diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan
untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang
terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan,
konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh
berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat oleh kenaikan derajat
disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Muizliana, 2010).
Untuk elektrolit kuat, nilai batas dari konduktivitas molar, A o, dapat ditentukan
dengan meneruskan pengukuran sampai konsentrasi-konsentrasi rendah dan lalu
meng-ekstrapolasi grafik antara konduktivitas terhadap konsentrasi, sampai ke
konsentrasi nol. Untuk elektrolit lemah seperti asam asetat dan ammonia metode ini
tidak dapat digunakan, karena disosiasinya adalah jauh dari sempurna pada
konsentrasi terendah yang dapat diukur dengan baik (~10 -14 M). Namun, konduktans
batas ini bisa juga dihitung atas dasar hokum migrasi tak bergantung (independen) dari
ion (Svehla, 1990).
Aliran listrik dalam suatu elektrolit akan memenuhi hukum Ohm, yang
menyatakan bahwa: besarnya arus listrik (I ampere) yang mengalir melalui larutan
sama dengan perbedaan potensial (V volt) dibagi dengan tahanan (Rohm). Secara
matematika hukum Ohm akan dapat ditulis sebagai
(Scribd, 2010).
Tahanan, R, dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjangnya, l,
dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya, A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dengan , tahanan jenis. Jika R dinyatakan dalam ohm (), l dalam meter (m) dan A
dalam m2, maka satuan dari adalah m (Ahmad, 2001).
Menurut Scribd (2010), Besarnya daya hantar bergantung pada beberapa faktor,
antara lain:
Jumlah partikel-partikel bermuatan dalam larutan {(+)&(-)}
Jenis ion yang ada
Mobilitas ion
Media/pelarutnya
Suhu
Gaya tarik menarik ion (+) dan (-)
Jarak elektroda
http://syamsumarlinjepoters.blogspot.com/2013/02/laporan-praktikumkonduktometri.html
Laporan pengukuran
konduktivitas larutan
Dasar Teori:
Daya hantar listrik adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Daya
hantar listrik merupakan kebalikan dari hambatan listrik (R),
R = l/A
Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm () , adalah tahanan spesifik atau resistivitas dalam ohm
cm (satuan SI, ohm m), l adalah panjang dalam cm, dan A luas penampang lintang dalam cm2.
Oleh karena itu daya hantar listrik dinyatakan,
K = 1/
Daya hantar listrik disebut Konduktivitas. Satuannya disingkat -1cm-1. Konduktivitas digunakan
untuk pengukuran larutan / cairan elektrolit. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya
konduktivitas.
Energi listrik dapat di transfer melalui materi berupa hantaran yang bermuatan listrik yang
berwujud arus listrik. Ini berarti bahwa hars terdapat pembawa muatan listrik di dalam materi
serta adanya gaya yang menggerakkan pembawa muatan tersebut.
Pembawa muatan dapat berupa elektron seperti logam, dapat pula berwujud ion positif dan ion
negative seperti dalam larutan elektrolit dan lelehan garam. Pembawa muatan yang berwujud
logam disebut elektrolit atau metalik, sedangkan pembawa muatan yang berupa larutan disebut
ionic atau elektrolit. Gaya listrik yang membuat muatan bergerak biasanya berasal dari baterai,
generator atau sumber energy listrik yang lain.
Perpindahan muatan listrik dapat terjadi bila terdapat beda potensial antara satu tempat
terhadap yang lain, dan arus listrik akan mengalir dari tempat yang meiliki potensial tinggi ke
tempat potensial rendah. Didalam suatu larutan, terjadinya arus listrik dikarenakan adanya ion
yang bergerak.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan ion adalah: Berat dan muatan ion Adanya
hidrasi Orientasi, atmosfer pelarut, Gaya tarik antar ion, Temperatur, Viskositas
Jika larutan diencerkan maka untuk elektrolit lemah -nya semakin besar dan untuk elektrolit
kuat gaya tarik antar ion semakin kecil. Pada pengenceran tidak terhingga, daya hantar ekivalent
elektrolit hanya tergantung pada jenis ionnya. Masing-masing ion mempunyai daya hantar
ekivalent yang tergantung pada Jumlah ion yang ada
Kecepatan ion pada beda potensial antara kedua elektroda yang ada
Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis elektrolit (kuat/lemah) dan konsentrasi selanjutnya
pengenceran baik untuk elektrolit lemah/kuat memperbesar daya hantar dan mencapai harga
maksimum pada pengenceran tak berhingga. Penghantar logam disebut penghantar kelas utama,
dalam penghantar ini listrik mengalir sebagai electron. Tekanan dari penghantar ini bertambah
dengan naiknya temperatur. Larutan elektrolit juga dapat menghantarkan listrik, penghantar ini
disebut penghantar kedua. Dalam penghantar ini disebabkan oleh gerakan dari ion-ion kutub satu
ke kutub lainnya. Berbeda dengan penghantar logam, penghantar elektrolit tahanannya berkurang
bila temperatur naik.
Pengukuran daya hantar listrik mempunyai arti penting dalam proses-proses kimia. Pada
pembuatan aquades, efisiensi dari penghilang zat terlarut yang berupa garam-garam dapat diikuti
dengan mudah dengan cara mengukur daya hantar larutan. Derajat ionisasi elektrolit lemah dapat
ditentukan dengan pengukuran daya hantarnya. Seperti diketahui, daya hantar berbanding lurus
dengan jumlah ion yang ada dalam larutan.
Daya Hantar Listrik Suatu Larutan
Daya hantar ini bergantung pada jenis dan konsentrasi lain yang ada di dalam larutan.
Menurut hukum Ohm, arus (I) berbanding lurus dengan gaya listrik (E), yang digunakan tetapi
berbanding terbalik dengan tahanan listrik (R).
I = E/R
G = I/R
Daya hantar listrik (G) berbanding terbalik dengan tahanan sehingga mempunyai satuan ohms
(ohm-1) atau Siemens (S).
Bila arus listrik dialirkan ke suatu larutan melalui dua elektroda, maka daya hantar listrik
berbanding lurus dengan luas bidang elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua
elektroda (l).
G = 1/R = K.A/l
A/l = tetapan sel
K = konduktivitas ( ohm cm-1 atau Scm-1 )
Daya hantar suatu zat terlarut disebut daya hantar molar (L) yang bergantung pada konsentrasi
larutan.
L = 1000.K/C ( S mol-1 )
http://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-instrumen/laporan-pengukurankonduktivitas-larutan/
Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macammacam titrasi. Didalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari
titrasi-titrasi yang lainya, yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana
cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan itu. Kalau kita menggunakan
titrasi volumetri yang biasa kita praktikan sebelumnya titik ekivalen diketahui ketika
terjadi perubahan warna, zat itu akan mengalami peruban warna bila zat itu dalam
keadaan setimbang. Untuk mempermudah kita untuk melihat zat itu sudah
mencapai ekivalen maka digunakan indikator. Tetapi banyak sekali para praktikan
yang merasa kesulitan untuk menentukan dengan tepat titik ekivalen dengan
menggunkan titrasi volumetri ini. Titrasi konduktometri ini lebih mudah jika
dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada
kelebihanya. Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya hantar dari larutan yang
kita ukur, jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen.
Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator, untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan dalam bab selanjutnya.
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah
prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi
jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan
reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut
jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi
Titrasi Konduktometri
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan
kadar ion, dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi
kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis ion dengan
yang lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas.
Misalnya titrasi HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan
sebagai berikut :
H+ + Cl- + OH- + Na+
H2O + Cl- + Na+
Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion
H+ dan
Cl-yang
masing-masing
mempunyai
harga
konduktivitas molar ( 25 C ) sebesar 349,8 cm 2/mol dan 76,3
cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara
H+ dengan OH- membentuk H2O, sehingga jumlah H+ didalam
larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah.
Na+ mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol
yang jauh lebih kecil dari H + sehingga harga konduktivitas
total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H + dalam
larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH -, sehingga
penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga
konduktivitas total larutan, karena terdapat OH - dengan
konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Pemeliharaan Elektroda
Elektroda yang kering sebelum dipakai direndam
sebentar dalam etanol lalu dibilas dengan air. Sehabis dipakai
elektroda dibilas lagi dengan air lalu disimpan lagi dalam air.
Elektroda yang akan disimpan untuk jangka waktu yang
panjang harus dikeringkan lalu disimpan kering. Sekali-sekali
elektroda perlu dilapis ulang dengan platinum (platinizing)
sesuai dingin procedure dalam manual.
Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing
elektroda
perlu
dikalibrasi
ulang
dengan
larutan
3.