4 ml
5 ml
6 ml

HNO3 4M

H2O

[Fe3+]

Serapan (A)

1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml

9 ml
8 ml
7 ml
6 ml
5 ml
4 ml
3 ml

0
1 x 10-3
2 x 10-3
3 x 10-3
4 x 10-3
5 x 10-3
6 x 10-3

0
0,005
-0,007
0,001
0,001
-0,001
0,001

HNO3 4M

H2O

[CNS-]

Serapan (A)

1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml

3 ml
4 ml
5 ml
6 ml
7 ml
8 ml
9 ml

6 x 10-3
5 x 10-3
4 x 10-3
3 x 10-3
2 x 10-3
1 x 10-3
0

0,006
0,005
0,006
0,006
0,006
0,008
0,000

2. Seri Larutan ion CNSNo.


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Larutan ion Fe3+


-2

5.10 M
6 ml
5 ml
4 ml
3 ml
2 ml
1 ml
0 ml

3. Seri larutan ion kompleks [Fe(CNS)n]3-n

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

VI.

Larutan ion

HNO3

Fe3+ 5.10-2 M
6 ml
5 ml
4 ml
3 ml
2 ml
1 ml
0 ml

4M
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml

H2O
3 ml
3 ml
3 ml
3 ml
3 ml
3 ml
3 ml

Larutan ion

Serapan

CNS 5.10-2 M
0 ml
1 ml
2 ml
3 ml
4 ml
5 ml
6 ml

(A)
0,082
0,502
0,923
1,148
1,176
0,730
0,038

A
0,076
0,492
0,924
1,141
1,169
0,723
0,037

Pembahasan
Pada percobaan penentuan bilangan koordinasi ion kompleks dengan metode jobs
kali ini bertujuan untuk menentukan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CNS)n]3-n.
Prinsip dari metode jobs adalah menentukan bilangan koordinasi suatu kompleks dengan
perbandingan mol menggunakan variasi kontinyu volum

ion logam dan ligan dari

kompleks tersebut. Ion logam yang digunakan dalam percobaan ini adalah Fe 3+ dan
ligannya adalah CNS-.
Langkah awal dari percobaan ini adalah membuat larutan ion Fe3+ 5.10-2 M dan
larutan ion CNS 5.10-2 M. Larutan dibuat dari 0,676 gr FeCl3.6H2O yang kemudian
dilarutkan dalam 50 ml akuades dengan menggunakan labu ukur. Kemudian membuat
larutan ion CNS 5.10-2 M yang dibuat dari 0,24 gr KCNS yang dilarutkan dalam 50 ml
akuades dalam labu ukur. Larutan ini berwarna orange.
Setelah larutan jadi maka dibuat variasi volume dari larutan ion dan konsentrasi
Fe3+ 5.10-2 M. Volume larutan Fe3+ 5.10-2 M yang dugunakan ialah 0 ml ; 1 ml ; 2 ml ; 3
ml ; 4 ml ; 5 ml ; dan 6 ml. Konsentrasi yang digunakan juga naik seiring naiknya volume
yaitu 0 M ; 1 x 10-3 M ; 2 x 10-3 M ; 3 x 10-3 M ; 4 x 10-3 M ; 5 x 10-3 M ; dan 6 x 10-3 M.
Dari masing masing konsentrasi ditambah dengan 10 ml akuades yang mana berperan
sebagai pelarut. Penambahan pelarut akuades berbanding terbalik dengan larutan Fe 3+
yang mana penambahan akuadesnya untuk masing-masing konsentrasi ialah 9 ml ; 8 ml ;

7 ml ; 6 ml ; 5 ml ; 4 ml ; dan 3 ml. Pelarutan dilakukan di labu ukur. Hal ini karena


konsentrasi berbanding terbalik dengan volume palarut. Dari masing masing larutan juga
ditambah dengan HNO3 1 ml. Penambahan HNO3 memberi suasana asam karena
kompleks [Fe(CNS)n] dapat terbentuk hanya dengan suasana asam serta mencegah
adanya hidrolisis ion Fe3+ . Adapun reaksi yang terjadi
Fe3+ + 3 H2O
Fe(OH)3 + 3 H+
Pada larutan ini disebut dengan larutan A. Yang terdiri dari A1 A7.
Kemudian pada larutan CNS- sama halnya dengan larutan ion Fe3+. Pada larutan
ini juga dibuat variasi volume dan konsentrasi. Volume CNS - yang digunakan ialah 6 ml;
5 ml ; 4 ml ; 3 ml ; 2 ml ; 1 ml ; dan 0 ml . Sedangkan konsentrasi yang di dapat 6 x 10-3
M ; 5 x 10-3 M ; 4 x 10-3 M ; 3 x 10-3 M ; 2 x 10-3 M ; 1 x 10-3 M ; 0 M. Volume berbanding
lurus dengan konsentrasi. Semakin turun konsentrasi maka volume yang digunakan
semakin turun juga.

Kemudian ditambah dengan H2O

untuk masing masing

konsentrasi dari yang besar ke kecil adalah 3 ml ; 4 ml ; 5 ml ; 6 ml ; 7 ml ; 8 ml ; dan 9


ml. Penambahan pelarut berbanding terbalik dengan konsentrasi dimana konsentrasi kecil
maka volume pelarut yang digunakan juga kecil. Masing- masing larutan juga ditambah
dengan HNO3 1 ml. Penambahan HNO3 untuk memberi suasan basa karena [Fe(CNS)n]
dapat terbentuk hanya dalam keadaan suasana basa. Adapun reaksi yang terjadi :
CNS- + H2O
HCNS + OH Pada larutan ini disebut sebagai larutan B. Yang terdiri dari B1 B7.
Kemudian membuat seri larutan ion kompleks [Fe(CNS)n] 3-n. Pada larutan ini
dibuat dengan mencampurkan larutan Fe3+ 5.10-2 M dengan larutan CNS- 5.10-2 M.
Volume Fe3+ 5.10-2 M ialah 6 ml; 5 ml ; 4 ml ; 3 ml ; 2 ml ; 1 ml ; dan 0 ml. Sedangkan
volume CNS- 5.10-2 M yang digunakn adalah 0 ml ; 1 ml ; 2 ml ; 3 ml ; 4 ml ; 5 ml ; dan
6 ml. Pada volume Fe3+ 5.10-2 M dengan CNS- 5.10-2 M berbanding terbalik. CNSberperan sebagai ligan sedangkan Fe3+ sebagai logam. Masing- masing larutan ditambah
dengan 3 ml akuades dan 1 ml HNO3 1 ml. Penambahan akuades ialah sebagai pelarut
sedangkan HNO3 adalah pemberi suasana asam. Adapun reaksi yang terjadi yaitu
Fe3+ + n CNS

[Fe(CNS)n]3-n

Nilai n dapat sebesar 1, 2, 3, 4, 5, dst. Nilai tersebut tergantung dari perbandingan ion
logam dan ligan yang berikatan. Pada larutan ini disebut sebagai larutan C. yang terdiri
dari C1- C2.
Setelah masing masing larutan telah siap maka diukur absorbansinya. Pengukuran
absorbansi menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS. Prinsip dari alat ini yaitu adanya
interaksi antara molekul dengan energi dari sinar yang dihasilkan dari alat yang akan
menyebabkan elektron dari atom/molekul tersebut tereksitasi dan kembali ke groundstate
untuk menjadi stabil dengan memancarkan spektra energi, dan spektra ini yang akan
diserap oleh detektor pada spektrofotometer. Besarnya absorbansi larutan dipengaruhi
oleh jenis atom atau molekul yang diuji, dan konsentrasinya. Pengukuran dilakukan pada
= 480 nm.
Didapatkan pada larutan Fe3+ 5.10-2 M absorbansi yang didapat 0 ; 0,005 ; -0,007 ;
0,001 ; 0,001 ; -0,001; 0,001 (dari konsentrasi kecil ke besar). Sedangkan pada larutan
ion CNS 5.10-2 M absorbansi yang didapat 0,006 ; 0,005; 0,006; 0,006; 0,006 ; 0,008 ;
0,000 (dari konsentrasi besar ke kecil) . Sedangkan pada kompleks

[Fe(CNS)n]3-n

absorbansi yang didapat ialah 0,082 ; 0,502 ; 0,923 ; 1,148 ; 1,176 ; 0,730 ; dan 0,038.
Dilihat dari hasil percobaan hal ini tidak sesuai dengan teori karena menurut teori
semakin besar konsntrasi maka absorbansinya juga besar. Konsntrasi berbanding lurus
dengan absorbansi. Namun ada juga beberapa data yang konsentrasinya naik maka
absorbansinya juga naik. Dari ketidak sesuaian tersebut dapat terjadi karena :
1. Larutannya sudah mencair karena FeCl3.6H2O dan KCNS bersifat higroskopis.
2. Kesalahan saat penambahan larutan yang mana pengukurannya tidak teliti.
Setelah tau absorbansi absorbansi yang digunakan maka dapat dihitung A
(selisih serapan) dengan rumus :
A = Abs [Fe(CNS)n]3-n - [Abs Fe3+ + Abs CNS-]
Dari perhitungan didapatkan nilai A ialah 0,076 ; 0,492 ; 0,924 ; 1,141 ; 1,169 ; 0,723 ;
dan 0,037. Kemudian dicari fraksi mol tiap tiap larutan dengan menggunakan rumus
3++V CNS
V Fe
Fe3+
V

3+ =
X Fe

dan
+ V Fe 3+
V CNS
CNS
V

=
X CNS
Untuk perhitungan dan hasil fraksi mol dapat dilihat dilampiran. Dilihat dari perhitungan

fraksi mol

3+
X Fe

berbanding terbalik dengan fraksi mol

3+
X Fe maka semakin kecil

X CNS . Semakin besar

X CNS .

Setelah didapat A selanjutnya adalah menentukan besarnya n atau bilangan kordinasi


dari kompleks yang terbentuk dengan membandingkan fraksi mol ion Fe 3+ dan ligan
CNS- dengan rumus :
n = X Fe3+ / X CNSDari perhitungan didapat nilai n adalah 0,5, yang menunjukkan bahwa bilangan
koordinasi Fe3+ adalah 0,5 dan kompleks yang terjadi adalah [Fe(CNS) 0,5]2,5+. Hal ini juga
menunjukkan bahwa ion pusat Fe3+ hanya mampu mengikat 0,5 ligan CNS-. Namun hal
ini tidak sesuai dengan teori bahkan dalam teorinya pun tidak ada. Hal ini dikarenakan
data absorbansinya tidak sesuai. Banyak data absorbansi yang fluktuatif. Dapat juga
dengan melihat grafik hubungan A vs X Fe3+ (Grafik dapat dilihat dilampiran) titik
maksimum terjadi saat X Fe3+ = 0,333
VII.

dan X CNS- = 0,667 yang

menunjukkan kompleks stabil pada keadaan tersebut.


Kesimpulan
1. Bilangan koordinasi Fe3+ adalah 0,5 yang menunjukkan ion pusat Fe3+ hanya
mampu mengikat 0,5 ligan CNS-.
2. Rumus kompleks yang terbentuk adalah [Fe(CNS)0,5]2,5+.

VIII. Daftar Pustaka


Cotton F.A, Wilkinson G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press
Ewing, G. W. 1985. Instrument Method of Chemical Analysis. New York: Mc Graw-Hill
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sunarya, Yayan. 2003. Ikatan Kimia. Bandung: JICA.
Tim Kimia Anorganik II. 2013. Buku Petunjuk Praktikum Anorganik II. Surakarta :
IX.

FMIPA UNS
Lampiran
- Perhitungan
- Laporan sementara
- Spektra

Mengetahui,

IX.

Surakarta, 8 Juni 2013

Asisten

Praktikan

Herlina

Ita Permadani

Lampiran
- Perhitungan
1. Menghitung massa FeCl3.6H2O dan KCNS
- Massa FeCl3.6H2O
M = 0,05 M
V = 50 ml = 0,05 L
Mr = 270 gr/mol
Gram = V x M x Mr
= 0,05 L x 0,05 M x 270 gr/mol
= 0,675 gr
- Massa KCNS
M = 0,05 M
V = 50 ml = 0,05 L
Mr = 97,18 gr/mol
Gram = V x M x Mr
= 0,05 L x 0,05 M x 97,18 gr/mol
= 0,24 gr
2. Menentukan A
A = Abs [Fe(CNS)n]3-n - [Abs Fe3+ + Abs CNS-]
a. Larutan Fe3+ 6 ml dengan larutan ion CNS 0 ml
A = [0,082] - [0 + 0,006]
= 0,076
b. Larutan Fe3+ 5 ml dengan larutan ion CNS 1 ml
A = [0,502] - [0,005 + 0,005]
= 0,492
c. Larutan Fe3+ 4 ml dengan larutan ion CNS 2 ml
A = [0,923] - [-0,007 + 0,006]
= 0,924
d. Larutan Fe3+ 3 ml dengan larutan ion CNS 3 ml

A = [1,148] - [0,001 + 0,006]


= 1,141
e. Larutan Fe3+ 2 ml dengan larutan ion CNS 4 ml
A = [1,176] - [0,001 + 0,006]
= 1,169
f. Larutan Fe3+ 1 ml dengan larutan ion CNS 5 ml
A = [0,730] - [-0,001 + 0,008]
= 0,723
g. Larutan Fe3+ 0 ml dengan larutan ion CNS 6 ml
A = [0,038] - [0,001 + 0,000]
= 0,037
3. Menentukan Fraksi mol
3++V CNS
V Fe
Fe3+
V

3+ =
X Fe
3+

+ V Fe
V CNS
CNS
V

=
X CNS

a. Fraksi mol larutan Fe3+ 6 ml dan larutan ion CNS 0 ml


6 ml
3+=
6 ml+0 ml
X Fe
1ml

0 ml
0 ml+6 ml
X CNS

0 ml
5 ml
5 ml +1ml
X Fe

3+=

b. Fraksi mol larutan Fe3+ 5 ml dan larutan ion CNS 1 ml

0,833 ml
1 ml
1ml +5 ml
X CNS

0,167 ml

c. Fraksi mol larutan Fe3+ 4 ml dan larutan ion CNS 2 ml


4 ml
3+=
4 ml+ 2ml
X Fe
0,66 ml
2 ml
2 ml+4 ml
X CNS

0,33 ml

d. Fraksi mol larutan Fe3+ 3 ml dan larutan ion CNS 3 ml


3 ml
3+=
3 ml +3 ml
X Fe
0,5 ml
3 ml
3 ml+3 ml
X CNS

0,5 ml

e. Fraksi mol larutan Fe3+ 2 ml dan larutan ion CNS 4 ml


2ml
3+=
2 ml+4 ml
X Fe
0,33 ml
4 ml
4 ml+2 ml
X CNS

0,67 ml
f. Fraksi mol larutan Fe3+ 1 ml dan larutan ion CNS 5 ml
1 ml
3+=
1 ml+5 ml
X Fe
0,167 ml

5 ml
5 ml+1 ml
X CNS

0,83 ml
g. Fraksi mol larutan Fe3+ 0 ml dan larutan ion CNS 6 ml
0 ml
3+=
0 ml +6 ml
X Fe
0 ml

6 ml
6 ml+0 ml
X CNS

1ml
h. Grafik

X Fe3+
1
0.833
0.66
0.5
0.33
0.167
0

A
0.076
0.492
0.924
1.141
1.169
0.723
0.037

Grafik X Fe3+ vs A
1.4
1.2
1

0.8

Logarithmic ( A )

delta A 0.6

Logarithmic ( A )

0.4
0.2
0
0

0.2 0.4 0.6 0.8


X Fe 3+

1.2

Anda mungkin juga menyukai