Ikatan yang terjadi dengan pembagian electron ini disebut ikatan kovalen.
c. Teori ikatan valensi
Menurut teori Bohr, electron mengisi orbit menurut jarak yang semakin jauh dari inti.
Menurut mekanika kuantum, electron mengisi orbital menurut energy level yang
semakin besar. Energy level ini ditentukan oleh bilangan kuantum dan tiap-tiap
electron dalam atom mempunyai bilangan kuantum.
d. Teori medan Kristal
Menurut teorinya bahwa ikatan antara atom pusat dan ligan dalam kompleks berupa
ikatan ion hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion kompleks
tersusun dari ion pusat yang dekililingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul
yang mempunyai momen dipole permanen.
e. Teori orbital molekul
Menurut teorinya ikatan antara ion pusat dengan ligan didalam kompleks berupa
ikatan ion murni. Jadi tidak memperhitungkan adanya ikatan kovalen. Ikatan ini
berupa ikatan dan atau ikatan antara ion pusat dengan ligan. Ikatan kovalen yang
terjadi dapat dipikirkan akibat terjadinya orbital molekul dalam kompleks yaitu
orbital yang terjadi dari kombinasi orbital atom ion pusat dan orbital atom ligan.
(Sukardjo, 1992)
cC+dD
a = aktivitas
dimana c = konsentrasi
f = koefisien aktivitas
Semakin besar sifat basa dari ligan, maka stabil kompleks yang terbentuk oleh
ligan ini dengan logam kelas a.
- Factor pembentukan
Ligan-ligan multidentat, asal tidak terlalu besar membentuk kompleks lebih
stabil daripada ligan monodentat.
- Factor besarnya lingkaran
Bila ligan yang membentuk enolase tidak berikatan rangkap, kompleks yang
paling stabil ialah yang terdiri dari lingkaran lima atom.
(Sukardjo, 1992)
II.5. Kinetika dan mekanisme reaksi dari senyawa kompleks
a. Kecepatan reaksi
Perubahan konsentrasi dari tiap pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu. Hokum
kecepatan reaksi tidak dapat ditentukan dari stoikiometri reaksi, tetapi harus
ditentukan secara eksperimen, sehingga dapat ditentukan secara eksperiment
sehingga dapat ditentukan spesies apa yang menentukan kecepatan dan mekanisme
dari reaksi.
b. Kompleks inert dan labil
Kompleks disebut labil bila ligannya dapat diganti ligan lain dalam waktu kurang
dari satu menit.kompleks yang stabil bersifat inert dan yang tidak stabil bersifat labil,
namun keduanya tidak ada hubungan karena labilitas merupakan sifat kinetika
sedangkan stabilitas adalah ligan termodinamika.
- Stabilitas kompleks ditentukan oleh energy reaksi, yaitu beda antara energy hasil
dan pereaksi.
- Labilitas kompleks ditentukan oleh beda energy senyawa tersebut dengan
kompleks aktif. Bila energy besar reaksi lambat, kompleks bersifat inert.
c. Mekanisme reaksi substitusi
Reaksi-reaksi senyawa kompleks dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
1). Reaksi substitusi
2). Reaksi redoks
Suatu reaksi dimana ada spesies yang teroksidasi dan spesies lainnya tereduksi,
Oksidasi ialah reaksi yang pengikatan oksigen atau pelepasan electron atau
kenaikan biloks. Reduksi ialah reaksi pelepasan oksigen atau penurunan biloks.
d. Mekanisme reaksi redoks
reaksi redoks merupakan reaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan bilangan
oksidasi pada atom-atom yang bersangkutan. Pada mekanisme ini terjadi transfer
electron dan transfer atom.
(Sukardjo, 1992)
II.6. Pembuatan dan reaksi senyawa kompleks
a. Kompleks Werner
Kompleks yang tidak berisi ikatan logam karbon dan kompleks sianida.biasanya
ikatannya bersifat ionic.
Cara isolasi golongan kompleks Werner,antara lain:
- Penguapan dan pendinginan larutan yang pekat dalam campuran pendingin es.
- Penambahn dengan pelarut yang bercampur dengan pelarut sempurna.
- Bila kompleks berupa kation kedalam larutan ditambahkan anion yang dapat
menyebabkan terjadinya endapan.
b. Kompleks logam karbonil atau senyawa organometalik.
Kompleks yang paling sedikit berisi satu ikatan logam karbon, biasanya ikatannya
bersifat kovalen.senyawa kompleks golongan ini tidak mempunyai sifat garamseperti
golongan kompleks Werner.
(sukardjo,1992)
II.7. ion kompleks karbonatetraaminkobaltat
2.7.1. Pembuatan ion kompleks [Co(NH3)4CO3]+
Ion kompleks [Co(NH3)4CO3]+ termasuk ion kompleks Werner karena senyawa
ini dapat larut dalam air. Pada prinsipnya pembuatan ion kompleks
[Co(NH3)4CO3]+ melibatkan proses penggantian ligan H2O dengan ligan NH3 dan
CO3 yang diikuti dengan oksidasi atom pusat dari Co2+ menjadi Co3+.
Dalam pelaksanaannya, pembuatan Ion kompleks [Co(NH3)4CO3]+ dilakukan
dengan mereaksikan Co(NO3)2+.6H2O, NH4OH dan (NH4)2CO3 dalam medium air
yang diikuti oksidasi dengan H2O2.
(Robert, 1977)
1) Beberapa ion logam mempunyai dua jenis valensi, yaitu utama dan valensi tambahan
atau valensi koordinasi.
2) Ion-ion logam itu cenderung jenuh, baik valensi yang utama maupun tambahan.
3) Valensi koordinasi mengarah kedalam ruangan mengelilingi ion
pusat. Sebagai
dapat
dilihat
dari
gambar
itu
menjenuhkan
keenam
valensi
MLn
hydroxycoumarin sodium perbandingan ligan logam geraham yaitu 1:2. ligan kompleks
telah ditandai dan dikenali oleh analisa berkenaan dengan unsur, conductometry, IR, 1H
dan 13C NMR-SPECTROSCOPY, DTA dan TGA. Yang Berkenaan Dengan analisa
panas dari kompleks menandai pembentukan suatu campuran dari komposisi Cer2
(ADUH) 5H2O, R mewakili ligan. Reaksi dari cerium(III) dengan 4-methyl-7hydroxycoumarin telah dipelajari secara detil oleh metoda spectrophotometric.
(Irena, 2003)
III.
METODE PERCOBAAN
III.1.
III.1.1. Alat
1. Gelas bekker
2. Gelas ukur
3. Corong gelas
4. Pemanas spiritus
5. Erlenmeyer
III.1.2. Bahan
1. Ammonium karbonat
2. Amoniak
3. Hydrogen peroksida
4. Kobalt (II) nitrat heksahidat padat
5. Etanol
6. Aquadest
Penambahan 75 mL
Penambahan 15 mL aquadest
Aquadest
Penambahan 15 mL NH4OH
Pengadukan
Larutan
Gelas
bekker
Larutan
Gelas
bekker
Pencampuran
Penambahan 2 mL H2O2 30%
Campuran
Gelas
bekker
Penyaringan
Filtrat
erlenmey
er
Pendinginan
Penyaringan
Kristal
Residu
Gelas
bekker
Perhitungan rendemen
Hasil
Perlakuan
2,5 g Kristal Co(NO3)2.6H2O +
Hasil
Ket
aquadest
(larutan 1)
2
5 g (NH4)2CO3 + aquadest + 15 mL
NH4OH
(larutan 2)
Penyaringan
dan etanol
Perhitungan kristal
V.
HIPOTESA
Pembuatan senyawa kompleks karbonato tetraamin kobaltat (III) dibuat dengan
mereaksikan Co(NO3)2.6H2O dan (NH4)2CO3. Prinsip dari percobaan ini adalah
penggantian ligan H2O dengan ligan NH3 dan CO3 dengan oksidasi Co (II) menjadi Co (III)
dengan oksidator H2O2. Metode yang digunakan yaitu kristalisasi dan rekristalisasi. Hasil
yang diperoleh ialah Kristal berwarna merah yang merrupakan kompleks karbonato
tetraamin kobaltat (III).
VI. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untrue menpelajari cara pembuatan dan pemurnian ion kompleks,
yaitu [Co(NH3)4CO3]+. Prinsip percobaan ini adalah pembuatan senyawa kompleks
karbonatotetraaminkobaltat (III) dari Co(SO4)2.7 H2O dengan penggantian ligan H2O dan
gugus SO4 dengan NH3 dan CO3 dan diikuti oksidasi atom pusat Co2+ mejadi Co3+. Metode
yang di gunakan adalah kristalisasi dan rekristalisasi (pemurnian krisatal).
Senyawa kompleks dapat terbentuk karena atom pusat yang biasanya logam transisi
memiliki orbital kosong dan spesi kimia, baik netral maupun bermuatan, memiliki pasangan
electron bebas yang diisikan pada orbital kosong terssebut. Ikatan yang terbentuk antara
atom pusat dan ligan ini adalah kovalen koordinasi, yaitu pemakaian bersama pasangan
electron bebas (yang disediakan oleh ligan) antara atom pusat dan ligan itu sendiri.
Senyawa kompleks karbonatotetraaminkobaltat (III) dibuat dari larutan garam Co(SO 4)2.7
H2O yang kemudian ditambahkan larutan (NH4)2CO3 dan NH4OH serta H2O2.
Larutan garam Co(SO4)2.7 H2O akan terurai menjadi senyawa kompleks [Co(H2O)6]2+ dan
SO42-. Reaksinya :
[Co(H2O)6]2+ + SO42-
Co(SO4)2.7 H2O
Penambahan (NH4)2CO3 bertujuan untuk menggantikan ligan H2O dan gugus SO4 oleh NH3
dan CO3 yang akan terurai agar dapat terbentuk ion kompleks [Co(NH3)4CO3]+.
(NH4)2CO3 + 2NH4OH
(NH3)4CO3
(NH3)4CO3 + 2H2O
Hal ini dapat dilakukan karena ligan NH3 dan CO32- mempunyai kekuatan ligan yang lebih
besar dari H2O. karena NH3 dan CO32- memilki pasangan electron yang lebih sedikit dari
H2O dan interaksi dengan atom pusat lebih besar.
Tinjauan kuat lemah ligan didasarkan atas ;
1. Pasangan electron bebas, semakin sedikit pasangan electron bebas maka semakin kuat
medan ligannya.
2. Interaksi antara atom pusat dengan pasangan electron bebas, semakin besar interaksinya
maka semakin kuat medan ligannya.
Urutan kekuatan medan ligan :
I- < Br- < Cl- < OH- < F- < H2O < NH3 < NO2- < CN- < CO32Ligan lemah
ligan kuat
(Petrucci, 1989)
NH3 dan CO32- sifat ligannya lebih kuat daripada H2O, karena itu penggantian ligan dapat
terjadi setelah dicampur, larutan berubah menjadi berwarna merah tua dan baunya
menyengat.
Penambahan NH4OH bertujuan untuk mengkondisikan larutan dalam suasana basa, selainn
itu juga untuk penambahan ion sekutu, sehingga akan menambah kelarutan (NH 4)2CO3.
Penambahan H2O2 bertujuan untuk mengoksidasi atom pusat Co dari 2+ menjadi 3+.
Reaksi penggantian ligan H2O dengan ligan NH3 dan CO32- adalah :
[Co(H2O)6]2+ . SO42- + (NH3)4CO3
Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi atau memekatkan larutan tersebut dengan
menguapkan H2O yang ada dalam larutan, tapi pemanasan tidak dilakukan hingga mendidih
karena endapan yang terbentuk bisa banyak melarut, karena kelarutan berbanding lurus
dengan temperature. Jika temperatur dinaikan, maka kelarutan akan bertambah. jadi kalau
sampai mendidih rendemen endapan bisa berkurang. Selain itu pemanasan juga tidak
dilakukan sampai mendidih agar NH3 tidak banyak yang teruapkan yang akan menyebabkan
sedikitnya terbentuk endapan karena endapan yang terbentuk sedikit, maka ion kompleks
[Co(NH3)4CO3]+ kemungkinan tidak terbentuk. Selama pemanasan dilakukan penambahan
(NH4)2CO3 lagi, dengan tujuan untuk menyempurnakan pembentukan Kristal.
Filtrat yang diperoleh dari hasil penyaringan larutan ditampung dalam Erlenmeyer unuk
didinginkan dalam air es. Proses pendinginan tersebut bertujuan untuk menurunkan
temperature sehingga sesuai statement hubungan antara kelarutan dengan temperatur yaitu
semakin kecil temperature maka kelarutan akan berkurang sehingga Kristal akan terbentuk.
Factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya Kristal, yaitu :
1. Suhu
Bila penurunan suhu berjalan dengan cepat maka kecepatan tumbuhnya inti kristal
lebih cepat dari pada kecepatan pertumbuhan kristal, sehingga kristal yang diperoleh
kecil-kecil, rapuh dan banyak.
2.
3.
4.
Viskositas larutan
5.
6.
Jumlah inti yang ada atau luas permukaan Kristal yang ada
1. Kristal yang terbentuk kemudian dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring kemudian
dicuci dengan beberapa tetes aquadest dengan tujuan untuk mengikat kemungkinan pengotor
yang tertinggal dalam Kristal tersebut yang bersifat polar karena aquadest merupakan
larutan yang bersifat polar. Setelah itu, dilakukan penambahan etanol beberapa tetes dengan
tujuan untuk mengikat kemungkinan pengotor yang masih tersisa dalam Kristal tersebut
yang bersifat polar ataupun nonpolar karena etanol bersifat sebagai larutan yang semi polar.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan aquadest terlebih dahulu dari pada etanol. karena
untuk mencegah masih tertinggalnya suatu pengotor. Etanol lebih mudah menguap dari pada
aquadest sehingga jika masih ada pengotor yang tersisa, pengotor tersebut akan diikat dan
diupkan bersamaan dengan etanol. Sedangkan aquadest tidak mudah menguap, sehingga
kemungkinan pengotor yang terrsisa masih ada. Kristal yang terbentuk adalah Kristal
[Co(NH3)4CO3]+ yang berwarna merah dan bau yang menyengat Berat Kristal
[Co(NH3)4CO3]+
g dan rendemen
Tetapi pada percobaan kali ini tidak dihasilkan Kristal [Co(NH 3)4CO3]+ karena adanya suatu
kesalahan yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Pada proses pemanasan, dilakukan sampai mendidih sehingga NH 3 banyak yang
teruapkan yang akan menyebabkan sedikitnya terbentuk endapan karena endapan yang
terbentuk sedikit, maka ion kompleks [Co(NH3)4CO3]+ kemungkinan tidak terbentuk.
2. Pada saat pencucian dengan aquadest, jumlah aquadest yang diberikan terlalu banyak.
Hal ini menyebabkan Kristal yang sudah terbentuk menjadi terlarut kembali.
Karena Kristal mengalami pelarutan, maka Kristal ion kompleks tidak dapat terbentuk,
dengan demikian percobaan ini bersifat uji negative tidak mendapatkan hasil yang sesuai
dengan tujuan, pembuatan dan pemurnian ion kompleks [Co(NH3)4CO3]+ ).
VII. KESIMPULAN
2. Pemurnian Kristal [Co(NH3)4CO3]+
penambahan etanol.
3. Kristal [Co(NH3)4CO3]+ dibuat dari Co(SO4)2.7 H2O dan (NH4)2CO3
+ 2NH4OH dengan
penggantian ligan H2O dan gugus SO4 dengan NH3 dan CO3 dan diikuti oksidasi atom pusat
Co2+ mejadi Co3+.
4. Kristal [Co(NH3)4CO3]+ berwarna merah tua dengan bau yang menyengat
5. Berat Kristal [Co(NH3)4CO3]+
g dan rendemen
6. Percobaan ini tidak menghasilkan Kristal [Co(NH 3)4CO3]+ karena endapan [Co(NH3)4CO3]+
melarut kembali setelah penambahan aquadest
DAFTAR PUSTAKA
Basri, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Brady, 1987,
Daintith, 1994, Chemistry dictionary complete, Oxford : New york
Irena, 2003, Department of Chemistry Faculty of Pharmacy, Medical University Sofia 1000,
Bulgaria
Petrucci, 1989, Elementary chemistry, Prentice-Hall Inc, New York
Rivai, 1995, Azas pemeriksaan kimia, UI Press, Jakarta
Robert, 1977,
Sukardjo, 1992, Kimia anorganik, Bina aksara, Yogyakarta
Vogel, 1990, Buku teks analisis organic kualitatif makro dan semimikro, PT. Kalman media
Pustaka, Jakarta