Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa kompleks adalah atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul
atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dengan ion logam pusat. Ligan
bersifat sebagai basa Lewis karena menyumbangkan sepasang elektron pada ion
logam pusat, dan ion logam pusat bersifat sebagai asam Lewis.
Sifat khas dari senyawa kompleks adalah kemampuannya untuk
menampakkan warna-warna tertentu, tergantung dari jenis atom pusat dan ligan yang
menyusun kompleks tersebut. Jenis ligan itu sendiri, turut mempengaruhi kestabilan
dari senyawa yang dibentuknya. Sehingga selanjutnya ligan dapat digolongkan
menjadi ligan kuat dan ligan lemah.
Kompleks-kompleks yang akan dibahas adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi sebuah ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul
netral. Ion logam dalam kompleks disebut atom pusat, dan gugus yang bergabung ke
atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan yang terbentuk oleh atom logam pusat
disebut angka koordinasi dari logam tersebut. Pada kompleks di atas, perak adalah
atom logam pusat dengan angka koordinasi dua, dan sianida adalah ligannya.
Atom-atom atau gugusan yang terikat denga valensi sekunder dinamakan
terkoordinasi pada atom pusat dan dihasilkan senyawa kompleks yang dikenal
sebagai kompleks koordinasi. Gugus kompleks koordinasi yang terikat dengan
valensi sekunder tidak dapat terionisasi. Jumlah maksimum ion atau molekul yang
dapat terikat pada atom pusat dengan valensi sekunder disebut sebagai bilangan
koordinasi
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui cara sintesis seyawa
kompleks K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Mensintesis senyawa kompleks K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O
2. Menentukan berat rendamen dari senyawa kompleks yang dihasilkan
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah senyawa kompleks K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O
disintesis dengan mereaksikan oksalat dihidrat dengan akuades lalu ditambahkan
kalium dikromat dan kalium oksalat melalui proses pemanasan dan pendinginan.
Kristal yang terbentuk dimurnikan dengan melarutkan endapan dalam akuades dan
penambahan metanol kemudian didiamkan selama 24 jam lalu disaring, dikeringkan
dan ditimbang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif
komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti
stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam
lingkup konsep lingkup yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan
koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan yang dapat
menunjukkan kompleks yang stabil dengan satu atom pusat (Svehla, 1979).
Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH
3
, CN
-
, Cl, H
2
O
membentuk ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah satu
ruang yang tersedia sekitar ion atau molekul menempati salah satu ruang yang
tersedia sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan bidentat (seperti ion
dipiridil), tridentat dan juga tentradentat dikenal orang. Kompleks yang terdiri dari
ligan-ligan polidentat yang sering disebut sepit (Svehla, 1979).
Beberapa reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks, dapat dipakai
sebagai uji terhadap ion-ion. Begitulah, reaksi yang sangat peka dan spesifik untuk
terhadap tembaga adalah uji dengan amonia, pada mana ion tetraaminokuprat yang
biru tua terbentuk. Muatan suatu ion merupakan jumlah muatan ion-ion yang
membentuk kompleks. Jika molekul-molekul netral yang terlibat sebagai ligan dalam
pembentukan kompeks, muatan pada ion kompleks tetap sama. Beberapa kompleks
merupakan endapan, seperti endapan merah-terang yang terbentuk antara ion
nikel(II) dan dimetilglioksim (Svehla, 1979).
Suatu garam kompleks harus dibedakan dari garam rangkap. Contoh
sederhana dari suatu garam rangkap adalah pembentukan feroamonium sulfat dan
seluruh deretan-deretan formulah tawas (Sjahrul, 2010).
Metode pembentukan kompleks adalah sebagai berikut (Sjahrul, 2010):
1. Suatu perubahan mendadak dalam kelarutan
Kelarutan dari suatu garam yang larut sedikit akan bertambah apabila salah
satu ionnya membentuk suatu kompleks dalam larutan.
2. Penurunan daya konduksi
Jumlah total ion suatu kompleks terbentuk oleh penggabungan dua atau lebih
ion menurun dan baru yang terbentuk menjadi lebih berat dan akibatnya ada suatu
pembentukan kompleks yang mana mengakibatkan terjadinya penurunan daya
konduktifitas.
3. Perubahan sifat kimia
Hilangnya sifat kimia normal dari ion logam dalam larutan adalah
kadang-kadang suatu indikasi adanya pembentukan kompleks.
4. Perubahan warna
Suatu perubahan warna adalah suatu indikasi pembentukan kompleks seperti
dalam kejadian kompleks kuproamonium atau kobaltamin.
5. Perubahan konsentrasi ion hidrogen
Bila suatu asam lemah dilibatkan, konsentrasi ion hidrogen dari suatu
larutan dapat digunakan untuk mengukur jumlah ion yang tidak kompleks.
6. Perubahan dalam e.m.f.
Suatu perubahan cukup besar dalam e.m.f dapat terjadi sebagai suatu akibat
adanya pembentukan kompleks karena e.m.f bergantung atas jenis ion yang ada
dalam larutan.
Menurut werner, beberapa atom mempunyai tenaga yang dapat
mempersatukan atom-atom, gugus mereeka atau molekul-molekul dengan
penggunaan valensi sekunder. Atom-atom atau gugusan yang terikat dengan valensi
sekunder dinamakan terkoordinasi pada atom pusat dan dihasilkan senyawa
kompleks yang dikenal senyawa kompleks koordinasi. Gugus kompleks koordinasi
yang terikat dengan valensi sekunder tidak dapat terionisasi sedangkan gugus yang
terikat dengan valensi primer dapat terionisasi. Jumlah maksimum ion atau molekul
yang dapat terikat pada atom pusat dengan valensi sekunder disebut sebagai bilangan
koordinasi. Ion atau molekul yang terikat pada atom pusat melalui ikatan koordinasi
dinamakn ligan. Terdapat bermacam-macam ligan seperti unidentat, bidentat,
tridentat, dan ssebagainya. Setiap jenis ligan ditentukan oleh jumlah titik-titik
koordinasi yang dimilki ligan. Apabila ikatan antara atom pusat dengan ligan hanya
menggunakan satu tangan ikatan, maka ligan tersebut dinamakn ligan unidentat
(Sjahrul, 2010).
Sebuah -donor ligan yang menyumbangkan elektron ke logam pusat
berinteraksi yang melibatkan ligan orbital dan orbital logam. Sebuah -acceptor
ligan menerima elektron dari pusat logam dalam interaksi yang melibatkan orbital
ddiisi oleh logam dan orbital ligan kosong (Housecroft dkk, 2001).
Teori medan kristal sekarang jauh lebih luas diterima dari teori ikatan valensi
diasumsikan bahwa daya tarik antara logam pusat dan ligan dalam kompleks
adalah murni elektrostatik. logam transisi yang membentuk atom pusat dalam
kompleks dianggap sebagai ion positif biaya sama dengan keadaan oksidasi. ini
dikelilingi oleh ligan negatif atau molekul netral yang memiliki pasangan elektron.
jika ligan adalah molekul netral seperti NH3, akhir negatif dari dipol dalam molekul
diarahkan ion logam. elektron pada logam pusat berada di bawah kekuatan
menjijikkan dari orang-orang di ligan. sehingga elektron menempati orbital terjauh
dari arah pendekatan ligans (Lee, 1991).
Ion oksalat merupakan ligan yang istimewa karena mampu membentuk
senyawa kompleks dengan berbagai ion logam transisi menghasilkan senyawa
dengan sifat dan karakter yang bervariasi. Ion oksalat memiliki empat atom donor
namun hanya dua atom yang menjadikannya sebagai ligan bidentat yang berikatan
dengan ion logam membentuk senyawa kompleks mono, bis dan tris oksalat. Ion
oksalat juga dapat berfungsi sebagai ligan jembatan yang menghubungkan lebih dari
satu inti ion logam transisi, baik ion logam yang sejenis maupun berbeda jenis
sehingga membentuk kompleks polimer berdimensi satu, dua, bahkan tiga. Senyawa
kompleks oksalat dengan satu ion pusat disebut senyawa kompleks mononuklir
oksalat dan senyawa kompleks dengan dua ion pusat, baik sama maupun berbeda,
disebut senyawa kompleks binuklir oksalat (Kurnia dkk., 2006).
Sintesis dan karakterisasi dari ligan makrosiklik (L) dan senyawa kompleks
model baru yang dari umum rumus [M-L Cl2 ] Untuk M = Ru (III), dan [ML] untuk
Pt (II) dan Pd (II) di mana L adalah ligan makrosiklik dihasilkan dari reaksi
kondensasi dari etilen diamin dan etil asetoasetat. Ligan dan senyawa koordinasi
diformulasikan menurut analisis kimia (Panchbha dkk., 2008).
Senyawa kompleks mononuklir oksalat dengan ion Cr
3+
sebagai ion pusatnya
menunjukkan sifat thermochromic yaitu perubahan warna yang disebabkan oleh
suhu dan gugus optis aktif. Senyawa kompleks binuklir oksalat memiliki struktur
bervariasi yang terdiri dari jaringan ionion logam bi- dan tri-valensi berkoordinasi
dengan oksalat sebagai ligan jembatan membentuk lapisan-lapisan berdimensi satu
sampai tiga. Dengan struktur ini ion oksalat berperan sebagai mediator pertukaran
sifat magnet di antara ion-ion logam (Kurnia dkk., 2006).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah oksalat dihidrat
(H
2
C
2
O
4
.2H
2
O), kalium dikromat (K
2
Cr
2
O
7
), kalium oksalat (K
2
C
2
O
4
.H
2
O), metanol
p.a, akuades, kertas saring whatman no. 42, aluminium foil dan es batu.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 100 mL,
gelas kimia 1000 mL, gelas ukur 10 mL, sendok tanduk, batang pengaduk, hotplate,
neraca analitik, labu semprot, pipet tetes, desikator, corong dan erlenmeyer 200 mL.
3.3 Prosedur percobaan
Asam oksalat dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL sebanyak
5,29 gram kemudian ditambahkan 10 mL akuades dingin sambil diaduk selama 5
menit. Setelah itu ditambahkan 1,81 gram K
2
Cr
2
O
7
sambil diaduk kuat hingga
terbentuk gelembung-gelembung gas seperti mendidih. Kemudian ditambahkan 2,12
gram K
2
C
2
O
4
.H
2
O sambil diaduk dan dipanaskan hingga semua padatan larut.
Kemudian larutan didinginkan dalam wadah yang berisi es dan ditambahkan 5 mL
metanol p.a sambil diaduk hingga terbentuk endapan, setelah itu didiamkan selama
30 menit. Kemudian endapan yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring
whatman no. 42. Setelah itu endapan dicuci dengan 5 mL campuran metanol dan
H
2
O (1 : 1) dan selanjutnya endapan dikeringkan diudara terbuka dan ditimbang.
Padatan K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O dilarutkan dengan 2 mL akuades dan
dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL sebanyak 1,8 gram. Kemudian
ditambahkan tetes demi tetes sebanyak 10 mL metanol melalui dinding gelas kimia.
Kemudian gelas kimia ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 24 jam.
Setelah itu kristal dikeringkan di udara terbuka dan ditimbang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data Hasil Percobaan
Perlakuan Pengamatan
5,29 g asam oksalat Kristal putih
Ditambahakan 10 mL akuades Larutan putih
Ditambahkan 1,81 gram K
2
Cr
2
O
7
sambil diaduk
Hijau kehitaman dan timbul
gelembung-gelembung gas
Ditambahkan 2,12 gram K
2
C
2
O
4
.H
2
O
sambil diaduk
Hijau kehitaman
Ditambahkan 5 mL metanol p.a sambil
diaduk
Hijau kehitaman dan terbentuk endapan
Didiamkan selama 30 menit Larutan hijau kehitaman
Endapan dicuci dengan 5 mL campuran
metanol dan H
2
O (1 : 1)
Endapan berwarna putih kekuningan
Padatan K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O sebanyak
1,8 g
Putih kekuningan
Ditambahkan tetes demi tetes sebanyak
10 mL methanol
Terbentuk endapan
Larutan disaring Endapan yang terbentuk putih halus
4.2 Reaksi
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
7 H
2
C
2
O
4
.2H
2
O + K
2
Cr
2
O
7
+ 2 K
2
C
2
O
4
.H
2
O 2 K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O + 6 CO
2
+7 H
2
O
4.3 Pembahasan
Sifat khas dari senyawa kompleks adalah kemampuannya untuk
menampakkan warna-warna tertentu, tergantung dari jenis atom pusat dan ligan yang
menyusun kompleks tersebut. Jenis ligan itu sendiri, turut mempengaruhi kestabilan
dari senyawa yang dibentuknya. Sehingga selanjutnya ligan dapat digolongkan
menjadi ligan kuat dan ligan lemah.
Kompleks kalium trioksalatokromat(III) trihidrat (K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O)
disintesis dari asam oksalat 5,29 gram dengan kalium dikromat 1,81 gram dan
ditambahkan 10 mL akuades dingin yang diaduk selama 5 menit. Kemudian
direaksikan dengan kalium oksalat 2,12 gram. Penggunaan akuades dingin ini
dikarenakan kelarutan asam oksalat dalam akuades dingin lebih kecil dibandingkan
dalam akuades tanpa pendinginan, sehingga diharapkan dapat terbentuk suspensi
asam oksalat. Kristal orange kalium dikromat ditambahkan dalam suspensi dingin
asam oksalat secara serentak yang disertai dengan pengadukan secara kontinu
sehingga terjadi reaksi eksotermis yang ditandai dengan meningkatnya temperatur
campuran dalam campuran tersebut yang disertai dengan munculnya
gelembung-gelembung gas seperti air mendidih.
Reaksi eksotermis ini terjadi secara spontan dengan munculnya panas akibat
Reaksi tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa energi bebas dari sistem ini bernilai
negatif. Pengadukan yang dilakukan pada proses ini bertujuan untuk mempercepat
tercapainya reaksi yang sempurna antara suspensi asam oksalat dan kalium dikromat.
Ketika reaksi eksotermis ini sedang berjalan, maka dilakukan penambahan kristal
putih kalium oksalat yang disertai dengan pengadukan yang kontinu sampai terjadi
perubahan warna menjadi hijau kehitaman. Selama reaksi ini berjalan, terjadi
perubahan warna yang signifikan, yaitu dari warna ungu kehitaman pada saat reaksi
eksoterm itu terjadi menjadi hijau kehitaman. Adanya perubahan hijau kehitamaan
mengindikasikan telah terbentuknya kompleks kromium(III) oksalat. Selanjutnya,
larutan didinginkan. Perlakuan ini dimaksudkan untuk proses kristalisasi. Kristalisasi
ini dilakukan dengan menambahkan secara perlahan metanol sebanyak 5 mL
kedalam larutan tersebut sambil diaduk kemudian didiamkan selama 30 menit.
Pengadukan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penggumpalan. Kristalisasi
merupakan suatu proses pembentukan kristal dari larutan, lelehan atau dari gas
dengan mengkondisikan zat pada temperatur yang fluktuatif (panas-dingin).
Sedangkan tujuan pemanasan adalah untuk memercepat reaksi serta mencegah
oksalat terdekomposisi menjadi karbondioksida akibat pemanasan yang terlalu
tinggi.
Selanjutnya, dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring whatman
sehingga didapatkan endapan berwarna putih kekuningan, seharusnya warna endapan
yang terbentuk hijau kehitaman tapi pada saat melakukan percobaan terjadi
kesalahan sehingga warna yang terbentuk warna putih kekuningan. Kemudian
K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
]3H
2
O ditetesi dengan campuran metanol dan H
2
O (1:1). Penambahan
ini bertujuan untuk mengangkat pengotor yang bersifat polar sehingga didapatkan
kristal kompleks K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
]3H
2
O yang murni. Selanjutnya endapan dikeringkan
di udara selama 10 menit dan ditimbang. Hasil yang didapatkan dari penimbangan
tersebut adalah 3,27 gram. Untuk mendapatkan senyawa K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
]3H
2
O
dengan tingkat kemurnian yang tinggi, maka endapan putih kekunigan ditimbang
sebanyak 1,8 gram untuk direkristalisasi dengan melarutkan endapan tersebut dengan
2 mL akuades sampai homogen. Kemudian ditambahkan 10 mL metanol sedikit
demi sedikit melalui dinding gelas kimia, lalu ditutup menggunakan aluminium foil
dan didiamkan selama 24 jam. Kristal yang terbentuk disaring menggunakan kertas
saring whatmen dan dikeringkan di udara terbuka. Rekristalisasi merupakan teknik
pemisahan yang didasarkan pada perbedaan titik leleh antara komponen yang ada
dalam campuran tersebut.
Dari hasil rekristalisasi diperoleh berat kristal sebanyak 0,86 gram, sehingga
dengan menggunakan rumus perhitungan berat rendamen diperoleh persen berat
rendamennya sebesar 14,71 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu :
1. Senyawa kompleks K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O disintesis dengan mereaksikan
oksalatdihidrat dengan akuades lalu ditambahkan kalium dikromat dan kalium
oksalat melalui proses pemanasan dan pendinginan dan endapan yang terbentuk
berwarnah putih, hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya endapan yang
terbentuk berwarna hijau kehitaman.
2. Rendamen senyawa kompleks K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O adalah sebesar 0,86 g.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya laboratorium menyediakan alat yang baik atau bagus agar proses
pengeringan dapat berlangsung dengan baik.
5.2.2 Saran Untuk Percobaan
Sebaiknya digunakan senyawa kompleks yang lain sehingga pengetahuan
mahasiswa dapat lebih berkembang.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Saran untuk asisten terima kasih telah mendampingi kami dengan baik
selama praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Housecroft, C.E., dan Sharpe, A.G., 2005, Inorganik Chemistry, Pearson Education
Limited, Eangland.
Kurnia K.A., Onggo, D., Patrick, D., dan Stevevson, K.L., 2006, Sintesis Senyawa
KompleksK[Cr(C2O4)2(H2O)2]., Jurnal Kimia Indonesia, 1 (1): 7-12.
Lee, J.D., 1991, Consise Inorganik Chemistry, Chapman dan Hall, London.
Panchbhai, M.A., Paliwal, L.J., dan Brave, N.S., 2008, Synthesis and
Characterization of Complex Compounds of Tetra-aza Macrocyclic Ligand,
Journal of Chemistry, 5(1): 1048-1054
Sjahrul, M., 2010, Dasar-Dasar Kimia Anorganik, Umitoha Ukhuwah Grafika,
Makassar.
Svehla, G., 1979, Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Makro dan Semimikro,
diterjemahkan oleh Ir. L. Setiono dan Dr. A. Hadyana Pudjaatmaka, PT.
Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 2 Mei 2014
Asisten Praktikan
(RISKAL HERMAWAN) (HANUNG ROHANI)
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 2 Mei 2014
Asisten Praktikan
(RISKAL HERMAWAN) (YUNITA PARE ROMBE)
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 2 Mei 2014
Asisten Praktikan
(RISKAL HERMAWAN) (NURHARDIANTI)
LAMPIRAN 1 BAGAN KERJA
H
2
C
2
O
4
.2H
2
O
Dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 mL sebanyak 5,29 gram
Ditambahkan 10 mL akuades dingin sambil diaduk selama 5 menit
Ditambahkan 1,81 gram K
2
Cr
2
O
7
sambil diaduk kuat hingga terbentuk
gelembung-gelembung gas seperti mendidih
Ditambahkan 2,12 gram K
2
C
2
O
4
.H
2
O sambil diaduk dan dipanaskan hingga
semua padatan larut
Larutan didinginkan dalam wadah yang berisi es
Ditambahkan 5 mL metanol p.a sambil diaduk hingga terbentuk endapan
Didiamkan selama 30 menit
Endapan yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring whatman no.
42
Endapan dicuci dengan 5 mL campuran metanol dan H
2
O (1 :
1)
Endapan dikeringkan diudara terbuka dan ditimbang
Dilarutkan dengan 2 mL akuades
Dimasukkan kedalam gelas kimia 100 mL sebanyak 1,8 gram
Ditambahkan tetes demi tetes sebanyak 10 mL metanol melalui dinding gelas
kimia
Gelas kimia ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 24 jam
Kristal dikeringkan di udara terbuka dan ditimbang
LAMPIRAN 2
GAMBAR
Filtrat Endapan
Padatan K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O
Hasil
Gambar 1. Pemanasan larutan
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN
1. Berat Teoritis = (mol K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O
) x (Mr
K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O
)
= 0,012 mol x 487 g/mol
= 5,844 g
2. % Rendamen = Berat kristal hasil praktik / Berat kristal teori x 100 %
= 0,86 g / 5,844 g x100 %
= 0, g x 100 %
= 14,71 %

Anda mungkin juga menyukai